Nyeri

6
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NYERI A. PENGERTIAN Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long cit Mubarak, 2007). Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo cit Mubarak, 2007) B. FISIOLOGI NYERI Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : 1. Reseptor A delta Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan 2. Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus,

description

LP KDM Nyeri

Transcript of Nyeri

Page 1: Nyeri

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NYERI

A. PENGERTIAN

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang

mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long cit

Mubarak, 2007). Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik

ringan maupun berat (Priharjo cit Mubarak, 2007)

B. FISIOLOGI NYERI

Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada

yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh

yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena

letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini

biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi

dalam dua komponen yaitu :

1. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang

memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri

dihilangkan

2. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada

daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi

Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral

seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini

biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,

iskemia dan inflamasi.

C. ETIOLOGI

Tipe stimulus Sumber Proses Patofisiologi

Mekanik Distensi duktus Distensi edema pada jaringan tubuh

Regangan duktus lumen sempit (mis, saluran batu

ginjal melalui ureter)

Lesi yang mengisi

ruangan (tumor)

Iritasi syaraf perifer oleh pertumbuhan lesi di dalam

ruangan lesi

Kimia Perforasi organ visceral Iritasi kimiawi oleh sekresi pada ujung2 syaraf yang

sensitive (mis, rupture apendiks, ulkus duodenum)

Termal Terbakar (akibat Inflamasi / hilangnya lapisan superficial / epidermis

Page 2: Nyeri

panas/dingin yang

ekstrim)

yang menyebabkan peningkatan sensitifitas ujung2

syaraf

Listrik Terbakar Lapisan kulit terbakar disertai cedera jaringan otot,

menyebabkan cedera pada ujung saraf

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Gangguan tidur

2. Posisi menghindari nyeri

3. Masalah mobilisasi

4. Pucat

5. Perubahan nafsu makan

6. Perubahan tanda vital

E. KLASIFIKASI NYERI

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

Skala intensitas nyeri deskritif

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang

: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat

: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon

terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi

10 : Nyeri sangat berat

: Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

F. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Ekspresi klien terhadap nyeri

Page 3: Nyeri

b. Klasifikasi pengalaman nyeri

c. Karakteristik nyeri

PQRST (provoking, Quality, Region, Severity, Time)

P Pencetus, penyebab

Q kualitas / yang dirasakan, mis: nyeri seperti panas, tertusuk, tertekan dll

R tempat/lokasi nyeri

S Skala nyeri/tingkat keparahan

T kapan nyeri muncul

d. Efek nyeri

1) Vokalisasi : mengaduh, menangis, sesak napas, mendengkur

2) Ekspresi wajah : meringis, menggeletukkan gigi, mengernyitkan dahi, menutup

mata dan mulut dengan rapat atau membuka mata dan mulut dengan lebar,

menggigit bibir

3) Gerakan tubuh : gelisah, imobilisasi,, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari

dan tangan, aktivitas melangkah yang tunggal ketika berjalan atau berlari, gerakan

ritmik atau gerakan menggosok, gerakan melindungi bagian tubuh

4) Interaksi social : menghindari percakapan, focus hanya pada aktivitas untuk

menghindarkan nyeri, mengindari kontak social, penurunan rentang perhatian

2. Diagnosa

a. Nyeri akut b.d injuri fisik (pembedahan)

Kriteria hasil: Pain level, pain control dan comfort level dengan kriteria hasil:

1) Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi nyeri yang dirasakan

2) Mendiskripsikan cara memanajemen nyeri

3) Mengungkapkan kemampuan tidur dan istirahat

4) Mendiskripsikan terapi nonfarmakologi untuk mengontrol nyeri

5) TTV dalam batas normal

Intervensi:

Manajemen nyeri

1) Kaji nyeri yang dialami klien (meliputi PQRST)

2) Observasi ketidaknyamanan nonverbal terhadap nyeri

3) Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri

4) Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien

5) Kolaborasi pemberian analgetik

6) Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri

b. Nyeri Kronis b.d ketidakmampuan fisik, psikososial kronis

Kriteria hasil: Pain level, pain control dan comfort level dengan kriteria hasil:

1) Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi nyeri yang dirasakan

2) Mendiskripsikan cara memanajemen nyeri

3) Mengungkapkan kemampuan tidur dan istirahat

4) Mendiskripsikan terapi nonfarmakologi untuk mengontrol nyeri

Page 4: Nyeri

5) TTV dalam batas normal

Intervensi:

Manajemen nyeri

1) Kaji nyeri yang dialami klien (meliputi PQRST)

2) Observasi ketidaknyamanan nonverbal terhadap nyeri

3) Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri

4) Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien

5) Kolaborasi pemberian analgetik

6) Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri

7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

8) Kurangi faktor presipitasi nyeri

9) Tingkatkan istirahat

10) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

DAFTAR PUSTAKA

NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam

praktek. Jakarta: EGC.

Potter. Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3.

Salemba:Medika. 

Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier.

Fundamental of Nursing