ok

21
Pembahasan Anamnesis Anamnesis dapat dilakukan kepada pasien secara langsung apabila kondisinya memungkinkan, namun dapat ditanyakan pula pada orang terdekat atau orang yang mengantar pasien ke dokter. Sesuai dengan kasus, pertanyaan yang diajukan dapat meliputi identitas diri, keluhan utama, sejak kapan keluahan utama muncul, keluhan lain yang mungkin dirasakan, riwayat penyakit yang diderita saat ini, riwayat penyakit dahulu, pengobatan yang sudah dilakukan dan kondisi sosial ekonomi pasien. Didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut: Usia : 30thn Keluhan Utama : Nyeri pada lengan kanannya setelah terjatuh dari sepeda motor satu hari yang lalu Keluhan Lain : Jari- jari tangan kanan masih dapat digerakan akan tetapi terasa sangat nyeri Riwayat Penyakit Dahulu : Pernahkah pasien merasakan nyeri di

description

okk

Transcript of ok

Page 1: ok

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan kepada pasien secara langsung apabila kondisinya

memungkinkan, namun dapat ditanyakan pula pada orang terdekat atau orang yang

mengantar pasien ke dokter. Sesuai dengan kasus, pertanyaan yang diajukan dapat meliputi

identitas diri, keluhan utama, sejak kapan keluahan utama muncul, keluhan lain yang

mungkin dirasakan, riwayat penyakit yang diderita saat ini, riwayat penyakit dahulu,

pengobatan yang sudah dilakukan dan kondisi sosial ekonomi pasien.

Didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut:

Usia                                                          : 30thn

Keluhan Utama                                        : Nyeri pada lengan kanannya setelah

  terjatuh dari sepeda motor satu hari

  yang lalu

Keluhan Lain                                           : Jari-jari tangan kanan masih dapat

  digerakan akan tetapi terasa sangat

  nyeri

Riwayat Penyakit Dahulu                        : Pernahkah pasien merasakan nyeri di

  tempat  yang sama? Pernahkah pasien

mengalami  trauma yang sama?

Adakah faktor patologis?

Pengobatan yang telah dilakukan            : Urut di dukun patah tulang

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (nadi,

tekanan darah, suhu, dan pernapasan) dan pemeriksaan muskuloskeletal (inspeksi-

look, palpasi-feel, gerakan-moving). Inspeksi (look)  ditujukan untuk melihat adanya

deformitas atau kelainan bentuk seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, dan fragmen

Page 2: ok

tulang (pada fraktur terbuka). Pada palpasi (feel) akan dilihat jika ada nyeri tekan, krepitasi,

status neurologis dan status vaskuler. Adanyanya keterbatasan gerak pada daerah faktur

menjadi salah satu peninjauan dari pemeriksaan gerakan (moving).2

Page 3: ok

Dari hasil pemeriksaan didapatkan:

Tanda-tanda vital             : Normal

Inspeksi                            : edema (+), hyperemis (+), deformitas

Palpasi                              : nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi a.Radialis

Melemah

Gerakan                            : Jari-jari tangan masih dapat digerakan, tetapi terasa

  sangat nyeri

 Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan Rontgen

Cr unit (computed radiografi) digunakan untuk proses cetak foto rontgen dengan teknologi

komputer dan laser scanner menghasilkan gambar berkualitas tinggi. Menjamin ketepatan

dan kecepatan hasil diagnosa. Alat ini dilengkapi Master View yang dapat menyimpan data

pasien dan foto rontgen hasil pemeriksaan serta dapat dicetak ulang apabila diperlukan.

Fasilitas peralatan mammografi memiliki kualitas dan resolusi.3

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi,

untuk konfirmasi adanya fraktur, untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi

fragmen serta pergerakannya, untuk menentukan teknik pengobatan, untuk menentukan

apakah fraktur itu baru atau tidak, untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau

ekstra-artikuler, untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang, dan untuk melihat

adanya benda asing (misalnya peluru).

2.      Pemeriksaan CT Scan

Prosedur pemeriksaan ini dapat menunjukan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit

dan dapat memperlihatkan cedera ligamen atau tendon dan tumor jaringan lunak.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi dan panjangnya patah tulang di

daerah yang sulit dievaluasi.2

3.      MRI

Page 4: ok

MRI memberikan kontras yang baik antara rangkaian perisian tubuh yang berbeda, yang

membuatnya sangat berguna dalam pengimejan otak, otot, jantung, dan kanser berbanding

dengan yang lain teknik pengimejan perubatan seperti computed tomography (CT) atau sinar-

X. Tidak seperti CT scan atau tradisional X-ray, MRI tidak menggunakan.4

Page 5: ok

4.      Pemeriksaan Laboratorium

Pada fraktur, pemeriksaan laboratorium yang perlu diketahui adalah Hb dan hematokrit

sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan

lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan fraktur, kadar kalsium serum dan fosfor akan

meningkat didalam darah. Kadar normal kalsium serum adalah 4.5-5.5 mg/l atau 8.0-20.5

mg/dl,  sedangkan kadar normal fosfor adalah 2.5-4.0 mg/dl dalam serum.2

Differential Diagnosis

1.      Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi adalah fraktur ulna sepertiga-tengah atau proksimal dengan disertai

dislokasi caput radii. Fraktur ini dapat terjadi saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang

menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat

badan yang memberi gaya supinasi. Biasanya pada anak-anak muda laki-laki, jatuh dengan

tangan terbuka menahan badan dan terjadi pula rotasi. Hal ini menyebabkan patah pada

radius 1/3 distal dan fragmen distal-proksimal mengadakan angulasi ke anterior. 5

Gambaran klinis yang dapat ditemui adalah tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke

dorsal. Selain itu, pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Terapi

dapat dilakukan dengan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, dilakukan immobilisasi dengan

gips sirkular di atas siku, dipertahankan 4-6 minggu. Biasanya hasil reposisi tertutup hasilnya

kurang baikm, karena fraktur tidak stabil. Dalam hal ini diperlukan tindakan operasi reposisi

terbuka dengan internal fiksasi. Tulang radius, dipasang plate-screw atau untramedullary nail.

Kalau radius sudah tereposisi dengan sendirinya dislokasi sendi radius ulna distal akan

tereposisi. 5

2.      Fraktur Monteggia

Merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna

proksimal. Fraktur tipe ini dibagi menjadi empat jenis. Jenis pertama merupakan fraktur ⅓

tengah atau proksima ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior kaput radius.

Jenis kedua, fraktur ⅓ tengah atau proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi

posterior kaput radii dan fraktur kaput radii. Jenis ketiga fraktur ulna distal processes

Page 6: ok

coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio. Terakhir , fraktur ulna ⅓ tengah atau

proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan fraktur ⅓ proksimal radii di bawah

tuberositas bicipitalis. 5

Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas,

penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi

penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobiliasi gips

sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dejarat dan posisi lengan bawah

supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna

(plate-screw).5

3.      Fraktur Smith

Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering

disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh

dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada

pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang

intraartikular. Dapat ditemukan penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi

volar pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade deformity). Dilakukan reposisi

dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi

maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4-6

minggu.6

4.      Fraktur Colles

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok (dinner fork deformity). Pasien terjatuh

dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam

(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar

(eksorotasi/supinasi). Fraktur Metafisis distal radius dengan jarak ±2,5 cm dari permukaan

sendi distal radius. Kemudian terdapat adanya dislokasi fragmen distalnya ke arah

posterior/dorsal dengan terdapat subluksasi sendi radioulnar distal. Adanya avulsi prossesus

stiloideus ulna.6

Page 7: ok

Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips

psirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi

tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi,

deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk

mengoreksi supinasi). Imobilisasi ini dilakukan selama 4-6 minggu.6

Working Diagnosis

Working Diagnosis yang diambil adalah fraktur tertutup regio antebrachii dekstra ⅓ tegah

dengan kompartemen sindrom. Diagnosis ini dapat diambil atas dasar anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta adanya gejala klinis yang sesuai. Dari

hasil anamnesis diperoleh informasi bahwa adanya riwayat trauma. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan gejala-gejala klinis seperti nyeri, pembengkakan atau edema, adanya krepitasi, dan

pulsasi arteri radialis yang melemah. Tanda-tanda tersebut menunjukan adanya fraktur yang

disertai dengan sindroma kompartemen. Selain itu detemukan juga gejala lain seperti rasa

nyeri saat menggerakan jari-jari tangan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya

fraktur di regio antebrachii dekstra ⅓ tengah yang sangat menunjang  diagnosis kerja.

4.1  Etiologi

Tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantara dikarenakan

peristiwa trauma, peristiwa kelelahan, ataupun karena faktor patologis.Sebagian besar fraktur

disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,

penghancuran, perubahan pemuntiran, atau pun penarikan. Trauma tersebut bisa didapat dari

bermacam aktifitas seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas, dsb. Bila tekanan kekuatan

langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut

rusak.

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan

berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal

terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak

jauh. Sementara itu fraktur patologik dikarenakan kelemahan pada tulang. Fraktur dapat

Page 8: ok

terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau

tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

4.2  Patofisologi

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus

mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.

Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir

(shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama

tekanan membengkok, memutar dan tarikan.7

Trauma bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan

langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Disebut trauma tidak

langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dan daerah fraktur, misalnya

jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini

biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral

atau oblik, tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang

aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi; dislokasi atau fraktur dislokasi,

kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah. Trauma langsung

disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau

fraktur Z. Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang.

4.3  Klasifikasi dan Jenis Fraktur8

4.3.1        Berdasarkan Luas dan Garis Fraktur

Klasifikasi dan jenis fraktur berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari fraktur komplit dan

fraktur tidak komplit. Fraktur komplit adalah kondisi fraktur dimana garis patah tulang

melalui  seluruh  penampang  tulang atau melalui kedua korteks tulang. Sementara itu fraktur

tidak komplit adalah kondisi fraktur dimana garis  patah tulang  tidak melalui  seluruh garis

penampang tulang.

Page 9: ok

Fraktur tidak komplit meliputi Hairline fracture (patah retak rambur), Buckle

fracture atau torus fracture,Greenstick, fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan

saling berhubungan), fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan),

fraktur Multipel (garis

patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya).Buckle fracture atau torus

fracture adalah kondisi bila terjadi lipatan pada satu korteks dengan kompresi tulang

spongiosa di bawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Greenstick yaitu patah tulang

yang terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebut dengan fraktur inkomplit. Fraktur

tulang hanya mengenai salah satu sisi korteks tulang.

4.3.2        Berdasarkan Bentuk dan Jumlah Garis Patah

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah, fraktur terdiri dari fraktur

kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan), fraktur segmental (garis

patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan), dan

fraktur multipel (garispatah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan

tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dansebagainya).

4.3.3        Berdasarkan Posisi Fragmen

Berdasarkan posisi fragmen dibagi menjadi undisplaced (tidak bergeser) fraktur dimana garis

patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan Displaced (bergeser) fraktur dimana

terjadi pergeseran antara dua fragmen fraktur.

4.3.4        Berdasarkan Hubungan Fraktur dengan Dunia Luar

Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar dibagi menjadi tertutup dan terbuka. Fraktur

tertutup yaitu fraktur tulang masih berada di dalam tubuh dan tidak adanya perlukaan pada

kulit. Fraktur terbuka yaitu fraktur tulang keluar dari tubuh menembus kulit yang disertai

dengan adanya perlukaan pada kulit.

4.3.5        Berdasarkan Bentuk Garis Fraktur dan Hubungan dengan Mekanisme Trauma

Transversal yaitu patah yang melintangi tulang, biasanya disebabkan hantaman keras dan

sering terjadi pada lengan dan kaki. Oblik (miring) yaiut patah tulang yang menimbulkan

sudut miring terhadap sumbu panjang tulangnya.Spiral yaitu patah yang disebabkan gerakan

memuntir secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada tulang lengan atau

Page 10: ok

kaki.Kompresi (impresi) yaitu patah tulang dimana satu area tulang melekuk kedalam, fraktur

ini sering timbul pada tulang tengkorak setalah pukulan yang keras.

Avulsi yaitu patah tulang dimana fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau inseresi

tendon. Remuk yaitu patah tulang dimana bagian dalam tulang berbentuk seperti spons

remuk, biasanya hal ini terjadi pada tulang belakang penderita osteoporosis. Kominutif yaitu

patah tulang dimana terdapat bagian tulang yang pecah dan pecahan tulang tersebut dapat

menyebablan kerusakan jaringan di sekitarnya. Biasanya disebabkan oleh pukulan langsung

atau tubrukan. Impactionyaitu patah tulang yang disebabkan oleh gaya kompresi sehingga

ujung patahan yang satu menancap ke dalam patahan lainnya tanpa menyebabkan fraktur

dislokasi (Lihat Gambar 5).

4.4  Gejala Klinis9

Berikut merupakan beberapa gejala klinis dari fraktur antebrachii diantaranya adalah nyeri

terus menerus. Spasme otot, deformitas, pemendekan tulang, kreptiasi, dan pembengkakan.

Deformitas dapat disebabkan oleh karena adanya pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan

eksremitas. Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang

normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung

pada integritas tulang tempat melengketnya obat. Pemendekan tulang dapat terjadi karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur atau dikarenakan

fragmen seringsaling melingkupi satu sama lain.

Krepitasi yaitu yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik

tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan

lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau

beberapa hari setelah cedera.

Selain tanda-tanda tersebut, beberapa kasus fraktur juga ditandai dengan adanya sindroma

kompartemen. Sindroma kompartemen adalah suatu kelainan yang potensial menimbulkan

kedaruratan yaitu dengan adanya peningkatan tekanan interstisial dalam sebuah ruang

tertutup, biasanya kompartemen oseofasial ekstremitas yang noncompliant, misalnya

kompartemen ateral, anterior, dan posterior dalam tungkai serta kompartemen volar

Page 11: ok

superfisial dan dalam lengan serta pergelangan tangan. Peningkatan tekanan dapat

menyebabkan gangguan mikrovaskular dan nekrosis jaringan lokal.

Penyebab tersering dari sindroma kompratemen akut adalah perdarahan dari fraktur, trauma

jaringan lunak atau luka bakar, cedera arteri, dan penekanan anggota badan selama kesadaran

menurun. Perban atau gips yang restriktif juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya

sindroma kompartemen.

Pada sindroma kompartemen, terrjadi penimbunan cairan di kompartemen otot, tetapi fasia

fibrosa tidak dapat  mengembang sehingga terjadi edema dan tekanan meningkat. Apabila

tidak segera diobati maka dapat mengakibatkan terjadinya iskemia. Gejala utama adalah nyeri

hebat dan edema, tetapi gejala tersebut sering berkaitan dengan penyebab timbulnya

sindroma sehingga diagnosis sering sulit ditegakkan. Penilaian neurovaskular secara berkala

merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.

Gejala klinis yang terjadi pada sindroma kompartemen dikenal

dengan 5P yaitu pain (nyeri), pallor (pucat),pulselessness (berkurangnya denyut nadi),

paretesia (rasa kesemutan), paralisis. Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot

yang terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.

Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada anak-anak

tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak dari biasanya). Otot yang

tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering.Paralisis : Merupakan

tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian

yang terkena sindroma kompartemen.

4.5  Komplikasi9

Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur tulang meliputi dua komplikasi utama yakni

komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini dapat meliputi kehilangan darah,

infeksi, emboli lemak, DVT, dan sindroma kompartemen. Komplikasi lanjut dapat

menyebabkan non-union, delayed union, malunion, dan terhambatnya pertumbuhan.

Kehilangan darah terjadi karena trauma yang menyebabkan fraktur terbuka dan banyak darah

yang hilang saat trauma berlangsung. Infeksi dapat terjadi terutama pada fraktur terbuka.

Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi

Page 12: ok

dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Bisa terjadi oleh karena penggunaan

bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

Emboli lemak adalah tetesan lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemak pada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun terutama

bagi yang obesitas. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum  tulang, atau dapat

terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam

lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering

tersangkut disirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik yang mempunyai daya

tarik kembali terhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh balik yang juga

mengikutsertakan lemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas

Deep Vein Thrombosis, trombosis vena dalam sering terjadi pada individu yang tidak

bergerak dalam jangka waktuyang lama  karena trauma atau  ketidakmampuannya bergerak

seperti pada lazimnya. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang

tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring. Kelainan penyatuan tulang karena

penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran tulang dari

tempat yang normal.  Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Nonunion, patah tulang yang tidak

menyambung kembali.

Gangren gas, Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik

gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium

perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan

suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema,

gelembung – gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut

dapat berakibat fatal.

Selain komplikasi yang berdasarkan dari fraktur, sindroma kompartemen yang tidak

mendapatkan penangan dengan segera mungkin dan sebaik mungkin juga dapat menimbulkan

berbagai komplikasi.10 Beberapa komplikasinya antara lain: kegagalan dalam mengurangi

tekanan intrakompartemen dapat menyebabkan nekrosis jaringan, selama perfusi kapiler

masih kurang dan menyebabkan hipoksia pada jaringan tersebut.

Page 13: ok

Kontraktur Volkmann adalah deformitas pada tungkai dan lengan yang merupakan kelanjutan

dari sindroma kompartemen akut yang tidak mendapat terapi selama lebih dari beberapa

minggu atau bulan. Infeksi, hipestesia dan nyerijuga merupakan bagian dari komplikasi yang

mungkin terjadi. Komplikasi sistemik yang dapat timbul dari sindroma kompartemen

meliputi gagal ginjal akut, sepsis, dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang

fatal jika terjadi sepsis kegagalan organ secara multisistem.

4.6  Penatalaksanaan

4.6.1        Penatalaksanaan Fraktur9

Penatalaksaaan secara umum yang dapat dilakukan antara lain mencari tanda-tnda syok ata

pendarahan dan melakukan pemeriksaan ABC (Airway Management, Breathing,

Circulation). Selain itu juga perlu untuk mencari trauma pada tempat lain yang berisiko

(kepala dan tulang belakang, iga dan pneumotoraks, femoral dan trauma pelvis). Setelah itu

dengan segara menghilangkan rasa nyeri (analgesik-antipiretik, opiat intravena, blok saraf,

gips, dan traksi), buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sample

untuk dicocokan. Untuk fraktur terbuka membutuhkan debridement, antibiotik dan profilaksis

tetanus.

Penatalaksaan secara definitif dapat diakukan dengan reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi.

Reduksi adalah penyambungan kembali tulang; penting dilakukan agar posisi dan rentang

gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi

tertutup). Apabila diperlukan tindakan bedah untuk fiksasi (reduksi terbuka), dapat dipasang

pen atau sekrup untuk mempertahankan sambungan. Mungkin diperlukan traksi untuk

mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.

Imobilisasi dimaksudkan agar fraktur harus segera diimobilisasi agar hematom fraktur dapat

terbentuk dan untuk memperkecil kerusakan. Imobilisasi jangka-panjang dilakukan setelah

reduksi agar kalus dan tulang baru dapat terbentuk. Imobilisasi jangka-panjang biasanya

dilakukan dengan gips, traksi, fiksasi internal, fiksasi eksternal, bracing

fungsional.Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan pasien ke tingkat fungsi seperti

sebelum trauma dengan fisioterapi dan terapi okupasi.

4.6.2        Penatalaksanaan Sindroma Kompartemen4

Page 14: ok

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi neurologis

dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah

dekompresi.  Penanganan kompartemen secara umum meliputi terapi medikal atau non bedah

dan terapi bedah. Terapi Medikal / Non bedah diindikasikan untuk diagnosa dugaan

kompartemen, meliputi: menempatkan extremitas setinggi jantung untuk mempertahankan

ketinggian kompartemen yang minimal.

Elevasi dapat menurunkan aliran darah sehingga memperberat iskemia; pembukaan gips dan

pembalut konstriksi; pada kasus gigitan ular berbisa diberikan anti racun; mengoreksi

hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah; pemakaian diuretik dan manitol dapat

mengurangi tekanan kompartemen. Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen

mencapai >30 mmHg dan ada disfungsi neuromuskular. Tujuannya yaitu menurunkan

tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.

4.7  Prognosis

Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari

tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka

prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika

fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat

dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan

buruk.bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi.

Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding

penderita dengan usia lanjut.

4.8  Preventif2

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur

disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada

dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan

terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Pencegahan dapat

dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan

lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan

cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

Page 15: ok

Kesimpulan

Fraktur tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang dan kartilago. Penyebabnya digolongkan

menjadi 3 yaitu fraktur traumatik, fraktur patologis dan fraktur stress. Gejala klinis yang

nampak berupa reaksi peradangan yaitu kemerahan, hiperemia dan nyeri, tampak deformitas.

Jika terdapat oedem, terjadi gangguan sensasi serta melemahnya denyut nadi, menandakan

adanya sindrom kompartemen. Penatalaksanaanya berupa tindakan non bedah dan bedah

(fasciotomi). Sementara itu penatalaksaan fraktur secara definitif berupa imobilisasi, reduksi

dan rehabilitasi. Prognosisnya baik jika pasien mendapatkan perawatan dengan tepat.