Osteoporosis
-
Upload
albert-chandra -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Osteoporosis
Fisiologis Tulang
Tulang rangka tubuh manusia terdiri tulang kortikal 70-80% dan tulang trabekular 20-30%.
Pada keadaan normal tulang rangka, sebanyak 25% volume tulang anatomi yang spesifik
sebagai jaringan tulang. Dan 75 % merupakan sumsum tulang (bone marrow) dan lemak,
tetapi ini sangat bervariasi tergantung sebagaimana besar tulang skeletonnya. Pada jaring
tulang yang spesifik, hanya 60% berupa mineral tulang dan 40% merupakan jaringan organik,
berupa kolagen. Sumsum tulang mengandung stroma, jaringan mieloid, sel lemak, pembuluh
darah, sinusoid, dn beberapa jaringan limfe. Jaringan tulang sangat kompleks, aktifitas
metabolisme aktif pada tulang pada proses mineralisasi yang terdiri dari komposisi esensial,
yaitu garam kalsium dan fosfat. Garam tersebut merupakan 2/3 bagian dari berat tulang
kering dan merupakan unsur yang paling banyak kalsium dan fosfat dari seluruh tubuh.
Integritas tulang dipertahankan oleh kompartement ekstraselular Kalsium. Tubuh
mengandung 1000 gram ( 2500 mmol) Kalsium, terdiri dari 9 gram ( 225 mmol ) berada di
jaringan lunak, 1 gram ( 25 mmol) berada di cairan ekstraseluler dan sisanya berada pada
jaringan tulang. Seperti dikemukakan dalam pendahuluan bahwa aktivitas sel sel tulang
yaitu resorpsi dan pembentukan dikendalikan oleh faktor sistemik, salah satu faktor sistemik
tersebut adalah 1,25 dihydroksivitamin D. Selain vitamin D, faktor sistemik lain adalah
hormon paratiroid (PTH ), kalsitonin, insulin, estrogen/androgen, hormon pertumbuhan dan
hormon tiroid. Semua faktor tersebut saling terkait dalam proses metabolisme tulang.1
Columna Vertebralis
Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah
cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul
meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula spinalis,
radix nervi spinals, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertebralis.2
Komposisi Columna Vertebralis
Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicales, 12 vertebra
thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan
4 vertebra coccygis. Struktur columna tersebut fleksibel, karena columna bersegmen-segmen
1
dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus
intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna.2
Gambar 1. Columna Vertebralis3
Ciri-Ciri Umum Vertebra
Semua vertebra mempunyai pola yang sama. Vertebra tipikal, terdiri atas corpus yang
bulat di interior dan arcus vertebrae di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut
foramen vertebralis, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus
vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi
arcus, dan sepasang lamina gepeng yang melengkapi arcus dari posterior. Arcus vertebrae
mempunyai 7 processus yaitu 1 processus spinosus, 2 processus transversus, dan 4 processus
articularis.2
Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan kedua laminae.
Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus
2
spinosus dan processus ransversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat
melekatnya otot dan ligamentum.2
Processus articularis superior terletak vertical dan terdiri atas 2 processus articularis
superior dan 2 processus articularis inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara
lamina dan pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh cartilago hyaline. Kedua
processus articularis superior dari sebuah arcus vertebrae bersendi dengan kedua processus
articularis, inferior dari arcus yang ada di atasnya membentuk sendi sinoval.2
Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura
vertebralis superior dan inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior
sebuah vertebra dan incisura vertebralis inferior dari vertebra di atasnya membentuk foramen
intervertebrale. Foramina ini pada kerangka yang berartikulasi berfungsi sebagai tempat
lewatnya nervi spinals dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervus spinalis
bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkusnya membentuk saraf spinalis
segmentalis.2
Estrogen dan Osteoporosis
Selama perkembangannya tulang membutuhkan kalsium yang tinggi, dan setelah
mencapai massa pubertas kematangan hormon reproduksi estrogen pada wanita dan
testosteron pada laki-laki, karena pengaruh anabolik dan prekusor estrogen terjadilah proses
remodeling tulang. Peranan sel tulang osteoblas dalam membentuk formasi tulang dan
osteoklas meresorpsi tulang menyebabkan terjadinya remodeling tulang tampaknya
sederhana, tetapi di belakang proses remodeling ini terjadi proses yang rumit.
Secara tidak langsung, kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke
dalam tubuh karena dihambatnya sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada
osteoporosis pasca menopause primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen menurunnya
fungsi osteoblas dan meningkatnya aktivitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang
meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun
dengan cepat.4
Pembentukan tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi. Tulang mengandung materi
organik dan anorganik. Materi organiknya sebagian besar berupa protein. Tulang adalah suatu 3
struktur dinamik yang mengalami siklus remodeling terus menerus, berupa resorpsi yang
diikuti oleh pengendapan jaringan tulang baru. Remodeling ini memungkinkan tulang
beradaptasi terhadap sinyal fisik (seperti peningkatan beban yang harus disangga) dan
hormon.5
Jenis sel utama yang berperan dalam penyerapan dan pengendapan tulang adalah
osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berkaitan dengan resorpsi dan osteoblas dengan
pengendapan tulang. Osteosit berasal dari osteoblas; sel ini juga tampaknya ikut serta dalam
pemeliharaan matriks tulang. Osteoklas adalah sel multinukleus yang berasal dari sel tunas
hematopoietic pluripoten. Osteoklas memiliki domain membran apikal, dan memperlihatkan
tepi bergelombang yang berperan utama dalam penyerapan tulang.5
Suatu ATPase pemindah proton mengeluarkan proton melalui tepi bergelombang ke
dalam area resorpsi, yang merupakan lingkungan mikro ber-pH rendah. Hal ini menurunkan
pH local menjadi 4,0 atau kurang sehingga hidroksiapatit lebih mudah larut dan
memungkinkan terjadinya demineralisasi. Osteoblas, sel mononukleus yang berasal dari
prekursor mesenkim pluripoten yang menyintesis sebagian besar protein yang ditemukan di
tulang serta berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel ini bertanggung jawab bagi
pengendapan matriks tulang baru (osteoid) dan mineralisasi selanjutnya. Osteoblas
mengontrol mineralisasi dengan mengatur lewatnya ion kalsium dan fosfat melalui membran
permukaannya. Fosfat tersebut mengandung fosfatase alkali, yang digunakan untuk
menghasilkan ion fosfat dari fosfat organik. Banyak faktor yang berperan dalam regulasi
metabolisme tulang. Sebagian faktor merangsang osteoblas (misalnya hormone paratiroid dan
1,25-dihidroksikolekalsiferol) dan yang lain menghambatnya (misalnya kortikosteroid).
Hormone paratiroid dan 1,25- dihidroksikolekalsiferol juga merangsang osteoklas, sementara
kalsitonin dan estrogen menghambatnya. Estrogen tampaknya berkaitan erat dengan
timbulnya osteoporosis.5
Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu melalui osifikasi intra
membran dan osifikasi endokondral :6
1. Osifikasi intra membran
Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang, contohnya
pada proses pembentukan tulang pipih. Pada proses perkembangan hewan vertebrata terdapat
4
tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, medoderm, dan endoderm. Mesenkim merupakan bagian
dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang
tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intramembran.
2. Osifikasi endokondral
Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi lebih dulu
menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses
pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini
bertanggung jawab pada pembentukkan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel
tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang rawan yang disebut
center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini
tertanam dengan kuat pada matriks tulang.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan,
merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk
suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan
dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat
osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan
pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi
semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.6
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke
daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya
pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder,
terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung
epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise
dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.6
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus- menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
5
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.6
Tulang Secara Mikro
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu
matriks tulang, dan 3 jenis sel seperti: osteosit, yang terdapat di rongga-rongga di dalam
matriks; osteoblas, yang mensintesis unsure organic matriks, dan osteoklas yang merupakan
sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling jaringan tulang. Karena
metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur, pertukaran zat
antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi melalui kanalikuli, yang
merupakan celah-celah silindris halus, yang menerobos matriks.7
Osteoblas
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen
tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga
bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang,
dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks,
osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas
sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan
berkurang. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk
dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna dihuni
osteosit beserta juluran-julurannya, bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak mengapur.7
Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra sel yang secara
aktif mensintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupkan sel yang terpolarisasi.
Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan matriks tulang yang
lebih “tua”, dan menghasilkan lapisan matriks baru (belum berkapur) yang disebut osteoid,
diantara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini, yaitu aposisi tulang,
dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru
terbentuk.7
6
Osteosit
Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di antara lamela-lamela
matriks. Hanya ada satu osteosit dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan osteoblas,
osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma
kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat
untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks
tersebut.7
Osteoklas
Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang
melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya resorpsi tulang,
osteoklas terdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang
dikenal sebagai lakuna Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sumsung
tulang. Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara
tak teratur, seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan membentuk batas
“bergelombang”. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma (zona terang) yang
tidak mengandung organel, namun kaya akan filament aktin. Zona ini adalah tempat adhesi
osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi
tulang.7
Gambar 2. Komponen Tulang8
7
Matriks Tulang
Berat kering matriks tulang 50% terdiri dari bahan anorganik. Bahan-bahan yang
ditemukan pada matriks tulang adalah berupa kalsium, fosfor, bikarbonat, sitrat, magnesium,
kalium, dan natrium.
Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar, yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein structural spesifik. Glikoprotein
tulang bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain yang
mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung glikoprotein
tersebut. Karena kandungan kolagennya tinggi, matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat
kuat dengan pewarna serat kolagen. Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan
sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi,
bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip tendon.7
Jenis–Jenis Penyakit Tulang
Ada beberapa macam gangguan atau kerusakan yang menyebabkan terjadinya penyakit pada
tulang, seperti :9
1. Osteolisis
Hancurnya tulang yang mungkin disebabkan oleh trauma atau kecelakaan berat dan
juga mungkin disebabkan adanya kanker yang mengenai tulang.
2. Osteomalacia
Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang yang
terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan
tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan
vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari.
3. Osteoarthritis
Gangguan yang ditandai dengan menipisnya tulang rawan yang ada di persendian,
sehingga menggangu gerak persendian.
4. Rhematoid Arthritis
Penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan persendian.
8
5. Osteopenia
Suatu keadaan dimana terjadi penurunan massa tulang, suatu keadaan atau gezala awal
terjadinya osteoporosis.
6. Osteoporosis
Suatu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang,
kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah.
Kesimpulan
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering dijumpai, dan sering menyerang
tulang belakang (columna vertebralis). Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan
berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax serta
melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Osteoporosis ada
hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Secara tidak langsung, kadar
estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh karena dihambatnya
sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca menopause
primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen menurunnya fungsi osteoblas dan
meningkatnya aktivitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang meningkatkan resiko
terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat. Tulang
juga akan menjadi rapuh dan mudah patah.
9
Daftar Pustaka
1. Unpad. Patofisiologi primary osteoporosis. Post at 2006. Diunduh dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/patofisiologi_primary_osteoporo
sis_metabolisme_vitamin_d.pdf, 25 Maret 2011.
2. Snell Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006.h.881-4.
3. Srapper. Columna vertebralis. Post at 2008. Diunduh dari
http://kr.blog.yahoo.com/sysrapper /yblog.html, 25 Maret 2011.
4. Suherman Suharti K, Tobing Dohar A.L. Osteoporosis. Edisi ke-1. Jakarta: Perosi;
2006.h.3-6.
5. Murray Robert K, Granner Daryl K, Rodwell Victor W. Biokimia harper. Edisi ke-27.
Jakarta: EGC; 2009.h.575-7.
6. Universitas Jember. Mekanisme pembentukan tulang. Post at 2010. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/29426430/MEKANISME-PEMBENTUKAN-TULANG, 25
Maret 2011.
7. Tambayong Jan. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-
7.
8. Vanderbilt. Komposisi tulang. Post at 2008. Diunduh dari http://mc.vanderbilt.edu, 25
Maret 2011.
9. Alovell. Struktur dan penyakit tulang. Post at 2009. Diunduh dari
http://medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang, 25 Maret 2011.
10
11