Yang Bener

34
LAPORAN KASUS F31.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK Dokter Pembimbing : dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), Disusun oleh : Fajar Al-Habibi Indah Dwi Pratiwi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

description

jiwa

Transcript of Yang Bener

Page 1: Yang Bener

LAPORAN KASUS

F31.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK

Dokter Pembimbing :

dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K),

Disusun oleh :

Fajar Al-Habibi

Indah Dwi Pratiwi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG

2014

Page 2: Yang Bener

LAPORAN KASUS

F31.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. YTW

Tanggal lahir : 11 Juni 1976

Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : S1

Pekerjaan : -

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Mongolia

Alamat : Jl. Gotong Royong no.1 RT.15 imo puro,

Metro Pusat

Status perkawinan : Menikah, memiliki satu anak

Nomor CM : 00-08-06

Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2014. Pukul 11.00 WIB

ANAMNESIS PSIKIATRI (Heteroanamnesis pada tanggal 29 Januari 2014)

I.    RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama dan Alasan MRS

Marah-marah tanpa sebab, sering tidak berpakaian di tempat terbuka, ingin

menjual tanah keluarga diam-diam dengan harga yang sangat murah

B.  Riwayat Gangguan Sekarang

Keluhan dan gejala dialami kurang lebih sejak empat hari sebelum masuk

rumah sakit. pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena Marah-marah tanpa

Page 3: Yang Bener

sebab, sering tidak berpakaian di tempat terbuka, ingin menjual tanah keluarga

diam-diam dengan harga yang sangat murah. Pasien sering mondar-mandir,

dan sering bicara sendiri dengan kata kata kasar dan sulit dimengerti.

– Tahun 1984

Menurut pasien, dia sering ditampar oleh ayah kandungnya, dan pasien

merasa ibunya pilih kasih terutama dalam pembagian porsi makanan, sejak

saat itu pasien merasa diperlakukan tidak adil oleh kedua orang tuanya dan

pasien merasa stress.

– Tahun 1990

Pada tahun 1990 ketika pasien duduk di bangku kelas II SMP, menurut pasien,

dia dipermalukan oleh gurunya di depan kelas, selain itu ia juga kecewa

terhadap nilai beberapa mata pelajaran di sekolah yang diperoleh yang

diyakini oleh pasien tidak sesuai dengan kemampuan dia. Pasien merasa

seharusnya ia mendapatkan nilai yang lebih baik, sejak itu pasien merasa

stress, susah tidur, sering menangis sendiri dan suka mudah marah tanpa

sebab, kemudian pasien dipindahkan sekolah ke Salatiga. Di Yogyakarta,

pasien dibawa berobat ke RS Puri Nirmala oleh keluarganya dan pasien

mendapatkan obat yang diminum selama satu tahun, lalu ia kembali dibawa ke

Lampung dan melanjutkan pendidikannya di Metro.

- Tahun 1991-1992

Pasien tidak mengalami keluhan berarti dan dapat menjalani aktivitas sehari-

hari dengan baik. Pasien mengisi waktunya dengan melanjutkan

pendidikannya.

–Tahun 1992

Pasien dipisahkan dengan teman dekat lelaki pasien oleh orang tuanya, sejak

saat itu pasien stress, susah tidur dan cenderung mengurung diri dikamar dan

sering tiba-tiba menagis sendiri. Pasien banyak bicara dan tidak jelas. Lalu

Page 4: Yang Bener

keluarga membawa pasien ke RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung dan dirawat

selama 1 minggu. Setelah 1 minggu dirawat, pasien pulang, dalam keadaan

tenang, rutin kontrol dan makan obat teratur.

- Tahun 1992-1998

Pasien mengalami fase naik turun dalam perjalanan penyakitnya. Pada tahun

1993 pasien merasa sembuh tidak dan membutuhkan obat untuk tidur.

Setahun berikutnya pasien kambuh lagi dan sempat ingin bunuh diri. Pasien

dibawa berobat kembali keluarganya dan diberi obat. Selama setahun minum

obat pasien mengalami perbaikan. Selama setahun pasien tidak mengonsumsi

obat dan dapat tidur. Kemudian seterusnya pasien mengalami episode

kekambuhan sedih, murung dan beberapa bulan kemudian pasien merasa

dirinya bahagia dan menjadi semangat dan optimis. Setelah itu pasien merasa

dirinya biasa saja dapat tidur nyenyak dan tidak merasa depresi dan senang

sewajarnya. Dari tahun 1994-1998 pasien mengalami fase sembuh dan

kambuh dengan jarak 1 tahun.

- 1998-2008

Pasien tidak mengalami gangguan dan keluhan yang berarti. pasien menjalani

kehidupan dengan normal. Pasien sedih dan senang sewajarnya. Pasien dapat

melanjutkan pendidikannya dari dari tamat SMA sampai lulus sarjana.

Bahkan pada tahun 2004 pasien menikah dengan seorang laki-laki. Pada awal

pernikahannya pasien hidup harmonis dengan suaminya, namun setelah

melahirkan, penyakitnya menjadi lebih sering kambuh. Pasien juga

menambahkan bahwa suaminya mengalami skizofrenia. Ia sering dimarahi

dan pernah ingin ditusuk oleh suaminya. Menurutnya Hal inilah yang

membuat ia dan suaminya berpisah. Sejak saat itu pasien menjadi sulit tidur,

merasa depresi, menyalahkan diri sendiri, tidak ada hasrat untuk hidup dan

penuh dengan penyesalan bahkan merasa ingin mati saja.

Page 5: Yang Bener

– Tahun 2008

Pasien kembali dibawa berobat oleh keluarganya ke RS Jiwa Daerah Provinsi

Lampung dikarenakan pasien sulit tidur dan terlalu gembira. Pasien dirawat

selama 2 bulan. Setelah 2 bulan dirawat, pasien pulang, dalam keadaan tenang,

rutin kontrol dan makan obat teratur.

–Tahun 2012 (Januari)

Pasien dibawa oleh keluarganya dirawat di RS. Jiwa Daerah Provinisi Lampung

karena ia tidak dapat diatur, dan pasien dirawat selama 5 bulan.

- 2012-sekarang

Lima bulan sebelum masuk rumah sakit, menurut pasien, dia diusir oleh

suaminya. Kemudian pasien pulang ke rumah sakit. Pasien merasa sangat sedih,

susah tidur, dan malas beraktivitas. Lalu selama 3 bulan pasien minum obat dari

RSJ, setiap hari pasien tidur 18-24 jam. Pasien merasa sembuh total karena

sedikit demi sedikit dapt tidur tanpa harus meminum obat. Namun, tiba-tiba

kakak kandung pasien datang ke tempatnya dan marah-marah kepada pasien

karena pasien mau menjual tanah keluarga dengan harga yang sangat murah.

Kemudian pasien mulai marah-marah tanpa sebab yang jelas, sering berbicara

sendiri, bahkan sering tidak berpakaian di tempat terbuka. Empat hari kemudian

pasien dibawa ke RSJPL. Hingga sekarang pasien telah dirawat selama kurang

lebih 2 bulan.

C.  Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat gangguan jiwa sebelumnya: pasien pernah dirawat tahun 2009

dengan keluhan yang sama

Riwayat penyakit dahulu : trauma (-) infeksi (-), kejang (-)

Riwayat penggunaan zat psikoaktif (-),  merokok (-), alkohol (-)

Page 6: Yang Bener

D. Riwayat Pramorbid

· Riwayat kehamilan dan persalinan: menurut keluarga lahir normal, cukup

bulan, dibantu oleh dukun, tidak ada kecacatan waktu lahir·        

Riwayat bayi dan balita: menurut keluarga sesuai dengan bayi seusianya

Riwayat anak dan remaja: menurut keluarga, pasien merupakan anak yang

cenderung pendiam jika ada masalah selalu dipendam.

E.    Riwayat Pendidikan

- SD : SD, tamat 6 tahun.

- SMP : SMP Xaverius Teluk Betung, SMP Satwa Wacana

Salatiga, dan SMP Kartika Tamat Metro tamat 3 tahun

- SMA : Tamat sekolah 3 tahun

- Sarjana : Mengaku tamat sarjana ISIP

Pasien mengaku selalu mendapatkan peringkat teratas di kelasnya.

E.    Riwayat Perkawinan

Pasien pernah menikah sekali pada tahun 2004 dan memiliki seorang anak.

Pada awal pernikahannya pasien hidup harmonis dengan suaminya, namun

setelah melahirkan, penyakitnya menjadi lebih sering kambuh. Pasien juga

menambahkan suaminya mengalami skizofrenia. Ia sering dimarahi dan pernah

ingin ditusuk oleh suaminya. Hal ini membuat ia dan suaminya berpisah.

F.    Riwayat Pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga.

Page 7: Yang Bener

G. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak keenam dari 6 bersaudara. Sejak usia 3 bulan, ia

dibesarkan oleh orang tua angkat. Ia mempunyai seorang kakak dan seorang

adik angkat. Ia hidup dengan ekonomi yang pas-pasan karena orang tua

angkatnya mengalami kebangkrutan. Hubungan pasien baik dengan orang tua

angkatnya.

Pada usia 13 tahun, pasien baru mengetahui statusnya sebagai anak angkat.

Sejak sakit ini, pasien dikembalikan kepada orang tua kandungnya karena

masalah ekonomi untuk pengobatannya. Pasien mengatakan orang tua

kandungnya adalah orang yang kaya. Hubungan pasien dengan keluarga

kandungnya tidak begitu harmonis. Pasien merasa orang tua kandungnya pilih

kasih dan tidak pernah mendengarkannya.

Pasien memiliki seorang anak laki-laki. Namun, sejak kecil ia tidak

mengenalkan dirinya sebagai orang tua. Ia menganggap lebih baik menjadi

sahabat bagi anaknya karena takut anaknya malu dengan keadaan dirinya

sebagai orang gila. Pasien merasa anaknya tetap menyayanginya.

Skema pohon keluarga :(kandung) (angkat)

Keterangan:: Laki-laki

: Wanita

Page 8: Yang Bener

: pasienH. Situasi Sekarang

Pasien tinggal bersama kakak eluarga dan kakak kandungnya di metro.

Sebelumnya pasien tinggal dengan suaminya di daerah Rajabasa.

I. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien merasa dirinya sakit dan mengerti tentang penyakitnya yang

membutuhkan pengobatan.

II. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan :   Seorang perempuan memakai seragam RSJ, baju kaos orange

motif polos dan celana panjang hitam, perawakan gemuk, kulit kuning

langsat, rambut sepinggang tampak lembab tersisir rapi, kuku pendek dan

cukup bersih.

2. Kesadaran   :  Compos mentis

3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : pasien sering bergerak, berbicara

sambil menulis

4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup.

5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif

1. Mood          : elevated mood

2. Afek            : meningkat

3. Keserasian   : appropriate

Page 9: Yang Bener

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan

taraf pendidikan

2. Daya konsentrasi : Cukup

3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik

4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, dan jangka segera

baik.

5. Pikiran abstrak : Baik

D. Gangguan Persepsi :

Halusinasi : Tidak ada

Ilusi                   : Tidak ada

Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi         : Tidak ada

E. Proses Berpikir :

1. Arus pikiran :

   a. Produktivitas              : Cukup

   b. Kontinuitas                : Relevan, koheren

   c. Hendaya berbahasa    : Tidak ada

2. Isi pikiran

Tidak ada gangguan

  

F. Daya Nilai

1. Norma sosial         : Terganggu

2. Uji daya nilai         : Tidak terganggu

3. Penilaian realitas   : Tidak terganggu

Page 10: Yang Bener

G. Tilikan : Tilikan 6, pasien merasa dirinya sakit, mengerti tentang

penyakitnya yang memerlukan pengobatan

H. Taraf dapat dipercaya  : Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital:

TD = 130/80 mmHg

N = 76x/menit

P = 22x/menit

S = 37◦C

Mata    : Konjungtiva tidak anemis

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Paru     : Tidak ditemukan kelainan

Jantung: Tidak ditemukan kelainan

Abdomen : Tidak ditemukan kelainan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA  

Pasien TN. YTW, 38 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya, cara

berpakaian rapi dan perawatan diri baik. Dibawa ke RS. Jiwa dengan keluhan

marah-marah tanpa sebab, sering berbicara sendiri tidak, dan tidak berpakaian

ditempat terbuka.. Pasien dibentak oleh kakak kandungnya karena ingin

menjual tanah. Lima Bulan yang lalu pasien merasa sangat sedih, susah tidur,

dan malas beraktivitas karena diusir oleh suaminya.

Page 11: Yang Bener

Pasien juga merasa diperlakukan tidak adil oleh kedua orang tuanya terutama

dalam pembagian porsi makanan, ia merasa kakaknya lebih disayang

dibandingkan dengan dirinya. sering menangis dan merenung bila setelah

sholat dan saat berdoa. Diakui pasien, dia ingat tentang kematian kedua orang

tuanya. Menurut istri pasien hal tersebut hanya berlangsung beberapa hari

saja.

Pada status mental didapatkan: pada gambaran umum, perawatan diri baik,

bersikap kooperatif selama wawancara. Mood elasi (hipertim), Afek,

appropriate, serasi. Bicara spontan dan lancar, logorrhea, volume keras. Isi

pikir terdapat gagasan yang berlebihan dan waham kebesaran. Tidak ada

halusinasi. Penilaian realita terganggu, dengan tilikan derajat 5.

V. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan suasana perasaan yang bermakna

serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya)

dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Aksis I

Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan fisik

dan neurologis, dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala,

demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak

pernah ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar

untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik dan penggunaan zat

psikoaktif.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien. Didapat: pasien

banyak bicara, sering marah, cenderung berlebihan, pekerjaannya terganggu,

Page 12: Yang Bener

mengalami masalah dengan orang-orang disekitarnya, pernah mengalami

periode depresi; mood elasi (hipertim) dan afek luas, serasi; logorrhea..

Perilaku pasien dalam menjawab pertanyaan terkadang hiperaktif. Sehingga

berdasarkan PPDGJ-III, diagnosis F 31.2 Gangguan afektif bipolar, episode

kini manik tanpa gejala psikotik dapat ditegakkan.

Aksis II

Pada pasien didapatkan memiliki suatu rasa kepercayaan diri yang besar

(misalnya, merasa paling pintar dibandingkan sadara kandungnya). Pasien

mengaku bahwa ia adalah "spesial" memiliki IQ 141. Pernyataan tersebut

merupakan ciri kepribadian narsisistik.

Aksis III

Tidak ada

Aksis IV

Memiliki masalah dengan kakak kandungnya. Pasien kecewa dikarenakan

kakak kandungnya membentak pasien oleh karena pasien ingin menjual tanah

yang diakui miliknya.

Aksis V

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya

menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat

dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). GAF tertinggi

selama satu tahun terakhir adalah 80-71 (gejala ringan, disabilitas ringan).

Page 13: Yang Bener

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis : F 31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa

gejala psikotik

Aksis II : Kesan ciri kepribadian campuran dengan dominan narsisistik

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : interaksi sosial dalam keluarga buruk

Aksis V : GAF 70 – 61 (saat ini)

GAF 60 – 51 (HLPY)

VII. DAFTAR PROBLEM

1. Organobiologik:  Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna, tetapi

di duga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien

memerlukan psikofarmakologi.

2. Psikologik: Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak

adanya gejala mania sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.

3. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial pasien butuh

sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam

IX. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA

Page 14: Yang Bener

Pada pasien ditegakkan diagnosis gangguan afektif bipolar, epidose kini

manik dengan gejala psikotik, dengan diagnosis banding skizoafektif tipe

manik. Hal ini disesuaikan dengan PPDGJ III, di mana episode sekarang

memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik:

Gangguan ini ditandai oleh episode berulang (sekurang – kurangnya dua

episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada

waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan

aktivitas (mania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai

pengurangan energi dan aktivitas (depresi) . Yang khas adalah bahwa

biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.

Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan cukup berat

sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas

sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai dengan energiu

yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan

kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide – ide perihal

kebesaran/ “grandiose ideas” dan terlalu optimistik. Harga diri yang

membumbung dan gagasan kebesaran. Pada pasien ini dapat diberikan terapi :

Karbamazepin

Pada pasien ini dapat diberikan karbamazepin yang dapat digunakan untuk

bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan

sebagai mood modulator. Saat ini karbamazepin merupakan antiepilepsi

utama di Amerika Serikat. Karbamazepin juga dapat digunakan sebagai

antimania dan terapi profilaksis. Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan

karbamazepin adalah :

- Epilepsi

- Gangguan bipolar (mania, depresi)

- Skizofrenia dan gangguan skizoafektif

Page 15: Yang Bener

- Gangguan depresif

- Gangguan pengendalian impuls

Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3

atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir

minggu pertama pengobatan. Seperempat dari jumlah pasien yang diobati

mengalami efek samping gejala intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa

stupor atau koma, kejang dan depresi nafas.

Valproat

Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat

diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan

sebagai obat anti epileptik yang efektif di tahun 1963. Di samping itu valproat

dan karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi gangguan bipolar.

Indikasi pemberian asam valproat adalah :

- Epilepsi

- Gangguan bipolar

- Gangguan skizoafektif

Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per

5 ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis

dapat dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6

hari. Toksisitas asam valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf,

hati, ruam kulit dan allopesia.

Risperidon

Risperidon sebagai antipsikotik atipikal pada pasien ini dengan pertimbangan

efektivitasnya dalam mengatasi gejala positif maupun gejala negatif yang

sama baik serta efek samping yang lebih kecil disbanding antipsikotik tipikal.

Penggunaan antipsikotik atipikal kini merupakan lini pertama untuk mengatasi

gejala psikotik. Obat ini tidak memiliki efek samping ekstrapiramidal, kecil

Page 16: Yang Bener

kemungkinan dalam peningkatan berat badan dan lebih kecil dalam

menyebabkan terjadinya sindrom metabolik. Dosis terapi risperidon adalah 2-

8 mg yang setara dengan dosis haloperidol 5-20 mg, dengan dosis efektif 6

mg/hari.

IX. RENCANA TERAPI

1. Psikofarmaka : Karbamazepin 3x100mg (fisrt line bipolar) ,

Risperidone 2x1mg, THP 3x2mg

2. Atau serequele (first line bipolar)

3. Psikoterapi Supportif

a. Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega

b. Konseling memberikan pengertian kepada pasien tentang

penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan

menganjurkan untuk berobat teratur

c. Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan

orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan

lingkungan yang kondusif

X.     FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta

efektivitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang

diberikan.

Page 17: Yang Bener

AUTOANAMNESIS TANGGAL 29 Januari 201 4

Dokter Muda (DM), Pasien (P)

DM : Siang mba saya Fajar dan ini Indah. kami dokter muda di sini,

mau ngobrol sebentar bisa?

P :Bisa. Mau ngobrol disini (di ruang rawat) apa mau di luar ? Di luar

aja ya sebab di dalam panas.

DM : iya boleh mba. Silahkan duduk. Nama mba siapa?

P : Yulia Titi Wijaya, kamu boleh panggil Tiwi, Wiwi, Yuli atau

whatever lah supaya akrab (benar)

DM : Umurnya mba Yuli sekarang berapa ya?

P : 38 tahun, tapi masih keliatan muda kan? Pasti kalian berfikir saya

seumuran kalian kan? (tertawa) (benar)

DM : memang mba Yuli lahir tanggal berapa?

P : tanggal 11 Juni 1976 (benar)

DM : mba tinggalnya dimana?

P : Metro (Benar)

DM : Terakhir sekolah atau kuliah?

P : Kuliah sarjana ISIP dengan IPK 3,34

DM : Mba Yuli biasanya kalau sehari hari kerjanya apa?

P : ibu rumah tangga ajah, paling masak, ama beres-beres. (benar)

DM : mba yuli dari kapan disini ?

Page 18: Yang Bener

P : sejak tanggal 21 Desember 2013 (benar)

DM : Mba Yuli tau atau tidak kenapa dibawa kesini ?

P : Iya tau, jadi waktu itu gue mau ngejual tanah gue yang dikasih

sama bokap gue, terus gue dimarahin sama abang gue, setelah

dimarahin gue sedih banget sampe badan gue tremor. Gue paling

gak bisa dimarahin sama orang yang paling gue sayang. Buat gue,

hal tersedih adalah dimarahin orang yang paling gue sayang dan

yang paling gue sayang itun adalah abang gue

DM : yang membawa Yuli kesini siapa?

P : Semua keluarga. Jadi ceritanya waktu itu gue mau ke bandung,

gue udah packing terus tiba-tiba ditengah jalan gue dibilang mau

dianter ke Rumah Sakit Jiwa. Gue langsung teriak-teriak gak mau,

habis itu gue langsung nyanyi lagu rohani kenceng-kenceng dan

pelung koko yang bentak gue tadi sambil bisikin ”koko Yuli

sayang banget sama koko” dari situ koko gue keluar air mata.

DM : dulu pernah diceritain ga lahirnya mba Yuli gimana?

P : gak taulah lupa..

DM : dulu pernah ga kebentur atau pingsan gitu?

P : ga kayaknya

DM : Mba Yuli tau kalau mba yuli sakit ?

Page 19: Yang Bener

DM : Iya tau, gue sakit bipolar kini manik kan ? gue juga tau kalo

Penyakit gue gak bisa sembuh.

DM : Mba Yuli tau apa bipolar kini manik ? Tau dari siapa ?

P : Tau, jadi bipolar kini manik itu kadang-kadang sedih sekali,

Kadang sangat bahagia iya kan ? gue tau dari dokter gue dari

kecil dan searching di internet

DM : Mba Yuli bisa cerita gimana awalnya mba yuli sakit ?

P : Iya, catet ya.. Jadi awalnya pas gue umur 13 tahun gue mulai sakit.

Waktu itu gue masih SMP, sebenernya yang buat gue sakit adalah

keluarga gue sendiri. Waktu kecil ayah kandung gue suka

namparin gue, ya dari situ gue sakit

DM : Memang Yuli ada berapa ayah ?

P : Gue belum cerita ya? Jadi gue dititipin ke orang tua angkat gue

dari kecil tapi semenjak gue sakit gue dibalikin lagi ke orang tua

kandung gue.

DM : Mba Yuli sering kambuh ? kalau kambuh karena apa ? dari umur

13 tahun itu sering sakit ?

P : Iya catet ya, jadi gue itu umur 13 kambuh, 14 sembuh, 15 kambuh,

16 sembuh, 17 sakit, 18 sembuh, terus dari tahun 1995-2004

sembuh kambuh lagi setelah melahirkan karena sebenernya gue

Page 20: Yang Bener

kan gak boleh hamil sama dokter udah gitu gue ngelahirinnya gak

disesar berarti gue makin besar dong kemungkinan gue buat

kambuh, udah gitu suami gue skizofrenia juga, kan skizofrenia

bisa mencetuskan gangguan bipolar iya kan ? biasanya gue paling

sering kambuh setelah putus cinta apalagi waktu sama Noe letto.

DM : Noe letto ? artis ?

P : Iya, tau kan ? Yang nyanyi lagu (menyanyi lagu letto) itu kan

liriknya gue yang ngarang makanya di albumnya itu ada tulisan

kepada jiwa yang sakit, itu gue.

DM : selama sekolah ada ga masalah?

P : Pernah waktu gue SMP kelas 2 gue dipermalukan sama guru

bahasa lampung gue di depan kelas cuma gara-gara gue nanya

susu terus gue dipanggil ke depan kelas dari situ gue stress gue

kambuh lagi sakitnya (stressor).

DM : mba dewi sudah menikah?

P : sudah tahun 2004 udah 10 tahun, tapi suami gue skizofrenia juga

DM : mba dewi sudah punya anak?

P : sudah satu orang laki-laki

DM : sekarang hubungan dengan suami mba gimana?

P : udah ga pernah ketemu lagi soalnya dia sakit juga, anak gue aja

Page 21: Yang Bener

tinggalnya sama orang tua gue

DM : Kalau anak Yuli gimana? Dia tau Yuli ibunya?

P : Gak, dia kalo kesini panggil gue tante. Gue gak mau anak seperti

ayah ataupun ibunya. Gue mau jadi sahabat dia aja, gue cukup

memperhatikan dia dari jauh dan jadi temen cerita gue. Buat gue

yang terpenting anak gue hidup bahagia di masa depan (mata

berkaca-kaca)

DM : mba Yuli sempet kerja?

P : ngga, kan gue gila (stresor)

DM : kalau mba dengan kakak-kakak mba sering ribut ga?

P : enggak

DM : kalau dengan tetangga gimana mba? Baik-baik ga?

P : gini ya prinsipnya gue ga akan marah kalo orang itu gak macem-

macem sama gue, kalo dia macem-macem y ague marah

DM : dirumah dulu ada orang yang sakit kayak Yuli ga? (familly

history)

P : ada kakaknya mamah gue sakit juga dia skizofrenia (herediter)

DM : mba Yuli selama disini apa yang dirasakan?

P : Senang punya teman teman tapi kangen dengan orang tua tiri gue

karena dia lebih perhatian sama gue. (mood baik)

Page 22: Yang Bener

DM : mba kayanya ga suka ngerokok ya?

P : ga bisa saya (rokok -)

DM : kalo minum kayanya enggak pernah..

P : ga pernah, ga suka. (alkohol -)

DM : kalo obat obat-obatan gitu juga, ama ngirup aibon gamungkin lah

yah.

P : ga pernah saya kaya gitu gitu.. (psikotropika -)

DM : mba pernah denger bisikan-bisikan gak?

P : ga pernah.(halusinasi akustik -)

DM : kalau liat seperti bayangan atau setan gitu pernah ga mba?

P : ga pernah juga (halusinasi visual -)

DM : pernah mencium bau-bauan tapi ga ada sumber baunya?

P : ga pernah (halusinasi olfaktorik -)

DM : kalau ngerasa ada yang jalan-jalan di kulit?

P : ga pernah (halusinasi taktil -)

DM : pernah ngerasa apa yang mba pikirin itu orang lain bisa tau ga mba?

P : ngga..

DM : mba dewi ngerasa punya kelebihan ga dibanding orang lain?

P : iya gue lebih pinter disbanding kakak-kakak gue, orang gue

ranking terus dari SD. IPK gue aja 3,34, gue suka belajar bahasa

inggris yang bukunya tebel-tebel (Waham kebesaran).

Page 23: Yang Bener

DM : lalu merasa ada orang lain yang ingin berbuat jahat ga sama mba

yuli?

DM : terimakasih mba

P : ya terimakasih