PENGKAJIAN NYERI

53
NYERI A. PENDAHULUAN Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. B. DEFINISI Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun

Transcript of PENGKAJIAN NYERI

Page 1: PENGKAJIAN NYERI

NYERI

A. PENDAHULUAN

Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan

perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan

diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan

menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan

nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu

individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri).

Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan

keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan.

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar

klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan

tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan

adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

B. DEFINISI

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat

terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori

spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat

melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri

perifer dan spesifik di spinal cord

Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg

menyakitkan tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada

kapanpun individu mengatakannya

C. ISTILAH DALAM NYERI

Nosiseptor : serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri

Non-nosiseptor : serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan

Page 2: PENGKAJIAN NYERI

nyeri

System nosiseptif : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi

terhadap nyeri

Ambang nyeri : stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri

Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin

untuk dpt ditahan

D. SIFAT-SIFAT NYERI

Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi

Nyeri bersifat subyektif dan individual

Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah

Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan

fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien

Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa

rasanya

Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis

Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan

Nyeri mengawali ketidakmampuan

Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi

tidak optimal

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:

Nyeri bersifat individu

Nyeri tidak menyenangkan

Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi

Bersifat tidak berkesudahan

E. FISIOLOGI NYERI

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri,

meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna

bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan

memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen

fisiologis berikut ini:

Page 3: PENGKAJIAN NYERI

Resepsi : proses perjalanan nyeri

Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri

Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

RESEPSI

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan

menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin,

kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila

nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang

akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan

membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut

C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu

dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu

dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini

menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus

spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih

jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak,

otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek

protektif.

Contoh:

Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar,

tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan

setrika.

Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh

atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses

resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:

Trauma

Obat-obatan

Pertumbuhan tumor

Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

Tipe serabut saraf perifer

Page 4: PENGKAJIAN NYERI

Serabut saraf A-delta :

Merupakan serabut bermyelin

Mengirimkan pesan secara cepat

Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya

Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam

seperti , otot tendon dll

Biasanya sering ada pada injury akut

Diameternya besar

Serabut saraf C

Tidak bermyelin

Diameternya sangat kecil

Lambat dalam menghantarkan impuls

Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat

persisten

Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan

tekanan halus

Reseptor terletak distruktur permukaan.

NEUROREGULATOR

Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan

penting pada pengalaman nyeri

Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam

kornu dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran

spinotalamik

Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan

neuromodulator

Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik

antara dua serabut saraf

contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin

Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi

stimulus saraf tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui

synaps.

Page 5: PENGKAJIAN NYERI

Contoh: endorphin, bradikinin

Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa

meningkatkan atau menurunkan efek sebagian neurotransmitter

Teori gate control

Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965

Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan

dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada

bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai

pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat

memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka

sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri.

Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di

blok ketika pintu gerbang tertutup

Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri

Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage

nyeri pasien

Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat

pembentukan substansi P.

Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang

nyeri.

PERSEPSI

Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat

individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.

Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga

kemudian individu dapat bereaksi

Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,

selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk

area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol

emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam

Page 6: PENGKAJIAN NYERI

memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir

di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.

REAKSI

Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang

terjadi setelah mempersepsikan nyeri.

Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial

menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi

umum

Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon

fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem

parasimpatis akan bereaksi

Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak

dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan

parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan

muncul perilaku.

F. RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI

A. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)

Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

Peningkatan heart rate

Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP

Peningkatan nilai gula darah

Diaphoresis

Peningkatan kekuatan otot

Dilatasi pupil

Penurunan motilitas GI

B. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

Muka pucat

Otot mengeras

Penurunan HR dan BP

Nafas cepat dan irreguler

Page 7: PENGKAJIAN NYERI

Nausea dan vomitus

Kelelahan dan keletihan

RESPON TINGKAH LAKU TERHADAP NYERI

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)

Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan

gerakan jari & tangan

Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,

Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd

aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi

sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit

atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat

individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur,

bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam

aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap

nyeri.

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:

Fase antisipasi-----terjadi sebelum nyeri diterima.

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini

bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang

belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran

perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan

informasi pada klien.

Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang

nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan

begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan

dihadapi.

Fase sensasi-----terjadi saat nyeri terasa.

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat

Page 8: PENGKAJIAN NYERI

subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda.

Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan

orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri

tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang

toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan

stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri

mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi

terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum

nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana

orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama.

Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi

sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan

nyeri lebih besar.

Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari

ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan

klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang

menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti

apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang

yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus

seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien

mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

Fase akibat (aftermath)------terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien

masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis,

sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila

klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath)

dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam

membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan

kemungkinan nyeri berulang.

Page 9: PENGKAJIAN NYERI

G. KLASIFIKASI NYERI

A. Berdasarkan sumbernya

Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.

Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)

ex: terkena ujung pisau atau gunting

Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,

pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada

cutaneus

ex: sprain sendi

Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga

abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,

iskemia, regangan jaringan

B. Berdasarkan penyebab:

Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)

Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber

dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-

marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)

Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

C. Berdasarkan lama/durasinya

Nyeri akut

Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi

bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari

berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan

akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang

bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih

pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga

kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut

secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus

Page 10: PENGKAJIAN NYERI

menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi

bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.

Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang

suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan

biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh

kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau

karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai

kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri

akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi

(gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan

meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap

pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan

penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik

yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali

mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik

akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa

yang akan dirasakannya dari hari ke hari.

D. Berdasarkan lokasi/letak

Radiating pain

Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)

Referred pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari

jaringan penyebab

Intractable pain

Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)

Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh

yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla

spinalis

Page 11: PENGKAJIAN NYERI

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji

respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika

sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung

memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri

adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami

penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya

(ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh

nyeri)

Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri

adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,

jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)

Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan

dan bagaimana mengatasinya.

Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya

distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik

relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.

Pengalaman masa lalu

Page 12: PENGKAJIAN NYERI

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat

ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di

masa lalu dalam mengatasi nyeri.

Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang

mengatasi nyeri.

Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan

perlindungan.

I. PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:

Menetapkan data dasar

Menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat

Menyeleksi terapi yang cocok

Mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan

Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien.

Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi,

dikenali sebagai sesuatu yang nyata, dapat diukur, dapat djelaskan, serta

digunakan untuk mengevaluasi perawatan.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

1.Ekspresi klien terhadap nyeri

Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidaknyamanan.

Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien

dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak

Page 13: PENGKAJIAN NYERI

mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan perhatian khusus

ketika pengkajian.

2.Klasifikasi pengalaman nyeri

Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik.

Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik

nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan apakah

nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.

3.Karakteristik nyeri

Onset dan durasi

Perawat mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering

nyeri kambuh, dan apakah munculnya nyeri itu pada waktu yang sama.

Lokasi

Perawat meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa, menetap

atau terasa pada menyebar

Keparahan

Perawat meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang

dirasakan. Untuk memperoleh data ini perawt bias menggunakan alat

Bantu, skala ukur. Klien ditunjukkan skala ukur, kemudian disuruh

memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana. Skala ukur bis

berupa skala numeric, deskriptif, analog visual. Untuk anak-anak skala yan

digunakan adalah skala oucher yang dikembangkan oleh Beyer dan skala

wajah yang diembangkan oleh Wong & Baker. Pada skala oucher terdiri

dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang

lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak

yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa

ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak

pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan nyeri. Anak

bisa diminta untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih

gambar yang ada. Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil

kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum

(tidak merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat sampai wajah

yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat).

Page 14: PENGKAJIAN NYERI

Kualitas

Minta klien menggambarkan nyeri yang dirasakan, biarkan klien

mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya sendiri.

Perawat boleh memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu

menggambarkan nyeri yang dirasakan.

Pola nyeri

Perawat meminta klien untuk mendiskripsikan ativitas yang menyebabkan

nyeri dan meminta lien untuk mendemontrasikan aktivitas yang bisa

menimbulkan nyeri.

Cara mengatasi

Tanyakan pada klien tindakan yang dilakukan apabila nyerinya muncul

dan kaji juga apakah tindakan yang dilakukan klien itu bisa efektif untuk

mengurangi nyeri.

Tanda lain yang menyertai

Kaji adanya penyerta nyeri, seperti mual, muntah, konstipasi, gelisah,

keinginan untuk miksi dll. Gejala penyerta memerlukan prioritas

penanganan yang sama dengan nyeri itu sendiri.

4. Efek nyeri pada klien

Nyeri merupakan kejadian yang menekan atau stress dan dapat mengubah

gaya hidup dan kesejahteraan psikologis individu. Perawat harus mengkaji

hal-hal berikut ini untuk mengetahui efek nyeri pada klien:

a. Tanda dan gejala fisik

Perawat mengkaji tanda-tanda fisiologis, karena adanya nyeri yang

dirasakan klien bisa berpengaruh pada fungsi normal tubuh.

b. Efek tingkah laku

Perawat mengkaji respon verbal, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan

interaksi sosial. Laporan verbal tentang nyeri merupakan bagian vital dari

pengkajian, perawat harus bersedia mendengarkan dan berusaha

Page 15: PENGKAJIAN NYERI

memahami klien. Tidak semua klien mampu mengungkapkan nyeri yang

dirasakan, untuk hal yang seperti itu perawat harus mewaspadai perilaku

klien yang mengindikasikan nyeri.

c. Efek pada ADL

Klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi secara rutin

dalam aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini menunjukkan sejauh mana

kemampuan dan proses penyesuaian klien berpartisipasi dalam perawatan

diri. Penting juga untuk mengkaji efek nyeri pada aktivitas sosial klien.

5. Status neurologis

Fungsi neurologis lebih mudah mempengaruhi pengalaman nyeri. Setiap

faktor yang mengganggu atau mempengaruhi resepsi dan persepsi nyeri

yang normal akan mempengaruhi respon dan kesadaran klien tentang

nyeri. Penting bagi perawat untuk mengkaji status neurologis klien, karena

klien yang mengalami gangguan neurologis tidak sensitif terhadap nyeri.

Tindakan preventif perlu dilakukan pada klien dengan kelainan neurologis

yang mudah mengalami cidera.

o Diagnosa

Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkan

Nyeri kronik b.d proses keganasan

Cemas b.d nyeri yang dirasakan

Koping individu tidak efektif b.d nyeri kronik

Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri muskuloskeletal

Resiko injuri b.d kekurangan persepsi terhadap nyeri

Perubahan pola tidur b.d low back pain

o Perencanaan

Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan dario diagnosa yang

telah dibuat. Perawat dan klien secara bersama-sama mendiskusikan

harapan yang realistis dari tindakan mengatasi nyeri, derajat pemulihan

nyeri yang diharapkan, dan efek-efek yang harus diantisipasi pada gaya

hidup dan fungsi klien. Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan

Page 16: PENGKAJIAN NYERI

keperawatan diseleksi berdasarkan diagnosa keperawatan dan kondisi

klien. Secara umum tujuan asuhan keperawatan klien dengan nyeri adalah

sebagai berikut:

Klien merasakan sehat dan nyaman

Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri

Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini

Klien menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan nyeri

Klien menggunakan terapi yang diberikan dengan aman di rumah

Manajemen nyeri terdiri dari:

a.Farmakologis (kolaborasi)-------penggunaan analgetik

Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan

menekan fungsi talamus & kortek serebri.

b. Non farmakologi (mandiri)

Sentuhan terapeutik

Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai

keseimbangan energi antara tubuh dengan lingku;ngan luar. Orang sakit

berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada

klien, diharapkan ada transfer energi dari perawat ke klien.

Akupresur

Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri

Guided imagery

Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,

tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta

konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan

harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman

dan tidak sedang nyeri akut.

Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai

sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi

audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang

mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)

Page 17: PENGKAJIAN NYERI

Anticipatory guidence

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.

Contoh tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat

memberikan penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan

begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri.

Hipnotis

Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

Biofeedback

Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi

tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter

terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan

otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

Stimulasi kutaneus

Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah

cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri.

Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan

kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus

electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit

dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui

elektroda luar.

J. Peran perawat dalam mengatasi nyeri:

Mengidentifikasi penyebab nyeri

Kolaborasi dengan tim kes lain untuk pengobatan nyeri

Memberikan intervensi pereda nyeri

Mengevaluasi efektivitas pereda nyeri

Bertindak sebagai advokat jika pereda nyeri tidak efektif

Sebagai pendidik keluarga & pasien tentang manajemen nyeri

Page 18: PENGKAJIAN NYERI

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol : 1. Jakarta:

EGC

Kozier. . Fundamental Of Nursing.

Potter & Perry . 2006. Fundamental Keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC

Web nyeri yang bawah:

http://www.blogger.com/feeds/5225540932024911138/posts/default

web nyeri yang atas :

http://www.elearning.unej.ac.id

Apa itu Nyeri ??

Page 19: PENGKAJIAN NYERI

Posted on 21 Maret 2010 by Ghandi| Tinggalkan komentar

NYERI

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

Mahasiswa akan dapat:

Menjelaskan definisi nyeri

Menjelaskan sifat-sifat nyeri

Menjelaskan fisiologi nyeri

Menjelaskan respon terhadap nyeri

Menjelaskan klasifikasi nyeri

Menjelaskan faktor yg mempengaruhi nyeri

Menjelaskan manajemen nyeri

Menjelaskan perawatan klien dengan nyeri

1. PENDAHULUAN

Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

1. DEFINISI

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

Page 20: PENGKAJIAN NYERI

Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord

Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya

1. ISTILAH DALAM NYERI

Nosiseptor             : serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri

Non-nosiseptor      : serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri

Toleransi nyeri      : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan

System nosiseptif   : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri

Ambang nyeri        : stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri

1. SIFAT-SIFAT NYERI

Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi Nyeri bersifat subyektif dan individual Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan

fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan Nyeri mengawali ketidakmampuan Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi

tidak optimal

Secara ringkas, Mahon  mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:

Nyeri bersifat individu Nyeri tidak menyenangkan Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi Bersifat tidak berkesudahan

1. FISIOLOGI NYERI

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:

Page 21: PENGKAJIAN NYERI

Resepsi        : proses perjalanan nyeri

Persepsi       : kesadaran seseorang terhadap nyeri

Reaksi    :  respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

RESEPSIStimulus (mekanik, termal, kimia)

Pengeluaran histamin bradikinin, kalium

Nosiseptor

Impuls syaraf

Serabut syaraf perifer         Kornu dorsalis medula spinalis        Neurotransmiter (substansi P)          Pusat syaraf di otak           Respon reflek protektif

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf  perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P  ini menyebabkan transmisi  sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.

Contoh:

Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.

Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:

Trauma Obat-obatan Pertumbuhan tumor Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

Page 22: PENGKAJIAN NYERI

Tipe serabut saraf perifer

Serabut saraf A-delta :

Merupakan serabut bermyelin Mengirimkan pesan secara cepat Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam

seperti , otot tendon dll Biasanya sering ada pada injury akut Diameternya besar Tidak bermyelin Diameternya sangat kecil Lambat dalam menghantarkan impuls Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan

tekanan halus Reseptor terletak distruktur permukaan.

Serabut saraf C

NEUROREGULATOR

Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada pengalaman nyeri

Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik

Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator

Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut saraf

contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin

Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.

Contoh: endorphin, bradikinin

Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan atau menurunkan efek sebagian neurotransmitter

Teori gate control

n       Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965

Page 23: PENGKAJIAN NYERI

n       Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

n       Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri.

n       Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang tertutup

n       Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri

n       Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien

n       Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi P.

n       Menurut teori ini, tindakan massase diyakini  bisa menutup gerbang nyeri.

PERSEPSI

Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.

Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi

Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:

Stimulus nyeri         Medula spinalis         Talamus          Otak (area limbik)  Reaksi emosi         Pusat otak          Persepsi

Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang  yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.

REAKSI

Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.

Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum

Page 24: PENGKAJIAN NYERI

Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis,  apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi

Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:

Impuls nyeri         medula spinalis               batang otak & talamus      Sistem syaraf otonom          Respon fisiologis & perilaku

Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.

1. F. RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI

A. Stimulasi Simpatik nyeri ringan, moderat, dan superficial)

ü      Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

ü      Peningkatan heart rate

ü      Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP

ü      Peningkatan nilai gula darah

ü      Diaphoresis

ü      Peningkatan kekuatan otot

ü      Dilatasi pupil

ü      Penurunan motilitas GI

B. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

ü      Muka pucat

ü      Otot mengeras

ü      Penurunan HR dan BP

ü      Nafas cepat dan irreguler

ü      Nausea dan vomitus

ü      Kelelahan dan keletihan

RESPON TINGKAH LAKU TERHADAP NYERI

Page 25: PENGKAJIAN NYERI

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

o Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan

o Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:

n       Fase antisipasi—–terjadi sebelum nyeri diterima.

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena  fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.

Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.

n        Fase sensasi—–terjadi saat nyeri terasa.

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.

Page 26: PENGKAJIAN NYERI

Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan  gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

n       Fase akibat (aftermath)——terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

1. G. KLASIFIKASI  NYERI

A. Berdasarkan sumbernya

Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)

ex: terkena ujung pisau atau gunting

Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada cutaneus

ex: sprain sendi

Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan

B. Berdasarkan penyebab:

n Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)

Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)

Page 27: PENGKAJIAN NYERI

Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

C. Berdasarkan lama/durasinya

Nyeri akut

Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera,  atau intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang.  Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.  Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.

Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat).  Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang  diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.

Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik

Nyeri akut Nyeri kronik

nLamanya dalam hitungan menit

nDitandai  peningkatan BP, nadi, dan respirasi

nRespon pasien:Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang

nTingkah laku menggosok bagian yang nyeri

nLamanyna sampai hitungan bulan, >

6bln

nFungsi fisiologi bersifat normal

nTidak ada keluhan nyeri

nTidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri

Page 28: PENGKAJIAN NYERI

D. Berdasarkan lokasi/letak

Radiating pain

Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)

Referred pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari  jaringan penyebab

Intractable pain

Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)

Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis

1. H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal  jika nyeri diperiksakan.

Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)

Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)

Makna nyeri

Berhubungan dengan  bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.

Page 29: PENGKAJIAN NYERI

Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

1. I. PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:

v      Menetapkan data dasar

v      Menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat

v      Menyeleksi terapi yang cocok

v      Mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan

Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai

Page 30: PENGKAJIAN NYERI

sesuatu yang nyata, dapat diukur, dapat djelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

1.Ekspresi klien terhadap nyeri

Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi  ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan perhatian khusus ketika pengkajian.

2.Klasifikasi pengalaman nyeri

Perawat mengkaji apakah nyeri  yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.

3.Karakteristik nyeri

Onset dan durasi

Perawat mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering nyeri kambuh, dan apakah munculnya nyeri itu pada waktu yang sama.

Lokasi

Perawat meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa, menetap atau terasa pada menyebar

Keparahan

Perawat meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang dirasakan. Untuk memperoleh data ini perawt bias menggunakan alat Bantu, skala ukur. Klien ditunjukkan skala ukur, kemudian disuruh memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana.  Skala ukur bis berupa skala numeric, deskriptif, analog visual. Untuk anak-anak skala yan digunakan adalah skala oucher yang dikembangkan oleh Beyer dan skala wajah yang diembangkan oleh Wong & Baker. Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan nyeri. Anak bisa  diminta untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih gambar  yang ada. Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri),

Page 31: PENGKAJIAN NYERI

kemudian secara bertahap meningkat sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat).

Contoh gambar skala nyeri:

Skala wajah wong

Skala nyeri                                                                                                               skala ocher

Kualitas

Minta  klien menggambarkan nyeri yang dirasakan, biarkan klien mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya sendiri. Perawat boleh memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu menggambarkan nyeri yang dirasakan.

Pola nyeri

Perawat meminta klien untuk mendiskripsikan ativitas yang menyebabkan nyeri dan meminta lien untuk mendemontrasikan aktivitas yang bisa menimbulkan nyeri.

Cara mengatasi

Tanyakan pada klien tindakan yang dilakukan apabila nyerinya muncul dan kaji juga apakah tindakan yang dilakukan klien itu bisa efektif untuk mengurangi nyeri.

Tanda lain yang menyertai

Kaji adanya penyerta nyeri, seperti mual, muntah, konstipasi, gelisah, keinginan untuk miksi dll.

Gejala penyerta memerlukan prioritas penanganan yang sama dengan nyeri itu sendiri.

1. 4. Efek nyeri pada klien

Nyeri merupakan kejadian yang menekan atau stress dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologis individu. Perawat harus mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui efek  nyeri pada klien:

a. Tanda dan gejala fisik

Perawat mengkaji tanda-tanda fisiologis, karena adanya nyeri yang dirasakan klien bisa berpengaruh pada fungsi normal tubuh.

Page 32: PENGKAJIAN NYERI

b. Efek tingkah laku

Perawat mengkaji respon verbal, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan interaksi sosial. Laporan verbal tentang nyeri merupakan bagian vital dari pengkajian, perawat harus bersedia mendengarkan dan berusaha memahami klien. Tidak semua klien mampu mengungkapkan nyeri yang dirasakan,  untuk hal yang seperti itu perawat harus mewaspadai perilaku klien yang mengindikasikan nyeri.

c. Efek pada ADL

Klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi secara rutin dalam aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini menunjukkan sejauh mana kemampuan dan proses penyesuaian klien berpartisipasi dalam perawatan diri. Penting juga untuk mengkaji efek nyeri pada aktivitas sosial klien.

1. 5. Status neurologis

Fungsi neurologis lebih mudah mempengaruhi pengalaman nyeri. Setiap faktor yang mengganggu atau mempengaruhi resepsi dan persepsi nyeri yang normal akan mempengaruhi respon dan kesadaran klien tentang nyeri.  Penting bagi perawat untuk mengkaji status neurologis klien, karena klien yang mengalami gangguan neurologis tidak sensitif terhadap nyeri. Tindakan preventif perlu dilakukan pada klien dengan kelainan neurologis yang mudah mengalami cidera.

Diagnosa o Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses

melahirkano Nyeri kronik b.d proses keganasano Cemas b.d nyeri yang dirasakano Koping individu tidak efektif b.d nyeri kroniko Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri muskuloskeletalo Resiko injuri b.d kekurangan persepsi terhadap nyerio Perubahan pola tidur b.d low back pain

Perencanaan

Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan dario diagnosa yang telah dibuat. Perawat dan klien secara bersama-sama mendiskusikan harapan yang realistis dari tindakan mengatasi nyeri, derajat pemulihan nyeri yang diharapkan, dan efek-efek yang harus diantisipasi pada gaya hidup dan fungsi klien. Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan keperawatan diseleksi berdasarkan diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Secara umum tujuan asuhan keperawatan klien dengan nyeri adalah sebagai berikut:

Klien merasakan sehat dan nyaman Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini Klien menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan nyeri

Page 33: PENGKAJIAN NYERI

Klien menggunakan terapi yang diberikan dengan aman di rumah

Contoh rencana perawatan (Renpra):

No Diagnosa Kriteria hasil Rencana tindakan

1 Nyeri akut b.d

injuri fisik

(pembedahan)

Pain level, pain control dan

comfort level dengan

kriteria hasil:

Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi nyeri yang dirasakan

Mendiskripsikan cara memanajemen nyeri

Mengungkapkan kemampuan tidur dan istirahat

Mendiskripsikan terapi nonfarmakologi untuk mengontrol nyeri

TTV dalam batas normal

Manajemen nyeri:

Kaji nyeri yang dialami klien (meliputi PQRST)

Observasi ketidaknyamanan nonverbal terhadap nyeri

Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri

Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien

Kolaborasi pemberian analgetik

Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri

Dst (lihat lebih lengkap di NIC)

Intervensi

Manajemen nyeri terdiri dari:

a.Farmakologis (kolaborasi)——-penggunaan analgetik

Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan menekan fungsi talamus & kortek serebri.

1. Non farmakologi (mandiri)

Sentuhan terapeutik

Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara tubuh dengan lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi dari perawat ke klien.

Page 34: PENGKAJIAN NYERI

Akupresur

Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri

Guided imagery

Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)

Anticipatory guidence

Memodifikasi  secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. Contoh tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat memberikan penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri.

Hipnotis

Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

Biofeedback

Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

Stimulasi kutaneus

Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.

Contoh implementasi:

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Page 35: PENGKAJIAN NYERI

Nyeri akut b.d

injuri fisik

Sabtu, 10 desemder 2006-12-2006

07.30

Mengkaji tingkat nyeri klien Mengkaji pengalaman masa

lalu dalam mengatasi nyeri Mengukur tekanan darah,

nadi, pernafasan

09.00

Memberikan injeksi kaltrofen 1 ampul

Mengobservasi respon nonverbal terhadap nyeri

12.00

Memonitor istirahat klien

S  : klien mengatakan

nyeri saat ini pada skala 7

O  : TD 110/70, N 90 X/menit, R  18 x/menit, klien tampak meringis saat berubah posisi

A  : nyeri akut teratasi sebagian

P      : lanjutkan intervensi manajemen nyeri

1. Peran perawat dalam mengatasi nyeri:

Mengidentifikasi penyebab nyeri Kolaborasi dengan tim kes lain untuk pengobatan nyeri Memberikan intervensi pereda nyeri Mengevaluasi efektivitas pereda nyeri Bertindak sebagai advokat jika pereda nyeri tidak efektif Sebagai pendidik keluarga & pasien tentang manajemen nyeri

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol : 1. Jakarta: EGC

Kozier.       . Fundamental Of Nursing.

SKALA INTENSITAS NYERI DAN TIPE NYERI

SKALA KETERANGAN10 Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.

Page 36: PENGKAJIAN NYERI

9, 8, 7 Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.6 Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk5 Nyeri seperti tertekan atau bergerak.4 Nyeri seperti kram atau kaku.3 Nyeri seperti perih atau mules.2 Nyeri seperti meliiti atau terpukul.1 Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan0 Tidak ada nyeri.

Tipe NyeriSKALA KETERANGAN10 Tipe nyeri sangat berat.7-9 Tipe nyeri berat.4-6 Tipe nyeri sedang.1-3 Tipe nyeri ringan.

(Sumber: Saduran dari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, Asuhan Keperawatan pada Pasien Nyeri, 1996 ; 23).

DAFTAR NILAI KEKUATAN OTOT

Kekuatan otot dinilai dengan angka 0 (nol) sampai 5 (lima) :SKALA KETERANGAN0..............Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi, bila lengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.1..............Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.2..............Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.3.............Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.4............Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.5............Kekuatan utuh.