PERAN SITOKIN PADA OTITIS MEDIA EFUSI -...
Transcript of PERAN SITOKIN PADA OTITIS MEDIA EFUSI -...
PENDAHULUAN
Otitis media efusi (OME) adalah proses
inflamasi pada telinga tengah ditandai adanya
kumpulan sekret dengan membran timpani yang
intak.1 Sekret dapat berupa serous atau mukoid
yang menetap selama 3 bulan atau lebih. Proses
tersebut dapat berlangsung akut, subakut atau
kronis. Istilah lain yang sering dipakai adalah
kronik otitis media sekretorik, kronik otitis media
serosa, dan glue ear.2
Angka kejadian OME pada anak yaitu
sekitar 5 – 10 % anak yang menderita otitis media
akut (OMA) dengan terapi antibiotik yang tidak
adekuat.3 Dampak yang ditimbulkan akibat OME
sering dihubungkan dengan penurunan
pendengaran, keterlambatan perkembangan bicara
dan bahasa, hingga perubahan struktur membran
timpani dan tulang pendengaran, serta mukosa
telinga tengah.3,4
Faktor penyebab dari patogenesis OME
belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang
terlibat dan beberapa teori telah menjelaskan hal
tersebut diantaranya yaitu adanya disfungsi tuba
Eustachius, reaksi alergi, disfungsi imun lokal
akibat adanya bakteri patogen atau komponen
bakteri yang menetap.3
Beberapa mediator inflamasi telah
diidentifikasi pada OME, meliputi komponen
koagulasi, fibrinolitik dan sistem komplemen,
imunoglobulin serta kompleks imun.1 penelitian
terakhir menunjukkan bahwa sitokin terlibat dalam
proses inflamasi dan reaksi imun pada berbagai
penyakit termasuk OME.1,5
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas
peran sitokin pada etiopatogenesis OME.
1. Etiopatogenesis OME
Etiopatogenesis OME bersifat
multifaktorial, dugaan yang sering dikemukakan
pada mekanisme terjadinya OME adalah gangguan
fungsi tuba Eustachius, alergi, infeksi virus, otitis
media yang belum sembuh sempurna dan disfungsi
imun lokal akibat adanya bakteri patogen yang
menetap.1,4,5
Gangguan fungsi tuba Eustachius dapat
disebabkan karena adanya hiperplasi adenoid,
rhinitis kronis, tonsillitis kronis, tumor nasofaring,
dan defek palatum.6 Hal tersebut dapat
mengakibatkan terganggunya mekanisme aerasi ke
telinga tengah sehingga rongga telinga tengah akan
mengalami tekanan negatif.
Tekanan negatif pada telinga tengah
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
dan kemudian terjadi transudasi serta infiltrasi sel
inflamasi dan sekresi kelenjar yang pada akhirnya
akan terdapat penumpukan sekret di telinga
tengah.4
Alergi bukan hanya dapat menyebabkan
obstruksi tuba Eustachius karena udem tetapi juga
dapat meningkatkan aktivitas sekresi pada mukosa
telinga tengah sebagai organ target. Selain itu
adanya aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat
pada sekret alergi yang masuk ke dalam telinga
tengah dapat menjadi penyebab terjadinya OME.6
Infeksi virus pada saluran nafas atas dapat
masuk ke mukosa telinga tengah sehingga timbul
peningkatan aktivitas sekresi di dalam telinga
tengah.6 Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada
OMA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak
dapat sembuh sempurna. Pada kasus tersebut dapat
muncul infeksi tingkat rendah yang dapat memicu
mukosa untuk memproduksi sekret lebih banyak,
37
PERAN SITOKIN PADA OTITIS MEDIA EFUSI
Angie Rennatha A.S., Artono
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 37 - 44
serta terjadi peningkatan jumlah sel goblet dan
kelenjar mukus.6
2. Mediator Inflamasi pada OME
Latar belakang molekuler patologi OME
masih belum jelas. Bakteri, virus dan reaksi alergi
terlibat sebagai stimulus awal dari inflamasi pada
telinga tengah.4
Sejumlah studi yang dilakukan selama
beberapa kurun waktu terakhir menunjukkan
bahwa virus dan bakteri berinteraksi secara
substansial. Pada infeksi saluran nafas yang
disebabkan oleh virus ditemukan korelasi antara
kadar sitokin fase akut dengan jumlah virus di
nasofaring, jumlah hitung jenis leukosit dan derajat
beratnya penyakit di telinga tengah. Peningkatan
kolonisasi bakteri di nasofaring terjadi pada infeksi
virus. Hal tersebut diyakini menjadi penyebab
patogenesis OME.7
Mikroba dapat melepas endotoksin dan
eksotoksin, keduanya memacu pelepasan mediator
proinflamasi. Mediator inflamasi tersebut akan
menimbulkan proses inflamasi dan mengkatifkan
imunitas seluler di mukosa telinga tengah.
Mediator yang terbentuk saat proses inflamasi di
telinga tengah adalah TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8,
sedangkan imunitas seluler yang terlibat yaitu
makrofag dan neutrofil.8,9
3. Proses Inflamasi pada
Telinga Tengah
Endotoksin merupakan komponen utama
dari membran luar bakteri Gram negatif yang
mempunyai peran penting dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Endotoksin
terdeteksi pada efusi telinga tengah bersama
dengan sitokin utama TNF-α dan IL-1β.
Endotoksin bisa juga dikeluarkan dalam bentuk
aktif selama kematian mikroorganisme yang
dihasilkan dari mekanisme imun host atau
pengobatan antibiotik (gambar 1).10
Endotoksin yang diidentifikasi dalam
efusi telinga tengah dari pasien dengan OME
kronis dan pada efusi menetap yang muncul setelah
OMA. Endotoksin tidak mudah dieliminasi oleh
sistem pertahanan lokal dan akan menetap pada
telinga tengah meskipun telah diberikan
pengobatan antibiotik yang efektif hingga 3
bulan.10,11
Endotoksin lebih sering ditemui pada
telinga tengah daripada keberadaan bakteri
patogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
endotoksin sendiri tanpa adanya bakteri hidup
dapat menimbulkan inflamasi dan perubahan
patologis di telinga yang dibuktikan pada penelitian
eksperimental oleh Krekorian dkk yang dikutip
Simrinova yaitu meneliti endotoksin dari bakteri
patogen Haemophilus influenzadan Klebsiella pneumonia dapat
menyebabkan perubahan
histopatologi yang sama di telinga
tengah. Perubahan tersebut
meliputi adanya limfosit-T,
makrofag dan neutrofil pada
mukosa dan submukosa, udem
interstisial, penebalan epitel
dengan udem intraseluler,
hiperplasia sel goblet serta
disfungsi transport sistem
mukosiliar yang menghasilkan
akumulasi efusi dalam rongga
telinga tengah.10,11
Analisis mediator
molekul endotoksin pada OME
secara in vivo yang dilakukan De
38
Gambar 1. Rangkaian proses
inflamasi di jaringan telinga tengah
yang dipicu oleh endotoksin.10
Peran Sitokin pada... (Angie Rennatha A.S., Artono)
Maria dkk dikutip oleh Simrinova menunjukkan
sebagai berikut: 1) konsentrasi TNF-α yang tinggi
hingga 200 pg / ml dalam cairan telinga tengah dan
ekspresi IL-1β RNA di mukosa telinga tengah, 2)
endotoksin menimbulkan perubahan patologis di
telinga tengah, seperti ekstravasasi pembuluh darah
dan akumulasi efusi yang secara signifikan
dilemahkan oleh TNF-α binding protein dan
reseptor antibodi anti-IL-1.10 Temuan ini
menunjukkan endotoksin memicu produksi TNF-
α dan IL-1β di telinga tengah serta menimbulkan
anggapan bahwa TNF-α dan IL-1β adalah mediator
endotoksin yang menginduksi inflamasi pada
telinga tengah yang dibuktikan dari penelitian
dengan hasil adanya korelasi yang signifikan secara
statistik antara konsentrasi endotoksin bakteri dan
sitokin utama dalam sampel efusi.10,11
Molekul adhesi yaitu interseluler (ICAM-
I) dan vaskuler (VCAM-1) juga terdeteksi dalam
sampel efusi dengan disertai adanya endotoksin
dan sitokin primer, namun konsentrasinya tidak
secara langsung berkorelasi dengan endotoksin
atau TNF-α dan IL-1β. Namun pada penelitian in
vitro yang dilakukan oleh Van de Stolpe dkk
dikutip Simrinova ditemukan bahwa TNF-α dan
IL-1β, serta endotoksin bakteri dapat menstimulasi
ekspresi ICAM-I di epitel telinga tengah. ICAM-I
merupakan molekul spesifik di permukaan sel yang
diekspresikan oleh sel epitel, sel endotel dan
antigen presenting cell (APC) dan menjadi tempat
ikatan pada leukosit yang beredar serta tempat
akumulasi leukosit pada inflamasi. Reseptor LFA-
1 (Iymphocyte function associated molecule-1) dan
Mac-1 (membrane attack complex-1) adalah ligan
untuk ICAM-I. Ketiga molekul, ICAM-I, LFA-1
dan Mac-1 adalah penanda proses inflamasi yang
sedang berlangsung.10
Berdasarkan penelitian tersebut maka
dinyatakan bahwa ada hubungan langsung antara
stimulus eksternal dari peradangan telinga tengah
dan endotoksin bakteri dengan stimulus internal
yaitu sitokin primer dalam inflamasi meliputi TNF-
α dan IL-1β, serta ICAM-1 yang diekspresikan
pada permukaan sel selama proses inflamasi. Fakta
ini membuktikan bahwa awal rangkaian induksi
endotoksin pada proses inflamasi di telinga tengah
dimediasi oleh sitokin pro-inflamasi primer
(Gambar 1).10,11,13
Endotoksin bakteri memprovokasi
produksi TNF-α dan IL-1β oleh sel khususnya
makrofag di mukosa telinga tengah. Selanjutnya
TNF-α dan IL-1β memicu dua proses molekul
penting yaitu sekresi sitokin sekunder IL-8 yang
diperankan oleh sel goblet dan sel endotel serta
meningkatkan regulasi ekspresi ICAM-1 pada
endotelium vaskular, epitel dan mungkin pada
APC. Sekresi IL-8 memicu kemotaksis
polymorphonuclear neutrophil (PMN) yang telah
diaktifkan oleh mediator awal pada proses
inflamasi yaitu histamin, platelet-activating factor(PAF), dan leukotrien dari aliran darah ke
permukaan sel endotel. Interaksi antara reseptor
ICAM-1 pada sel endotel dan ligan LFA-1 pada
neutrofil aktif akan mengikat neutrofil ke
permukaan endotel dan memfasilitasi migrasi
neutrofil berikutnya dari aliran darah ke dalam
mukosa yang terinfeksi (Gambar 1). Interaksi
antara ICAM-I dan ligan LFA-1 serta Mac-1
memperkuat ikatan sel imunokompeten dengan
APC, yang merupakan prasyarat untuk pengenalan
antigen dan imunostimulasi berikutnya di telinga
tengah.10
4. Sitokin yang Berperan pada
Inflamasi OME
Sitokin adalah peptida yang diproduksi
sebagai respon terhadap rangsang mikroba dan
antigen lainnya dan berperan sebagai mediator
pada reaksi imun dan inflamasi. Sekresi sitokin
terjadi cepat dan hanya sebentar. Kerjanya sering
pleiotropik yaitu satu sitokin bekerja terhadap
berbagai jenis sel dan menimbulkan berbagai efek.
Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan
efek sitokin yang lain.8,9
Produk sitokin yang berhubungan dengan
inflamasi adalah TNF-α, IL-1, IL-6, dan IL-8.
Sitokin proinflamasi tersebut dilepaskan oleh
makrofag jaringan yang telah diaktifkan.7,8,9
4.1 Produk sitokin
4.1.1 TNF-α
TNF-α merupakan sitokin proinflamasi
yang pertama kali teridentifikasi pada OME.
Konsentrasi TNF-α berkaitan dengan usia, pada
39
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 37 - 44
anak yang usia nya lebih tua mempunyai level dan
konsentrasi TNF-α yang tinggi. Anak yang
mengalami timpanostomi berulang juga memiliki
level TNF-α yang tinggi daripada anak yang akan
menjalani timpanostomi untuk pertama kalinya.10,11
TNF-α diduga menjadi marker untuk
kejadian OME, karena meskipun TNF-α terdeteksi
pada semua tipe otitis media tetapi tingkat TNF-α
selalu tinggi pada tipe kronis.9,11 Peran TNF-α pada
patogenesis OME diteliti melalui studi in vitro dan
in vivo.10
Studi in vitro yang dilakukan Schousboe
dkk dikutip oleh Simrinova menunjukkan bahwa
TNF-α meningkatkan regulasi ekspresi dari
RANTES dan menstimulus sekresi mucousglycoprotein (MGP).10
Pada studi in vivo oleh Lin dkk yang
dikutip Simrinova dengan menggunakan dua jenis
model hewan. Model pertama, rekombinan TNF-
α langsung disuntikkan ke dalam telinga tengah
hewan percobaan dan selanjutnya dianalisa
perubahan immunohistopatologi. Dalam model
kedua, proses TNF-α yang berhubungan dengan
otitis media dianalisis setelah injeksi bakteri atau
endotoksin ke dalam telinga tengah hewan
percobaan.10
Injeksi TNF-α transtimpani
dalam penelitian yang dilakukan
Catanzaro dkk dikutip oleh Simrinova
menginduksi OME tipe akut pada
kelinci percobaan dan dalam model
tikus. Pada efusi selular inflamasi
mengeluarkan 67% limfosit dan
meningkat dalam waktu 24 jam
setelah injeksi TNF-α. TNF-α yang
telah menimbulkan OME juga
disertai dengan perubahan
histopatologi seperti subepitel udem,
infiltrasi ditandai neutrofil dan
meningkatnya permeabilitas
mikrovaskuler di telinga tengah.9,10
Penelitian tentang TNF-α
pada manusia dengan OME
menghasilkan kesimpulan berikut: 1)
TNF-α diproduksi pada tahap awal
peradangan oleh mukosa telinga
tengah dan dalam tahap akhir dengan
mengumpulkan sel inflamasi, serta dapat dianggap
sebagai sitokin utama pada OME., 2) TNF-α
berkorelasi dengan jumlah sel inflamasi dan
keberadaan molekul sel adhesi pada otitis media.
Di mukosa telinga tengah, TNF-α merangsang
ekspresi RANTES yang merupakan salah satu
mediator inflamasi sedang berlangsung. Oleh
karena itu, TNF-α juga merupakan mediator
peradangan yang sedang berlangsung di telinga
tengah., 3) TNF-α meningkatkan regulasi ekspresi
gen musin dan sekresi lendir di telinga tengah dan
mungkin memainkan peran penting dalam
patogenesis glue ear., 4) TNF-α menyebabkan
perubahan histopatologi berat pada jaringan telinga
tengah dan dapat menyebabkan terjadinya OME
kronis., 5) TNF-α adalah salah satu sitokin utama
dalam otitis media yang disebabkan oleh bakteri
patogen baik gram positif dan gram negatif, dan
juga berperan pada OME karena virus.9,10
Sitokin proinflamasi TNF-α adalah salah
satu mediator utama dalam peradangan telinga
tengah (Gambar 2) yang mengatur banyak proses
patologi molekul di telinga tengah dan dapat
dianggap sebagai sitokin kunci yang terlibat dalam
etiologi OME.10,11
40
Gambar 2. Alur sitokin proinflamasi pada OME.10
Peran Sitokin pada... (Angie Rennatha A.S., Artono)
4.1.2 IL-1
Fungsi utama IL-1 yaitu mediator
inflamasi yang merupakan respon terhadap infeksi
dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan pada
imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1 adalah
fagosit mononuklear yang diaktifkan. Protein IL-1
dibedakan dalam dua bentuk IL-1α dan IL-1β yang
masing-masing diatur oleh gen yang berbeda. Gen
untuk IL-1β diduga terletak pada 2q14.8,9
Interleukin-1β sebagai mediator inflamasi
utama, diproduksi oleh makrofag yang telah
diaktifkan. IL-1β ada pada semua tipe otitis media.
Efusi akut (purulen) mengandung level IL-1β
paling tinggi dibandingkan serous dan mukoid.7,10,11
Pada fase akut, konsentrasi IL-1β pada
OME dengan adanya bakteri patogen 3 kali lebih
tinggi daripada yang telah mendapat terapi
antibiotik. IL-1β juga dideteksi pada OME dengan
infeksi virus. Hal tersebut membuktikan bahwa IL-
1β sebagai mediator pada OME.12,13
Penelitian yang dilakukan Juhn dkk
dikutip oleh Simrinova tentang IL-1β pada OME
telah menemukan korelasi sebagai berikut: 1) IL-
1β berkorelasi terbalik dengan usia anak-anak.
Pada kelompok yang lebih muda memiliki tingkat
IL-1β lebih tinggi dibandingkan kelompok yang
lebih tua., 2) Tingginya tingkat IL-1β pada efusi
purulen berkorelasi dengan tingginya tingkat total
kolagenase., 3) Analisis immuno-sitologi dari efusi
menunjukkan tingkat IL-1β tertinggi pada neutrofil
kaya efusi., 4) Pada efusi yang terdapat IL-1β di
dalamnya juga ditemukan TNF-α, IL-6, dan IL-8.,
5) Secara statistik mempunya korelasi yang
signifikan antara konsentrasi IL-1β dengan TNF-
α, IL1-β dengan IL-6, IL-1β dengan IL-8.10
Temuan ini memberikan bukti tidak
langsung untuk berbagai proses molekuler, serta
membuktikan bahwa IL-1β dapat memberikan
stimulus selama peradangan di telinga tengah
(Gambar 2), berperan meningkatkan regulasi
primer bersama dengan TNF-α sedangkan sekresi
sitokin proinflamasi sekunder adalah IL-6 dan IL-
8, dapat mengaktivasi neutrofil di zona peradangan,
serta mengaktifasi fibroblas dengan meningkatkan
pengaturan sekresi kolagenasi berikutnya.10,12
Peran IL-1β pada OME telah dipelajari
secara in vivo yang diteliti oleh Watanabe dkk
dikutip Simrinova dengan melalui dua pendekatan.
Dalam pendekatan pertama, rekombinan IL-1β
(RIL-1β) disuntikkan ke hewan percobaan melalui
transtimpani. Analisis perubahan patologis di
telinga tengah didapat hasil sebagai berikut. RIL-
1β (100 U) tidak menghasilkan efusi signifikan
dalam kelinci percobaan normal. Namun, pada
percobaan dengan menggunakan murine (sejenis
tikus) dengan OME, RIL-1β (100 ng)
menimbulkan OME dalam waktu tiga hari setelah
injeksi.10
Pada pendekatan kedua, IL-1β dianalisis
pada otitis media yang dipicu oleh injeksi patogen
bakteri ke telinga tengah hewan percobaan, dengan
hasil sebagai berikut: 1) IL-1β adalah sitokin
proinflamasi awal yang terdeteksi pada OME,
tampak kurang dari 1 jam setelah inokulasi
pneumokokus pada model chinchilla dengan OME.
Tingkat IL-1β meningkat dua kali yaitu pada 6 jam
setelah inokulasi yaitu sebelum cukupnya
akumulasi sel inflamasi, serta pada 24 jam yaitu
ketika akumulasi sel inflamasi telah tinggi., 2)
Konsentrasi IL-1β pada OME berkorelasi secara
signifikan dengan jumlah neutrofil, menunjukkan
bahwa IL-1β mengaktifkan neutrofil dan
menginduksi peningkatan regulasi sekresinya
sendiri dengan mengaktifasi neutrofil dalam
peradangan telinga tengah. Korelasi antara
konsentrasi IL-1β dan jumlah makrofag dan
limfosit kurang signifikan dibandingkan dengan
neutrofil., 3) Korelasi yang signifikan antara
tingkat IL-1β dan tingkat TNF-α, IL-6, IL-8 dan
dinamika sekresi sitokin pada penelitian otitis
media, menunjukkan bahwa IL-1β bisa
meningkatkan pengaturan sekresi TNF-α, IL-6 dan
IL-8 pada peradangan telinga tengah.10
Studi tentang IL-1β yang dilakukan pada
manusia dengan OME telah menghasilkan
kesimpulan berikut: 1) IL-1β adalah produk sitokin
paling awal dalam peradangan telinga tengah, yang
diproduksi oleh sel di telinga tengah mukosa dan
kemudian di akumulasi oleh sel inflamasi. IL-1β
bersama dengan TNF-α diakui sebagai sitokin
utama pada OME., 2) IL-1β menginduksi sekresi
sitokin proinflamasi pada jaringan telinga tengah
41
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 37 - 44
dan merangsang jalur sitokin proinflamasi pada
proses inflamasi di telinga tengah (Gambar 2 )., 3)
IL-1β mengaktifkan neutrofil dan limfosit pada
proses inflamasi telinga tengah dan meningkatkan
infiltrasi sel inflamasi ke telinga tengah., 4) IL-1β
terlibat dalam otitis media yang disebabkan oleh
bakteri patogen baik Gram positif dan Gram
negatif.10
Secara umum, IL-1β dapat dianggap
sebagai mediator inflamasi akut dan kronis di
telinga tengah. Hal tersebut berkaitan dengan tahap
awal penyakit dan otitis media tipe akut. Namun,
IL-1β dapat menginduksi aktivasi fibroblas dan
proliferasi, pertumbuhan osteoklas pada jaringan
telinga tengah, dengan perubahan patologis
berikutnya seperti fibrosis dan erosi tulang serta
dapat berkontribusi pada patogenesis OME tipe
kronis.12,13
4.1.3 IL-6
IL-6 telah diidentifikasi di OME kronis,
bersama dengan sitokin proinflamasi primer IL-1β
dan TNF-α. IL-6 juga terdeteksi pada OME akut.
mRNA untuk IL-6 juga ada pada OME dan
jaringan mukosa yang terinfeksi virus.10,11,13
Studi IL-6 dalam efusi telinga tengah
yang diteliti Yellon dkk dikutip oleh Simrinova
mengungkapkan bahwa: 1) Tingkat IL-6 lebih
tinggi pada anak-anak., 2) Tingkat IL-6 di otitis
media akut lebih tinggi dibandingkan dengan otitis
media kronis, dan keberadaan IL-6 dalam spesimen
biopsi berkorelasi positif dengan keberadaan
makrofag dan sel B., 3) Konsentrasi IL-6 pada
OME berkorelasi dengan konsentrasi IL-1β dan
TNF-α.11
Pengamatan ini menunjukkan partisipasi
IL-6 dalam regulasi tahap akut dan inflamasi
berkelanjutan pada telinga tengah. Konsentrasi IL-
6 dalam cairan telinga tengah berkorelasi secara
signifikan dengan jumlah sel inflamasi terutama
makrofag dan limfosit, serta sitokin primer (IL-1β
dan terutama TNF-α). Penelitian tentang IL-6 pada
manusia dengan OME memberikan kesimpulan
berikut: 1) IL-6 adalah mediator peradangan telinga
tengah yang diproduksi oleh sel pada mukosa
telinga tengah dan oleh akumulasi sel inflamasi.,
2) IL-6 mengaktifkan sel B dalam peradangan
telinga tengah., 3) Sekresi IL-6 selama peradangan
telinga tengah berada di bawah kendali pro-
inflamasi sitokin IL-1β utama dan TNF-α. IL-6
dapat dianggap sebagai sitokin sekunder pada
peradangan telinga tengah (Gambar 2)., 4) IL-6
terlibat dalam otitis media dirangsang oleh bakteri
patogen dan virus.10
Secara umum, IL-6 adalah pengatur
proses peradangan yang sedang berlangsung di
telinga tengah berhubungan dengan tahap awal
OME. Namun, IL-6 dapat melakukan diferensiasi
makrofag untuk osteoklas dan dengan demikian
berpartisipasi dalam proses remodeling tulang yang
mengarah ke pengembangan timpanosklerosis dan
perubahan ke tahap kronis.10,12,13
4.1.4 IL-8
IL-8 telah diidentifikasi pada semua tipe
otitis media termasuk OME. Konsentrasi IL-8
dalam otitis media akut secara signifikan lebih
tinggi daripada di OME kronis. IL-8 terdeteksi
dalam proporsi yang tinggi pada analisa cairan
efusi yaitu mencapai 100%, dan biasanya
menunjukkan nilai konsentrasi rata-rata tertinggi
dari sitokin proinflamasi lainnya. Pada cairan efusi
yang sama, konsentrasi IL-8 4.805 pg/mg,
sedangkan konsentrasi IL-1β dan TNF-α adalah
4.075 pg/mg dan 163 pg/mg. Namun, ada korelasi
yang signifikan antara konsentrasi IL-8 dan
konsentrasi IL-1β dan TNF-α pada efusi yang
menunjukkan bahwa IL-1β dan TNF-α dapat
menginduksi hipersekresi IL-8 pada OME.10,14
Pentingnya IL-8 dalam etiologi OME
telah terbukti dengan in vivo dan in vitro model
yang dilakukan Johnson dkk dikutip Simrinova.
Injeksi IL-8 transtimpani pada manusia dengan
OME sebanyak 25 mug / ml menyebabkan
peradangan telinga tengah. Peradangan
berkembang dalam 8 jam pertama setelah injeksi
IL-8 dan disertai dengan penebalan lapisan epitel
dan infiltrasi sel inflamasi ke dalam ruang
subepitel.10
Berdasarkan hasil penelitian IL-8 pada
OME dapat dibuat kesimpulan: 1) IL-8 adalah
mediator peradangan telinga tengah yang terakhir
diproduksi oleh sitokin proinflamasi lainnya (IL-
1β, IL-6 dan TNF-α) dengan mengakumulasikan
42
Peran Sitokin pada... (Angie Rennatha A.S., Artono)
sel inflamasi dan sel pada mukosa telinga tengah.,
2) IL-8 adalah faktor kemotaksis utama untuk
neutrofil pada inflamasi telinga tengah dan
bertanggung jawab untuk akumulasi neutrofil pada
OME., 3) Sitokin proinflamasi primer (IL-1β dan
TNF-α) dapat mengontrol ekspresi dan sekresi IL-
8 selama proses inflamasi telinga tengah. Oleh
karena itu IL-8 dapat dianggap sebagai sitokin
sekunder pada peradangan telinga tengah (Gambar
2)., 4) IL-8 berpartisipasi dalam respon imun lokal
pada telinga tengah terhadap virus dan bakteri.10
Secara umum, IL-8 adalah mediator
proses inflamasi yang berlangsung di telinga
tengah dan bertanggung jawab untuk infiltrasi sel
inflamasi ke dalam jaringan telinga tengah dan
akumulasi sel inflamasi pada OME.10,12,14
Penelitian tentang sitokin proinflamasi
pada manusia dengan OME menunjukkan bahwa
keempat sitokin TNF-α, IL-1β, IL-6 dan IL-8
diproduksi dalam jaringan telinga tengah sebagai
respon adanya bakteri patogen dan virus, serta
berpartisipasi dalam stimulasi dan regulasi proses
molekuler yang menyertai peradangan OME
(Gambar 2).10,11,13,14
RINGKASAN
Otitis media efusi merupakan suatu
proses inflamasi pada telinga tengah ditandai
adanya kumpulan sekret dengan membran timpani
yang intak. Sekret dapat berupa serous atau mukoid
yang menetap selam 3 bulan atau lebih.
Patofisiologi OME multifaktorial
meliputi disfungsi tuba Eustachius, reaksi alergi,
disfungsi imun lokal akibat adanya bakteri patogen
atau komponen bakteri yang menetap.
Mediator inflamasi yang terlibat
berdasarkan beberapa penelitian dalam kurun
waktu terakhir yaitu sitokin proinflamasi meliputi
TNF-α, IL-1β, IL-6 dan IL-8. Sitokin tersebut
mengatur proses molekuler yang menyebabkan
perubahan patologis di telinga tengah dalam tahap
awal dari penyakit seperti: jaringan infiltrasi sel
inflamasi, hipersekresi musin, akumulasi efusi pada
telinga tengah.
43
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 37 - 44
DAFTAR PUSTAKA
1. Cannel SS, Balkany TJ. Infection of the
ear. In: Lee KJ ed. Essential
otolaryngology head and neck surgery.
Ninth edition. New York: Mc graw hill;
2008. p.304-41
2. Pai S, Sanjay R, Parikh SR. Otitis media.
In: Lawlani AK ed. Current diagnosis and
treatment in otolaryngology head and
neck surgery. Third edition. New York:
Mc graw hill; 2012. p.674-81
3. Johnson MD, Fitzgeral JE, Leonard G,
Burleson JA, Kreutzer DL. Cytokines in
experimental otitis media in effusion.
Laryngoscope. 1994; 104: 191-6
4. Ceng AT, Young M. Middle ear effusion
in children. Indian J Pediatr. 1997; 64:
755-61
5. Skotnicka B, Hassman E.
Proinflammatory and immunoregulatory
cytokines in middle ear effusion. Eur
Arch Otorhinolaryngology. 2000; 257:
323-6
6. Dhingra PL, Dhingra S. Disorder of
middle ear. In: Dhingra D. Disease of ear
nose and throat. Fifth edition. New Delhi:
Elsevier; 2010. p. 69-74
7. Kentjono WA. Mikrobiologi dan
imunologi otitis media. Dalam: Mulyarja,
Soedjak S, Kentjono WA, Wisnubroto,
Hernomo SS, Harmadji S dkk ed. Otitis
media dan permasalahannya serta
kemajuan implantasi koklea. Surabaya:
PKB V; 2006. hal. 23-37
8. Subowo. Sitokin dalam sistem imun.
Dalam: Subowo ed. Imunobiologi. Edisi
2. Jakarta: Sagung seto; 2009. hal. 121-
46
9. Baratawijaya KG. Sitokin. Dalam:
Rengganis ed. Imunologi dasar. Edisi 8.
Jakarta: Balai penerbit FKUI. hal. 217-56
10. Smirnova MG, Kiselev SE, Gruchef NV,
Bircho JP, Pearson JP. Role of
proinflammatory cytokine TNF-alpha,
IL-1beta, IL-6, and IL-8 in the
pathogenesis of the otitis media with
effusion. European Cytokine Network.
2002; 13: 161-72
11. Smirnova NG, Birchall JP, Pearson JP.
TNF-alpha in otitis media with effusion.
Cytokine. 2000; 12: 1732-6
12. Skotnicka B, Hassman E.
Proinflammatory and immunoregulatory
cytokine in middle ear effusion.
International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology. 2008; 72:13-7
13. Samuel EA. Burrows A, Kerschner JE.
Cytokine regulation in human middle ear
epithelial model. 2007. Avalilable from
www.elsevier.com/locate/issn. Accessed
July 5, 2012
14. Pospiech L, Jawaska M, Kubacka.
Interleukine-8 in otitis media with
effusion. Auris Naris Larynx. 2000; 27:
213-7
44
Peran Sitokin pada... (Angie Rennatha A.S., Artono)