Osteoporosis

5
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu kelainan otot dan tulang yang merupakan penyebab utama nyeri dalam jangka waktu yang lama dan bisa menyebabkan kecacatan fisik. Pada osteoporosis terjadi penguranganmasa/jaringan tulang per unit volume tulang dibandingkan dengan keadaan normal. Lansia beresiko menderita osteoporosis, sehingga setiap patah tulang pada lansia perlu diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika disertai dengan riwayat trauma ringandankesehatan seperti mata,jantung, dan fungsi organ lain. Pada usia 60-70 tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan insidenny ameningkat menjadi 70%padausia 80 tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan defisiensi estrogen pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena proses penuaan. Pada laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut, sehingga insidennya tidak sebanyak perempuan. Di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia telah memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population). Pertambahan penduduk lanjut usia menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi atau menular ke penyakit tidak menular atau penyakit degenaratif salah satunya adalah osteoporosis. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam review jurnal ini adalah bagaimana epidemiologi penyakit osteoporosis yang meliputi definisi, macam-macam, faktor resiko, pathogenesis, keluhan dan gejala, faktor resiko, dan upaya pencegahan osteoporosis? 1.3 Tujuan Tujuan review jurnal ini adalah mengetahui epidemiologi penyakit osteoporosis yang meliputi definisi, macam-macam, faktor resiko, pathogenesis, keluhan dan gejala, faktor resiko, dan upaya pencegahan osteoporosis.

description

kesehatan

Transcript of Osteoporosis

Page 1: Osteoporosis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoporosis merupakan salah satu kelainan otot dan tulang yang merupakan

penyebab utama nyeri dalam jangka waktu yang lama dan bisa menyebabkan

kecacatan fisik. Pada osteoporosis terjadi penguranganmasa/jaringan tulang per

unit volume tulang dibandingkan dengan keadaan normal. Lansia beresiko

menderita osteoporosis, sehingga setiap patah tulang pada lansia perlu

diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika disertai dengan riwayat trauma

ringandankesehatan seperti mata,jantung, dan fungsi organ lain. Pada usia 60-70

tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan insidenny

ameningkat menjadi 70%padausia 80 tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan

defisiensi estrogen pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena

proses penuaan. Pada laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut,

sehingga insidennya tidak sebanyak perempuan.

Di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan

secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia telah memasuki era penduduk

berstruktur lanjut usia (aging structured population). Pertambahan penduduk

lanjut usia menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi

atau menular ke penyakit tidak menular atau penyakit degenaratif salah satunya

adalah osteoporosis.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam review jurnal ini adalah bagaimana epidemiologi

penyakit osteoporosis yang meliputi definisi, macam-macam, faktor resiko,

pathogenesis, keluhan dan gejala, faktor resiko, dan upaya pencegahan

osteoporosis?

1.3 Tujuan

Tujuan review jurnal ini adalah mengetahui epidemiologi penyakit osteoporosis

yang meliputi definisi, macam-macam, faktor resiko, pathogenesis, keluhan dan

gejala, faktor resiko, dan upaya pencegahan osteoporosis.

Page 2: Osteoporosis

2

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan penulangan akibat gangguan metabolisme

dimana tubuh tidak mampu menyerap dan memanfaatkan zat-zat yang diperlukan

untuk proses pematangan tulang.

2.2 Macam-macam Osteoporosis

Klasifikasi osteoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan

sekunder .

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer didapat masa tulang kortikal dan trabekular yang kurang.

Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi Osteoporosis tipe 1 dan tipe 2.

Osteoporosis tipe 1(postemenoposal osteoporosis) berkaitan dengan

perubahan hormon setelah menopause dan banyak dikaitkan dengan patah

tulang pada ujung tulang pengumpil lengan bawah. Osteoporosis tipe 2 (senile

osteoporosis/involutional osteoporosis). Tipe ini sering dikaitkan dengan patah

tulang kering dekat sendi lutut, tulang lengan atas dekat sendi bahu, dan patah

tulang paha dekat sendi panggul. Osteoporosis jenis ini,terjadi karena

gangguan pemanfaatan vitamin D oleh tubuh

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder lebih jarang ditemukan, hanya 5% dari seluruh

osteoporosis. Gejalanya berupa fraktur pada vertebra dua atau lebih.

Osteoporosis sekunder ini disebabkan oleh faktor luar tulang seperti karena

gangguan hormon seperti hormon gondok, tiroid, dan paratiroid, insulin pada

penderita diabetes melitus dan glucocorticoid. Akibat zat kimia dan obat-

obatan seperti nikotin, rokok, obat tidur, kortikosteroid, dan alcohol.

2.3 Patogenesis

Patogenesis semua macam osteoporosis adalah sama yaitu adanya balans

tulang negatif yang patologik dan kekurangan kalsium yang dapat disebabkan

oleh peningkatan resorpsi tulang dan atau penurunan pembentukan tulang. Massa

Page 3: Osteoporosis

3

tulang pada semua usia ditentukan oleh 3 variabel yaitu massa tulang puncak, usia

dimana kekurangan massa tulang mulai terjadi dan kecepatan kehilangan tulang

meningkat.

Massa tulang akan terus meningkat sampai mencapai puncaknya pada usia 30-

35 tahun. Puncak masa tulang ini lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.

Untuk jangka waktu tertentu keadaan massa tulang tetap stabil dan kemudian

terjadi pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan umur. Densitas

tulang yang rendah pada usia lanjut dapat terjadi akibat puncak massa tulang yang

tidak cukup atau meningkatnya kehilangan tulang sebagai kelanjutan usaha untuk

mencapai massa tulang yang normal.

2.4 Keluhan dan Gejala Osteoporosis

1. Timbul adalah rasa sakit dan tidak enak dibagian punggung atau daerah tulang

yang mengalami osteoporosis.

2. Patah tulang bisa terjadi karena sedikit goncangan atau benturan yang sering

pada tulang yang manahan beban tubuh.

3. Rasa nyeri, bisa hilang sendiri setelah beberapa hari atau beberapa minggu,

dan kemudian timbul lagi bila proses osteoporosis terjadi lagi di tempat lain.

4. Membungkuk pada tulang belakang bila terjadi Pemadatan ruas tulang

punggung yang luas (multiple compression).

2.5 Faktor Resiko Osteoporosis

Faktor resiko osteoporosis dapat dibedakan menjadi faktor resiko yang

sifatnya tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.

Untuk yang tidak dapat diubah diantaranya

1. Gender, pada umumnya perempuan mempunyai tulangyang lebih ringan dan

lebih kecil dibandingkan laki-laki.

2. Usia

3. Riwayat osteoporosis dalam keluarga

4. Ras, perempuan Asia dan Kaukasia lebih mudah terkena osteoporosis

dibandingkan perempuan Afrika.

Page 4: Osteoporosis

4

5. BMI kurang, semakin kecil dan kurus tubuh seseorang semakin beresiko

mengalami osteoporosis.

6. Beberapa penyakit seperti anoreksia, diabetes, diare kronis,penyakit ginjal dan

hati.

Sedangkan untuk faktor resiko osteoporosis yang dapat diubah diantaranya

adalah merokok, konsumsi alcohol, kekurangan asupan kalsium, kurangnya

aktivitas atau latihan fisik, kurus, dan konsumsi obat-obatan steroid, fenobarbital,

fenitoin.

2.6 Upaya Pencegahan

Pencegahan osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategoriyaitu primer, sekunder dan

tersier (sesudah terjadi fraktur).

1. Pencegahan primer

a. Konsumsi jenis makanan yang cukup mengandung kalsium.

b. Melakukan latihan fisik yang mempunyai unsur pembebanan pada anggota

tubuh/ gerak dan penekanan pada aksis tulang seperti jalan, joging, aerobik

atau jalan naik turun bukit.

2. Pencegahan sekunder

a. Konsumsi kalsium dilanjutkan pada periode menopause 1200-1500

mg/hari.

b. Konsumsi Estrogen Replacement Therapy (ERT) pada perempuan yang

sudah menopause yang tidak ada kontraindikasi.

c. Latihan fisik bagi penderita osteoporosis bersifat spesifik dan individual.

d. Pemberian Kalsitonin untuk menghambat resorpsi tulang dan dapat

meningkatkan massa tulang apabila digunakan selama 2 tahun.

e. Terapi, yaitu memberikan vitamin D dan tiazid tergantung kepada

kebutuhan pasien.

3. Pencegahan tersier

a. Mobilisasi mulai dari mobilisasi pasifsampai dengan aktifdanberfungsi

mandiri.

b. Konsumsi bisfosfonat, kalsitonin,danNSAIDbila ada nyeri.

Page 5: Osteoporosis

5

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh sehingga

berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak)

dibandingkan tulang yang normal.

2. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan tulang

baru dan resorpsi tulang tua.

3. Osteoporosis biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus

sampai akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering disebut

sebagai silent disease.

4. Faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah faktor yang bisa

dirubah (alcohol, merokok, BMI kurang, kurang gizi, kurang olahraga,

jatuh berulang) dan faktor yang tidak bisa diubah (umur, jenis kelamin,

riwayat keluarga, menopause, penggunaan kortikosteroid, rematoid

arthritis).

5. Asupan kalsium yang memadai merupakan bagian penting untuk

membangun tulang yang kuat.

3.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami susun belum sempurna. Oleh

karena itu kami mengharapkan pengkajian ulang bagi pembaca dan menambah

referensi dari sumber yang lain mengingat pokok bahasan epidemiologi penyakit

sendi dan tulang yang salah satunya adalah osteoporosis cukup luas.