ok

12
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG TAHUN 2013. Meria Kontesa*, Mistuti ABSTRAK Secara nasional, posyandu yang aktif hanya 40% dan balita yang terpantau status kesehatannya 43%. Hal ini menunjukkan ketidaklancaran kegiatan posyandu, dan tentunya tidak terlepas dari kinerja kader posyandu. Puskesmas Air Dingin memiliki 33 posyandu dengan kader 109 orang. Pada 5 posyandu di Kelurahan Balai Gadang, kader aktif hanya 45% dan di Kelurahan Lubuk Minturun 48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Disain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi penelitian seluruh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin sebanyak 109 orang. Sampel diambil 30% dengan teknik proporsional random sampling, dengan jumlah 33 orang. Variabel independen penelitian adalah motivasi kerja, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan kader, sedangkan variable dependennya adalah kinerja kader posyandu. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistic chi- square pada derajat kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki motivasi kerja rendah, tingkat ekonomi rendah, tingkat pendidikan sedang, dan kinerja rendah. Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja kader posyandu, tingkat ekonomi kader dengan kinerja kader posyandu, dan tingkat pendidikan kader dengan kinerja kader posyandu. Disarankan kepada (1) kader posyandu agar meningkatkan kinerja di dalam masyarakat; (2) petugas kesehatan Puskesmas Air Dingin agar mengintensifkan penyuluhan dan pelatihan guna meningkatkan motivasi dan kemampuan para kader, pimpinan puskesmas agar mengupayakan pemberian intensif bagi para kader posyandu; dan (3) penelitian selanjutnya, untuk meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu. Kata kunci : faktor, kinerja, kader, posyandu Alamat Korespondensi Meria Kontesa, M.Kep STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp. 0751 - 442295

description

ok

Transcript of ok

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER

    POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG TAHUN 2013.

    Meria Kontesa*, Mistuti

    ABSTRAK Secara nasional, posyandu yang aktif hanya 40% dan balita yang terpantau status kesehatannya 43%. Hal ini menunjukkan ketidaklancaran kegiatan posyandu, dan tentunya tidak terlepas dari kinerja kader posyandu. Puskesmas Air Dingin memiliki 33 posyandu dengan kader 109 orang. Pada 5 posyandu di Kelurahan Balai Gadang, kader aktif hanya 45% dan di Kelurahan Lubuk Minturun 48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Disain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi penelitian seluruh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin sebanyak 109 orang. Sampel diambil 30% dengan teknik proporsional random sampling, dengan jumlah 33 orang. Variabel independen penelitian adalah motivasi kerja, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan kader, sedangkan variable dependennya adalah kinerja kader posyandu. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistic chi-square pada derajat kepercayaan 95% (= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki motivasi kerja rendah, tingkat ekonomi rendah, tingkat pendidikan sedang, dan kinerja rendah. Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja kader posyandu, tingkat ekonomi kader dengan kinerja kader posyandu, dan tingkat pendidikan kader dengan kinerja kader posyandu. Disarankan kepada (1) kader posyandu agar meningkatkan kinerja di dalam masyarakat; (2) petugas kesehatan Puskesmas Air Dingin agar mengintensifkan penyuluhan dan pelatihan guna meningkatkan motivasi dan kemampuan para kader, pimpinan puskesmas agar mengupayakan pemberian intensif bagi para kader posyandu; dan (3) penelitian selanjutnya, untuk meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu. Kata kunci : faktor, kinerja, kader, posyandu Alamat Korespondensi Meria Kontesa, M.Kep STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp. 0751 - 442295

  • PENDAHULUAN

    Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) bidang kesehatan menegaskan bahwa dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia lebih ditekankan kepada upaya preventif dan promotif, dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan melalui penumbuhkembangan posyandu. Jika sistem kesehatan yang berbasiskan masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang memerlukan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas, maka upaya pengembangan kualitas manusia Indonesia melalui bidang kesehatan dapat dilaksanakan secara merata (Depkes RI, 2006).

    Visi dari Kementerian Kesehatan RI adalah masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, dengan salah satu misinya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Kemenkes RI, 2011). Untuk mencapai visi dan misi tersebut, diperlukan berbagai kegiatan, di antaranya adalah menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan posyandu sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dasar yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

    Posyandu merupakan sarana penting di dalam masyarakat untuk mendukung upaya pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI), membantu penurunan angka kematian bayi dan kelahiran, serta mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Kegiatannya meliputi pemantauan partumbuhan yang diintegrasikan dengan pelayanan seperti immunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kontrasepsi, hingga penyuluhan dan konseling (Kemenkes RI, 2011).

    Posyandu dimotori oleh para kader terpilih dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di posyandu, yakni kegi atan sebelum hari buka, kegiatan hari buka, dan kegiatan sesudah hari buka posyandu (Kemenkes RI, 2011). Peran aktif kader pada setiap tahap kegiatan posyandu tersebut sangat penting. Kader umumnya adalah relawan yang berasal dari tokoh masyarakat yang dipandang memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan dengan anggota masya rakat lainnya. Mereka inilah yang memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan. Kader harus selalu berperan aktif dan mendominasi pada setiap kegiatan posyandu. Berhasil tidaknya pelaksanaan posyandu banyak tergantung kepada kinerja kader sebagai ujung tombaknya.

    Menyadari pentingnya peran kader posyandu dalam meningkatkan kualitas posyandu, maka pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja kader posyandu, di antaranya dengan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelayanan posyandu. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kinerja kader masih jauh dari yang diharapkan.

    Secara nasional, jumlah posyandu adalah sebanyak 250.000 posyandu. Posyandu yang aktif hanya 40% dan anak balita yang terpantau status kesehatannya hanya 43% (Martinah dalam Isaura, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan posyandu tidak berjalan dengan lancar, dan ketidaklancaran kegiatan posyandu tersebut tentu tidak terlepas dari keaktifan atau kinerja kader sebagai ujung tombak kegiatan posyandu.

    Pada wilayah kerja Puskesmas Air Digin terdapat 33 Posyandu yang tersebar pada tiga kelurahan, yakni Kelurahan Balai Gadang dengan 17 posyandu dan 52 orang kader, Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh dengan 8 posyandu dan 27 orang kader, dan Kelurahan Air Pacah dengan 8 posyandu dan 30 orang kader. Keseluruhan

  • kader dari 33 posyandu tersebut berjumlah 109 orang. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 5 posyandu di Kelurahan Balai Gadang, menggambarkan bahwa dari jumlah kader sebanyak 20 orang, kader yang aktif hanya 9 orang atau 45%. Hal yang sama juga terjadi di wilayah binaan lainnya. Salah seorang pembina wilayah posyandu di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh, Irawati mengemukakan bahwa dari 27 orang kader, yang aktif hanya 13 orang atau 48%. Menurutnya, angka kunjungan sasaran ke posyandu menurun, karena kurangnya pemberitahuan kepada masyarakat sasaran posyandu.

    Fenomena kegiatan posyandu yang terlihat di dua kelurahan tersebut di atas menggambarkan tentang lemahnya kinerja para kader posyandu di wilayah kerja Puskemas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Akibat dari lemah nya kinerja kader, maka kegiatan posyandu tidak berjalan dengan lancar. Ketidak lancaran tersebut terlihat dari rendahnya angka kunjungan dari sasaran pada setiap kegiatan posyandu, yakni bayi dan balita, ibu hamil, dan pasangan usia subur. Rendahnya angka kunjungan sasaran posyandu akan menyebabkan kurang terpantaunya tumbuh kembang bayi dan balita, kesehatan dan gizi ibu hamil, dan sebagainya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya gizi buruk pada bayi dan balita, ibu hamil dan ibu menyusui, serta tidak terkontrolnya pengaturan kehamilan pada pasangan usia subur.

    Berbagai akibat buruk atau tidak diinginkan tersebut pada dasarnya bermula dari rendahnya keaktifan atau lemahnya kinerja kader posyandu. Lemahnya kinerja kader tentu terkait dengan banyak faktor, seperti pemahaman kader tentang tugas-tugasnya, kesadaran dan tanggung jawab kader, latar belakang ekonomi kader, motivasi kerja kader, penghargaan terhadap kader, latar belakang pendidikan kader, kelengkapan sarana dan prasarana posyandu, dan sebagainya (Gibson dalam Nanda, 2008; Cokroaminoto, 2007).

    Karena terbatasnya kesempatan dan kemampuan penulis, maka penelitian ini dibatasi pada faktor motivasi kerja kader, tingkat ekonomi kader, dan latar belakang pendidikan kader dalam kaitannya dengan kinerja kader posyandu. Motivasi kerja adalah kesediaan seseorang untuk mengeluarkan tingkat upaya tertentu dalam melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi (Robbins, 1996). Hasil survey awal telah memperlihatkan bahwa tingkat upaya kader masih rendah, karena kader yang aktif kurang dari 50%. Tingkat ekonomi kader pada umumnya masih rendah, yang ditandai dengan kepemilikan kartu Jamkesmas dan Jamkesda. Dari 9 orang kader posyandu yang aktif pada 5 posyandu di Kelurahan Balai Gadang, 3 orang di antaranya memiliki kartu Jamkesmas dan 2 orang memiliki kartu Jamkesda. Dalam hal tingkat pendidikan, kesembilan orang kader tersebut 2 orang tamatan SD, 4 orang tamatan SLTP, dan 3 orang tamatan SLTA.

    Berdasarkan kondisi dan data-data awal tersebut, maka penulis tertarik untuk mmeneliti tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.

    METODE PENELITIAN

    Desain penelitin yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional dengan melihat hubungan motivasi kerja, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan dengan kinerja kader di Puskesmas Air Dingin.

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 sampai dengan 11 Februari 2013 di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    Populasi penelitian adalah seluruh kader posyandu di wilayah kerja Pusekesmas Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang berjumlah sebanyak 109 orang, yang tersebar pada

  • tiga kelurahan, yakni Kelurahan Balai Gadang dengan 52 orang kader, Kelurahan Lubuk Minturun Sei. Lareh dengan 27 orang kader, dan Kelurahan Air Pacah dengan 30 orang kader. Besar sampel diambil 30% dari jumlah populasi yaitu adalah 33 sampel. Teknik pengambilan sampel sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik proporsional random sampling. Berdasarkan teknik ini, maka sampel diambil secara proporsi/sebanding dengan banyaknya kader posyandu di setiap kelurahan. Sampel untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut;

    a. Kelurahan Balai Gadang adalah 16 orang

    b. Kelurahan Lubuk Minturun Sei. Lareh adalah 8 orang

    c. Kelurahan Air Pacah adalah 9 orang. Pengolahan data dilakukan dengan

    menggunakan langkah editing, koding, entry data, dan cleaning. Selanjutnya data dianalisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen dan bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara varibabel independen dengan variabel dependen.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin

    Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2013

    Motivasi Kerja Kader f % Tinggi 13 39,4 Rendah 20 60,6 Jumlah 33 100

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa lebih dari separuh (60,6%) responden di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin memiliki motivasi kerja yang rendah.

    Hasil tersebut sejalan dengan fenomena dan dugaan pada latar belakang penelitian ini tentang rendahnya motivasi kerja kader posyandu. Rendahnya motivsi kerja tersebut tentu akan berpengaruh negatif terhadap kinerja kader dalam menajalankan posyandu.

    Terdahulu telah dikemukakan bahwa motivasi kerja adalah suatu istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu motivasi dan kerja. Motivasi adalah kesediaan dalam diri seseorang untuk mengeluarkan upaya yang tinggi guna mencapai tujuan-tujuan organisasi (Robbins, 1996; Wahyusumidjo, 1999). Sedangkan

    motivasi kerja adalah dorongan keinginan yang kuat sehingga seseorang melakukan pekerjaan dengan berpartisipsi secara penuh dan aktif untuk mencapai tujuan organisasi (Siagian, 1988). Orang yang memiliki motivasi kerja yang baik tidak akan berbuat atau bekerja asal jadi, akan tetapi dia akan berbuat dan bekerja semaksimal mungkin. Menurut Siagian (1988), motivasi kerja tersebut akan memberi energi yang menggerakkan segala potensinya, menciptakan keinginan yang tinggi dan meningkatkan kegairahan kerja dari individu tersebut.

    Seperti dipersyaratkan bahwa kader posyandu berasal dari tokoh masyarakat yang memiliki kemampuan lebih (termasuk motivasi kerja) dibandingkan dengan anggota

  • masyarakat lainnya, dan salah satu kriteria penentuannya adalah berminat

    dan bersedia menjadi kader (Depkes RI, 2011).

    Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Ekonomi Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Air

    Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

    Tingkat Ekonomi f % Tinggi 12 36,4 Rendah 21 63,6 Jumlah 33 100

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,6%) responden di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah memiliki tingkat ekonomi yang rendah.Seperti dikemukakan oleh Ranupandoyo dan Husnan dalam Wisroni (1988), bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam dirinya yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau didorong untuk memenuhinya. Kebutuhan yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan, di mana para individu akan bertindak untuk memenuhi kebutuhan yang paling dirasakan.

    Mencermati tentang tingkat ekonomi kader, maka kondisi tersebut akan menentukan tugas/pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan. Jika kondisi ekonominya lemah, maka pekerjaan sehari-harinya tentu juga

    untuk menopang ekonomi. Dengan kata lain, para kader dalam kesehariannya di samping disibukkan oleh kegiatan mengurus keluarga, bahkan mungkin mereka juga ikut merigankan tugas suami mereka dalam mencukupi nafkah hidup.

    Sehubungan dengan kondisi tersebut, bila para kader mejalankan seluruh rincian tugas posyandu yang terdapat dari persiapan hari buka, hari buka, dan setelah hari buka, pekerjaan mengurus keluarga tentu menjadi persoalan. Di saat mereka harus menentukan antara mengurus keluarga atau menjalankan tugas-tugas kegiatan posyandu, tentu mereka lebih memilih mengurus keluarga. Hasil penelitian sudah membuktikan. bahwa perilaku kerja mereka rendah dalam menjalankan tugas pada kegiatan posyandu.

    Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Air

    Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

    Tingkat Pendidikan f % Tinggi 13 39,4 Sedang 6 18,2 Rendah 14 42,4 Jumlah 33 100

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa sebagian besar (42,4%) responden di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah memiliki tingkat pendidikan rendah

    (sekolah dasar), diikuti oleh 39,4 bertingkat pendidikan tinggi (SLTA), dan 18,2% bertingkat pendidikan sedang (SLTP).

  • Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003).

    Secara sederhana, menurut Nototmodjo (2007), pendidikan akan menuntun atau membawa seseorang untuk berbuat serta mengisi kehidupannya guna mencapai kebahagiaannya. Selanjutnya, menurut Matra dalam Notoatmodjo (2007), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam

    pembangunan kesehatan. Seperti dijelaskan oleh

    Kuncaraningrat (2002), bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah dia menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah atau kurang akan sulit untuk menerima informasi, sehingga terbatas pula pengetahuannya.

    Alhasil, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pula kecakapan seseorang, baik secara intelektual maupun emosionalnya. Dengan kata lain, pendidikan berpengaruh besar terhadap kemampuan seseorang dalam menjalankan tanggung jawab kehidupan, termasuk tanggung jawab sosial dalam masyarakat seperti sebagai kader posyandu.

    Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kinerja Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

    Kinerja kader f % Tinggi 14 42,4 Rendah 19 57,6 Jumlah 33 100

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa lebih dari separuh (57,6%) responden di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah memiliki kinerja yang rendah. Mencermati 23 butir instrument kinerja yang dijawab oleh 33 orang responden, 16 butir di antaranya dijawab oleh sebagian besar responden pada alternatif KD (kadang-kadang) dan 7 butir lainnya dijawab oleh sebagian besar responden pada alternatif SR (sering).

    Selanjutnya, dari sebagian besar yang menjawab pada laternatif KD tersebut, pada butir-butir tertentu dijawab oleh lebih dari 70%

    responden. Adapun butir instrument tersebut adalah butir 2 (mengajak ibu balita dan ibu hamil datang ke posyandu) dengan angka 72,7%, butir 6 (mempersiapkan makanan tambahan) dengan angka 84,8%, butir 8 (melakukan kunjungan rumah kepada sasaran yang tidak datang di hari posyandu) dengan angka 72,7 %, butir 9 (menggerakkan partisipasi masyarakat) dengan angka 72,7%, butir 15 (memberikan vitamin A pada bayi dan balita) dengan angka 78,8%, dan butir 17 (pemberian makanann tambahan pada setiap pelaksanaan posyandu) dengan angka 84,8%. Adapun dari sebagian besar yang

  • menjawab pada alternative KD (kadang-kadang), butir-butir yang dijawab oleh lebih dari 70% adalah butir 3 (berkoordinasi denagn petugas kesehatan dan petugas lain untuk membicarakan kegiatan posyandu) dengan angka 78,8% dan butir 14 (melakukan penyuluhan perorangan pada setiap pelaksanaan posyandu) dengan angka 84,8%.

    Menurut Simanjuntak (2005), kinerja adalah pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja kader posyandu adalah penampilan hasil kerja kader dalam melaksanakan tugas pada saat persiapan hari buka, hari buka, dan setelah hari buka posyandu.

    Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu (Cokroaminoto, 2007). Keterampilan adalah

    kecakapan untuk menyelesaikan tugas, yang merupakan pengetahuan eksperensial yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan (Prijakson, 2007). Keterampilan adalah kecakapan kader dalam menjalankan tugsas-tugas berdasarkan pemahaman dan kemampuannya sejak dari persiapan hari buka, di hari buka, dan setelah hari buka posyandu. Kemauan kader merupakan tingkat kesiapan kader dalam menjalankan tugas-tugas posyandu berdasarkan pemahaman dan kemampuannya. Sesuai dengan hasil yang menunjukkan rendahnya kinerja kader, maka hal tersebut berarti bahwa tingkat pemahaman, kemampuan, dan kemauan kader dalam menjalankan tugas-tugas posyandu rendah atau belum sesuai dengan harapan.

    Tabel 5 Hubungan Motivasi Kerja Kader dengan Kinerja Kader Posyandu di

    Wilayah Kerja Puskesmas Air Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2013

    Motivasi Kerja Kader Kinerja Kader Jumlah Tinggi Rendah f % f % f %

    Tinggi 10 76,9 3 23,1 13 100 Rendah 4 20,0 16 80,0 20 100 Jumlah 14 42,4 19 57,6 33 100

    p value = 0,004 Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja kader dengan kinerja kader posyandu. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vevy (2009), bahwa salah satu faktor utama yang melatarbelakangi kinerja perawat adalah motivasi, di mana lebih dari separuh (65.3%) perawat yang bermotivasi baik memiliki kinerja yang baik.

    Menurut peneliti, semakin tinggi motivasi kerja kader maka

    makin tinggi pula kinerja kader posyandu. Sebaliknya, semakin rendah motivasi kerja kader maka makin rendah pula kinerja kader posyandu. Bagi kader posyandu yang bermotivasi kerja tinggi, motivasi tersebut menjadi faktor pendorong baginya untuk melakukan tugas-tugas posyandu dengan sebaik mungkin. Sementara bagi kader yang bermotivasi kerja rendah, kurang atau rendahnya faktor pendorong baginya untuk melakukan tugas-tugas posyandu dengan baik, sehingga

  • pelaksanaan tugasnya hanya biasa saja atau seadanya.

    Menurut Siagian (1988), motivasi kerja adalah dorongan keinginan yang kuat sehingga seseorang melakukan suatu pekerjaan dengan berpartisipsi secara penuh dan aktif guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Orang yang memiliki motivasi kerja yang baik tidak akan berbuat atau bekerja semaunya, akan tetapi dia akan berbuat dan bekerja

    semaksimal mungkin. Dengan kata lain, bahwa rendahnya motivasi kerja kader cenderung diikuti oleh tinggi rendahnya kinerja kader. Motivasi kerja seseorang akan mempengaruhi kinerja seseorang. Penampilan kerja yang tinggi atau memuaskan adalah akibat dari motivasi kerja yang baik. Sebaliknya, motivasi kerja seadanya akan menghasilkan kinerja seadanya pula atau sekedar menunaikan tugas.

    Tabel 6 Hubungan Tingkat Ekonomi Kader dengan Kinerja Kader Posyandu

    Tingkat Ekonomi Kader Kinerja Kader Jumlah Tinggi Rendah f % f % f %

    Tinggi 11 91,7 1 8,3 12 100 Rendah 3 14,3 18 85,7 21 100 Jumlah 14 42,4 19 57,6 33 100

    p value = 0,000 Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa terdapat hubungan antara tingkat ekonomi kader dengan kinerja kader posyandu. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Teti (2008), bahwa hampir separuh (71.0%) responden yang berlatar belakang ekonomi kurang mampu tidak ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.

    Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ranupandoyo dan Husnan dalam Wisroni (1988), bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivisir untuk memenuhinya. Kebutuhan yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan, di mana para individu akan bertindak untuk memenuhi kebutuhan mereka.

    Menurut peneliti, rendahnya kinerja kader yang memiliki perekonomian yang kurang baik dikarenakan para kader dalam

    kesehariannya juga akan disibukkan oleh kegiatan mengurus keluarga, dan bahkan mungkin mereka juga ikut merigankan tugas suami mereka dalam mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pendek kata, semakin tinggi tingkat ekonomi kader maka makin tinggi pula kinerja kader posyandu. Sebaliknya, semakin rendah tingkat ekonomi kader maka makin rendah pula kinerja kader posyandu.

    Kesibukan kader mengurus keluarga, mengakibatkan seorang kader posyandu kurang optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kader posyandu. Hal ini karena tugas-tugas posyandu yang harus dikerjakan oleh pada kader cukup banyak dan cukup menyita waktu, mulai dari persipan hari buka posyandu, hari pelaksanaan posyandu, dan setelah hari posyandu. Apabila di antara kader ada yang ikut membantu suaminya dalam mencari nafkah keluarga, maka hal ini tentu akan

  • memperkecil kesempatan kader tersebut untuk dapat melaksanakan

    tugas-tugas posyandu dengan baik.

    Tabel 7 Hubungan Tingkat Pendidikan Kader dengan Kinerja Kader Posyandu

    Tingkat Pendidikan Kader Kinerja Kader Jumlah Tinggi Rendah f % f % f %

    Tinggi 12 92,3 1 7,7 13 100 Sedang 1 16,7 5 83,3 6 100 Rendah 1 7,1 13 92,9 14 100 Jumlah 14 42,4 19 57,6 33 100

    p value = 0,004 Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan kader dengan kinerja kader posyandu.

    Menurut peneliti, tinggi rendahnya pendidikan kader posyandu berhubungan dengan tinggi rendahnya kinerja kader posyandu. Kader posyandu yang berpendidikan tinggi cenderung akan berkinerja tinggi dan kader posyandu yang berpendidikan rendah cenderung akan berkinerja rendah dalam pelaksanaan kegiatan ;posyandu.

    Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

    Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pula kecakapan seseorang, baik secara intelektual maupun emosionalnya. Dalam menjalankan tanggung jawab terhadap kehidupannya, jelas bahwa faktor pendidikan seseorang besar pengaruhnya.

    Kuncaraningrat (2002), mengemukakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin

    mudah dia menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah atau kurang akan sulit untuk menerima informasi, sehingga terbatas pula pengetahuan yang dimilikinya.

    Dari keseluruhan responden penelitian ini tidak seorangpun yang bertingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi). Pada umumnya sebagian besar mereka berpendidikan tingkat sekolah dasar dan diikuti dengan berpendidikan tingkat SLTA, dan sebagian kecil berpendidikan tingkat SLTP. Hal ini jelas merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kinerja kader yang kurang baik atau rendah.

    Semakin tinggi tingkat pendidikan kader, maka semakin banyak pula pengetahuannya, dan begitu juga dengan sebaliknya. Banyaknya pengetahuan seorang kader akan mempengaruhi kemampuan dalam menjalankan tugasnya dalam kegiatan posyandu. Dengan kata lain, sedangnya tingkat pendidikan kader kelihatannya diikuti oleh rendahnya kinerja kader posyandu.

  • KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang tahun 2013 maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Lebih dari separuh (60.6%)

    responden memiliki motivasi kerja kurang di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    2. Lebih dari separuh (63.6%) responden memiliki tingkat ekonomi rendah di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    3. Lebih dari separuh (60.6%) responden memiliki tingkat pendidikan sedang di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    4. Lebih dari separuh (57.6%) responden berkinerja kurang baik di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    5. Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang tahun 2013

    6. Terdapat hubungan antara tingkat ekonomi kader dengan kinerja kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    7. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan kader dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bagi Puskesmas Air Dingin

    Diharapkan kepada petugas kesehatan Puskesmas Air Dingin, agar

    lebih intensif memberikan penyuluhan dan pelatihan untuk para kader posyandu guna meningkatkan motivasi kerja, pemahaman, kemampuan, dan kemauan kerja kader posyandu. Kepada pimpinan Puskesmas Air Dingin dan pengambil kebijkan di Dinas Pendidikan Kota Padang, agar menfasilitasi upaya peningkatan kemampuan kerja kader posyandu dan mengupayakan kemungkinan peningkatan intensif bagi para kader posyandu.

    2. Bagi kader dan masyarakat Kepada kader posyandu, agar dapat meningkatkan kinerja sebagai tanggung jawab sosialnya di dalam masyarakat. Kepada masyarakat, agar berperan lebih aktif, karena posandu adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan kepada peneliti

    selanjutnya, agar dapat meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan atau mempengaruhi terhadap kinerja kader, guna memperbaiki kinerja para kader posyandu di masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

    Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Ja-karta: Rineka Cipta

    Badan Pusat Statistik Sumatra Barat. 2011. Cahyo, Ismawati S., dkk. 2010. Posyandu

    dan Desa Siaga. Jakarta: Nuha Medika

    Cokroaminoto. 2007. Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Kinerja Individu. Diak-ses dari http://cokroaminoto.wordpress.com tanggal 3 Oktober 2012

    Effendi, Nasrul. 1989. Dasar-dasar

    Keperawatan Kesehatan Masyarakat - Edisi Kedua. Jakarta: EGC

  • Gusnelia, Endang. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Ker-ja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Alai Kota Padang. Skripsi (tiadak diterbitkan). Padang: STIKes Mercubaktijaya Padang

    Handoko, T. Hani. 1997. Manajemen.

    Yogyakarta: BPFE Ilyas, Yasli. 1999. Kinerja: Teori dan

    Penelitian. Jakarta: FKM UI Isaura, Vinella. 2011. Faktor-faktor Yang

    Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi (tidak diterbitkan). Padang: Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FDOK Unand

    Ivancevich, John M. dkk. 2007. Perilaku

    dan Manajemen Organisasi. Alih Bahasa Gina Gania. Jakarta: Penerbit Erlangga

    Kountjaraningrat. 2002. Tingkat

    Pendidikan. Diakses dari http://www.google. com// pada tanggal 15 Maret 2011

    Nanda, Surya. 2008. Faktor-faktor yang

    Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Kabupaten Pdang Pariaman. Skripsi (tidak diterbitkan). Padang: Poltekes Depkes RI Padang

    Notoatmodjo S. 2007. Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

    Prijaksono dan Sambel. 2007. Temu

    Kenali Kekuatan Anda. Diakses dari http://careplusindonesia.com tanggal 10 Oktober 2012

    Robbin, Stephen P. 1996. Prilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, dan Aplikasi. Alih bahasa Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: Prinhallindo

    Saydam dan Gouzali. 1996. Manajemen

    Sumber Daya Manusia. Jakarta: Jambatan

    Sembiring, Nasap. 2004. Posyandu

    Sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Diakses dari http//Library.usu.ac.id tanggal 2012

    Siagian P, Sondang. 1988. Teori Motivasi

    dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta

    Simanjuntak, P. J. 2005. Manajemen dan

    Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Pe-nerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

    Siswanto, H. B. 2005. Pengantar

    Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Wahjosomidjo. 1999. Kepemimpinan dan

    Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Wisroni. 1988. Hambatan Ekonomi dan

    Minat terhadap Materi Pembelajaran Serta Hubungannya dengan Kehadiran Warga Belajar Kelompok PKK Mengikuti Kegiatan Belajar di Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar. Skripsi (tidak diterbitkan). Padang: FIP IKIP Padang.

    Depdiknas. 2003. Undang-undang No. 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

    Depkes RI. 2006. Model Promosi

    Kesehatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI.

  • Kemenkes RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar

    Gizi. Jakarta: Diretorat Bina Gizi, kemenkes RI.