Nie Askep Bener 1

59
HERNIA INGUINALIS LATERALIS A. PENGERTIAN. Hernia adalah suatu tonjolan (Protrusion) dari organ dan sebagian organ intra abdominal keluar kavum abdomen melalui lakus minoris (Facial defek) dinding abdomen dan masih meliputi peritoneum. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Pada pria yang normal kanalis inguinalis berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus, muskulus kresmater, prosesus vaginalis peritonier, dan ligamentum rotundum. A. PENYEBAB 1. Kongenital - Terjadi kegagalan dalam hal penutupan prosesus vaginalis.

Transcript of Nie Askep Bener 1

Page 1: Nie Askep Bener 1

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

A. PENGERTIAN.

Hernia adalah suatu tonjolan (Protrusion) dari organ dan

sebagian organ intra abdominal keluar kavum abdomen melalui

lakus minoris (Facial defek) dinding abdomen dan masih

meliputi peritoneum.

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui

anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar

ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.

Pada pria yang normal kanalis inguinalis berisi

fasikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus,

muskulus kresmater, prosesus vaginalis peritonier, dan

ligamentum rotundum.

A. PENYEBAB

1. Kongenital

- Terjadi kegagalan dalam hal penutupan

prosesus vaginalis.

- Terjadi sejak bayi lahir seperti: hernia inguinalis,

hernia umbilikalis, hernia Bochdalek.

2. Akuista atau di dapat.

Terjadinya hernia setelah dewasa / manula, disebabkan

tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu

yang lama, misal: batuk kronis, gangguan proses kencing

(prostat hypertropi, strictura uretra), konstipasi kronis,

ascites dan trauma kecelakaan.

Page 2: Nie Askep Bener 1

B. PATOFISIOLOGI.

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus, pada

bula ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal

tersebut, penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke

daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang

disebut dengan Prosesus Vaginalis Peritoneai.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah

mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat

melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal seringkali

kanalis ini tidak dapat menutup, karena testis kiri turun terlebih

dulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.

Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga

terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan

menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami

obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis

kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.

Namun karena merupakan Lokus Minoris Resistensie, maka

pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal

meningkat, kanal tersebut dapat terbuka

kembali dan timbul Hernia Inguinalis Lateralis Akuisita.

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan

mengangkat benda berat, mengejan saat defekasi dan

mengejan pada saat miksi misalnya akibat hypertropi prostat.

C. PEMBAGIAN.

1. Menurut Tempat Lokasinya :

- Hernia Scrotalis.

Page 3: Nie Askep Bener 1

- Hernia Femoralis.

- Hernia Umbilikalis.

- Hernia Inguinalis.

- Hernia Insisional.

- Hernia Fragmatika.

- Hernia Epigastrika.

2. Menurut Gejalanya:;

- Hernia Reponibilis.

Penonjolan yang terjadi tersebut dapat dimasukkan

kembali secara manual.

- Hernia Irreponibilis.

Penonjolan yang terjadi dan tonjolan tersebut tidak dapat

dikembalikan secara manual disertai nyeri tekan.

- Hernia Inkarserata.

Terjadi tonjolan yang tidak bisa kembali serta

terjadi gangguan pasase usus dan nyeri hebat.

- Hernia Strangulata.

Nyeri hebat, pembuluh darah terjepit, gangguan

vaskularisasi karena masih ada makanan di usus yang

terdapat penonjolan tersebut, maka akan terjadi eksudat

cairan.

- Hernia Richter.

Hernia reponibilis yang turun naik.

B. TANDA DAN GEJALA

- Ada benjolan/burut pada daerah selangkangan /

kemaluan / lipat paha.

- Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.

Page 4: Nie Askep Bener 1

- Mual dan kembung.

- Tidak flatus / BAB.

C. PENATALAKSANAAN

Pada Hernia Inguinalis Reponibilis dan Ireponibilis

dilakukan tindakan bedah efektif untuk mencegah terjadi

komplikasi.

Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :

- Untuk memperoleh keberhasilan, maka faktor penyebab

terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronis,

prostat tumor, acites dan lain-lain).

- Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari

peritonium dan diligasi.

- Hernia recuren yang terjadi dalam beberapa bulan / setahun

biasanya menunjukkan refair yang tidak adekuat, sedangkan

recuren yang terjadi setelah dua tahun timbul karena

kelemahan progresif pada fasia pasien.

Tindakan operasi: Herniotomy dan Herniorafi.

Kanalis inguinalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat

dan dilakukan Bassiny Plasty atau tekhnik lain untuk

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (untuk

bedah elektif).

Bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif.

Cuman Hernia langsung dicari dan dipotong, usus halus dilihat

vital atau tidak, bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila

tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end.

Page 5: Nie Askep Bener 1

HERNIOTOMI

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

- I n d i k a s i

Semua hernia inguinalis lateralis harus dibedah.

- K o nt r a I n d i k a s i

o Hernia yang sangat besar.

o Usia lanjut.

o Keadaan umum yang jelek.

Hernia inguinalis lateralis yang dijumpai pada usia

lanjut, perlu pemeriksaan yang

menyeluruh untuk melihat kemungkinan

penyebab.

Pada bayi dan anak pembedahan dilakukan sedini mungkin

setelah diagnosa dilakukan.

- P e r s i a p a n P r a B e d a h

Usaha mencegah kekambuhan

o Sedapat mungkin menurunkan berat badan pasien yang

obesitas.

o Menyembuhkan semua penyebab dari tekanan intra

abdominal yang tinggi, seperti: radang saluran nafas,

obstipasi kronis, gangguan miksi.

Bila timbul inkarserata, pembedahan dapat ditunda sampai

keseimbangan air dan elektrolit dipenuhi dengan pemberian

infus dan pemasangan pipa lambung.

Anastesi yang digunakan biasanya umum, kecuali ada kontra

indikasi dapat juga digunakan anastesi lokal.

Page 6: Nie Askep Bener 1

HERNIOTOMI PADA ANAK

Teknik operasi sama dengan orang dewasa, hanya saja

terdapat beberapa perubahan, yaitu:

- Irisan transversal sesuai dengan lipatan kulit.

- Memotong tidak sampai Anulus Eksternus (kecuali bila

disertai hidrokel).

- Tidak perlu membebaskan funikulus, spermatikus.

- Tidak perlu melakukan plastik Bacini.

P e r a w a t a n P o s t - O p e r a s i

- Terapi cairan.

- Mobilisasi pasca operasi (di tempat tidur).

- Perawatan luka (3 hari pasca operasi ganti balutan).

PERAWATAN / PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI

HERNIOTOMI

1. Informed consent (tanda persetujuan

secara tertulis).

2. Penyuluhan pre operasi :

a. Menjelaskan apa yang akan

dihadapi oleh pasien jika ia akan dioperasi.

b. Menjelaskan bagaimana tubuh

akan tetap berfungsi setelah dilakukan herniotomi.

c. Menjelaskan bahwa akan

merasa sakit / nyeri pada daerah luka / insisi setelah operasi.

d. Untuk mencegah komplikasi

pasca operasi (atelektasis) pasien diajarkan tentang

Page 7: Nie Askep Bener 1

kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas

dalam.

3. Persiapan fisik.

Nutrisi

Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi

karbohidrat, protein, vitamin dan kalori. Pasien harus

berpuasa 12 – 18 jam sebelum operasi.

b. Cairan

Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi.

Tindakan pemberian cairan dan elektrolit maupun plasma

sebelum operasi.

Perhatikan balance 6 – 8 jam pre operasi.

c. Hygiene

- Pasien harus mandi sebelum operasi.

- Kuku disikat dan cat kuku dibuang.

- Mulut harus dibersihkan.

d. Istirahat

Malam sebelum operasi diusahakan agar pasien dapat tidur

nyenyak dan beristirahat, kalau perlu kolaborasi

pemberian obat penenang.

e. Eliminasi

- Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin

kateterisasi harus dihindari.

- Pengosongan isi usus dengan pemberian garam

fisiologis atau di lavement.

f. Obat-obatan pre medikasi

Pre medikasi:

Page 8: Nie Askep Bener 1

Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat

berjalan dengan baik dan lancar, dan bertujuan sebagai:

Menghilangkan perasaan gelisah dan takut sebelum

operasi.

Menurunkan BMR untuk mengurangi pemakaian O2

dalam tubuh.

Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom

untuk menahan keluarnya air liur dan sekresi di bagian

atas tenggorok untuk mencegah konvulsi dan muntah.

Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).

Analgesia.

Yang sering digunakan adalah:

- Morfin untuk mengurangi perasan sakit.

- Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran

pernafasan.

- Obat anti muntah.

g. Kulit

Mencukur bagian yang akan dioperasi.

h. Observasi tanda-tanda vital

i. Transporting pasien

Pasien yang akan dioperasi harus dibawa tepat pada

waktunya, jangan dibawa ke kamar tunggu terlalu cepat,

sebab terlalu lama menunggu saat operasi akan

menyebabkan pasien gelisah dan takut. Baju pasien

diganti dengan baju khusus operasi, barang-barang

berharga diserahkan pada keluarga.

Page 9: Nie Askep Bener 1

PERAWATAN PASIEN YANG TELAH MENJALANI

OPERASI

(POST OPERATIVE)

I. PERAWATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN

(RECOVERY ROOM)

Selesai operasi, mulai sadar dari anesthesia umum sampai

keadaan umum pasien menjadi stabil. Sebaiknya pasien

dirawat di kamar pemulihan yang bertempat dekat dengan

kamar operasi untuk diawasi oleh dokter anastesi dan perawat

kamar operasi. Pasien dalam keadaan tersebut di atas

memerlukan perawatan dengan berpedoman sebagai berikut:

1. Amankan tenggorokan dan cegah tersumbatnya pernafasan

karena tidak keluarnya sekret/karena lidah jatuh ke

belakang atau salah menelan. Dalam hal demikian pasien

harus dalam posisi miring.

2. Cegah agar pasien tidak terjatuh dari tempat tidur dan

hindarkan bahaya-bahaya lain.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah sadar kembali.

Pasien yang sadar kembali dari anastesi banyak yang mulai

tidur lagi. Dan penting agar memberitahu kepada

pasien bahwa operasi telah selesai. Ada yang bertanya

operasi akan dimulai sekarang, setelah diberitahukan

selesainya operasi, pasien baru merasa tenang. Ada yang

kaget mengetahui diadakan inhakasi oksigen. Dalam hal

demikian perawat perlu memberi penjelasan.

Page 10: Nie Askep Bener 1

II. PERAWATAN PASIEN SETELAH KEMBALI KE RUANGAN

Setelah pasien kembali ke ruangan dari kamar pemulihan,

perawat di ruangan mengadakan perawatan selama 24 jam.

Khususnya untuk menyelamatkan saluran pernafasan dan

mengadakan perawatan untuk mencegah terjadinya shock.

Selanjutnya perawatan diadakan menurut tingkat penyembuhan

masing-masing pasien.

Di bawah ini adalah pokok-pokok yang dimuat di dalam

pengaturan perawatan pasien setelah operasi yang digunakan

sebagai contoh prosedur perawatan dan pengobatan di Rumah

Sakit. Saint Carolus di Tokyo:

1. Terima status pasien, Foto roentgen

dan daftar untuk pengecekan untuk pasien. Cek jenis

anastesi, cara operasi, keadaan umum pasien dan banyaknya

obat yang diberikan padanya, banyaknya transfusi darah /

infus cairan dan tindakan-tindakan yang perlu diambil segera.

2. Perhatikan suhu, nadi, pernafasan

dan tekanan darah, adanya rasa mual / muntah, perdarahan,

rasa kedinginan, nyeri dan lain-lain.

3. Jika diberikan transfusi darah /

infus cairan perhatikan tempat

jarum infus terpasang dan banyaknya

tetesan.

4. Ambil tindakan selanjutnya jika

perlu (seperti continous dower catheter, inhalasi oksigen dan

lain-lain).

5. Pengaturan suhu (masuk angin atau

adanya selimut).

6. Ketenangan (bunyi / cahaya).

7. Kebersihan rongga mulut.

Page 11: Nie Askep Bener 1

8. Ubah posisi pasien setiap 1-2

jam sesuai petunjuk dokter.

9. Suruh melakukan pernafasan dalam

10 jam.

10. Laporkan segera jika terdapat

perubahan pada tekanan darah, denyutan nadi, keadaan

pernafasan, keluhan sakit, perdarahan dan cairan tubuh yang

keluar.

11. Usahakan mengeluarkan urine 6

jam setelah operasi.

12. Ukur banyaknya makanan yang

masuk serta eliminasi menurut jenis operasi dan sesuai

dengan petunjuk.

III.PAGI HARI SETELAH OPERASI SAMPAI WAKTU DAPAT

BERJALAN.

Hari pertama setelah operasi perlu mencek keadaan

sambil memperhatikan laporan tentang keadaan pasien malam

hari.

1. Perawatan selaput rongga lendir rongga perut.

Menyuruh membersihkan rongga mulut dengan sikat

merupakan langkah pertama untuk mencegah infeksi pada

sistem pernafasan dan parotis setelah operasi.

2. Pembersihan seluruh tubuh.

Bersihkan keringat dan getah luar dengan sabun dan

air hangat. Sekaligus menghilangkan isogin yang dipakai

untuk mendesinfeksi kulit. Tidak sedikit yang

mengalami inflamasi kulit karena

rangsangan obat isogin. Lakukan dengan menyeka, ini

semua berguna untuk:

Page 12: Nie Askep Bener 1

- Memberikan rangsangan pada otot-otot kulit.

- Melemahkan ketegangan tubuh yang kaku karena

berbaring.

- Merangsang peredaran darah dan perasaan menjadi

segar.

3. Latihan nafas dalam.

Karena terasa sakit pasien merasa ragu-ragu

melakukannya, tetapi beri penjelasan tentang hal ini (alasan

dari latihan nafas dalam), yaitu:

- Mendorong pelebaran paru-paru.

- Menolong terisapnya darah ke dalam bilik kanan

jantung.

- Mendorong sirkulasi paru-paru sehingga mencegah

atelektasis yang merupakan salah satu penyakit

komplikasi paru-paru yang dialami setelah operasi.

Pelaksanaan:

- Sambil menekan bagian insisi dengan tangan pasien

/tangan perawat. Lakukan pernafasan perut < 10 kali.

- Suruh pasien mengeluarkan sekret yang tertimbun di

dalam kerongkongan dengan batuk.

- Bila sekret sulit untuk dikeluarkan karena kental,

inhalasi uap sangat berguna / suruh meniup perlahan-

lahan dan lama sampai mengeluarkan gelembung udara.

4. Gerakan tungkai.

Dengan posisi berbaring miring, suruh pasien meluruskan

dan membengkokkan sendi lutut dan kaki. Bila gerakan ini

Page 13: Nie Askep Bener 1

tidak dapat dilakukan sendiri, tolong pasien untuk

melakukannya. Ini merangsang peredaran

darah pada susunan darah balik di bagian tungkai sehingga

dapat mencegah tersumbatnya pembuluh darah.

Penyebab thrombus sesudah operasi adalah:

a. Bakteri di dalam selaput pembuluh

darah dan luka kimia mekanis.

b. Terhambatnya peredaran darah.

c. Meningkatnya viskositas atau

kekentalan darah.

IV. KOMPLIKASI SETELAH OPERASI

1. Muntah/Vomiting.

2. Perdarahan.

3. Shock.

4. Meteorismus / kembung.

5. Pneomonia / radang paru.

6. Thromboflebitis.

7. Retensio urine.

V. PENATALAKSANAAN POST OPERASI

1. Mempertahankan output urine dalam jumlah yang cukup.

Output urine harus sama dengan jumlah cairan yang

masuk. Output urine harus diperiksa setiap 1-2 jam. Jumlah

output urine tetap 30 ml/jam.

2. Monitor kemungkinan dehidrasi yang dialami oleh klien.

3. Status nutrisi pasien harus dimonitor, cukup protein

dan karbohidrat. Pasien harus diberikan protein 1,2-2,0 gr/kg

BB/hari. Konsumsi kalori 35-40 KKal/Kg BB/hari.

Page 14: Nie Askep Bener 1

4. Pasien yang memiliki resiko paralitik ileus yang disebabkan

manipulasi perut pada saat dilakukan operasi harus

diperiksa bising usus, distensi abdominal dan mual.

P A D A H A R I P E R T A M A P O S T OP E R A S I :

Perawatan selaput lendir rongga mulut.

Membersihkan seluruh tubuh.

Menggerakkan tungkai untuk mencegah terjadinya trombus

pada pembuluh darah.

Cek alat dan perlengkapan yang dipakai untuk pasien.

P A D A H A R I K E- 3 P O S T OP E R A S I :

Buka balutan luka.

Membersihkan tanpa mengangkat jahitan.

P A D A H A R I KE 7 – 1 0 P O S T OP E R A S I :

Mengangkat jahitan berselang satu jahitan.

Jahitan boleh diangkat seluruhnya jika luka sudah kering dan

merapat.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan Hernia:

1. Nyeri (saat mengejan) berhubungan

dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.

Page 15: Nie Askep Bener 1

Hasil yang diharapkan

Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif pasien tentang

ketidaknyamanan menurun, dibuktikan dengan skala nyeri,

indikator-indikator objektif seperti meringis tidak ada.

Intervensi Keperawatan

a. Kaji dan dokumentasikan nyeri,

beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetusdan

metoda penghilangan, gunakan skala nyeri dengan pasien,

rentang ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai

10 (nyeri paling buruk), laporkan nyeri berat, menetap

yang dapat menandakan komplikasi.

b. Beritahu pasien untuk menghindari

mengejan, meregang, batuk dan mengangkat berat, ajarkan

pasien untuk menekan insisi dengan tangan/bantal selama

episode batuk, ini secara khusus penting selama periode

pasca operasi awal dan selama 6 minggu setelah

pembedahan.

c. Ajarkan pasien bagaimana

menggunakan penopang bila diprogramkan dan anjurkan

penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya bila turun

dari tempat tidur. Catatan: tempatkan penopang sebelum

pasien turun dari tempat tidur.

d. Berikan atau ajarkan pasien tentang

pemasangan penopang scrotal atau kompres es yang sering

digunakan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri

setelah perbaikan hernia inguinal.

e. Berikan analgesik sesuai program bila

diindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pasca operasi,

gunakan tindakan kenyamanan juga distraksi. Interaksi

Page 16: Nie Askep Bener 1

verbal untukmeningkatkan ekspresi perasaan

dan menurunkan ansietas, gosokkan

punggung dan teknik penurun stress

seperti: latihan relaksasi, dokumentasikan derajat

penghilangan yang didapat dengan menggunakan skala

nyeri.

2. Retensi perkemihan yang berhubungan

dengan nyeri, trauma dan penggunaananastetik selama

pembedahan abdomen bawah.

Hasil yang diharapkan

Dalam 8-10 jam pasca pembedahan, pasien berkemih

tanpa kesulitan, keluaran urine 100 ml setiap berkemih dan

adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) dalam periode 24 jam.

Intervensi Keperawatan

a. Kaji dan dokumentasikan distensi

supra pubic atau laporan pasien tentang tidak berkemih.

b. Pantau keluaran urine,

dokumentasikan dan laporkan berkemih sering <

100 ml.

c. Permudah berkemih dengan

mengimplementasikan intervensi berikut: Posisikan

pasien pada posisi normal untuk berkemih,

biarkan pasien mendengar bunyi air mengalir /

tempatkan tangan dalam air hangat. Bila tindakan ini tidak

efektif, coba teteskan air hangat di atas perineum kecuali

dikontraindikasikan, metode Crede (tekanan diberikan dari

umbilicus sampai pubis) dapat digunakan untuk merangsang

refleks berkemih lemah.

Page 17: Nie Askep Bener 1

3. Kurang pengetahuan, potensial terhadap

komplikasi gastro intestinal berkenaan dengan adanya hernia

dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan.

Hasil yang diharapkan

Setelah instruksi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang

tanda dan gejala komplikasi gastro intestinal dan memenuhi

tindakan yang diprogramkan untuk pencegahan.

Intervensi Keperawatan

a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat,

menetap, mual, muntah, demam, distensi abdomen yang

dapat memperberat awitan inkarserata atau strangulasi usus.

b. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi sisa

atau menggunakan suplemen diet serat untuk

mencegah komplikasi. Anjurkanmasukan

cairan sedikitnya 2 – 3 liter/hari

untuk meningkatkan konsistensi faeces lunak.

c. Ajarkan pasien mekanika tubuh tepat untuk bergerak

dan mengangkat.

MERAWAT LUKA STERIL

1. Pengertian

Merawat luka steril adalah merawat luka bersih akibat tindakan

bedah aseptik.

2. Indikasi

Luka SC, Laparatomy.

3. Persiapan Alat

- Pinset anatomis

Page 18: Nie Askep Bener 1

- Pinset sirurgis

- Gunting

- Korentang

- Kasa steril di dalam tromol

- Bengkok

- Alkohol 70 %

- Bethadine

- Bensin, plaster, kapas

- Kantong plastik

4. Persiapan pasien

- Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

- Menyiapkan lingkungan pasien.

- Mengatur posisi pasien.

5. Pelaksanaan

- Perawat cuci tangan.

- Membuka plaster pada balutan dengan kapas yang

diberi bensin.

- Memasukkan balutan kotor ke dalam kantong plastik.

- Membersihkan daerah sekitar luka dengan alkohol 70 %

dengan gerakan se arah mulai dari atas ke bawah atau dari

dekat luka dan terus makin keluar.

- Buang kasa yang sudah digunakan untuk membersihkan luka

ke dalam bengkok

- Memberi Bethadine pada luka.

- Menutup luka dengan rapat.

- Merapikan pasien.

Page 19: Nie Askep Bener 1

- Membuang kotoran, membereskan alat-alat dan

mengembalikannya ke tempat semula.

- Perawat cuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi 3 jilid II. Media Aeusculapius. Jakarta

Dongoes, Marilyn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan.

Edisi 3 EGC. Jakarta.

Wibowo, Soetamto, et a.l. Pedoman Teknik Operasi.

Airlangga. Jakarta.

Page 20: Nie Askep Bener 1

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN POST OPERASI

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA

(HERNIOTOMI)

DI RUANG KASUARI RSUD

BANJARBARU

I. DATA DEMOGRAFI

Tanggal Wawancara : 14 April 2004

Tanggal MRS : 12 April 2004

No RMK : 00 16 01

Nama : Ny. R.

Umur : 59 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku bangsa : Banjar / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : -

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status perkawinan : Janda

Page 21: Nie Askep Bener 1

Alamat : Guntung Payung RT.01, RK 01, Landasan Ulin

Penanggung Jawab : ASKES

Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) Sinistra Post Op

Herniatomi)

POLA FUNGSIONAL

1. Persepsi Kesehatan Dan Penanganan Kesehatan

Keluhan Utama

Setelah operasi dilaksanakan tanggal 13 April 2004, terdapat nyeri luka

post operasi HIL Sinistra.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 2 bulan yang lalu terdapat benjolan pada lipatan paha kiri serta

terdapat benjolan, dan kemudian hal ini dirasakan klien sangat

mengganggu. Klien memeriksakan diri ke poliklinik bedah RSUD

Banjarbaru, atas saran dari petugas, klien mau untuk di operasi di RSUD

Banjarbaru.

Penggunaan Obat Sekarang

- Amoxan Tab 3 x 500 gr.

- Pronalges Supp Indikasi.

- Infus RL/D 5%: 20 tetes/menit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut keterangan klien, 3 tahun yang lalu. Sudah ada benjolan yang

dirasakan namun hilang timbul apalagi setelah berbaring, tapi tidak

pernah diperiksakan / diobati.

Upaya Pencegahan

Page 22: Nie Askep Bener 1

Mendatangi instansi kesehatan terdekat seperti Puskesmas

- Prosedur bedah

Pasien sebelumnya pernah menjalani prosedur pembedahan yaitu

tubektomy ( 30 tahun yang lalu).

- Penyakit masa anak-anak

Tidak pernah menderita penyakit yang menurut pasien tidak perlu

membutuhkan perawatan di Rumah Sakit.

- Imunisasi

Tidak pernah

Alergi

Pasien tidak pernah mempunyai riwayat alergi, baik terhadap makanan

maupun bahan-bahan allergen lainnya.

Kebiasaan

- Tembakau : Tidak pernah

- Alkohol : tidak pernah

- Riwayat penggunaan obat-obatan lain

Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit seperti yang diderita klien saat ini dan tidak ada menderita

penyakit menular.

Riwayat Sosial

Selama dirawat klien sering ngobrol dengan pasien lain dan keluarga lain.

Klien mudah diajak berkomunikasi dan kooperatif terhadap perawat.

Page 23: Nie Askep Bener 1

Laboratorium Dan Diagnostik

Tidak tercantum pada status

2. Pola Nutrisi – Metabolik

Masukan Nutrisi Sebelum Sakit

Makan nasi biasa, frekwensi 2 – 3 kali sehari, jumlah 1 – 2 piring ( ± 200

– 400 gram) tergantung selera, minum air putih biasa ± 8 – 10 ml/hari.

Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi. Tidak ada makanan pantangan

Masukan Nutrisi Saat Sakit

Diet bubur biasa (Tinggi Kalori Tinggi Protein), penurunan jumlah

konsumsi dari 1 porsi hingga ½ porsi. Tidak ada kesulitan untuk menelan.

Klien mengatakan kurang terbiasa makanan dalam bentuk bubur.

Pemeriksaan Fisik

Tanda vital

- Tinggi badan: 145 cm.

- Berat badan:

(Berat badan sebelum MRS) 45 Kg

(Berat badan post operasi) 43 Kg.

- Kulit

Warna kulit sawo matang, tidak pucat, suhu 36,5 C, turgor baik (dicubit

kembali cepat < 1 detik), tidak ada edema, terdapat lesi luka operasi

pada daerah perut kiri bawah. Tidak terdapat memar.

Page 24: Nie Askep Bener 1

- Mulut

Kebersihan kurang. Gusi tidak ada pembengkakan. Lidah bersih,

mukosa dan tonsil tidak ada peradangan. Wicara normal

- Rambut dan kulit kepala

Warna rambut hitam, tidak beruban, lurus dan tipis. Tidak ada luka pada

kulit kepala.

- Abdomen

(D ata F ok u s )

Inspeksi : Terdapat luka atau insisi bedah pada quadrant kiri

bawah. Dengan panjang insisi ± 10 cm.

Palpasi : Nyeri tekan pada daerah sekitar operasi.

G a m bar :

Luka insisi bedah

3. Pola Eliminasi

- BAB / Faeces

Sebelum sakit klien mengatakan BAB 2 kali sehari. Warna kuning tua. Saat

sakit ( post operasi ) tidak pernah BAB.

Pemeriksaan Fisik

Page 25: Nie Askep Bener 1

Abdomen

Terdapat luka insisi pada quadrant kiri bawah ( ± 10 cm ). Struktur

simetris. Frekwensi bising usus 5 x/menit (Normal: 8-12 x/menit).

Distensi tidak ada.

Rectum

Lesi tidak ada

- BAK / Urine

Saat sakit dan setelah sakit kebiasaan miksi normal, frekuensi 4-5 kali

sehari dengan jumlah 250/miksi, masalah tidak ada.

Pemeriksaan fisik

Ginjal

Tidak teraba, nyeri ketuk tidak ada. Blast/kandung kencing tidak

mengalami distensi. Urethra tidak terkaji.

4. Pola Aktivitas

- Sebelum sakit

Dapat melakukan aktivitas sehari-hari di rumah (sebagai ibu rumah tangga).

- Saat sakit

Klien tidak mampu melaksanakan aktivitas secara penuh karena ada nyeri

pada daerah bekas insisi. Klien hanya bisa duduk dan berbaring di tempat

tidur. Dan bila ingin beraktivitas harus dibantu oleh keluarga.

- Pemeriksaan Fisik

Pernafasan / Sirkulasi

TD : 120/80 mmHg.

Respirasi : 20 x/menit.

Page 26: Nie Askep Bener 1

Nadi : 80 x/menit.

Muskuloskeletal

Rentang gerak terbatas, karena adanya nyeri di daerah insisi, tapi masih

bisa beraktivitas di tempat tidur.

5. Pola Tidur – Istirahat

Kebiasaan tidur (sebelum sakit) ± 4 – 5 jam/hari. Pada saat sakit / post

operasi Pasien mengatakan tidak merasakan masalah dengan tidurnya

kadang-kadang terdapat rasa nyeri namun tidak seberapa..

6. Pola Kognitif – Konseptual

Pendengaran

Normal, tidak ada masalah dari fungsi pendengaran. Klien tidak

menggunakan alat bantu untuk mendengar.

Penglihatan

Normal, tidak menggunakan kaca mata.

Nyeri/ketidaknyamanan;

Klien sering merasakan nyeri terasa seperti di iris (perih) di daerah luka post

operasi Skala 2 (Berdasarkan skala nyeri 0 – 4).

Di Rumah Sakit diberikan injeksi analgesik dan teknik distraksi untuk

menangani nyeri yang dirasakan pasien.

Pemeriksaan Fisik

Mata

Pupil isokor, refleks terhadap cahaya baik yang kiri maupun yang kanan ada.

Page 27: Nie Askep Bener 1

Status mental

Compos mentis, GCS : 4,5,6

7. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri

Tidak ada masalah selama perawatan, baik cara perawatan maupun dari segi

finansial, karena klien dibiayai oleh ASKES.

Klien merasa lega, karena ia telah melewati tahap operasi yang dianggap

sangat mencemaskannya.

Klien serta keluarga menerima dengan baik pelayanan Rumah Sakit terhadap

perawatan post operasinya.

8. Pola Peran/Hubungan

Status di dalam keluarga klien adalah sebagai ibu rumah tangga. Keluarga

memberikan perhatian penuh pada pasien.

9. Pola Seksualitas

Klien menjalani hidupnya dengan kondisi sebagai janda (dalam usia yang

tidak produktif lagi fungsi organnya).

10. Pola Koping – Toleransi Stress

Kemampuan beradaptasi baik, cara mengambil keputusan dibantu oleh

keluarga. Klien memecahkan masalah bersama dengan keluarga.

11. Pola Nilai Dan Kepercayaan

Tidak ada pembatasan dalam religius, klien tidak meminta untuk kunjungan

pemuka agama. Selama dalam perawatan pasien hanya berdo’a dan berzikir

kepada Allah SWT terhadap keadaan dan kesembuhannya.

Page 28: Nie Askep Bener 1

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH1. DS: - Klien mengeluh nyeri

pada luka bekasinsisi, terasa perih Nyeri skala 2 (dari skala nyeri 0 – 4)

DO: - Adanya insisi bedah pada perut quadrant kiri bawah (± 10cm).

- Klien tampak meringis.

Luka bekas insisi bedah

Nyeri akut

2. DS: - Klien mengatakan nafsu makannya kurang karena tidak terbiasa dengan makanan yang disediakan. jenis bubur.

DO: - Berat badan post

Nafsu makan menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan.

Page 29: Nie Askep Bener 1

operasi ± 43 Kg.- Berat badan sebelum

MRS ± 45 Kg.- Berat badan klien

turun 2 kg.

3. DS: - Klien mengeluh badannya terasa lemah.

DO: - aktivitas klien dibantu oleh keluarga.

- Infus terpasang.

- Klien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur saja.

Penurunan dan kelemahan fisik sekunder terhadap operasi herniotomi

Kerusakan mobilitas fisik.

4. DS: - DO: -

Insisi bedah (tempat masuknya organisme)

Resti terjadinya infeksi

Page 30: Nie Askep Bener 1

NO

DIAGNOSAKEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Nyeri Akut sehubungandengan luka bekas insisi bedah, ditandai dengan :- Klien

mengeluh nyeri pada luka bekas insisi skala2. (dari skalanyeri 0 – 4)

- Adanya insisi bedah pada perut quadrant kiri bawah (±10 cm.

- Klien tampak meringis.

Nyeri hilang

(terkontrol),

dengan kriteria

hasil:

Setelah diberikan

teknik distraksi –

relaksasi dan

dalam 2 jam setelahpemberian analgetik nyeri hilang/berkurang skala 0 dari skala nyeri 0 – 4. Ekspresi tidak meringis.

1. Pantau TD, nadi, pernapasan dan kesadaran.

2. Kaji tingkat persepsi klien terhadap nyeri.

3. Berikaninformasi tentang terjadinya pening- katan atau penu- runan rasa nyeri.

4. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

5. Ajarkan metode penurun nyeri non invasif

1. Untuk mengetahui indikasi kemajuan dari hasil yang diharapkan.

2. Agar diketahui sampai di mana derajat nyeri mengganggu pasien.

3. Agar pasien mengetahui/menge nal nyeri yang dirasakannya.

4. Agar pasien dapat mengalihkan perhatiannya dan dapat melupakan nyerinya walaupun hanya sejenak.

5. Agar nyeri dapat teratasi.

1. Memantau tanda vital: TD: 120/90 mmHg, nadi:80 x/mnt, pernapasan:20x/mnt, kesadaran compos mentis.

2. Mengkaji tingkat persepsi klien dan kemampuan klien untuk menghadapi nyeri.

3. Memberikan informasi yang diperlukan tentang terjadinya serta penanganan nyeri.

4. Mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut: bercerita membaca latihan nafas dalam.

5. Mengajarkan metode penurunan nyeri non invasif: Teknik relaksasi mengatur posisi yang nyaman: semi fowler.

6. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik dan

1. Nyeri berkurang dan terkontrol.

2. Nyeri akut teratasi sebagian.

3. Ekspresi wajah tidak tegang.

Page 31: Nie Askep Bener 1

seperti: relaksasi.

6. Kolaborasi dalam pemberian obat pereda sakit yang optimal analgetik dan antibiotik.

6. Analgetik dapat meredakan rasa nyeri dan antibiotik mempercepat kesembuhan luka.

antibiotik :

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungandengan nafsu makan menurun, ditandai dengan :- Klien

mengatakan nafsu makannyamenurun karena tidak terbiasa denganmakanan yang disediakan jenis bubur.

- Berat badan post operasi ±

Nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :- Pada waktu

makan siang dan sore porsi yangdisediakan (±200 gr) dapat dihabiskan.

- Dalam waktu24 jam pasien menunjukkan peningkatan Berat badan± 1 kg.

1. Kaji kebiasaan klien tentang pola makan.

2. Timbang berat badan setiap hari.

3. Jelaskan pentingnya masukan nutrisi yang adekuat.

4. Ajarkan pada klien penggunaan

1. Agar dapat memodifikasi makanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.

2. Agar mengetahui peningkatan atau penurunan berat badan.

3. Agar klien termotivasi untuk makan.

4. Agar rasa dan aroma dari

1. Mengkaji kebiasaan tentang pola makan.

2. Menimbang berat badan:43,5 kg (Sabtu 15 April2004)

3. Menjelaskan tentang pentingnya masukan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka post operasi herniotomi.

4. Mengajarkan pada klien penggunaan penyedap rasa (seperti bumbu)

Pada waktu makan siang dan sore porsi makan yang disediakan ±200 gr dapat dihabiskan semua oleh klien.

Page 32: Nie Askep Bener 1

43 Kg- Berat badan

sebelum MRS± 45 kg.

- Berat badan klien turun ± 2 kg.

penyedap rasa(seperti bumbu).

5. Instruksikan pada pasien agar mengkonsumsi makanan- makanan kesukaannya.

makanan lebih menarik.

5. Agar kekurangan nutrisi dapat teratasi.

untuk meningkatkan nafsu makan klien.

5. Menganjurkan agar mengkonsumsi makanan yang disukai.

3. Kerusakanmobilitas fisik berhubungan dengan penurunan dan kelemahan fisik sekunder terhadap operasi herniotomi ditandai dengan :- Klien mengeluh

badannya terasa lemah.

- Infus yang terpasang.

- Klien hanya berbaring dan duduk di

Mempertahankan mobilitas fisik dengan optimal, dengan kriteria: Mobilitas yang sudah tidak terbatas.

1. Kaji keterbatasan aktivitas, adanya derajat keterbatasan.

2. Ubah posisi secara sering bila tirah baring.

3. Berikan pijatan kulit,pertahankan kekeringan kulit.

4. Dorong nafas dalam dan batuk efektif.

1. Mempengaruhi pilihan intervensi.

2. Menurunkan ketidaknyamanan.

3. Merangsang sirkulasi, mencegah iritasi kulit.

4. Mobilisasi sekret memperbaiki ekspansi paru.

1. Mengkaji keterbatasan aktivitas.

2. Mengubah posisi secara sering bila tirah baring. Miring kiri atau miring kanan.

3. Memberikan pijatan di kulit dan mempertahankan kekeringan kulit.

4. Mendorong nafas dalam dan batuk efektif.

Mobilitas masih terbatas.Masalah belum teratasi.

Page 33: Nie Askep Bener 1

tempat tidur saja.

4. Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungandengan insisi bedah

Infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :Luka bersih dan tidakmengeluarkan eksudat serta tidak adanya tanda- tanda infeksi. Setelah diberikan penkes pasien dapat mengidentifikasi tanda-tandainfeksi dan memahamitentang pencegahan kekambuhan (dengan kontrol) 3 hari setelah pulang.

1. Identifikasi tanda-tanda infeksi, seperti perubahan warna, suhu,

adanya cairan yang keluar, bengkak.

2. Observasi tanda vital klien

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik kurangiorganisme yang masuk ke dalam luka dengan: cuci tangan dengan cermat, teknik aseptik dalam menggantibalutan luka.

1. Untuk mengenal secara dini terjadinya infeksi.

2. Perubahan tanda vital mengindikasikan terjadinya infeksi

3. Agar luka insisi tetap dalam keadaan steril.

1. Mengidentifikasi tanda- tanda infeksi :- Tidak ada perubahan

suhu, warna pada insisi.

- Tidak ada eksudat yang keluar.

2. Mengobservasi tanda vitalTD : 120/90 mm Hg Nadi: 80x /menit Respirasi: 22 x /menit Suhu: 37,5 C

3. Melakukan perawatanluka dengan teknik mengurangi organisme yang masuk ke dalam luka pada waktu melakukan perawatan luka/mengganti balutan, dengan :- Mencuci tangan

dengan cermat sebelummelaksanakan tindakan.

Infeksi tidak terjadi

Page 34: Nie Askep Bener 1

4. Pertahankan masukan kalori protein yang adekuat.

5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

6. Berikan pendidikan kesehatan- persiapan pulang:- Berikan

pengetahuan tentang tanda- tanda infeksi, pemeriksaan ulang(kontrol) 3 hari setelah keluar dari rumah sakit.

4. Agar daya tahan tubuh pasien meningkat dan infeksi dapat dihindari.

5. Antibiotik dapat mencegah infeksi.

6. Untuk mencegah kekambuhan penyakit.

- Mempergunakan teknik aseptik dalam mengganti balutan luka.

4. Mempertahankanmasukan kalori protein yang adekuat : diet TKTP

5. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik: Amoxan.

6. Memberikan pendidikan kesehatan :- Memberikan

pengetahuan tentang deteksidini/mengenali tanda- tanda infeksi, yaitu bengkak, nyeri, panas, merah dan fungsiolaesa.

- Menjelaskan dan menganjurkan pada pasien terhadap pemeriksaan ulang (kontrol) 3 hari setelah keluar dari Rumah Sakit.

Page 35: Nie Askep Bener 1