Otitis Eksterna Maligna 23

22
Tinjauan pustaka Otitis Eksterna Maligna Pendahuluan Otitis eksterna maligna disebut juga otitis eksterna nekrotikans, merupakan suatu infeksi difus pada liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh organisme Pseudomonas. Pada otitis eksterna maligna, peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan kerusakan tulang temporal. Penyebabnya adalah bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi dimulai pada meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak. Dari daerah tersebut dapat memberikan efek pada struktur – struktur utama seperti arteri karotis, vena jugularis, dan saraf kranial dan intrakranial. Otitis eksterna maligna biasanya ditemukan pada pasien diabetik usia lanjut, tetapi dapat juga ditemukan pada pasien dengan imunitas yang rendah. Toulmouche adalah orang pertama yang melaporkan kasus otitis eksterna maligna pada tahun 1838, dimana dia melaporkan Otitis Eksterna Maligna Page 1

description

dokumen

Transcript of Otitis Eksterna Maligna 23

Tinjauan pustaka

Otitis Eksterna Maligna

Pendahuluan

Otitis eksterna maligna disebut juga otitis eksterna nekrotikans, merupakan suatu infeksi difus pada liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh organisme Pseudomonas. Pada otitis eksterna maligna, peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan kerusakan tulang temporal. Penyebabnya adalah bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi dimulai pada meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak. Dari daerah tersebut dapat memberikan efek pada struktur struktur utama seperti arteri karotis, vena jugularis, dan saraf kranial dan intrakranial. Otitis eksterna maligna biasanya ditemukan pada pasien diabetik usia lanjut, tetapi dapat juga ditemukan pada pasien dengan imunitas yang rendah.Toulmouche adalah orang pertama yang melaporkan kasus otitis eksterna maligna pada tahun 1838, dimana dia melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal di Gazette Medicale de Paris. Pada tahun 1959, Meltzer melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal, mandibula dan zigoma pada pasien diabetik yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Tahun 1968, Chandler yang menjelaskan tentang otitis eksterna maligna, di mana merupakan infeksi bakteri yang progresif pada meatus akustikus eksternus, yang dapat berkembang menjadi osteomielitis tulang temporal, kelumpuhan saraf kranial dan kematian. Chandler mempresentasikan 13 kasus pasien dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa yang dimulai dengan infeksi pada meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak dan menimbulkan neuropati.1Skenario

Seorang laki-laki 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering di korek dan keluar sekret kental.PembahasanAnatomi Telinga.2

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dantelinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkangelombang bunyi ke struktur struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari dauntelinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran timpani. Di dalamtelinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis

.Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk lekuk dandibungkus oleh kulit tipis. Lekukan lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,tragus, antitragus, fossa skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tepidaun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornyaterdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura inidisebut fosa triangular . Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di depananteheliks terdapat konka. Di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makinke bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun telinga bagian posterior berasaldari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga jugadiperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama diperdarahioleh cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan daun telingadisuplai oleh cabang cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikalis, juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular N. vagus.

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertigaluar dan bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira kira2,5 cm 3 cm. Bentuk liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut bagiantulang rawan dan bagian tulang karena itu membran timpani biasanya tidak dapatterlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari luar ke dalam tidak selalusama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di medial batas bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran timpani, bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk sudut tajam(acute anterior tympanic angle) , sehingga bagian tepi anteriorinferior membran timpani sukar dilihat langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkandiameter membran timpani paling panjang pada bagian obliq anteroinferior ke posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam ini liang telingamenonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga bagiantulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,mengandung folikel rambut dan kelenjar kelenjar, sedangkan kulit di bagiantulang merupakan kulit yang tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar kelenjar.

Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga mempunyaiarti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatandengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dindinginferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan ( fissure of Santorini) memungkinkaninfeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan sebaliknya pada ujungmedial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang manamemisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, di sebelah medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji ke arah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal memisahkan liang telingadari fossa krani medial. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah darisel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.

Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahansifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit denganlapisan serumen dan isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatufaktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.

Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe preaurikuler di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal bagiansuperior. Bagian inferior, disalurkan ke infraaurikuler dekat angulus mandibula.Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfeservikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf trigeminus (V), fasial (VII),glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X).

Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga kemembran timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq diliang telinga, membatasi liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membrantimpani rata rata sekitar 1 cm, paling panjang pada arah anterior inferior kesuperior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan luar, lapisantengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari kulit yangmelapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat yang terdiriatas dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut serabutnya berpusat dimanubrium maleus, lapisan sirkuler yang serat seratnya lebih padat di lingkaranluar dan makin jarang ke arah sentral. Lapisan dalam merupakan bagian dari lapisan mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi menjadi dua bagian yaitu parsflaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah.

Fisiologi Pendengaran.2Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh dauntelinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telingatengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaranmealui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrantimpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akanditeruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa padaskala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan ke membrana Reissner yangmendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yangmenyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ionterbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan inimerupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, laludilanjutkan ke nukleus auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis. Anamnesis

Otitis eksterna merupakan radang telinga yang bersifat akut maupun kronik akibat infeksi virus, jamur maupun bakteri. Anamnesis yang sangat vital dan dapat membantu menegakan diagnosis adalah sebagai berikut;3 Seberapa sering pasien mengorek telinganya?

Seberapa jauh pasien mengoreknya? Apakah sampai menyentuh bagian dalam telinga?

Apakah sebelumnya terdapat trauma pada telinga?

Apa penyebab gatal yang dirasakan tersebut?

Bagaimana sifat nyeri yang dirasakan?

Apakah disertai gejala sistemik?

Bagaimana sifat sekret yang keluar? Bau? Warna? Kekentalan?

Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus?

Pasien yang menderita otitis eksterna nekrotikans umumnya usia lanjut, menderita diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulent dapat ditemukan pada pasien ini. Kadang kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan antibiotik dan obat tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan gejala yang bermakna.Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan adanya kulit yang mengalami inflamasi, hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar meatus akustikus eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial, dan perlu memeriksa saraf kranial V XII.

Dapat ditemukan hasil sebagai beritkut dalam pemeriksaan fisik;3 Jaringan granulasi pada dinding liang telingadekat sambungan tulang kartilago menimbulkan otalgia hebat

Paresis/paralisis saraf fasialis

Sindrom foramen jugularisPemeriksaan PenunjangBeberapa pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan.4Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlahleukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu2. Pemeriksaan kultur yangdiperoleh dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas sp mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis. Eksotoksin dapatmenyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan lainnyamenghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.3Radiologi

CT scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulangtengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada stadium awal. Scan Technetium (99Tc) methylenediphosphonate menunjukkan area yang mengalami osteogenesis dan osteolisis.Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan lunak yang mengalamiinflamasi.

Histopatologi

Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Prosesinfeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaranhistology juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN. Kartilagodikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid menunjukkanadanya sel sel inflamasi akut.Diagnosis Working Diagnosis

Seorang laki-laki 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering di korek dan keluar sekret kental.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pasien laki-laki 53 tahun tersebut didiagnosis menderita otitis eksterna maligna.

Otitis eksterna maligna.3Merupakan infeksi di liang telinga luar dan struktur lain yang ada disekitarnya. Sering terjadi pada orang tua denganpenyakit diabetes melitus. Pada otitis eksterna malogna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteoris dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran temporal.

Differential DiagnosisOtitis eksterna sirkumkripta

Merupakan radang pada 1/3lateral canalis auditori eksterna yang infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus.

Gejala rasa nyeri yang hebat, nyeri saat aurikula digerakan, nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel, karena kulit liang telinga yang tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Dapat terjadi penunuran pendengaran, kalau furunkel yang besar menyumbat telinga.

Tetapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah abses diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti polimixin B atau bacitrasin atau antiseptik (asam asetat2-5% dalam alkohol 2%). Bila terdapat furunkel dilakukan insisi kemudian dipasang drain untuk mengeluarkan nanah. Diberikan obat simptomatikseperti analgetik dan penenang.

Otitis eksterna difus

Merupakan radang canalis auditori eksterna 2/3 medial. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Disebabkan oleh golongan Pseudomonas dan dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronik. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekretyang keluar dari kavum timpani pada otitis media.

Terapi dengan membersihkan liang telinga, memasukan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotik sitemik.Otomikosis

Infeksi jamur di liang telingayang tersering disebabkan oleh Pityrosporum, Aspergilus, dan dapat pula ditemukan Candida albicans. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.

Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di telinga tengah tetapi sering pula tanpa keluhan.

Tetapi dengan membersihkan telingah dengan larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% diteteskan ke liang telinga . kadang-kadang diperlukan obat anti jamur yang diberikan secara topikal yang mengandung nistatin,klotrimazol.EtiologiKecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut : 51. Diabetik (90 % ),

Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak perbedaan antara DM tipe I dan II.

2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena penggunaan obat

3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi telinga pada pasien diabetik. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, otitis eksterna maligna lebih banyak timbul pada daerah dengan iklim lembab dan basah, dibandingkan dengan iklim lainnya. Penyakit ini sering ditemukan lebih banyak pada laki laki daripada perempuan dan dilaporkan menyerang kelompok semua umur, tetapi lebih sering pada usia tua, lebih dari 60 tahun. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang sangat hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Diabetes merupakan faktor risiko utama tetapi tidak ada hubungan yang jelas dengan berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna maligna. 99% pasien otitis eksterna maligna mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus. Pasien diabetik mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya konsentrasi lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga pernah dilaporkan pada pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan HIV atau pasien yang menjalani ransplantasi organ, misalnya pada limfoma maligna, dan leukemia. Dapat juga ditemukan pada bayi bayi yang mengalami malnutrisi, dan anemia.6Patofisiologi

Perjalanan penyakitnya sebagai berikut.7

Gejala Klinis1. Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga

2. Diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak

3. Pembengkakan liang telinga.

4. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur.25. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial.

6. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa.

7. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.

Pembagian Derajat.8

1. Stage I : Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga. ( otalgi yang menetap, terbatas pada liang telinga luar, belum ada kelumpuhan n. fasialis)

2. Stage II : Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan (kelumpuhan nevus fasialis pada foramen jugualar bagian lateral)

3. Stage III : Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal. (Ekstensi sampai foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala)

Penatalaksanaan

Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan pasien dengan otitis eksterna nekrotikans. Tetapi sejak ditemukannya aminoglikosida, penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan quinolon, maka penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan. Sejak teknik pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa ahli otologi mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi. Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna nekrotikans. Yang paling penting adalah mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus. Mastoidektomi atau reseksi parsial pada dasar tengkorak mungkin diperlukan jika ada gangguan saraf fasial. Antibiotik sebaiknya diberikan sejak awal, dalam dosis yang adekuat dan dalam waktu yang lama.5 Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensinya. Karena kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 8 minggu. Pemberian antibiotik sistemik kini merupakan bentuk utama terapi. Pemberian antibiotik digunakan untuk mencegah komplikasi dan morbiditas. Di samping pemberian obat obatan sering kali diperlukan tindakan debridement secara radikal. Tindakan debridement yang kurang bersih dapat menyebabkan semakin cepatnya penyebaran penyakit. Pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses dan debridement lokal jaringan granulasi. Tanda awal adanya respon terapi terhadap penyakit adalah berkurangnya rasa nyeri. Diabetes yang terkontrol juga merupakan tanda awal adanya perbaikan. Pengobatan otitis eksterna nekrotikans sebaiknya harus berkelanjutan sampai infeksi betul betul hilang. Ini membutuhkan waktu perawatan yang lama di rumah sakit dan penggunaan antibiotik sampai enam minggu.7Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul adalah sebagai berikut 1. Neuropati

2. Meningitis

3. Abses otakPrognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan dengan lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik berupa sakit kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat kambuh kembali setelah satu tahun pengobatan komplit.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata rata kematian sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi intracranial.7KesimpulanOtitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur.

Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak.

Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi telinga yang mengenai saluran telinga baik itu akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, seperti staphylococcus aureus, staphylococcus albus, E.coli, cuaca yang panas dan lembab, tetapi kebanyakan di sebabkan oleh termasuknya air dalam kanalis auditorius eksterna (telinga perenang), trauma kulit kanalis yang memungkinkan masuknya organisme ke dalam jaringan dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin, dan banyak factor yang lainnya. Otitis eksterna ini di bagi lagi menjadi beberapa jenis seperti : otitis eksterna difus, otitis eksterna sirkumskripta, dan otitis eksterna maligna.

Dari ke tiga jenis ini masing-masing mempunyai kesamaan dan perbedaan, yang ditandai dengan : gatal pada liang telinga, adanya benjolan di telinga, nyeri hebat saat membuka mulut, pendengaran berkurang, telinga terasa ada cairan. Komplikasinya bisa berupa : paresis atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal, meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, kerusakan pada saraf VII dan VII.

Adapun upaya untuk mencegah hal ini terjadi diantaranya yaitu, liang telinga di bersihkan secara teratur, jangan mengoreknya terlalu dalam, dan gunakan bahan yang tidak menimbulkan iritasi.

Daftar Pustaka 1. Sosialisman dan Helmi.Kelainan Telinga Luar. Ilmu Ajar Penyakit THT. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC); 2001. hal 44-482. Thomas james, Monaghan Tanya. Pemeriksaan fisik dan keterampilan praktis. Buku saku Oxford. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.3. Mubin AH. Panduan Praktis Ilmu Penyakit dalam Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 20074. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.5. Sastrodiningrat, Abdul Gofar. Otitis Eksterna Maligna.SuplemenMajalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3.Dept. THT-KLFK-USU/RSUP H. Adam Malik. Medan; 20066. Jurnal : Suplemen, Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No. 3, September 20067. Tanta C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kepita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.8. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.Otitis Eksterna MalignaPage 11