OMSK

46
BAB I PENDAHULUAN Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah 1 . Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna 2 . Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk 2 . Gejala otitis media supuratif 1

description

Laporan kasus omsk

Transcript of OMSK

Page 1: OMSK

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian

tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai

bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media

yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan

dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah1.

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga

tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus

menerus atau hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa

nanah. Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe

benigna dan OMSK tipe maligna2.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis

media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi

kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk2.

Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau

mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan

vertigo1.

OMSK merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan di poliklinik

THT, maka dari itu penulis akan membahas laporan kasus mengenai OMSK.

1

Page 2: OMSK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, processus

mastoideus, dan tuba eustachius.1,3

1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan

memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang

vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, dan

ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap

liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka dalam

dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani

berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum

timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya

( cone of ligt).

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

a) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

b) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

c) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum

dan mukosum.

Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :

a. Pars tensa

2

Page 3: OMSK

Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang tegang

dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada

sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.

b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.

Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida

dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

Plika maleolaris anterior (lipatan muka).

Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).

Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan

sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian

ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran timpani disarafi

oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus.

Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glossofaringeal.

Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.

Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari

arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri

timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang

dari arteri aurikula posterior.

2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau vertikal 15

mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding

yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior, dan posterior.

Kavum timpani terdiri dari :

a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus

(anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)

3

Page 4: OMSK

b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius

(muskulus stapedius).

c. Saraf korda timpani.

d. Saraf pleksus timpanikus.

3. Processus mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah

ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding

lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada

daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.

4. Tuba eustachius.

Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani

berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan

kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36

mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak

dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

4

Page 5: OMSK

Gambar 2.1. Anatomi Telinga.

2.2. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik1,4,5

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”

adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada

gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari

telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret

mungkin serous, mukous, atau purulen.

Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi

otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa

faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya

tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.

2.3. Epidemiologi1,4,5

Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling

banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK

dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering

dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia

dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban

dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah

Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial

ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang

5

Page 6: OMSK

jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK

pada negara yang sedang berkembang.

Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia

akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di

antaranya (39–200 juta) menderita kurangnya pendengaran yang signifikan. Secara

umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam

klasifikasi tinggi dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK meliputi

25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh

Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas)

Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan

prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran

yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.4

Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan

pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien.

2.4. Klasifikasi1,2,4,5

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :

a) Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rhinogen)

Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada mukosa

saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh adanya

perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan

keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama

patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap

infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu

campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta

migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam perkembangan tipe ini.

6

Page 7: OMSK

Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari

mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

b) Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe ini

letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida. Karakteristik

utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi tumpukan

keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna

putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik. Kolesteatom

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah

proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal sehingga akan

mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin yang dapat ditemui

dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor-

α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit

matriks kolesteatom yang bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu

berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ

sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis

terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh pembusukan bakteri.

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:

1. Kongenital

2. Didapat.

Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:

Primary acquired cholesteatoma.

Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi membran timpani

pada daerah atik atau pars flasida.

Secondary acquired cholesteatoma.

7

Page 8: OMSK

Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani.

Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang

telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori

migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi

infeksi yang berlansung lama (teori metaplasia)

2.5. Patogenesis1,4,5

OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari

OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang

disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus

atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan

sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi

telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan

kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan

napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut

(OMA).1,3 Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses

inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan

merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi

biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat

berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses

inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus

akan merusak jaringan sekitarnya.

8

Sembuh/ normal

Gangguan tuba

Fgs.tuba tetap terganggu, Infeksi (-)Tekanan negatif

telinga tengah OMEefusi

Page 9: OMSK

Gambar 2.2 Patogenesis Otitis Media

2.6. Faktor Risiko

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) dan mencapai telinga tengah melalui tuba

eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi

yang dijumpai pada anak dengan palatoskisis dan sindrom down. Adanya tuba

patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK

9

OMSK tipe maligna

Otitis media Efusi

(OME)

Otitis Media Supuratif Kronik

(OMSK)

OMSK tipe benigna

Sembuh sempurna

Page 10: OMSK

yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK

yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral, seperti

hipogammaglobulinemia dan cell-mediated (infeksi HIV) dapat timbul sebagai

infeksi telinga kronis.

Faktor-faktor risiko OMSK antara lain :1

1. Lingkungan.

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi, dimana

kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah

hampir dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet,

dan tempat tinggal yang padat.

2. Genetik.

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden

OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor

genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi

belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis

media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang

menyebabkan satu telinga dan berkembangnya penyakit ke arah keadaan kronis.

4. Infeksi

Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh

campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar

yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah

Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus

25%.

10

Page 11: OMSK

Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan

kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada

umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang perforasi tadi.

5. Infeksi saluran nafas atas.

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas

atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam

telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun.

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar

terhadap otitis media kronis.

7. Alergi.

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita

yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun

hal ini belum terbukti kebenarannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat

oleh edema.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada

OMSK :1

a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi

sekret telinga purulen berlanjut.

b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi.

c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme

migrasi epitel.

11

Page 12: OMSK

Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat di

atas sisi medial dari membran timpani yang hal ini juga mencegah penutupan spontan

dari perforasi.

2.7. Gejala Klinis.

1. Telinga berair (otorea)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan

encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh

aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe

ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena

rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret yang encer berair tanpa

nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat

hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar

bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna biasanya

didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran,

tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara

sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara

hati-hati.

Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila

terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat. Hantaran tulang

dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.

12

Page 13: OMSK

3. Otalgia (nyeri telinga)

Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada

merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena

terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi

akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus

lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada

tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda

berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses, atau

trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin

akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang sensitif,

keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi besar membran timpani yang

akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan keluhan

vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula

merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari

telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan

dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan

pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian

tekanan positif dan negatif pada membran timpani.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

a. Adanya abses atau fistel retroaurikular

b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

13

Page 14: OMSK

Gambar 2.3. Perforasi Membran Timpani.

Gambar 2.4. Otitis Media Supuratif Kronik.

2.8. Diagnosis

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:

1. Anamnesis (history-taking)

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita

seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang

paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih

banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe

atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan

jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada

kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar

darah.

2. Pemeriksaan otoskopi

14

Page 15: OMSK

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari

perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai

hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan

pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna

untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk

memperbaiki pendengaran.

4. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis memiliki

nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan

audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak

sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang

berada di daerah atik memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi yang

sekarang biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan

memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.

Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada atau

tidaknya tulang–tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis

semisirkularis horizontal.

5. Pemeriksaan bakteriologi

Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjutan dari mulainya

infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang

ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada

OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp.

Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie

dan H. influenza.

Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus

paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah

pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini

15

Page 16: OMSK

agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering

berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.

2.9. Penatalaksanaan

Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang

menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang

menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang

terdapat di telinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan

operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum

operasi.

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang

dapat dibagi atas: konservatif dan operasi.

A. Otitis media supuratif kronik benigna

a) Otitis media supuratif kronik benigna tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan

mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang

dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas

memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,

timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

b) Otitis media supuratif kronik benigna aktif

Prinsip pengobatan OMSK adalah :

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk

perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik

bagi perkembangan mikroorganisme.

Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):

16

Page 17: OMSK

a) Toilet telinga secara kering (dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri

antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga

dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap

hari sampai telinga kering.

b) Toilet telinga secara basah (syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian

dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini

sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan

penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam

jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat

diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan iodine.

c) Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan mikroskopis operasi

adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan pengangkatan

mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan.

Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang

kooperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan

anestesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila

dilakukan dengan “displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan

Ludmann.

2. Pemberian antibiotika :

a. Antibiotik topikal

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa

dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak progresif lagi

diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi

17

Page 18: OMSK

dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan media

yang buruk untuk tumbuhnya kuman.

Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga

tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan

lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik

dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap ginjal dan

telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali

Pseudomonas aeruginosa.

b. Antibiotik sistemik.

Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur

kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan

faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.

Dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba,

antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya

tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,

misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah

antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian

dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta

laktam.

18

Page 19: OMSK

Untuk bakteri aerob dapat digunakan golongan kuinolon (siprofloksasin dan

ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin, dan

seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara

parenteral.

Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat bakterisid.

Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu

atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.

B. Otitis media supuratif kronik maligna.

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses

sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada

beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

19

Page 20: OMSK

20

Page 21: OMSK

Gambar 2.5. Pedoman Tatalaksana OMSK

2.10. Komplikasi

21

Page 22: OMSK

Paparella dan Shumrick (1980) membagi komplikasi OMSK dalam :

A. Komplikasi otologik

1. Mastoiditis koalesen

2. Petrositis

3. Paresis fasialis

4. Labirinitis

B. Komplikasi intrakranial

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Abses subdural

4. Meningitis

5. Abses otak

6. Hidrosefalus otitis

Cara penyebaran infeksi :

1. Penyebaran hematogen

2. Penyebaran melalui erosi tulang

3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam

lintasan :

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang

lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi.

2. Menembus selaput otak.

Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan pakimeningitis. Dura sangat

resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat ketulang.

Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan ruang subdura yang berdekatan.

3. Masuk ke jaringan otak.

Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan

korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat

22

Page 23: OMSK

terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang

berakhir di daerah vaskular subkortek.

2.11. Prognosis

Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan

kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran

bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan

konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak

sempurna.

Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat

menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak

ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena

telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.

23

Page 24: OMSK

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas

Nama Pasien : Ny. E

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Kertapati, Palembang

Tanggal Pemeriksaan : 21 September 2015

3.2. Anamesis (Alloanamnesis)

Keluhan Utama :

Keluar cairan lengket berwarna putih pada telinga kanan dan kiri sejak ± 1

minggu yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak ± 1 minggu yang lalu os mengeluh telinga kanan dan kiri

mengeluarkan cairan lengket berwarna putih tapi tidak disertai darah, cairan

keluar setiap os mengeluh batuk dan pilek. Tidak ada riwayat demam tinggi. Os

berobat ke klinik dokter, dan diberi obat tetes, namun belum ada perubahan.

Pada saat ini pasien masih pilek, batuk disangkal, demam disangkal.

Pasien tidak mengalami mimisan. Nafsu makan pasien tidak mengalami

penurunan. Tidak ditemukan sakit menelan pada pasien.

24

Page 25: OMSK

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien mempunyai riwayat sering batuk dan pilek .

- Riwayat trauma kepala tidak ada.

- Riwayat pernah mengalami keluhan yang sama pada umur 13 tahun

Riwayat Alergi

Tidak ada

2.3. Pemeriksaan Lokalis (Status THT)

Pemeriksaan Telinga

Telinga Dextra SinistraTragus pain - -Auricula Tidak ada

kelainanTidak ada kelainan

Canalis aurikularis Kotor, terdapat sekret berwarna putih susu

Kotor, terdapat sekret berwarna

putih susuMembran timpani Reflek cahaya (-),

membran timpani perforasi

Reflek cahaya (-), membran timpani perforasi

Rinne Test - -Weber test - -Shwabach test - -

Gambar membran timpani

25

Page 26: OMSK

Pemeriksaan Hidung

Hidung Dextra Sinistra

Dorsum nasi - -

Septum nasi Deviasi(-) Deviasi(-)

Cavum nasi Sekret(+) Sekret(+)

Chonca Normal Normal

Mukosa Normal normal

Meatus Nasalis - -

Discharge - -

Test provokasi - -

Test posisional - -

Test transluminasi - -

Lain-lain - -

Gambar Cavum Nasi

26

Page 27: OMSK

Pemeriksaan Tenggorokan

Labialis (-)

Palatum (-)

Glosus (-)

Ginggiva (-)

Pharing (-)

Tonsil T1/T1

Uvula (-)

Lain-lain (-)

Gambar tenggokan

2.4. Diagnosis kerja

Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Aman Aurikularis Dextra et Sinistra

2.5. Penatalaksanaan

Larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari

27

Page 28: OMSK

Setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik dan

kortikosteroid selama1-2 minggu.

Jika sudah tenang diberikan antibiotika oral Ampicilin atau Eritromisin bila pasien

alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam

klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan

kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2

bulan maka dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.

Edukasi :

Hindari air masuk ke telinga ketika mandi

Hindari aktivitas yang berhubungan dengan air yang memungkinkan air masuk ke

telinga seperti berenang

Nutrisi yang cukup dan seimbang untuk mencegah penyakit ISPA

2.6 Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

28

Page 29: OMSK

BAB IV

ANALISA KASUS

Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya

otorea yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi

membran timpani. Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat

perforasi membran timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama minimal dalam

6 minggu dimana sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat

berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Menurut Buku THT FKUI edisi

keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga

tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah

terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan. Jadi, karena

pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga mengeluarkan cairan sejak

1 minggu lalu serta ditemukannya perforasi membran timpani pada telinga kanan dan

kiri, maka pasien dapat didiagnosis menderita Otitis Media Supuratif Kronik.

Pasien mengeluh keluar cairan lengket berwarna putih dari telinga tengahnya

sejak 1 minggu yang lalu, dan cairan keluar setiap pasien mengalami batuk pilek.

Pada kasus ini, Otitis media akut yang diderita pasien tidak mencapai stadium

29

Page 30: OMSK

resolusi karena perforasi yang menetap dengan sekret yang keluar secara intermiten.

Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti imunitas atau daya tahan tubuh

pasien rendah, pengobatan yang dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas misalnya

pemberian obat tidak teratur, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya infeksi

fokal di hidung dan faring, dan lain-lain.

Faktor risiko timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat

infeksi hidung dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering berulang,

obstruksi tuba, pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip, adanya jaringan

granulasi, timpanosklerosis, OMSK juga lebih mudah terjadi pada orang yang pernah

terkena penyakit telinga pada masa kanak-kanak, perforasi membran timpani

persisten, terjadinya metaplasia pada telinga tengah, otitis media yang virulen,

memiliki alergi, keadaan imunitas yang menurun.

Pasien menderita OMSK tipe benigna karena telinga mengeluarkan sekret

secara intermiten dan ditemukannya membran timpani yang mengalami perforasi

sentral tanpa terbentuknya kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulang

ataupun adanya komplikasi lain.

Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif

yang berkisar antara 20-50 dB. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya dilakukan

untuk mengetahui jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk mengevaluasi

kondisi pasien apakah sudah mengalami perbaikan atau belum. Timpanometri

biasanya dilakukan bersama dengan audiometri. Dalam otitis media juga dapat

dilakukan pneumotoskopi untuk mengetahui pergerakan membran timpani, apakah

ada kekakuan atau tidak. Jika membran timpani sudah mengalami perforasi sekecil

apapun, pemberian angin terhadap membran timpani tidak akan membuatnya

bergerak.

Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah pemeriksaan

Rinne, Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne diharapkan negatif

agar sesuai dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan Weber jika terdapat

lateralisasi ke satu telinga berarti ada perbedaan derajat ketulian antara telinga kanan

30

Page 31: OMSK

dan kiri. Pada pemeriksaan Swabach diharapkan hasilnya memanjang untuk

menunjang adanya tuli konduktif. Tuli konduktif pada pasien diakibatkan oleh adanya

cairan atau pus dalam telinga tengah yang menyebabkan gangguan pergerakan

tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) sehingga konduksi suara

menjadi terhambat. Selain itu, sekret nasofaringeal dapat refluks ke telinga tengah

sehingga clearance cavum timpani menurun. Namun pada beberapa kasus OMSK

dapat menimbulkan tuli sensorineural dan tuli campur.

Untuk menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada pasien

dibutuhkan pemeriksaan kultur spesimen. Kultur juga berguna untuk memilih jenis

antibiotik yang spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya.

Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret keluar secara terus menerus larutan H202 3% diberikan

untuk 3-5 hari. Nanti setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena obat tetes telinga banyak yang

memiliki efek samping ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan hanya dipakai 1 atau

2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat diberikan antibiotika

Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai

resisten maka diberikan ampicilin asam klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika

yang paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Bila

sekret telah kering namun perforasi menetap setelah observasi selama 2 bulan maka

sebaiknya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan menghentikan

infeksi dan memperbaiki membran timpani yang ruptur sehingga fungsi pendengaran

membaik dan komplikasi tidak terjadi.

31

Page 32: OMSK

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar Z.A. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.

Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima.

Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62

2. Adams FL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6 th ed. Jakarta;

Balai Penerbit FKUI; 1997

3. Snell, Richard. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Ed.6. Jakarta :

EGC, 2006

4. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung

tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73

5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid.

Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6.

Jakarta: EGC, 1997: 88-118

32