ok
-
Upload
muhammad-al-amin -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of ok
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan kepada pasien secara langsung apabila kondisinya
memungkinkan, namun dapat ditanyakan pula pada orang terdekat atau orang yang
mengantar pasien ke dokter. Sesuai dengan kasus, pertanyaan yang diajukan dapat meliputi
identitas diri, keluhan utama, sejak kapan keluahan utama muncul, keluhan lain yang
mungkin dirasakan, riwayat penyakit yang diderita saat ini, riwayat penyakit dahulu,
pengobatan yang sudah dilakukan dan kondisi sosial ekonomi pasien.
Didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut:
Usia : 30thn
Keluhan Utama : Nyeri pada lengan kanannya setelah
terjatuh dari sepeda motor satu hari
yang lalu
Keluhan Lain : Jari-jari tangan kanan masih dapat
digerakan akan tetapi terasa sangat
nyeri
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernahkah pasien merasakan nyeri di
tempat yang sama? Pernahkah pasien
mengalami trauma yang sama?
Adakah faktor patologis?
Pengobatan yang telah dilakukan : Urut di dukun patah tulang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (nadi,
tekanan darah, suhu, dan pernapasan) dan pemeriksaan muskuloskeletal (inspeksi-
look, palpasi-feel, gerakan-moving). Inspeksi (look) ditujukan untuk melihat adanya
deformitas atau kelainan bentuk seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, dan fragmen
tulang (pada fraktur terbuka). Pada palpasi (feel) akan dilihat jika ada nyeri tekan, krepitasi,
status neurologis dan status vaskuler. Adanyanya keterbatasan gerak pada daerah faktur
menjadi salah satu peninjauan dari pemeriksaan gerakan (moving).2
Dari hasil pemeriksaan didapatkan:
Tanda-tanda vital : Normal
Inspeksi : edema (+), hyperemis (+), deformitas
Palpasi : nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi a.Radialis
Melemah
Gerakan : Jari-jari tangan masih dapat digerakan, tetapi terasa
sangat nyeri
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen
Cr unit (computed radiografi) digunakan untuk proses cetak foto rontgen dengan teknologi
komputer dan laser scanner menghasilkan gambar berkualitas tinggi. Menjamin ketepatan
dan kecepatan hasil diagnosa. Alat ini dilengkapi Master View yang dapat menyimpan data
pasien dan foto rontgen hasil pemeriksaan serta dapat dicetak ulang apabila diperlukan.
Fasilitas peralatan mammografi memiliki kualitas dan resolusi.3
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi,
untuk konfirmasi adanya fraktur, untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi
fragmen serta pergerakannya, untuk menentukan teknik pengobatan, untuk menentukan
apakah fraktur itu baru atau tidak, untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau
ekstra-artikuler, untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang, dan untuk melihat
adanya benda asing (misalnya peluru).
2. Pemeriksaan CT Scan
Prosedur pemeriksaan ini dapat menunjukan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit
dan dapat memperlihatkan cedera ligamen atau tendon dan tumor jaringan lunak.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit dievaluasi.2
3. MRI
MRI memberikan kontras yang baik antara rangkaian perisian tubuh yang berbeda, yang
membuatnya sangat berguna dalam pengimejan otak, otot, jantung, dan kanser berbanding
dengan yang lain teknik pengimejan perubatan seperti computed tomography (CT) atau sinar-
X. Tidak seperti CT scan atau tradisional X-ray, MRI tidak menggunakan.4
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pada fraktur, pemeriksaan laboratorium yang perlu diketahui adalah Hb dan hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan fraktur, kadar kalsium serum dan fosfor akan
meningkat didalam darah. Kadar normal kalsium serum adalah 4.5-5.5 mg/l atau 8.0-20.5
mg/dl, sedangkan kadar normal fosfor adalah 2.5-4.0 mg/dl dalam serum.2
Differential Diagnosis
1. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur ulna sepertiga-tengah atau proksimal dengan disertai
dislokasi caput radii. Fraktur ini dapat terjadi saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang
menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat
badan yang memberi gaya supinasi. Biasanya pada anak-anak muda laki-laki, jatuh dengan
tangan terbuka menahan badan dan terjadi pula rotasi. Hal ini menyebabkan patah pada
radius 1/3 distal dan fragmen distal-proksimal mengadakan angulasi ke anterior. 5
Gambaran klinis yang dapat ditemui adalah tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke
dorsal. Selain itu, pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Terapi
dapat dilakukan dengan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, dilakukan immobilisasi dengan
gips sirkular di atas siku, dipertahankan 4-6 minggu. Biasanya hasil reposisi tertutup hasilnya
kurang baikm, karena fraktur tidak stabil. Dalam hal ini diperlukan tindakan operasi reposisi
terbuka dengan internal fiksasi. Tulang radius, dipasang plate-screw atau untramedullary nail.
Kalau radius sudah tereposisi dengan sendirinya dislokasi sendi radius ulna distal akan
tereposisi. 5
2. Fraktur Monteggia
Merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal. Fraktur tipe ini dibagi menjadi empat jenis. Jenis pertama merupakan fraktur ⅓
tengah atau proksima ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior kaput radius.
Jenis kedua, fraktur ⅓ tengah atau proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi
posterior kaput radii dan fraktur kaput radii. Jenis ketiga fraktur ulna distal processes
coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio. Terakhir , fraktur ulna ⅓ tengah atau
proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan fraktur ⅓ proksimal radii di bawah
tuberositas bicipitalis. 5
Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas,
penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi
penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobiliasi gips
sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dejarat dan posisi lengan bawah
supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna
(plate-screw).5
3. Fraktur Smith
Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering
disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh
dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada
pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang
intraartikular. Dapat ditemukan penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi
volar pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade deformity). Dilakukan reposisi
dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi
maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4-6
minggu.6
4. Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok (dinner fork deformity). Pasien terjatuh
dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi). Fraktur Metafisis distal radius dengan jarak ±2,5 cm dari permukaan
sendi distal radius. Kemudian terdapat adanya dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal dengan terdapat subluksasi sendi radioulnar distal. Adanya avulsi prossesus
stiloideus ulna.6
Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips
psirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi
tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi,
deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk
mengoreksi supinasi). Imobilisasi ini dilakukan selama 4-6 minggu.6
Working Diagnosis
Working Diagnosis yang diambil adalah fraktur tertutup regio antebrachii dekstra ⅓ tegah
dengan kompartemen sindrom. Diagnosis ini dapat diambil atas dasar anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta adanya gejala klinis yang sesuai. Dari
hasil anamnesis diperoleh informasi bahwa adanya riwayat trauma. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan gejala-gejala klinis seperti nyeri, pembengkakan atau edema, adanya krepitasi, dan
pulsasi arteri radialis yang melemah. Tanda-tanda tersebut menunjukan adanya fraktur yang
disertai dengan sindroma kompartemen. Selain itu detemukan juga gejala lain seperti rasa
nyeri saat menggerakan jari-jari tangan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya
fraktur di regio antebrachii dekstra ⅓ tengah yang sangat menunjang diagnosis kerja.
4.1 Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantara dikarenakan
peristiwa trauma, peristiwa kelelahan, ataupun karena faktor patologis.Sebagian besar fraktur
disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran, atau pun penarikan. Trauma tersebut bisa didapat dari
bermacam aktifitas seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas, dsb. Bila tekanan kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut
rusak.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal
terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak
jauh. Sementara itu fraktur patologik dikarenakan kelemahan pada tulang. Fraktur dapat
terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau
tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
4.2 Patofisologi
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus
mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir
(shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar dan tarikan.7
Trauma bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Disebut trauma tidak
langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dan daerah fraktur, misalnya
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral
atau oblik, tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang
aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi; dislokasi atau fraktur dislokasi,
kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah. Trauma langsung
disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau
fraktur Z. Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang.
4.3 Klasifikasi dan Jenis Fraktur8
4.3.1 Berdasarkan Luas dan Garis Fraktur
Klasifikasi dan jenis fraktur berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari fraktur komplit dan
fraktur tidak komplit. Fraktur komplit adalah kondisi fraktur dimana garis patah tulang
melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang. Sementara itu fraktur
tidak komplit adalah kondisi fraktur dimana garis patah tulang tidak melalui seluruh garis
penampang tulang.
Fraktur tidak komplit meliputi Hairline fracture (patah retak rambur), Buckle
fracture atau torus fracture,Greenstick, fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan), fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan),
fraktur Multipel (garis
patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya).Buckle fracture atau torus
fracture adalah kondisi bila terjadi lipatan pada satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Greenstick yaitu patah tulang
yang terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebut dengan fraktur inkomplit. Fraktur
tulang hanya mengenai salah satu sisi korteks tulang.
4.3.2 Berdasarkan Bentuk dan Jumlah Garis Patah
Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah, fraktur terdiri dari fraktur
kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan), fraktur segmental (garis
patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan), dan
fraktur multipel (garispatah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dansebagainya).
4.3.3 Berdasarkan Posisi Fragmen
Berdasarkan posisi fragmen dibagi menjadi undisplaced (tidak bergeser) fraktur dimana garis
patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan Displaced (bergeser) fraktur dimana
terjadi pergeseran antara dua fragmen fraktur.
4.3.4 Berdasarkan Hubungan Fraktur dengan Dunia Luar
Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar dibagi menjadi tertutup dan terbuka. Fraktur
tertutup yaitu fraktur tulang masih berada di dalam tubuh dan tidak adanya perlukaan pada
kulit. Fraktur terbuka yaitu fraktur tulang keluar dari tubuh menembus kulit yang disertai
dengan adanya perlukaan pada kulit.
4.3.5 Berdasarkan Bentuk Garis Fraktur dan Hubungan dengan Mekanisme Trauma
Transversal yaitu patah yang melintangi tulang, biasanya disebabkan hantaman keras dan
sering terjadi pada lengan dan kaki. Oblik (miring) yaiut patah tulang yang menimbulkan
sudut miring terhadap sumbu panjang tulangnya.Spiral yaitu patah yang disebabkan gerakan
memuntir secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada tulang lengan atau
kaki.Kompresi (impresi) yaitu patah tulang dimana satu area tulang melekuk kedalam, fraktur
ini sering timbul pada tulang tengkorak setalah pukulan yang keras.
Avulsi yaitu patah tulang dimana fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau inseresi
tendon. Remuk yaitu patah tulang dimana bagian dalam tulang berbentuk seperti spons
remuk, biasanya hal ini terjadi pada tulang belakang penderita osteoporosis. Kominutif yaitu
patah tulang dimana terdapat bagian tulang yang pecah dan pecahan tulang tersebut dapat
menyebablan kerusakan jaringan di sekitarnya. Biasanya disebabkan oleh pukulan langsung
atau tubrukan. Impactionyaitu patah tulang yang disebabkan oleh gaya kompresi sehingga
ujung patahan yang satu menancap ke dalam patahan lainnya tanpa menyebabkan fraktur
dislokasi (Lihat Gambar 5).
4.4 Gejala Klinis9
Berikut merupakan beberapa gejala klinis dari fraktur antebrachii diantaranya adalah nyeri
terus menerus. Spasme otot, deformitas, pemendekan tulang, kreptiasi, dan pembengkakan.
Deformitas dapat disebabkan oleh karena adanya pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
pada integritas tulang tempat melengketnya obat. Pemendekan tulang dapat terjadi karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur atau dikarenakan
fragmen seringsaling melingkupi satu sama lain.
Krepitasi yaitu yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
Selain tanda-tanda tersebut, beberapa kasus fraktur juga ditandai dengan adanya sindroma
kompartemen. Sindroma kompartemen adalah suatu kelainan yang potensial menimbulkan
kedaruratan yaitu dengan adanya peningkatan tekanan interstisial dalam sebuah ruang
tertutup, biasanya kompartemen oseofasial ekstremitas yang noncompliant, misalnya
kompartemen ateral, anterior, dan posterior dalam tungkai serta kompartemen volar
superfisial dan dalam lengan serta pergelangan tangan. Peningkatan tekanan dapat
menyebabkan gangguan mikrovaskular dan nekrosis jaringan lokal.
Penyebab tersering dari sindroma kompratemen akut adalah perdarahan dari fraktur, trauma
jaringan lunak atau luka bakar, cedera arteri, dan penekanan anggota badan selama kesadaran
menurun. Perban atau gips yang restriktif juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
sindroma kompartemen.
Pada sindroma kompartemen, terrjadi penimbunan cairan di kompartemen otot, tetapi fasia
fibrosa tidak dapat mengembang sehingga terjadi edema dan tekanan meningkat. Apabila
tidak segera diobati maka dapat mengakibatkan terjadinya iskemia. Gejala utama adalah nyeri
hebat dan edema, tetapi gejala tersebut sering berkaitan dengan penyebab timbulnya
sindroma sehingga diagnosis sering sulit ditegakkan. Penilaian neurovaskular secara berkala
merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.
Gejala klinis yang terjadi pada sindroma kompartemen dikenal
dengan 5P yaitu pain (nyeri), pallor (pucat),pulselessness (berkurangnya denyut nadi),
paretesia (rasa kesemutan), paralisis. Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot
yang terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.
Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada anak-anak
tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak dari biasanya). Otot yang
tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering.Paralisis : Merupakan
tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian
yang terkena sindroma kompartemen.
4.5 Komplikasi9
Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur tulang meliputi dua komplikasi utama yakni
komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini dapat meliputi kehilangan darah,
infeksi, emboli lemak, DVT, dan sindroma kompartemen. Komplikasi lanjut dapat
menyebabkan non-union, delayed union, malunion, dan terhambatnya pertumbuhan.
Kehilangan darah terjadi karena trauma yang menyebabkan fraktur terbuka dan banyak darah
yang hilang saat trauma berlangsung. Infeksi dapat terjadi terutama pada fraktur terbuka.
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi
dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Bisa terjadi oleh karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
Emboli lemak adalah tetesan lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak pada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun terutama
bagi yang obesitas. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat
terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam
lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering
tersangkut disirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik yang mempunyai daya
tarik kembali terhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh balik yang juga
mengikutsertakan lemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas
Deep Vein Thrombosis, trombosis vena dalam sering terjadi pada individu yang tidak
bergerak dalam jangka waktuyang lama karena trauma atau ketidakmampuannya bergerak
seperti pada lazimnya. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring. Kelainan penyatuan tulang karena
penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran tulang dari
tempat yang normal. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Nonunion, patah tulang yang tidak
menyambung kembali.
Gangren gas, Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik
gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium
perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan
suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema,
gelembung – gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut
dapat berakibat fatal.
Selain komplikasi yang berdasarkan dari fraktur, sindroma kompartemen yang tidak
mendapatkan penangan dengan segera mungkin dan sebaik mungkin juga dapat menimbulkan
berbagai komplikasi.10 Beberapa komplikasinya antara lain: kegagalan dalam mengurangi
tekanan intrakompartemen dapat menyebabkan nekrosis jaringan, selama perfusi kapiler
masih kurang dan menyebabkan hipoksia pada jaringan tersebut.
Kontraktur Volkmann adalah deformitas pada tungkai dan lengan yang merupakan kelanjutan
dari sindroma kompartemen akut yang tidak mendapat terapi selama lebih dari beberapa
minggu atau bulan. Infeksi, hipestesia dan nyerijuga merupakan bagian dari komplikasi yang
mungkin terjadi. Komplikasi sistemik yang dapat timbul dari sindroma kompartemen
meliputi gagal ginjal akut, sepsis, dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang
fatal jika terjadi sepsis kegagalan organ secara multisistem.
4.6 Penatalaksanaan
4.6.1 Penatalaksanaan Fraktur9
Penatalaksaaan secara umum yang dapat dilakukan antara lain mencari tanda-tnda syok ata
pendarahan dan melakukan pemeriksaan ABC (Airway Management, Breathing,
Circulation). Selain itu juga perlu untuk mencari trauma pada tempat lain yang berisiko
(kepala dan tulang belakang, iga dan pneumotoraks, femoral dan trauma pelvis). Setelah itu
dengan segara menghilangkan rasa nyeri (analgesik-antipiretik, opiat intravena, blok saraf,
gips, dan traksi), buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sample
untuk dicocokan. Untuk fraktur terbuka membutuhkan debridement, antibiotik dan profilaksis
tetanus.
Penatalaksaan secara definitif dapat diakukan dengan reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi.
Reduksi adalah penyambungan kembali tulang; penting dilakukan agar posisi dan rentang
gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi
tertutup). Apabila diperlukan tindakan bedah untuk fiksasi (reduksi terbuka), dapat dipasang
pen atau sekrup untuk mempertahankan sambungan. Mungkin diperlukan traksi untuk
mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.
Imobilisasi dimaksudkan agar fraktur harus segera diimobilisasi agar hematom fraktur dapat
terbentuk dan untuk memperkecil kerusakan. Imobilisasi jangka-panjang dilakukan setelah
reduksi agar kalus dan tulang baru dapat terbentuk. Imobilisasi jangka-panjang biasanya
dilakukan dengan gips, traksi, fiksasi internal, fiksasi eksternal, bracing
fungsional.Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan pasien ke tingkat fungsi seperti
sebelum trauma dengan fisioterapi dan terapi okupasi.
4.6.2 Penatalaksanaan Sindroma Kompartemen4
Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi neurologis
dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah
dekompresi. Penanganan kompartemen secara umum meliputi terapi medikal atau non bedah
dan terapi bedah. Terapi Medikal / Non bedah diindikasikan untuk diagnosa dugaan
kompartemen, meliputi: menempatkan extremitas setinggi jantung untuk mempertahankan
ketinggian kompartemen yang minimal.
Elevasi dapat menurunkan aliran darah sehingga memperberat iskemia; pembukaan gips dan
pembalut konstriksi; pada kasus gigitan ular berbisa diberikan anti racun; mengoreksi
hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah; pemakaian diuretik dan manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen
mencapai >30 mmHg dan ada disfungsi neuromuskular. Tujuannya yaitu menurunkan
tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.
4.7 Prognosis
Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari
tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka
prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika
fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat
dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan
buruk.bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi.
Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding
penderita dengan usia lanjut.
4.8 Preventif2
Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur
disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada
dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan
terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Pencegahan dapat
dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan
lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan
cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
Kesimpulan
Fraktur tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang dan kartilago. Penyebabnya digolongkan
menjadi 3 yaitu fraktur traumatik, fraktur patologis dan fraktur stress. Gejala klinis yang
nampak berupa reaksi peradangan yaitu kemerahan, hiperemia dan nyeri, tampak deformitas.
Jika terdapat oedem, terjadi gangguan sensasi serta melemahnya denyut nadi, menandakan
adanya sindrom kompartemen. Penatalaksanaanya berupa tindakan non bedah dan bedah
(fasciotomi). Sementara itu penatalaksaan fraktur secara definitif berupa imobilisasi, reduksi
dan rehabilitasi. Prognosisnya baik jika pasien mendapatkan perawatan dengan tepat.