Otitis Eksterna Difusa

12
OTITIS EKSTERNA DIFUSA PENDAHULUAN Otitis ekterna difusa adalah peradangan yang terjadi pada seluruh liang telinga . Tampak kulit liang telinga hiperemis dan oedem dengan batas yang tidak jelas, serta tidak terdapat furunkel. Penyakit ini sering dijumpai pada iklim yang panas dan lembab. Kuman penyebabnya biasanya golongan Pseudomonas. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sebagai akibat sekunder dari otitis media supuratifa kronis EPIDEMIOLOGI Otitis eksterna difusa sering dijumpai pada iklim tropis, sehingga dahulu penyakit ini memiliki nama yang bervariasi yang menunjukkan frekuensi kejadiannya, misalnya: tropical ear, singapore ear, swimmer’s ear dan sebagainya. PATOGENESIS Keadaan panas dan lembab dapat menyebabkan pembengkakkan dari stratum korneum dari kulit yang akan menyumbat lubang-lubang folikel. Kontak dengan kelembaban dari luar, misalnya berenang atau mandi akan meningkatkan maserasi kulit liang telinga dan menghasilkan suatu media yang baik untuk pertumbuhan

Transcript of Otitis Eksterna Difusa

Page 1: Otitis Eksterna Difusa

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

PENDAHULUAN

Otitis ekterna difusa adalah peradangan yang terjadi pada seluruh liang

telinga . Tampak kulit liang telinga hiperemis dan oedem dengan batas yang tidak

jelas, serta tidak terdapat furunkel.

Penyakit ini sering dijumpai pada iklim yang panas dan lembab. Kuman

penyebabnya biasanya golongan Pseudomonas.

Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sebagai akibat sekunder dari otitis media

supuratifa kronis

EPIDEMIOLOGI

Otitis eksterna difusa sering dijumpai pada iklim tropis, sehingga dahulu

penyakit ini memiliki nama yang bervariasi yang menunjukkan frekuensi

kejadiannya, misalnya: tropical ear, singapore ear, swimmer’s ear dan sebagainya.

PATOGENESIS

Keadaan panas dan lembab dapat menyebabkan pembengkakkan dari

stratum korneum dari kulit yang akan menyumbat lubang-lubang folikel. Kontak

dengan kelembaban dari luar, misalnya berenang atau mandi akan meningkatkan

maserasi kulit liang telinga dan menghasilkan suatu media yang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Perubahan ini juga mengakibatkan gatal dari liang telinga

yang menambah kemungkinan trauma akibat pengorekkan, pengeringan daun

telinga secara berlebihan dengan handuk kotor, dan sebagainya. Hal ini akan

diikuti dengan infeksi yang sebenarnya. Bila infeksi bersifat unilateral, ia akan

mudah menyebar ke telinga lain melalui jari. Infeksi yang tidak diobati bisa

menyebar ke aurikula dan kemudian ke wajah.

Penyakit ini dapat terjadi pada bayi oleh karena masuk air susu ke dalam

liang telinga.

Page 2: Otitis Eksterna Difusa

ETIOLOGI

Di Amerika Serikat sekitar 98 % dari otitis ekterna difusa disebabkan oleh

Pseudomonas aeruginosa. Kasus lainnya mungkin disebabkan oleh Proteus

vulgaris, E. coli, Staphylococcus sp. dan Mucor sp.

Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media

supuratifa kronis yang biasanya bersifat unilateral akibat iritasi dari sekret.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis dari otitis eksterna difusa sangat bervariasi, lebih tergantung

dari struktur liang dari pada penyebabnya. Gejala awal berupa perasaan gatal pada

liang telinga yang merupakan permulaan peradangan. Keadaan ini sering

bersamaan dengan perasaan gatal pada tenggorokan yaitu pada dasar tonsil.

Pergerakkan dari otot-otot palatum akan menimbulkan perasaan gatal yang berasal

dari tenggorokkan, tetapi pergerakkan dari daun telinga tidak menimbulkan

perasaan gatal ini, kebalikkannya merupakan gatal yang disebabkan oleh otitis

eksterna difusa.

Bila proses tersebut bertambah berat, perasaan gatal akan berlanjut

menjadi sakit yang dapat sangat hebat. Hal ini bersamaan denganedeema yang

menekan liang telinga. Pergerakkan dari telinga atau tulang rawan liang telinga

seperti mengunya akan menimbulkan perasaan sakit. Proses eksudasi dan

pembengkakkan ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran sebagai akibat

sekundedr dari obstruksi liang telinga.

Sekretnya mula-mula serous tetapi segera berubah menjadi purulen dan

kental bila bercampur dengan sel-sel pus dan epitel yang mengalami deskuamasi.

Pada bentuk yang kronis hanya dijumpaisedikit sekret atau tidak sama sekali

dengan bentuk koagulan pada liang telinga. Pada umumnya menimbulkan bau

nusuk sebagai akibat kerja dari bakteri saprofit atau jamur pada liang telinga.

Gejala toksisitas dengan adanya dedmam menunjukkan penyebaran secara

limfatik.

Page 3: Otitis Eksterna Difusa

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis yang cermat

Biasanya dijumpai trias: gatal, korek dan sakit.

2. Pemeriksaan liang telinga

Tanda utama dari otitis eksterna difusa yaitu nyeri yang sama tarikan pada

aurikula atau penekanan pada tragus akan memperhebat nyeri ini. Pada

keadaan akut akan dijumpai kulit liang telinga berwarna merah dan

biasanya edema, kadang-kadang sampai tingkat yang dapat menyumbat

total liang telinga tersebut. Biasanya akan dijumpaieksudat purulen yang

khas infeksi pseudomonas. Liang telinga bagian dalam tidak dapat diamati

tanpa mengakibatkan nyeri yang hebat pada penderita.

Pada keadaan yang kurang akutpembengkakkan dan kemerahan

liang telinga dapat bersamaan dengan debris. Telinga tersebut sensitif

terhadap perabaan dan kadang-kadang dijumpai pembesaran kelenjar di

depan tragus. Membrana timpani dapat terlihat atau tidak, bila terlihat

warnanya kabur.

DIAGNOSIS BANDING

1. Otitis Media

Pada otitis media sekret seperti benang dan pendengaran berkurang dan

penarikkan pada aurikula atau penekanan pada tragus tidak memperhebat

nyeri tersebut.

2. Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkulosis)

PENATALAKSANAAN

Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa

pembersihat cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang mudah

dilakukan dengan menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian liang

telinga dioleskan aluminium suasetat 0,025 % atau alkohol, walaupun alkohol

dapat menyebabkan ketidaknyamanan hebat. Kemudian beberapa tetes larutan

antibiotika dimasukan ke dalam liang telinga tersebut.

Page 4: Otitis Eksterna Difusa

Ingat bahwa antibiotika harus berkontak seluruhnya dedngan kulit liang

telinga secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani,

pasien disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika

dn dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan4 atau 5 tetes ke dalam

telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kemabali.

Biasanya terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan

3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat pembengkakkan

sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat masuk ke liang telinga.

Pada keadaan ini, masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5 cm dan

ditekan hati-hati ke dalam liang telinga deengan forsep bayonet atau forsep buaya.

Ujung dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timapani dan ujung

luarnya harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada salah satu

sisinya, gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4

jam. Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga.

Dua puluh empat jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan,

serta kemudian dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam

waktu 48 jam, edeema akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan

antibiotika dapat langsung masuk ke dalam telinga.

Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat

(cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien.

Bila infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan

semuanya ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat

(creysylate) atau mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air

selama 2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.

Biasanyaterapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri

dalam 34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa

dapat diberikan kodein atau aspirin.

Kadang-kada ada individu yang sangat rentan terhadap otitis eksterna,

pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya air, busa

sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat membersihkan

telinganya dengan alkohol.

Page 5: Otitis Eksterna Difusa

Sehabis berenang pembilasan telinga dengan alkohol, asam asetat 2 % di

dalam aluminium asetat (domeboro atic), atau asam asetat 2% di dalam propilen

glikol (vosol) sering dapat menceegah timbulnya otitis eksterna. Bagi pasien yang

tidak mendapat manfaat dengan larutan tersebut, dapat menggunakan custom

mode ear molds bila terdapat kemungkinan masuknya air ke dalam telinga.

Setelah berenang, walaupun telah menggunakan molds tersebut, telinga tetap

harus disemprotkan dengan salah satu larutan tersebut.

Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan

gejala toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid

diharapkan dapat mengurangi proses inflamasi.

KESIMPULAN

1. Otitis Eksterna difusa adalah peradangan yang terjadi pada seluruh liang

telinga

2. Otitis eksterna difusa sering dijumpai pada iklim panas dan lembab

3. Penyebab utamanya adalah Pseudomonas aeruginosa.

4. Gejala klinis awal berupa gatal pada liang telinga yang berlanjut menjadi

sakit

5. Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna berupa

pembersihan semua debris dan nanah di dalam telinga, yang kemudian

baru diberikan tetesan antibiotika.

Page 6: Otitis Eksterna Difusa

DAFTAR PUSTAKA

1. Adenin A, Kumpulan Kuliah Telinga, Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

2. Ballenger, Yacob J, Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,

13th ed, page1084-95.

3. Cody, Thone D, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokkan (Diseases of

the Ears, Nose and Throat) Penuntun untuk diagnosis dan Petalaksanaan,

EGC: 108-10.

4. Pracy R, Short Textbook Ear, Nose and throat, page 16.

5. Scott-Brown’s, Diseases of the Ear, Nose and Throat, 4 th Ed, vol 2, The

Ear, page 106-8.

Page 7: Otitis Eksterna Difusa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan paper ini pada

waktunya. Paper ini berjudul ”OTITIS EKSTERNA DIFUSA”. Paper ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior di

Bagian Penyakit THT di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing Dr.Hj.

Netty Harnita, Sp.THT karena berkat bantuan dan bimbingannya penulis dapat

menyelesaikan paper ini dengan sebaik-baiknya dan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada supervisor dan staff di Bagian THT

RSU. Dr. Pirngadi atas ilmu dan keterampilan yang penulis dapatkan selama 4

minggu mengikuti KKS di Bagian Penyakit THT RSU. Pirngadi Medan.

Penulis menyadari paper ini jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun

tata bahasanya. Namun penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Medan, Desember 2003

Penulis

Page 8: Otitis Eksterna Difusa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………...……………………. i

Daftar Isi …………………………………………………..……….……………. ii

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

PENDAHULUAN...................................................................................................1

EPIDEMIOLOGI.....................................................................................................1

PATOGENESIS.......................................................................................................1

ETIOLOGI...............................................................................................................2

GEJALA KLINIS....................................................................................................2

DIAGNOSIS............................................................................................................3

DIAGNOSIS BANDING.........................................................................................3

PENATALAKSANAAN.........................................................................................3

KESIMPULAN........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6

DAFTAR ISI........................................................................................................8