otitis eksterna maligna

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, invasi dan menimbulkan eksudat. Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P. aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan “malignant external otitis”. Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi

description

otitis eksterna maligna

Transcript of otitis eksterna maligna

Page 1: otitis eksterna maligna

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh

bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna

ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini

menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.

Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, invasi

dan menimbulkan eksudat.

Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau

Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan

kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan Kelleman

(1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P. aeruginosa.

Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya

dengan “malignant external otitis”. Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang

agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.

Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41

%),strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini

merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular,

atau ke tulang temporal. Biasanyaseluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga

luar dapat dianggap pembentukan lokalotitis eksterna.

Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,

disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari

2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan

baru dimana,dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna

difusa dan 585 kasus(5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada

daerah-daerah yang panasdan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. (Abdul

Gofar, 2006)

Page 2: otitis eksterna maligna

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dantelinga dalam. Telinga

luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkangelombang bunyi ke struktur – struktur telinga

tengah. Telinga luar terdiri dari dauntelinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai

membran timpani. Di dalamtelinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus

dan stapes.Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler

yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis

Page 3: otitis eksterna maligna

.

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk – lekuk dandibungkus oleh

kulit tipis. Lekukan – lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,tragus, antitragus, fossa

skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.Permukaan lateral daun telinga mempunyai

tonjolan dan daerah yang datar. Tepidaun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian

postero-superiornyaterdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’ tubercle).

Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior

antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura inidisebut fosa

triangular . Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di depananteheliks terdapat konka. Di

bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian

di seberang tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.1

Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di permukaan

anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makinke bawah lapisan subkutan

bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun

telinga bagian posterior berasaldari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga

sebagian kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga

jugadiperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama diperdarahioleh

cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan daun telingadisuplai oleh cabang

– cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikalis, juga dari cabang

aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular N. vagus.

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertigaluar dan

bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira – kira2,5 cm – 3 cm. Bentuk

Page 4: otitis eksterna maligna

liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut bagiantulang rawan dan bagian tulang karena

itu membran timpani biasanya tidak dapatterlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari

luar ke dalam tidak selalusama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di

medial batas bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran timpani,

bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk sudut tajam(acute

anterior tympanic angle) , sehingga bagian tepi anteriorinferior membran timpani sukar dilihat

langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkandiameter membran timpani paling panjang

pada bagian obliq anteroinferior ke posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam

ini liang telingamenonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga

bagiantulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,mengandung

folikel rambut dan kelenjar – kelenjar, sedangkan kulit di bagiantulang merupakan kulit yang

tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar

– kelenjar.

Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga mempunyaiarti klinis

yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatandengan sendi

temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dindinginferior liang telinga juga

berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan

( fissure of Santorini) memungkinkaninfeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan

sebaliknya pada ujungmedial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan

tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang manamemisahkan

lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, di sebelah

medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji ke arah lateral suatu lempengan

tulang lebih tebal memisahkan liang telingadari fossa krani medial. Dinding posterior liang

telinga bagian tulang terpisah darisel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.

Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan

Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi kondisi host

misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahansifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di

liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,

selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut

membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang

Page 5: otitis eksterna maligna

sangat unik karena merupakan satu – satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak

di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap

pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral

membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit denganlapisan serumen dan isthmus. Salah

satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan serumen atau

kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan

serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel – sel stratum korneum ikut pula

berperan dalam pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada

dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatufaktor tambahan

yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi sebagai proteksi. Dapat

berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari

membran timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan

pembentukan fisura pada epidermis.

Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.Bagian

anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe preaurikuler

di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal bagiansuperior. Bagian inferior, disalurkan ke

infraaurikuler dekat angulus mandibula.Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe

postaurikuler dan kelenjar limfeservikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus

akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf trigeminus (V), fasial

(VII),glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X).

Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga kemembran

timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq diliang telinga, membatasi

liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membrantimpani rata – rata sekitar 1 cm, paling

panjang pada arah anterior – inferior kesuperior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis

yaitu lapisan luar, lapisantengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari

kulit yangmelapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat yang terdiriatas

dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut – serabutnya berpusat dimanubrium maleus, lapisan

sirkuler yang serat – seratnya lebih padat di lingkaranluar dan makin jarang ke arah sentral.

Page 6: otitis eksterna maligna

Lapisan dalam merupakan bagian dari lapisan mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi

menjadi dua bagian yaitu parsflaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah.

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh dauntelinga dalam bentuk

gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan

membran timpani diteruskan ke telingatengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

mengamplifikasi getaranmealui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membrantimpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akanditeruskan

ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa padaskala vestibuli bergerak.

Getaran diteruskan ke membrana Reissner yangmendorong endolimfa, sehingga akan

menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan

rangsang mekanik yangmenyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga

kanal ionterbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan

inimerupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam

sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, laludilanjutkan ke nukleus

auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis.

2.3 Pengertian Otitis Eksterna Maligna

Beberapa pengertian otitis eksterna maligna menurut teori.

Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau

Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan

kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Menurut Meltzer dan

Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P.

aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan

menyebutnya dengan “malignant external otitis”. Otitis eksterna ini maligna karena sifat

kliniknya yang agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.

Bentuk yang jarang namun lebih serius infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna

(osteomielitis tulang temporal ). Merupakan infeksi progresif, melemahkan dan terkadang fatal

Page 7: otitis eksterna maligna

pada kanalis auditoris eksternus, jaringan sekitarnya dan dasar tengkora. Biasanya disebabkan

oleh Pseudomonas Aeruginosa pada pasien dengan ketahanan rendah terhadap infeksi, seperti

diabetes.(Brunner & Suddarth,2002).

Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut difus di liang telinga

luar (Mansjoer, 2001).

2.4 Etiologi

Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut :

1. Diabetik (90 % ),

Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati

pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan

penyebab utama predisposisi ini.Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi

dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak

perbedaan antara DM tipe I dan II.

2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena

penggunaan obat

3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi

telinga pada pasien diabetik.

2.5 Manifestasi Klinis

1. Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga

2. Diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak

3. Pembengkakan liang telinga.

4. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya

jaringan granulasi secara subur.

5. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial.

6. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan

akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa.

7. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar

gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan

kesulitan pengobatan yang adekuat.

Page 8: otitis eksterna maligna

2.6 Pembagian Derajat

1. Stage I : Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga. ( otalgi yang

menetap, terbatas pada liang telinga luar, belum ada kelumpuhan n. fasialis)

2. Stage II : Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan (kelumpuhan nevus fasialis pada

foramen jugualar bagian lateral)

3. Stage III : Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal. (Ekstensi sampai

foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala)

Page 9: otitis eksterna maligna

2.7 Patogenesis

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlahleukosit,

laju endap darah dan gula darah sewaktu2. Pemeriksaan kultur yangdiperoleh dari sekret

liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah

P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas

sp mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis.

Eksotoksin dapatmenyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan

lainnyamenghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.

Page 10: otitis eksterna maligna

2. Radiologi

CT scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulangtengkorak

dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada

stadium awal. Scan Technetium (99Tc) methylenediphosphonate menunjukkan area yang

mengalami osteogenesis dan osteolisis.Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan

lunak yang mengalamiinflamasi.

3. Histopatologi

Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Prosesinfeksi

meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaranhistology juga dapat

terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan

dermis disertai infiltrate PMN. Kartilagodikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak

destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid

menunjukkanadanya sel – sel inflamasi akut.

2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi, pengobatan lokal

pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan

pembedahan.

Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian

penting di sekitarnya. Pasien otitis eksterna maligna harus dirawatinapkan minimum 4-6

minggu. Pasang cairan IV untuk pemberian obat. Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM,

3-5 perkilogram berat badan harus diberikan dalam dosisi terbagi setiap 8 jam.Karbenisilin

harus diberikan IV dengan dosis 4-5 mg setiap 4 jam.Terapi antibiotik parenteral harus

diteruskan selama 2 minggu sampai infeksi terlihat telah teratasi. Karena gentamisin dan

tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi

ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.

Telinga harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara

waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi

diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi manapun yang

menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anastesi lokal, akan

Page 11: otitis eksterna maligna

mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman meatus

akustikus eksternus. Biasanya tidak dperlukan pembedahan dan ia dihindarkan. Tetapi bila

keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah diberikan terapi medis, mungkin

diperlukan mastoidektomi radikal. Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan

bentuk terapi yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas,

maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan

bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran

infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu

pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses, debridemant

lokal jaringan granulasi.

BAB 3

Page 12: otitis eksterna maligna

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EKSTERNA

3.1         Pengkajian

3.1.1   Riwayat Kesehatan

a.    Keluhan Utama

Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga,

pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk

b.    Riwayat penyakit sekarang

pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-

lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa

usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.

c.    Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini,

apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien

sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma,

apakah klien sering berenang.

d.   Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan

apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

3.1.2   Pemeriksaan Fisik

a.    Inspeksi

1.        Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna

kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.

2.        Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran

timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.

b.    Palpasi

Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat

dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta

3.2         Diagnosa Keperawatan

Page 13: otitis eksterna maligna

1.      Nyeri b/d respon inflamasi

2.      Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga

3.      Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara

3.3 Rencana Intervensi

Nyeri b/d respon inflamasi

Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

berkurang

Kriteria hasil :

          Skala nyeri berkurang yaitu 0-1

          Pasien dapat beristirahat

          Ekspresi meringis (-)

          TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24

x/menit, T : 36,5-37,5°C)

          Kanalis tetap terbuka

INTERVENSI RASIONAL

BHSP Meningkatkan kepercayaan pasien

Berikan lingkungan tenang dan nyaman Membantu pasien untuk dapat

beristirahat

Memasang sumbu bila kanalis

auditorius mengalami edema

untuk menjaga kanalis tetap terbuka

Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

pasien

Kolaborasi pemberian analgesik sesuai

indikasi

Mengurangi rasa sakit yang dirasakan

pasien

Kaji skala nyeri Mengetahui skala nyeri pasien

Pantau TTV pasien Untuk mengetahui status kesehatan

pasien

Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan

Page 14: otitis eksterna maligna

persepsi sensoridapat teratasi

Kriteria Hasil :

          Pasien dapat berinteraksi

INTERVENSI RASIONAL

Berbicara dengan suara yang jelas Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Menggunakan kalimat atau bahasa yang

mudah dimengerti

Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Berdiri dihadapan klien saat berbicara Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan

persepsi sensoridapat teratasi

Kriteria Hasil :

          Pasien dapat berinteraksi

INTERVENSI RASIONAL

Dapatkan apa metode komunikasi yang

dinginkan dan catat pada rencana

perawatan metode yang digunakan oleh

staf dan klien, seperti :

1.    Tulisan

2.    Berbicara

3.    Bahasa isyarat.

Dengan mengetahui metode

komunikasi yang diinginkan oleh klien

maka metode yang akan digunakan

dapat disesuaikan dengan kemampuan

dan keterbatasan klien.

Gunakan faktor-faktor yang

meningkatkan pendengaran dan

pemahaman.

1.    Bicara dengan jelas, menghadap

individu.

2.    Ulangi jika klien tidak memahami

seluruh isi pembicaraan.

3.    Gunakan rabaan dan isyarat untuk

meningkatkan komunikasi.

Memungkinkan komunikasi dua arah

anatara perawat dengan klien dapat

berjalan dnegan baik dan klien dapat

menerima pesan perawat secara tepat.

Page 15: otitis eksterna maligna

Kaji kemampuan untuk menerima

pesan secara verbal.

Pesan yang ingin disampaikan oleh

perawat kepada klien dapat diterima

dengan baik oleh klien

BAB 4

PENUTUP

Page 16: otitis eksterna maligna

4.1         Kesimpulan

Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran

telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena

infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)

Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya

jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga

meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006)

Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi telinga yang mengenai saluran telinga

baik itu akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, seperti staphylococcus aureus,

staphylococcus albus, E.coli, cuaca yang panas dan lembab, tetapi kebanyakan di sebabkan oleh

termasuknya air dalam kanalis auditorius eksterna (telinga perenang), trauma kulit kanalis yang

memungkinkan masuknya organisme ke dalam jaringan dan kondisi sistemik seperti defisiensi

vitamin dan kelainan endokrin, dan banyak factor yang lainnya. Otitis eksterna ini di bagi lagi

menjadi beberapa jenis seperti : otitis eksterna difus, otitis eksterna sirkumskripta, dan otitis

eksterna maligna.

Dari ke tiga jenis ini masing-masing mempunyai kesamaan dan perbedaan, yang

ditandai dengan : gatal pada liang telinga, adanya benjolan di telinga, nyeri hebat saat membuka

mulut, pendengaran berkurang, telinga terasa ada cairan. Komplikasinya bisa berupa : paresis

atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal,

meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, kerusakan pada saraf VII dan VII.

Adapun upaya untuk mencegah hal ini terjadi diantaranya yaitu, liang telinga di

bersihkan secara teratur, jangan mengoreknya terlalu dalam, dan gunakan bahan yang tidak

menimbulkan iritasi.

4.2         Saran

Berhati-hati dalam membersihkan telinga. Penggunaan alat irigasi dan tata cara

pembersihan yang salah juga turut menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pada telinga luar.

Dalam penulisan makalah ini, penulis dapat menyampaikan saran kepada semua

pihak, baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan sintang agar

mampu mendeteksi dini dan melakukan penanganan lebih lanjut apabila di temukan klien dengan

otitis eksterna khususnya otitis eksterna maligna, selain itu juga dapat melakukan pencegahan

Page 17: otitis eksterna maligna

dini dengan pola hidup yang baik, sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi

maupun mahasiswa/i Stikes Hang Tuah Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC,

Jakarta.

Page 18: otitis eksterna maligna

Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta.

Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majalah

Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3.  Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam

Malik, Medan

Pracy, R. 1983. Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorok. Gramedia :

Jakarta

Jurnal : Suplemen, Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No. 3, September 2006