LAPKAS OMSK

38
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003 BAB I ABSTRAK Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah salah satu penyakit telinga yang paling sering ditemukan pada anak-anak, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 23% anak berusia 1 tahun dan 40% anak berusia 4-5 tahun yang berobat ke dokter didiagnosis menderita otitis media. Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1-46%. 1 Di Inggris 0,9% dari populasi anak-anak dan 0,5% orang dewasa menderita OMSK. 2 Sedangkan di Indonesia sendiri sebesar 3% dari penduduknya menderita OMSK menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. 3 Otitis media supuratif kronik merupakan penyebab utama gangguan pendengaran, khususnya pada masa kanak-kanak dan remaja. Di seluruh dunia tercatat sebanyak 65-330 juta orang pernah menderita otitis media dan 60% diantaranya kehilangan pendengaran. 4 Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan 1 Kepanitraan Klinik Ilmu THT Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010 Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Transcript of LAPKAS OMSK

Page 1: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

BAB I

ABSTRAK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah salah satu penyakit telinga yang

paling sering ditemukan pada anak-anak, khususnya di negara berkembang seperti

Indonesia. Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 23%

anak berusia 1 tahun dan 40% anak berusia 4-5 tahun yang berobat ke dokter didiagnosis

menderita otitis media. Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK di dunia

berkisar antara 1-46%.1 Di Inggris 0,9% dari populasi anak-anak dan 0,5% orang dewasa

menderita OMSK.2 Sedangkan di Indonesia sendiri sebesar 3% dari penduduknya

menderita OMSK menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996.

Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita

OMSK.3

Otitis media supuratif kronik merupakan penyebab utama gangguan pendengaran,

khususnya pada masa kanak-kanak dan remaja. Di seluruh dunia tercatat sebanyak 65-330

juta orang pernah menderita otitis media dan 60% diantaranya kehilangan pendengaran.4

Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena kehilangan pendengaran pada masa

kanak-kanak akan berakibat pada keterlambatan bicara dan gangguan belajar.

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai OMSK yang diderita oleh seorang

anak laki-laki berusia 2 tahun yang dibawa ibunya ke poli THT Rumah Sakit Siloam Lippo

Village dimana anak tersebut memiliki riwayat rinitis dan otitis media akuta sebelumnya.

1

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 2: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

BAB II

PENDAHULUAN

2.1. Definisi

Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea yang

menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membran timpani.

Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat perforasi membran

timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama minimal dalam 6 minggu akibat infeksi

bakteri piogenik. dimana sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat

berlangsung terus-menerus atau. Menurut Buku THT FKUI edisi keenam, Otitis Media

Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang

timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan.5

Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :

1. Perforasi sentral

Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani.

Seluruh tepi perforasi masih tersisa membran timpani.

2. Perforasi marginal

Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan

anulus atau sulkus timpanikum.

3. Perforasi atik

2

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 3: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Perforasi yang terjadi di area pars flaksida ini sering menimbulkan komplikasi, seperti

terbentuknya kolesteatoma.

Otitis media kronik merupakan kelanjutan dari otitis media akut, hal ini dapat terjadi

karena dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, kondisi

ekonomi yang masih buruk, tingkat gizi dan imunitas yang kurang baik, pengobatan yang

dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya

infeksi fokal di hidung dan faring, dan lain-lain.

2.2. Anatomi dan Fisiologi5,6

Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar atau pinna, telinga tengah, dan telinga dalam.

Membran timpani yang menjadi batas antara telinga luar dan telinga tengah. Membran timpani

umumnya bulat dan terdiri dari lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah

3

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 4: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

dimana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak

terdapat di atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang

disebut membran Sharpnell menjadi lemas atau flaksid. Pada pars flaksida terdapat area yang

disebut atik. Selain pars flaksida, ada zona yang lebih besar lagi yaitu pars tensa. Zona ini terdiri

dari lapisan fibrosa yang elastis.

Telinga tengah berbentuk seperti kotak dengan enam sisi, namun dinding posteriornya lebih luas

daripada dinding anterior. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu

maleus, inkus, dan stapes. Ketiganya saling dihubungkan oleh persendian.

Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian lateral tuba

bertulang sementara 2/3 medial merupakan kartilaginosa. Tuba eustachius memiliki fungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Telinga dalam berbentuk seperti labirin. Labirin memiliki dua komponen yaitu bagian koklearis

(pars superior) untuk fungsi auditori dan bagian vestibular (pars inferior) untuk fungsi

keseimbangan. Koklea melingkar seperti rumah siput. Dua kompartemen cairan dalam koklea

adalah perilymphatic space dan endolymphatic space. Perilymphatic space ada di dalam labirin

tulang dan disekitar labirin membran. Cairan perilimfe yang memiliki kadar Natrium tinggi dan

Kalium yang rendah. Sedangkan endolimfe dalam labirin membran memiliki kadar Natrium

rendah dan Kalium tinggi.

Proses mendengar diawali dengan penangkapan gelombang energi bunyi oleh pinna yang

dialirkan ke koklea melalui udara atau tulang. Gelombang tersebut akan menggetarkan membran

timpani lalu diteruskan ke telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus,

stapes) yang saling berhubungan. Getaran akan diamplifikasi dan diteruskan ke stapes yang

menggetarkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran

diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa dan menimbulkan rangsang

mekanik yang menyebabkan defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan

4

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 5: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

depolarisasi terjadi. Depolarisasi menimbulkan potensialaksi pada saraf auditorius yang

dilanjutkan ke nukleus auditorius ke korteks pendengaran di lobus temporal.

2.3 Klasifikasi5,6

Otitis media supuratif kronik dibagi menjadi dua tipe yaitu:

1. Otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna atau mukosa dikenal sebagai OMSK yang

aman karena proses peradangannya terbatas pada mukosa saja dan tidak sampai mengenai

tulang. Yang ditemukan pada pemeriksaan adalah sekret yang tidak terlalu banyak, gangguan

pendengaran ringan, perforasi membran timpani pada OMSK benigna umumnya merupakan

perforasi sentral, dan mukosa tidak menebal.

2. Otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna atau tipe tulang dianggap sebagai OMSK yang

berbahaya karena bersifat progresif dan destruktif hingga ke tulang. Perforasi membran

timpani yang ditimbulkan umumnya terletak di marginal atau di atik. OMSK maligna juga

memiliki kecenderungan tidak memiliki masa sembuh walaupun tidak ada infeksi hidung atau

faring serta memiliki komplikasi seperti sekret nanah yang berbau busuk, labirinitis,

meningitis, paresis nervus fasialis, abses otak, dan lain-lain. Selain itu, gangguan pendengaran

yang ditimbulkan juga lebih berat dibandingkan dengan OMSK tipe benigna. Pasien biasanya

juga merasakan nyeri belakang telinga dan nyeri kepala berat. Pada pemeriksaan dapat

ditemukan sekret yang banyak dan berbau busuk, terbentuknya kolesteatoma, dan jaringan

granulasi.

OMSK juga dibedakan menjadi dua berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, yaitu OMSK

aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif jika sekret keluar dari kavum timpani secara aktif.

OMSK tenang jika keadaan kavum timpani basah atau kering.

2.4. Epidemiologi1,2,3

Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 23% anak berusia 1

tahun dan 40% anak berusia 4-5 tahun yang berobat ke dokter didiagnosis menderita otitis

5

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 6: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

media. Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1-

46%. Di Inggris 0,9% dari populasi anak-anak dan 0,5% orang dewasa menderita OMSK.

Sedangkan di Indonesia sendiri sebesar 3% dari penduduknya menderita OMSK menurut

survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996. Dengan kata lain dari 220 juta

penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.

2.5. Etiologi dan Faktor Risiko

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai

setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis,

sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang

abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down

syndrome. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi

immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti

infeksi HIV) dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis.

Faktor predisposisi OMSK antara lain:

1. Lingkungan

Studi menunjukkan kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih tinggi.

Hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, asupan gizi/nutrisi, tempat tinggal yang

padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel

udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer

atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya

6

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 7: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan /

atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga

dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.

4. Infeksi

Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas

aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman

gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita infeksi

saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan.

5. Infeksi saluran nafas atas

Melalui saluran yang menghubungan antara hidung dan telinga, infeksi di saluran napas atas

yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga. Banyak penderita

mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat

mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap

organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan

bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media

kronis.

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan

alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes

telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius

7

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 8: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Pada otitis kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema. Pada telinga yang inaktif

berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya

menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Infeksi kronis telinga tengah cenderung disertai sekret purulen. Proses infeksi ini sering

disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap

standar yang ada saat ini.7

2.6 Tanda dan Gejala

1. Telinga Berair (Otorea) lebih dari 2 bulan. Sekret dapat keluar secara terus menerus atau

hilang timbul.

2. Gangguan Pendengaran yang timbul biasanya merupakan tuli konduktif (20-50 decibel).

3. Otalgia (Nyeri Telinga) jika OMSK sudah mengalami komplikasi.

4. Vertigo jika OMSK sudah mengalami komplikasi.

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan menurut tanda dan gejala. Pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai

untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan audiometri. Pada pemeriksaan audiometri

penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli

sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta

keutuhan dan mobilitas. Pemeriksaan Radiologi juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan

adanya komplikasi seperti kolesteatoma. Pemeriksaan bakteriologi melalui sekret telinga juga

sebaiknya dilakukan untuk mengetahui penyebab dan pemilihan anibiotik yang spesifik. Bakteri

yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan

Proteus.

8

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 9: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

2.8 Tatalaksana

Penatalaksanaan kasus OMSK adalah dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung

antibiotik selama 7-10 hari. Apabila cairan di telingannya sangat banyak maka berikan lebih

dahulu H2O2 3% tetes telinga selama 3-5 hari untuk mengeringkan cairan sehingga obat dapat

masuk dengan baik ke dalam telinga. Apabila disertai dengan infeksi pada hidung atau

tenggorakan maka dapat disertai pula dengan pemberian antibiotik minum seperti Amoksisilin

atau Amoksisilin + Asam Klavulanat selama 5-10 hari. Obat tetes telinga yang dapat diberikan

adalah yang mengandung antibiotik seperti yang mengandung kloramfenikol, neomicin-

polimixcin -hidrokortison, gentamisin atau yang mengandung ofloxacin. Ofloxacin tetes telinga

memiliki beberapa keunggulan dibanding golongan lain yaitu tidak memiliki efek ototoksik

seperti neomisin dan gentamisin, memiliki spektrum antibakteri yang luas dan masih sensitif

terhadap semua bakteri penyebab OMSK, hampir tidak menimbulkan efek samping dan

memberikan perbaikan gejala yang lebih baik dibandingkan golongan lain. Walaupun

penggunaan golongan kuinolon (termasuk juga ofloxacin) oral pada anak tidak dianjurkan karena

adanya efek samping pada tulang namun ofloxacin tetes telinga dapat diberikan pada anak

dengan usia > 1 tahun tanpa ditemukan adanya efek samping tersebut.

Untuk kasus OMSK yang sering berulang dan kambuh, OMSK maligna, OMSK bilateral yang

terjadi pada kedua telinga, penderita adalah seorang yang memiliki hobi / pekerjaannya yang

mengharuskan untuk berenang/menyelam, dan pada pemeriksaan telinga (audiometri)

didapatkan adanya tuli maka disarankan untuk melakukan operasi. Jenis operasi yang dilakukan

bergantung pada luasnya kerusakan dan sarana yang tersedia. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila

terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian

dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan

mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:

9

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 10: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

• Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada

tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar

infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

• Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada

operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.

Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,

sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk

membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.

• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum

timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.

Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.

• Miringoplasti

Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya

disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang

paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan

pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga

tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

• Timpanoplasti

10

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 11: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe

benigna yang tidak bisa diatasi dengan cara medikamentosa. Tujuan operasi adalah

menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi

membran timpani seringkali juga harus dilakukan rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan

bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

• Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi

yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa

melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan

jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid

dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna

belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : An. LHN

11

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 12: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

No. Rekam Medis : 00.00.00

Umur : 2 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 17 Desember 2007

Agama : Kristen

Alamat : Cempaka Barat

II. Anamnesis

A. Keluhan Utama:

Ibu pasien mengeluh kedua telinga anaknya mengeluarkan cairan lengket

kekuningan yang bau sejak 2,5 bulan lalu sebelum berobat ke poli THT Siloam

Hospital Lippo Village.

B. Riwayat Penyakit Sekarang:

Anak laki-laki berusia 2 tahun datang ke poli THT Siloam Hospital Lippo Village

diantar ibunya dengan keluhan kedua telinga anaknya mengeluarkan cairan

lengket berwarna kuning yang bau. Telinga kiri keluar cairan sejak 2,5 bulan yang

lalu. Telinga kanan sudah lebih lama lagi, namun cairan tidak keluar setiap hari.

Ibu pasien tidak memperhatikan adanya gangguan pendengaran pada anaknya.

Sekarang telinga pasien tidak nyeri. Pada saat ini pasien tidak pilek, batuk

ataupun demam. Pasien tidak mengalami mimisan. Nafsu makan pasien tidak

mengalami penurunan. Tidak ditemukan sakit menelan pada pasien.

C. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mempunyai riwayat batuk pilek sejak 3 bulan yang lalu dan sakit telinga

kiri disertai demam beberapa hari setelahnya.

D. Riwayat Alergi:

Tidak ada

12

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 13: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

E. Riwayat Pengobatan:

Pasien sebelumnya mengalami demam, batuk, pilek, dan diberikan obat Cefixime

2 x 1/3, Ambroxol 2 x 1/2, dan Rhinofed 2 x 1/2.

F. Riwayat Kebiasaan:

Pasien suka minum susu menggunakan botol sambil berbaring.

III. Pemeriksaan Fisik (21/07/2010)

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan Darah : tidak diukur

Nadi : 100 x / menit

Pernapasan : 22 x / menit

Suhu : afebris (37.5C)

Kepala Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan

Mata Konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada sklera ikterik

pada kedua mata, refleks cahaya +/+, diameter pupil 3 mm/ 3 mm

Telinga Bentuk normal, pinna tidak sakit waktu digerakkan, otorea + ADS,

tampak perforasi sentral multipel di 2 tempat pada membran

timpani telinga kanan, dan perforasi sentral pada membran timpani

telinga kiri. Fungsi pendengaran tidak diperiksa.

Hidung Bentuk normal, septum nasi di tengah tidak ada deviasi, mukosa

tidak hiperemis, tidak ada edema konka. Tidak terdapat sekret pada

kedua lubang hidung, epistaksis (-).

Gigi dan Mulut Bibir tampak normal, tidak ada sianosis dan tidak ada deviasi. Lidah

tidak kotor. Gigi geligi normal dan tidak ada karies.

Leher Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya

pembesaran kelenjar getah bening.

13

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 14: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Jantung Auskultasi: Bunyi jantung S1, S2 murni. Murmur (-). Gallop (-).

Paru Inspeksi: pergerakan dada simetris

Auskultasi: Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen -

Punggung -

Ekstremitas atas dan

bawah

Akral hangat, tidak ada edema pada semua ekstremitas.

I. Status THT (21/07/2010)

Telinga

Dextra Sinistra

Bentuk telinga luar Normal Normal

Liang telinga sekret (+) sekret (+)

Membran Timpani perforasi sentral multipel

di 2 tempat, refleks cahaya

(-), sekret (+)

perforasi sentral, refleks

cahaya (-), sekret

mukopurulen (+)

Hidung

Keterangan

Bentuk luar Normal

Kavum nasi Lapang, hiperemis (-), edema (-)

Konka inferior Hipertrofi (-)

Meatus medius Mukopus (-)

Septum nasi Tidak ada deviasi

Nasofaring Sekret (-)

14

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 15: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Tenggorokan

Keterangan

Tonsil T2/T2, hiperemi (-), detritus (-)

Faring Normal

Laring Normal

KGB

Tidak didapatkan adanya KGB yang membesar baik di leher anterior, preauricular,

maupun supraclavicula.

IV. Resume

Anak laki-laki berusia 2 tahun datang ke poli THT Siloam Hospital Lippo Village diantar

ibunya dengan keluhan kedua telinga anaknya mengeluarkan cairan lengket berwarna kuning

yang bau. Telinga kiri keluar cairan sejak 2,5 bulan yang lalu. Telinga kanan sudah lebih lama

lagi, namun cairan tidak keluar setiap hari. Ibu pasien tidak memperhatikan adanya gangguan

pendengaran pada anaknya. Pasien mempunyai riwayat batuk pilek sejak 3 bulan yang lalu dan

sakit telinga kiri disertai demam beberapa hari setelahnya. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan

perforasi sentral multipel di 2 tempat pada membran timpani telinga kanan dan perforasi sentral

pada membran timpani telinga kiri.

V. Diagnosis Kerja

Otitis media supuratif kronik tipe benigna

VI. Diagnosis Banding

Otitis media tuberkulosa

VII. Penatalaksanaan

15

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 16: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari

Antibiotika oral dapat diberikan Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi

terhadap Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam

klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan

kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

VIII. Prognosis

Prognosis ad Vitam : dubia ad bonam

Prognosis ad Fungsionam : dubia ad bonam

Prognosis ad Sanactionam : dubia ad malam

IX. Analisa Kasus

Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea yang

menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membran timpani.

Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat perforasi membran timpani

disertai pengeluaran sekret terjadi selama minimal dalam 6 minggu dimana sekret yang keluar

dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Menurut

Buku THT FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di

telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah

terus menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan. Jadi, karena pasien

menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga mengeluarkan cairan sejak 2,5 bulan lalu

serta ditemukannya perforasi membran timpani pada pemeriksaan, maka pasien dapat

didiagnosis menderita Otitis Media Supuratif Kronik. Pasien juga memiliki riwayat rinitis akut 3

bulan lalu dan Otitis Media Akuta beberapa hari setelahnya.

Awalnya, telinga kanan yang terlebih dahulu mengeluarkan sekret, sedangkan 3 bulan lalu

telinga kiri terasa sakit dan pasien menjadi demam sehingga lebih rewel. Baru 2 minggu

16

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 17: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

kemudian telinga kirinya juga mengeluarkan sekret. Namun Otitis media akuta yang diderita

pasien tidak mencapai stadium resolusi karena perforasi yang menetap dengan sekret yang keluar

secara intermiten. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti imunitas atau daya tahan

tubuh pasien rendah karena berat badan pasien yang cenderung tetap, kurangnya perhatian ibu

terhadap kesehatan, pengobatan yang dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas misalnya

pemberian obat tidak teratur, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya infeksi fokal di hidung

dan faring, dan lain-lain.

Faktor risiko timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat infeksi

hidung dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering berulang, obstruksi tuba,

pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip, adanya jaringan granulasi,

timpanosklerosis, OMSK juga lebih mudah terjadi pada orang yang pernah terkena penyakit

telinga pada masa kanak-kanak, perforasi membran timpani persisten, terjadinya metaplasia pada

telinga tengah, otitis media yang virulen, memiliki alergi, keadaan imunitas yang menurun.

Faktor risiko timbulnya OMSK pada anak adalah laki-laki, berusia <15 tahun, pernah

memakai ear tube sebelumnya, sering mengalami infeksi saluran napas atas >3 kali dalam 6

bulan terakhir, memiliki orangtua yang tingkat pendidikannya rendah, orangtua merokok, tempat

tinggal sempit dan sirkulasi udara buruk, memiliki saudara yang tinggal sama-sama di satu

rumah, anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan anak, malnutrisi khususnya defisiensi

vitamin A dan zinc, memiliki alergi, sering terkena infeksi saluran pernapasan atas, dan anak-

anak yang sering meminum susu dalam posisi berbaring.8 Pada sebuah penelitian di Nigeria

terhadap 10.303 anak berusia dibawah 6 tahun yang berobat ke klinik pediatrik selama 1 tahun,

terdapat 64% laki-laki dan 36% perempuan yang terdiagnosis OMSK sehingga rasio laki-laki

banding perempuan menjadi 1,8:1.9 Pada pasien ditemukan beberapa faktor risiko yang

menyebabkan pasien rentan terkena OMSK yaitu pasien laki-laki, berusia dibawah 15 tahun,

sering mengalami rinitis akut, dan memiliki kebiasaan meminum susu dalam posisi berbaring.

OMSK sering dialami oleh anak-anak karena tuba eustachius yang lebih pendek dan lebih

lurus jika dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga infeksi dari hidung dan tenggorokan

17

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 18: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

akan meluas ke telinga yang memang mempunyai tipe epitel sama. Selain itu pneumatisasi

mastoid paling aktif pada usia 5-10 tahun. Terdapat dua kelompok usia yang sering terkena otitis

media yaitu kelompok usia 6 bulan hingga 2 tahun dan kelompok usia 5-6 tahun, kemudian

insidennya menurun pada usia 6-12 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena pada 3-5 tahun

pertama kehidupan anak-anak sering mengalami alergi makanan, namun setelah berusia di atas 5

tahun insidennya juga menurun. Selain itu imunitas masih dalam tahap pembentukan di tahun-

tahun pertama kehidupan Anak-anak dengan abnormalitas kraniofasial seperti mikrosefali,

palatokisis, atresia koanal, Down syndrome, dan cri du chat syndrome juga lebih rentan terkena

OMSK karena tuba eustachius yang biasanya lebih pendek dari rata-rata populasi pada kelompok

umur yang sama. Namun jika onset OMSK terjadi pada usia <6 bulan, harus dipikirkan adanya

predisposisi kondisi prenatal seperti penggunaan alkohol pada masa kehamilan, pola diet ibu, dan

rendahnya antibodi pada bayi.10,11

Pasien menderita OMSK tipe benigna karena telinga mengeluarkan sekret secara

intermiten dan ditemukannya membran timpani yang mengalami perforasi sentral tanpa

terbentuknya kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulang ataupun adanya komplikasi

lain.

Pada pasien didapatkan OMSK bilateral padahal pada umumnya OMSK hanya mengenai

1 sisi telinga. Pada penelitian di Bangladesh pada 500 anak berusia 5-15 tahun, 72% diantaranya

menderita OMSK unilateral.12 OMSK yang terjadi di kedua telinga dapat disebabkan oleh infeksi

saluran pernapasan atas dan adanya faktor alergi yang menyebabkan edema mukosa dan

penutupan tuba eustachius.13 Gejala-gejala di telinga biasanya mulai terasa setelah beberapa hari

menderita rinitis atau faringitis. Pada pasien ini OMSK didapatkan bilateral yang diakibatkan

oleh seringnya rinitis dimungkinkan faktor imunitas dan status gizi yang kurang baik.

Perforasi membran timpani cukup sering terjadi. Survei di Amerika menunjukkan 4%

dari populasi anak-anak suku Indian mengalami perforasi membran timpani.14 Studi lain

menunjukkan 3% dari anak-anak yang menggunakan ventilation tube mengalami perforasi

membran timpani.15

18

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 19: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Perforasi membran timpani paling sering disebabkan oleh infeksi. Infeksi akut pada

telinga tengah dapat menyababkan iskemia relatif sehingga meningkatkan tekanan pada kavum

timpani. Tekanan tersebut membuat membran timpani teregang sampai pada satu titik regangan

maksimal dan membran timpani pun ruptur. Penyebab lain rupturnya membran timpani adalah

akibat trauma misalnya jatuh dan telinga terbentur atau trauma pada saat mengorek telinga,

perubahan tekanan yang terlalu cepat misalnya ketika naik lift atau pada saat menyelam

(barotrauma), mendengar bunyi yang sangat keras seperti ledakan bom, dan lain-lain. Tanda dan

gejala rupturnya membran timpani adalah vertigo, kehilangnan pendengaran, tinitus, serta

keluarnya cairan dari telinga. Pada pasien perforasi membran timpani disebabkan oleh infeksi

yang ditandai oleh keluarnya cairan dari telinga.

Pada perforasi membran timpani multipel ada hal-hal yang harus dipikirkan seperti

adanya penyakit sistemik seperti Tuberculosis dan Wegener’s granulomatosis. Selain itu juga

dilaporkan adanya perforasi membran timpani multipel akibat penggunaan Erlotinib sebagai

obat pilihan pertama kemoterapi non-small cell lung carcinoma karena Erlotinib ternyata bekerja

di jalur EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) yang berhubungan dengan penghambatan

proses pembentukan tumor dan juga menghentikan proses keratinosit, fibroblas, sel-sel endotel,

dan sel-sel epitel khususnya epitel skuamous bertingkat pada membran timpani manusia dan

hewan.16

Dalam kasus ini perlu dipikirkan bahwa pasien menderita tuberculous otitis media karena

terdapat perforasi sentral multipel di 2 tempat pada membran timpani telinga kanan, berat badan

anak cenderung tidak naik (dalam 7 bulan hanya naik 0,85 kg), dan Laju Endap Darah yang

meningkat tanda adanya infeksi atau peradangan. Selain itu Tuberculosis merupakan penyakit

endemik di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Namun pada tuberculous otitis media

sekret yang dikeluarkan berupa cairan yang bening sedangkan pada pasien cairan telinganya

kekuningan. Untuk mendiagnosis tuberculous otitis media adalah diagnosis yang sulit dan

tergolong kasus jarang karena OMSK yang disebabkan oleh bakteri Tuberculosis hanya 0,04%

dari total penderita OMSK dan Tuberculosis lebih sering terjadi pada anak berusia diatas 5

19

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 20: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

tahun. Diagnosis tuberculous otitis media harus secepatnya ditegakkan karena komplikasinya

yang serius seperti kelumpuhan nervus fasialis, labirinitis, tuli sensorineural, dan infeksi

diseminata pada jaringan intrakranial. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa foto

toraks dan Tuberculin/Mantug test seharusnya dilakukan.

Wegener’s granulomatosis juga merupakan penyakit yang jarang dimana insidennya

hanya 12 kasus per 1 juta orang per tahun yang berhubungan dengan Antibodi sitoplasmik

antineutrofil.2 Trias untuk mendiagnosis Wegener’s granulomatosis adalah infeksi saluran napas

atas dan bawah serta glomerulonefritis yang progresif. Pada pemeriksaan patologi ditemukan

vaskulitis pembuluh darah kecil, inflamasi dan nekrosis granulomatosa. Pada 90% pasien

Wegener’s granulomatosis terdapat Antibodi sitoplasmik antineutrofil. Seseorang dapat dicurigai

menderita penyakit ini jika gejala-gejala gangguan napas seperti hidung tersumbat dan sinusitis

yang tidak mempan dengan pengobatan biasa. Namun pada pasien yang hanya menderita rinitis,

tentunya trias untuk mendiagnosis Wegener’s granulomatosis tidak terpenuhi.

Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif yang berkisar

antara 20-50 decibel. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya dilakukan untuk mengetahui

jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah sudah

mengalami perbaikan atau belum. Timpanometri biasanya dilakukan bersama dengan

audiometri. Dalam otitis media juga dapat dilakukan pneumotoskopi untuk mengetahui

pergerakan membran timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran timpani sudah

mengalami perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran timpani tidak akan

membuatnya bergerak.

Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah pemeriksaan Rinne,

Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne diharapkan negatif agar sesuai

dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan Weber jika terdapat lateralisasi ke satu telinga

berarti ada perbedaan derajat ketulian antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan Swabach

20

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 21: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

diharapkan hasilnya memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli konduktif pada

pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah yang menyebabkan

gangguan pergerakan tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) sehingga konduksi

suara menjadi terhambat. Selain itu, sekret nasofaringeal dapat refluks ke telinga tengah sehingga

clearance cavum timpani menurun. Namun pada beberapa kasus OMSK dapat menimbulkan tuli

sensorineural dan tuli campur.

Anjuran pemeriksaan penunjang bagi pasien adalah Xray toraks dan pemeriksaan

Tuberculin untuk menyingkirkan kemungkinan tuberculous otitis media. Tuberculin skin test

adalah pemeriksaan yang cukup mudah dilakukan dan akurat dalam mendeteksi Tuberculosis. Di

permukaan volar lengan disuktikkan 0,1 ml PPD (5 TU) intrakutan dan hasilnya akan dibaca 48-

72 jam, walupun kadang-kadang hasil positif baru dapat terbaca 7 hari setelah tes dilakukan.

Reaksi kulit berupa indurasi sebesar 5 mm dianggap positif. Namun 5 mm masih dianggap

negatif pada pasien HIV dengan CD4 dibawah 100. Negatif palsu dapat terjadi jika penyuntikkan

tidak masuk ke intrakutan atau imunitas pasien yang diperiksa menurun.

Anjuran pemeriksaan penunjang lain adalah CT scan untuk melihat mastoid dan tulang

temporal untuk menyingkirkan adanya kolesteatoma, dan kultur spesimen berupa sekret telinga.

Otitis media supuratif terjadi karena bakteri yang migrasi dari hidung atau saluran napas ke

telinga melalui tuba eustachius. Otitis media juga bisa disebabkan oleh jamur seperti Aspergillus

dan Candida ataupun patogen lain seperti virus Herpes. Pada situasi ini mungkin terdapat

masalah pada imunitas host. Orang-orang dengan diabetes mellitus lebih rentan terhadap infeksi

Pseudomonas. Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia harus selalu dipikirkan

adanya kemungkinan terserang Tuberculosis karena penyakit ini sudah endemik di negara kita.

Untuk menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada pasien dibutuhkan

pemeriksaan kultur spesimen. Lagipula kultur juga berguna untuk memilih jenis antibiotik yang

spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya. Pada pasien pada hasil kultur tanggal 1 Juli 2009

didapatkan Enterobacter aerogenes sebagai bakteri penyebab OMSK dan dalam daftar obat yang

sensitif bagi bakteri tersebut adalah Ceftriaxon sodium (parenteral),

21

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 22: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Trimetroprim/Sulfametoksasol, kloramfenikol, fosfomisin, dan lain-lain. Obat dapat dipilih yang

cocok untuk anak-anak, berefek samping minimal, dan sesuai dengan ketersediaan obat.

Enterobacter aerogenes adalah bakteri patogen nosokomial yang jarang menyerang

indivdu sehat karena sifatnya sebagai bakteri oportunistik. Enterobacter aerogenes dapat

menyerang saluran napas bawah, traktus urinarius, kulit, endokardium, jaringan intra-abdominal,

dan lain-lain. Endotoksinnya dapat menyebabkan sepsis. Yang berisiko terkena infeksi bakteri

ini adalah individu yang dihospitalisasi > 2 minggu, mendapat prosedur invasif dalam 72 jam

terakhir, diberikan pengobatan berupa antibiotik dalam 30 hari terakhir, dan pernah dikateter

vena sentral. Faktor risiko spesifik untuk timbulnya infeksi nosokomial oleh Enterobacter yang

multidrug-resistant strain ini adalah pernah diberikan sefalosporin spektrum luas atau

aminoglikosida baru-baru ini dan pernah dirawat di ICU. Pasien memang pernah diberikan

pengobatan Cefixime 2 x 1/3 sekitar 3 bulan yan lalu ketika rinitis akut disertai demam.

Menurut data dari National Nosocomial Infections Surveillance System (NNIS), spesies

Enterobacter menyebabkan 11,2% kasus pneumonia pada pasien-pasien ICU, sedangkan pada

pasien ICU pediatrik terdapat 9,8% kasus pneumonia akibat bakteri gram negatif ini. Menurut

laporan penjaringan Care Antimicrobial Resistance Epidemiology (ICARE), kasus resistensi

Enterobacter terhadap sefalosporin generasi ketiga ada 25,3% kasus di ICU, 22.3% kasus pada

pasien rawat inap non-ICU, 10.1% pada pasien ambulatori, dan 36.2% di ICU pediatrik.19

Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan medikamentosa.

Bila sekret keluar secara terus menerus larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari. Nanti setelah

sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena

obat tetes telinga banyak yang memiliki efek samping ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan

hanya dipakai 1 atau 2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat diberikan

antibiotika Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai

resisten maka diberikan ampicilin asam klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang

paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Bila sekret telah kering

22

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 23: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

namun perforasi menetap setelah observasi selama 2 bulan maka sebaiknya dilakukan

miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan menghentikan infeksi dan memperbaiki membran

timpani yang ruptur sehingga fungsi pendengaran membaik dan komplikasi tidak terjadi. Bila

terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi berulang,

maka obati sumber infeksi terlebih dahulu.5 Pada pasien dapat diberikan Ceftriaxon sodium

(parenteral) atau Trimetroprim/Sulfametoksasol berdasarkan uji resistensi bakteri.

BAB IV

KESIMPULAN

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) menurut Buku THT FKUI edisi keenam adalah

infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari

telinga tengah terus menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan.5 OMSK

merupakan salah satu penyakit telinga yang paling sering ditemukan pada anak-anak, khususnya

di negara berkembang seperti Indonesia. Sebesar 3% dari penduduk Indonesia menderita OMSK

menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996. Dengan kata lain dari 220 juta

penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.3

Otitis media supuratif kronik merupakan penyebab utama gangguan pendengaran,

khususnya pada masa kanak-kanak dan remaja. Di seluruh dunia tercatat sebanyak 65-330 juta

orang pernah menderita otitis media dan 60% diantaranya kehilangan pendengaran.4 Hal ini

diakibatkan banyak faktor seperti tuba eustachius anak yang masih pendek dan lebih lurus dari

23

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Page 24: LAPKAS OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

orang dewasa, faktor imunitas yang masih berkembang, faktor alergi yang sering diturunkan,

perhatian terhadap kesehatan yang masih kurang, dan lain-lain. OMSK penting untuk dicegah

karena kehilangan pendengaran pada masa kanak-kanak akan berakibat pada keterlambatan

bicara dan gangguan belajar.

Oleh karena itu, sarana kesehatan harus lebih aktif berperan terutama di komunitas yang

terpencil agar menggalakkan imunisasi pada bayi dan anak, menyediakan tenaga kesehatan yang

kompeten sehingga dapat memberikan edukasi bagi para ibu, memberikan penyuluhan mengenai

berbagai penyakit telinga, mengembangkan strategi-strategi untuk mengurangi transmisi atau

penyebaran penyakit infeksius khususnya bagi bayi dan anak.

24

Kepanitraan Klinik Ilmu THTPeriode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village