Presus Otitis Eksterna Difusa

42
PRESENTASI KASUS OTITIS EKSTERNA DIFUSA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok RS Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Dahyanto 20100310169 Diajukan kepada : dr. I Wayan Marthana, M.Kes Sp.THT SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL 1

description

GHGFHG

Transcript of Presus Otitis Eksterna Difusa

Page 1: Presus Otitis Eksterna Difusa

PRESENTASI KASUS

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok

RS Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :

Dahyanto

20100310169

Diajukan kepada :

dr. I Wayan Marthana, M.Kes Sp.THT

SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

1

Page 2: Presus Otitis Eksterna Difusa

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Otitis Eksterna Difusa

Disusun Oleh :

Dahyanto

20100310169

Telah dipresentasikan dan disetujui

Pada Tanggal : Agustus 2015

Pembimbing :

dr. I Wayan Marthana, M.Kes Sp.THT

2

Page 3: Presus Otitis Eksterna Difusa

DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................. 1

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4

BAB II LAPORAN KASUS.............................................................................................. 5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Embriologi...........................................................................................................................13

Anatomi...............................................................................................................................16

Fisiologi...............................................................................................................................20

Definisi................................................................................................................................ 20

Epidemiologi....................................................................................................................... 21

Etiologi................................................................................................................................ 21

Patofisiologi.........................................................................................................................22

Gejala klinis.........................................................................................................................23

Manifestasi klinis.................................................................................................................24

Histopatologi........................................................................................................................24

Diagnosis Banding...............................................................................................................25

Penatalaksanaan...................................................................................................................25

Komplikasi...........................................................................................................................26

Prognosis..............................................................................................................................26

PEMBAHASAN..................................................................................................................26

KESIMPULAN ...................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 28

3

Page 4: Presus Otitis Eksterna Difusa

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh

infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas

dan lembab dan jarang terjadi pada iklim-iklim sejuk dan kering.

Patogenesis dari otitis eksterna sangat kompleks. Faktor pencetus dari penyakit ini

seperti keadaan panas, lembab, berenang dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar

merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk mengemukakan

pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna

baik yang akut maupun kronik. Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang

sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya.

Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain, kelembaban, penyumbatan

liang telinga, trauma local dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif

yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang

mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri

patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%),

stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).

Otitis eksterna merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat

menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga

terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis

eksterna. Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit yang terutama timbul pada musim panas

dan merupakan bentuk otitis eksterna yang paling umum. Otitis eksterna difusa merupakan

tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh Pseudomonas,

Staphylococcus, Proteus, bahkan jamur. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena

berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang

cocok bagi pertumbuhan bakteri.

4

Page 5: Presus Otitis Eksterna Difusa

BAB I

PRESENTASI KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Sdr.A

Usia : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Alamat : Jl. Pandak Trimulyo Bambanglipuro, Bantul

Tgl masuk : 29 Juli 2015

II. Anamnesis

Keluhan Utama

Nyeri pada telinga kanan

Keluhan Tambahan

Telinga kanan terasa tidak enak dan penuh

Perjalanan Penyakit

Seorang pasien datang ke poli THT dengan keluhan nyeri pada telinga kanan

sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengeluh rasa tidak enak dan penuh

di telinga yang sama. OS merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan ditekan.

Pada awalnya OS merasa gatal di telinga kanan namun saat pemeriksaan sudah tidak

lagi. OS menyangkal adanya riwayat keluar cairan dari telinga. Riwayat demam

disangkal. OS juga menyangkal berkurangnya pendengaran. OS tidak mengeluh rasa

telinga berdengung. Riwayat gigi berlubang diakui OS namun sekarang sudah

tertangani. OS mengatakan tidak ada keluhan pada sendi rahang. Riwayat nyeri

tenggorokan maupun nyeri menelan disangkal.

OS mengaku keluhan timbul setelah mengorek-ngorek telinganya dengan

cotton bud. OS memang memiliki kebiasaan untuk membersihkan telinga sendiri

setiap hari dengan menggunakan cotton bud yang dilumuri minyak tawon. Riwayat

kemasukan air saat mandi diakui oleh OS. Riwayat batuk pilek disangkal. Riwayat

hobi berenang disangkal. Riwayat kepala atau telinga terpukul juga disangkal.

5

Page 6: Presus Otitis Eksterna Difusa

Riwayat penyakit dahulu

- OS baru pertama kali merasakan keluhan seperti ini.

- Riwayat alergi obat, makanan, debu, maupun udara dingin disangkal oleh OS.

- Riwayat dirawat di RS, operasi THT disangkal oleh OS.

Riwayat penyakit keluarga

OS mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik.

Kesadaran : Compos mentis.

Berat badan : 68 Kg

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 36,0 C

Kepala : tidak ditemukan kelainan

Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

THT : seusai status lokalis

Leher : perbesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Po : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen : distensi (=), Bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat +/+, edema -/-

IV. STATUS LOKALIS THT

TELINGA

KANAN KIRI

Bentuk Daun Telinga Normal

Deformitas (-)

Normal

Deformitas (-)

Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada

6

Page 7: Presus Otitis Eksterna Difusa

Tumor Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan tragus Nyeri Tidak nyeri

Penarikan daun telinga Nyeri Tidak nyeri

Valsava test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Toyinbee test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Regio mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Liang telinga Sempit, nanah (-), serumen (-), sekret (-), hiperemis (+), oedem

(+)

Lapang, nanah (-), seru-men (-), sekret (-), hipere-

mis (-), oedem (-)

Membran timpani Sulit dinilai MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya

(+) jam 7

Kesan :

- Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), canalis

auricularis eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), membran timpani sulit

dinilai

- Telinga kiri dalam batas normal

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

• Bentuk : Normal, tidak ada deformitas

• Tanda peradangan : Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Bengkak (-)

• Vestibulum : Hiperemis -/-, sekret -/-

• Cavum nasi : Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/-

• Konka inferior : Eutrofi/eutrofi

• Meatus nasi inferior : Eutrofi/eutrofi

7

Page 8: Presus Otitis Eksterna Difusa

• Konka medius : Eutrofi/eutrofi

• Meatus nasi medius : Sekret -/-

• Septum nasi : Deviasi -/-

• Pasase udara : Hambatan -/-

• Daerah sinus frontalis : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)

• Daerah sinus maksilaris : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)

RHINOPHARYNX (RHINOSKOPI POSTERIOR) - Tidak dilakukan pemeriksaan

• Koana : -

• Septum nasi : -

• Muara tuba eustachius : -

• Torus tubarius : -

• Konka inferior dan media : -

• Dinding posterior : -

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI

KANAN KIRI

Sinus frontalis, grade: Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sinus maksilaris, grade: Tidak dilakukan Tidak dilakukan

TENGGOROK

PHARYNX

Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-)

Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)

Tonsil :

- Ukuran T1/T1 tenang

- Hiperemis -/-

- Kripta melebar -/-

- Detritus -/-

- Perlengketan -/-

Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)

Gigi : gigi geligi lengkap, caries (-)

Lain-lain : radang ginggiva (-), post nasal drip (-)

8

Page 9: Presus Otitis Eksterna Difusa

LEHER

Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar

Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar

V. RESUME

Dari anamnesis didapatkan OS, seorang laki-laki berumur 45 tahun, datang

dengan nyeri di telinga kanan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengeluh

telinga terasa tidak enak dan penuh. OS mengaku merasa nyeri jika bagian depan telinga

kanan ditekan. Pada awalnya telinga kanan terasa gatal namun saat pemeriksaan sudah

tidak lagi. OS sering membersihkan telinga dengan mengoreknya menggunakan cotton

bud. Riwayat kemasukan air diakui OS. Riwayat hobi berenang disangkal.

Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kanan nyeri tekan tragus (+),

nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+), edema (+), KGB regional membesar

(-).

Telinga kiri dalam batas normal

VI. Diagnosis

Otitis externa difusa auricularis dextra

Dasar diagnosis:

Diagnosis kerja otitis eksterna difusa akut diambil berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik yang didapatkan pada OS.

Anamnesis:

- Rasa nyeri, penuh, tidak enak di telinga kanan

- Rasa gatal yang terjadi mendahului nyeri telinga

- OS mengaku kemasukan air saat mandi

- Riwayat kebiasaan: OS suka membersihkan telinga setiap hari dengan cotton bud

Pemeriksaan fisik telinga:

- Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis

(+), edema (+)

- Pendengaran normal

VII. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yaitu :

Irigasi liang telinga menggunakan H2O2 3%

Dipasang tampon Sofra-Tulle selama dua hari

9

Page 10: Presus Otitis Eksterna Difusa

Antibiotik : Siprofloksasin tab 500 mg 2x1 selama 5 hari

• Otopain 2 dd II tetes telinga dextra

Analgetik: Asam mefenamat tablet 500 mg 3x1

Kortikosteroid: Dexametason tab 3x1

Anjuran :

Saat mandi atau berenang jangan sampai kemasukan air ke dalam telinga

Pasien dilarang mengorek – ngorek telinga dengan instrumen yang tidak tepat

seperti cotton bud

Kontrol ke poliklinik THT 2 hari kemudian untuk pelepasan tampon atau

tampon bisa diepas sendiri setelah dua hari.

VIII. Prognosis

Dubia ad bonam

10

Page 11: Presus Otitis Eksterna Difusa

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. Embriologi

Pembentukan telinga dimulai dari pembentukan telinga dalam, telinga tengah

dan terakhir pembentukan telinga luar.

a. Telinga Dalam

Pada manusia, telinga dalam embrio berkembang kira-kira pada umur 22 hari

sebagai penebalan ektoderm permukaan pada kedua sisi rhombencephalon. Penebalan

ini disebut plakoda otik. Plakoda otik kemudian berinvaginasi membentuk vesikula

otik atau otokista.

Gambar 1. Perkembangan vesikula auditori

Pada tahap perkembangan selanjutnya vesikula otik bagian ventral membentuk

sacculus dan cochlearis dan bagian dorsal membentuk utriculus, canalis semisircularis

dan ductur endolimphatikus. Pembentukan saluran-saluran tersebut disebabkn karena

adanya bagian-bagian tertentu dari daerah tersebut yang berdegenerasi.

11

Page 12: Presus Otitis Eksterna Difusa

Gambar 2. Perkembangan telinga dalam

Ductus cochlearis yang sedang tumbuh menembus mesenkim di sekitarnya

dan berpilin seperti bentuk spiral. Sekarang ductus cochlearis tetap berhubungan

dengan sacculus melalui ductus reuniens.

Ductus semisircularis, urticle, sacculus, ductus endolimphatikus, utrico-

saccular, ductus reuniens dan ductus cochlearis diisi dengan cairan endolimph,

Sedangkan semua struktur membran dari saluran tersebut dinamakan membran

labirin. Dinding sel membran labirin sangat tipis dan terdiri atas sel-sel epitel tunggal

yang ditutupi oleh lapisan serabut jaringan ikat yang dibentuk dari mesenkim di

sekitarnya. Beberapa dari sel-sel epitel dimodifikasi menjadi sel-sel rambut (sel-sel

neuroepitel) dan beberapa menjadi sel-sel pendukung. Dasar dari sel-sel neuroepitel

dikelilingi oleh ujung serabut saraf yang datang dari ganglion spinal dan ganglion

vestibular. Ganglion tersebut berhubungan dengan otak melalui serabut saraf yang

dibentuk oleh saraf auditori. Semua membran labirin pertama ditransformasi menjadi

rawan kemudian menjadi tulang. Dengan cara ini semua membran labirin ditutupi

oleh tulang dan disebut tulang labirin. Ruang di antara membran labirin dan tulang

labirin berisi cairan perilimph.

 

12

Page 13: Presus Otitis Eksterna Difusa

b. Telinga Tengah

Gambar 3. Pembentukan telinga tengah

Dibentuk dari kantung faring I yang tumbuh dengan cepat ke arah lateral.

Bagian distal kantung disebut processus tubotympaticus, kemudian melebar

membentuk cavum tympani sederhana, sedangkan bagian proksimal tetap sempit dan

membentuk saluran eustachius yang menghubungkan cavum tympani dengan

nasofaring.

c. Telinga Luar

13

Page 14: Presus Otitis Eksterna Difusa

Gambar 4. Pembentukan telinga luar

Meatus akustikus eksternus terbentuk dari perkembangan first pharingeal groove

bagian dorsal. Pada awal bulan ke-tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah

meatus yang nantinya akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke-tujuh,

sumbat meluruh dan lapisan epitel di lantai meatus berkembang menjadi gendang

telinga definitif. Gendang telinga dibentuk dari lapisan epitel ektoderm di dasar

acoustic meatus, lapisan epitel endoderm di cavum timpani dan lapisan intermediate

jaringan ikat yang membentuk stratum fibrosum. Sedangkan aurikula terbentuk dari

hasil proliferasi mesenkim di ujung dorsal arkus faring I dan II yang mengelilingi first

pharyngeal groove dan membentuk auricular hillock yang berjumlah tiga di masing-

masing sisi eksternal acoustic meatus dan kemudian auricullar hillock akan bersatu

lalu membentuk auricula definitif. Pada awalnya, telinga luar berada di regio leher

bawah. Setelah terbentuk mandibula, telinga luar naik ke samping kepala setinggi

dengan mata.

II. Anatomi

Gambar 5. Anatomi telinga

1. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang

14

Page 15: Presus Otitis Eksterna Difusa

telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,

sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-

kira ± 2,5 - 3cm.

Kulit liang telinga

Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan

rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian

dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi

oleh kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena

tidak adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi

sangat peka. 3

Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan

kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga

merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar

membran timpani.

Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada

bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1 mm, terdiri dari

lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan

perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4

lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.

Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya

kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa

lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi

sutura antara tulang timpani.

Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot

intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan m.

aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang

tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa

orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun

telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik

terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus

aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian

daun telinga.

15

Page 16: Presus Otitis Eksterna Difusa

Perdarahan

Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang

temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.

Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang

aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri auricular

posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis

diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang

telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular

dalam arteri maksilaris interna.

Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara

kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga

mengalir kedalam vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior.

Sistem limfatik

Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke

kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke kelenjar

retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis superior.

Persarafan

Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf

kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus

(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan

superior liang telinga dan segmen depan membrana timpani.Permukaan posteromedial

daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.

Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan

nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi

dinding posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior

membrana timpani.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari:

Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.

16

Page 17: Presus Otitis Eksterna Difusa

Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars

flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya merupakan lanjutan

epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus

bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu

lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit

serat elastin.

Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.

Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring.

3. Telinga Dalam

Gambar 6. Anatomi telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea

disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan perilimfa skala timpani dengan

skala vestibule.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala

vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktuskoklearis)

diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media

berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner

Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini

17

Page 18: Presus Otitis Eksterna Difusa

terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf

perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang

diebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri

dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ

Corti.

III. Fisiologi

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui

rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit

tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya

tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.

Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa,

sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran

tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan

terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi

pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses

depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus

auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar 7. Fisiologi pendengaran

18

Page 19: Presus Otitis Eksterna Difusa

IV. Definisi

Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau

telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga

akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit

sehingga menyumbat saluran folikel.

V. Etiologi

Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna

difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan

staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus

vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur

Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi

sekunder pada otitis media supuratif kronis. 3,6

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7

Derajat keasaman (pH)

pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi

sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas

6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh

karena proteksi terhadap infeksi menurun.

Udara

Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur

mudah tumbuh.

Trauma

Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul

seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.

Berenang

Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang

menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang

sering dari bakteri.

19

Page 20: Presus Otitis Eksterna Difusa

VI. Patofisiologi

Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang

sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan

saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan

bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran

menumpuk disana.

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan

penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang.

Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah

maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan

bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga

menambah kemungkinan trauma karena garukan.

Gambar 8. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna difusa

VII. Gejala Klinis

Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 4,6

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal

dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan

daun telinga.

20

Page 21: Presus Otitis Eksterna Difusa

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu

rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa

gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan

suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak

enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa

sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang

dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan

rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini

diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung

berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan

serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang

rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga

sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan

tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan

oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan

tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya

sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang

menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih

keabu-abuan dan berbau.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis

eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan

kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis

dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,

serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup

lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

VIII. Manifestasi Klinis

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan: 

Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani

dengan sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran

timpani dapat tidak tampak.

21

Page 22: Presus Otitis Eksterna Difusa

Nyeri tekan tragus (+)

Nyeri tarik auricula (+)

Adenopati regional yang nyeri tekan

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :

a. Otitis Eksterna Ringan :

Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit

b. Otitis Eksterna Sedang :

Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif

c. Otitis Eksterna Komplikasi :

Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

d. Otitis Eksterna Kronik :

Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari

4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari 4

minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau pasien

dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe maligna.

IX. Histopatologi

Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis

epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum

dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis

fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang,

serta aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.

X. Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain

meliputi :

- Otitis eksterna nekrotik

- Otitis eksterna bullosa

- Otitis eksterna granulosa

- Perikondritis yang berulang

- Furunkulosis dan karbunkulosis

22

Page 23: Presus Otitis Eksterna Difusa

XI. Penatalaksanaan

Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat

menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya

perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat

agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan

perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan

obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam

tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Polimiksin

B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas

dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah

diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat

bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi

peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga

bersih dan kering.

Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan

jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga.

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin

terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus

menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer

secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /

membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.

XII. Komplikasi

- Perikondritis

- Selulitis

- Dermatitis aurikularis

XIII. Prognosis

Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh

dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat

dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang

23

Page 24: Presus Otitis Eksterna Difusa

mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak

memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.

24

Page 25: Presus Otitis Eksterna Difusa

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien datang ke poli THT dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 4

hari sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengeluh rasa tidak enak dan penuh di telinga

yang sama. OS merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan ditekan. Pada awalnya OS

merasa gatal di telinga kanan. OS menyangkal adanya riwayat keluar cairan dari telinga.

Riwayat demam disangkal. OS juga menyangkal berkurangnya pendengaranataupun rasa

telinga berdengung. OS mengaku keluhan timbul setelah mengorek-ngorek telinganya dengan

cotton bud. OS memang memiliki kebiasaan untuk membersihkan telinga sendiri setiap hari

dengan menggunakan cotton bud yang dilumuri minyak tawon. Riwayat kemasukan air saat

mandi diakui oleh OS. Menurut literatur penyebab otitis eksterna dapat berasal dari infeksi,

genetik (anatomi MAE), lingkungan ( tropis-kering berdebu), trauma (korek-korek telinga),

dimana sebelumnya pasien memiliki kebiasaan mengkorek-korek telinga karena telinga

terasa gatal. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan trauma ringan sehingga terjadi

perubahan pada kulit liang telinga yang memudahkan terjadinya infeksi kuman, dimana pada

sepertiga luar liang telinga banyak mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar serumen.

Dari pemeriksaan fisik status lokalis terdapat nyeri tarik aurikula (+), MAE sempit,

hiperemis (+), edema (+), terdapat sekret purulen, deskuamasi, pendengaran normal, mem-

bran timpani sulit dievaluasi, hal ini sesuai dengan gejala otitis ekterna difusa yaitu nyeri

tekan tragus, nyeri tarik aurikula, liang telinga yang sempit akibat edema, terdapat sekret

yang berbau dan terdapat gangguan pendengaran yang terjadi karena liang telinga yang

edema dan menyumbat liang telinga

Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien ini adalah ciprofloxacin mg 2x1 selama 5 hari,

asam mefenamat 500 mg 3x1, dan dexametason tab 3x1. Otitis eksterna difusa harus diobati

dalam keadaan dini sehingga dapat menghilangkan edem yang menyumbat liang telinga. Un-

tuk tujuan ini biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga

mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa dis-

isipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil. Penderita harus

meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam

tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Untuk pengobatan

otitis eksterna difusa membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang

telinga. Pembersihan liang telinga dengan mengkorek-korek telinga dengan menggunakan benda yang

25

Page 26: Presus Otitis Eksterna Difusa

dapat menimbulkan trauma tidak dianjurkan. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan antibiotika sis-

temik, Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema dapat diberikan obat golongan kortikosteroid

seperti dexametason, asam mefenamat diberikan sebagai analgetik.

Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam karena setelah diatasi penyebab dan di-

lakukan terapi farmakologis yang adekuat diharapkan peluang terjadinya rekurensi akan lebih

minimal.

26

Page 27: Presus Otitis Eksterna Difusa

BAB V

KESIMPULAN

Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang

disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar

ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang lembab dan hangat,

serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek telinga.

Otitis ekterna difusa mengenai kulit liang telinga bagian dua pertiga dalam. Tampak

kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya. Bakteri penyebabnya

yang tersering adalah Pseudomonas.

Gejala otitis eksterna difusa adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang

kelenjar getah bening regional dapat membesar, dan tedapat nyeri tekan.

Pengobatannya degan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang

mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik dengan kulit yang

meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.

27

Page 28: Presus Otitis Eksterna Difusa

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from : www.usudigitallibrary.com. Accessed: 31 juli 2015

2. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.

3. Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble from http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed: 02 agustus 2015

4. Carr, MM. 2000. Otitis Eksterna. Available from : http://www. icarus.med.utoron-to.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed: 02 Agustus 2015

5. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.

6. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI.

7. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from : http:sav-ondrugs. com/shop/tem-plates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Accessed: 31 juli 2015

8. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Fakultas Kedokteran Univer-sitas Indonesia. Jakarta.

9. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Teng-gorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id. Accessed: 2 Agustus 2015

10. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Available at:

http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. Accessed: 2 Agustus 2015

28