Neuroendocrine Tumor (NET) G1 Pada Apendiks fileLaporan Sebuah Kasus I Made Naris Pujawan, I Wayan...
Transcript of Neuroendocrine Tumor (NET) G1 Pada Apendiks fileLaporan Sebuah Kasus I Made Naris Pujawan, I Wayan...
1
Neuroendocrine Tumor (NET) G1 Pada Apendiks
Laporan Sebuah Kasus
I Made Naris Pujawan, I Wayan Juli Sumadi
Bagian/SMF Patologi Anatomi, FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
ABSTRAK
Latar belakang :
Neoplasia neuroendokrin pada apendiks adalah neoplasia dengan diferensiasi
neuroendokrin yang berasal dari apendiks termasuk neuroendocrine tumor (NET)
dan neuroendocrine carcinomas (NEC). Gejala klinis neoplasia ini menyerupai
apendisitis akut atau tumor dapat asimptomatik. NET sering ditemukan secara
tidak sengaja pada pemeriksaan histopatologi pada reseksi apendiks. NET
merupakan tumor jinak dengan prognosis yang bagus dengan terapi pembedahan
saja.
Kasus
Perempuan 12 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari. Pasien
didiagnosis apendisitis akut dan dilakukan apendiktomi. Pemeriksaan
makroskopis tumor terletak pada bagian tengah apendiks dengan diameter 0.8 cm.
Pemeriksaan mikroskopis sel-sel tumor tersusun membentuk pulau-pulau solid,
inti bulat, relatif monoton, beberapa dengan inti tersusun palisading pada bagian
tepi. Mitosis jarang ditemukan (1/10 LPB). Sel-sel tumor terpulas positif difus
dengan intensitas kuat pada pemeriksaan imunohistokimia chromogranin A
sehingga menunjang diagnosis neuroendocrine tumor (NET) G1.
Diskusi
NET meliputi sekitar 50-77% dari seluruh neoplasia pada apendiks dan 19% dari
seluruh NET pada saluran cerna. Tumor ini ditemukan 0.3-0.9% pada pasien
apendiktomi. Deteksi tumor ini tergantung ketelitian pada pemeriksaan
histopatologi. Tumor dengan ukuran kurang dari 1 cm memberikan prognosis
yang baik setelah tindakan apendiktomi karena tidak menyebabkan rekurensi atau
metastasis jauh.
Kata Kunci : neuroendocrine tumor, apendiks
2
Neuroendocrine Tumor (NET) G1 of the Appendix
A Case Report
I Made Naris Pujawan, I Wayan Juli Sumadi
Department of Pathology Anatomy, Faculty of Medicine,
Udayana University/RSUP Sanglah Denpasar
ABSTRACT
Background :
Neuroendocrine neoplasms of the appendix is neoplasm with neuroendocrine
differentiation, including neuroendocrine tumor (NET) and neuroendocrine
carcinomas (NEC) arising in the appendix. The clinical symptoms resembling
acute appendicitis or asymptomatic. NET is often discovered accidentally on
histopathology in the appendix resection. NET is a benign tumor with good
prognosis by surgical procedure only.
Case
12 years old female patient with right lower abdominal pain for 1 day. She was
diagnosed with acute appendicitis and underwent appendectomy. On macroscopic
examination, the tumor is located in the central part of the appendix with 0.8 cm
in diameter. On microscopic examination, the tumor cells are arranged in rounded
solid nest that sometimes show peripheral-cell palisading. Tumor cells are
uniform, no pleomorphism, and mitotic activity is rare (1/10 HPF).
Immunohistochemical analyses were positive for chromogranin A and diagnosed
neuroendocrine tumor (NET) G1.
Discussion
NET account for 50-70% of all appendiceal neoplasms and for 19% of all
gastrointestinal NET. This tumors are found 0.3-0.9% of patient undergoing
appendectomy and more frequently in females than in males. This tumor detection
accuracy depends on histopathological examination. Tumors measuring less than
1 cm gives a good prognosis after appendectomy because it does not cause a
recurrence or metastasis.
Keywords: neuroendocrine tumor, appendix
3
PENDAHULUAN
Neoplasia neuroendokrin pada apendiks adalah neoplasia dengan
diferensiasi neuroendokrin berasal dari apendiks termasuk neuroendocrine tumor
(NET) dan neuroendocrine carcinomas (NEC). NET meliputi sekitar 50-77% dari
seluruh neoplasia pada apendiks dan 19% dari seluruh NET pada saluran cerna.
NET apendiks terjadi lebih sering pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
Hal ini menggambarkan bahwa apendiktomi lebih sering pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Sebagian besar NET ditemukan secara tidak sengaja pada
apendiktomi karena tumor ini tidak menimbulkan gejala klinis dan ditemukan
pada ujung distal apendiks. Pada beberapa kasus NET pada bagian lain apendiks
akan menyebabkan obstruksi lumen dan menyebabkan gejala yang menyerupai
apendisitis. NET tidak seperti adenokarsinoma karena pada NET ukuran tumor
merupakan faktor prediksi yang lebih menentukan hasil pengobatan pasien
dibandingkan kedalaman invasi tumor. Kasus ini menarik untuk dibahas karena
kejadiaannya jarang.
ILUSTRASI KASUS
Pasien perempuan 12 tahun dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak satu hari sebelum masuk
rumah sakit. Selain itu pasien dilaporkan mengeluh mual, muntah dan demam.
Selama pemeriksaan juga ditemukan nyeri tekan pada fossa iliaka dekstra dan
Legath sign positif. Hasil pemeriksaan laboratorium meliputi leukosit 12.000/uL,
hemoglobin 11,8 gr/dL, hematokrit 34,4% dan trombosit 246.000/uL. Pada
pemeriksaan ultrasonografi dicurigai suatu infiltrat periapendiks. Pasien diberikan
terapi cefazolin 2 gram dan dilakukan tindakan operasi apendiktomi pada tanggal
2 April 2015. Pada pemeriksaan makroskopis didapatkan panjang apendiks 8 cm,
diameter 1,2 cm, dengan gambaran lemak periapendiks dan hiperemia serta tidak
ditemukan perforasi. Pada irisan, lumen berisi feses dengan tebal dinding
apendiks 0,4 cm. Pada potongan apendiks bagian tengah tampak tumor diameter
0.8 cm, konsistensi kenyal, warna putih abu-abu, berbatas tegas tanpa kapsel
(gambar 1).
4
Gambar 1. A. Panjang apendiks 8 cm. B dan C. Tumor terletak pada bagian
tengah apendiks. D. Tidak ditemukan tumor pada ujumh distal apendiks.
Pemeriksaan mikroskopis tampak tumor pada lapisan submukosa yang
infiltratif hingga ke lapisan serosa apendiks. Sel tumor tersebut membentuk
struktur pulau-pulau solid, inti bulat, relatif monoton, sebagian dengan inti
tersusun palisading pada tepi-tepi pulau tumor. Mitosis sulit ditemukan (1/10
lapang pandang besar/LPB). Tampak pula pada lapisan serosa infiltrasi padat sel
radang neutrofil. Pasien didiagnosis dengan neuroendocrine tumour (NET) G1.
Diagnosis NET G1 dikonfirmasi dengan pemeriksaan imunohistokimia
chromogranin A yang memberikan pulasan difus dan intensitas kuat pada sel
tumor (gambar 2).
A B
C D
5
Gambar 2. A. Tampak tumor pada lapisan submukosa infiltratif hingga serosa
(pulasan HE pembesaran 40x). B. Sel-sel tumor tampak membentuk struktur
pulau-pulau solid, inti bulat, relatif monoton, sebagian dengan inti tersusun
palisading pada bagian tepi pulau-pulau tumor (pulasan HE pembesaran 400x). C
dan D. Pulasan chromogranin A positif difus dengan intensitas kuat pada sel
tumor.
DISKUSI
Neoplasia neuroendokrin pada apendiks adalah neoplasia dengan
diferensiasi neuroendokrin berasal dari apendiks termasuk neuroendocrine tumor
(NET) dan neuroendocrine carcinomas (NEC). Mixed adenoneuroendocrine
(MANEC) memiliki komponen eksokrin dan endokrin, dimana salah satu
komponen melebihi 30%. Definisi NET adalah neoplasia neuroendokrin
berdiferensiasi baik terdiri dari sel-sel dengan gambaran yang sama dengan sel
endokrin normal pada lambung, mengekspresikan marka umum diferensiasi
neuroendokrin (difus dan intensitas kuat terhadap chromogranin A dan
A B
C D
6
synaptophysin) dan hormon berdasarkan lokasinya, dengan atipia inti ringan
sampai sedang dan dengan jumlah mitosis yang sedikit (< 20 per 10 lapang
pandang besar), dan dibagi menjadi Grade G1 dan G2 berdasarkan fraksi
proliferasi dan histologi.1,2,3
Dahulu NET diklasifikasikan dalam tumor karsinoid karena sebagian besar
NET adalah tumor low grade, dengan sedikit mitosis tanpa adanya nekrosis.
Walaupun istilah tumor karsinoid masih diterima secara luas, istilah ini
menimbulkan kebingungan untuk klinisi karena melihat tumor karsinoid sebagai
tumor yang memproduksi serotonin berhubungan dengan manifestasi gangguan
fungsi sindrom karsinoid. Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2010, istilah neuroendokrin dipakai untuk mengindikasikan ekspresi marka saraf
pada sel neoplastik seperti juga marka endokrin.1,4
NET meliputi 50-70% dari seluruh neoplasia apendiks dan 19% dari
seluruh NET pada saluran cerna. Tumor ini ditemukan 0.3-0.9% pada pasien
apendiktomi. Insiden NET dilaporkan 0.15 kasus baru per 100.000 penduduk.
Umur rata-rata pasien adalah 32-43 tahun (dengan rentang umur 6–80 tahun).
NET pada apendiks lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-
laki. Sebagian besar NET pada apendiks ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan histopatologi jaringan apendiktomi. Deteksi tumor ini tergantung
ketelitian pemeriksaan histopatologi. Gambaran klinis NET tidak spesifik. NET
pada bagian ujung distal dan tengah apendiks memberikan gambaran klinis yang
menyerupai apendisitis akut sedangkan tumor pada dasar apendiks dapat
menimbulkan gejala klinis menyerupai peritonitis. Sindrom karsinoid jarang
ditemukan dan berhubungan dengan metastasis luas, biasanya ke hati dan
retroperitonium. 1,5,6,7
Pada kasus ini pasien adalah perempuan 12 tahun dengan nyeri perut
kanan bawah selama 1 hari, disertai nyeri tekan fossa iliaka dekstra dan pasien
didiagnosis apendisitis akut.
NET pada apendiks dengan ukuran tumor kurang dari 1 cm tidak
menyebabkan rekurensi atau metastasis, sementara tumor dengan ukuran antara 1
dan 2 cm jarang. Ukuran tumor lebih dari 2 cm dan adanya invasi ke
mesoapendiks dilaporkan berhubungan dengan metastasis. Hal ini menjelaskan
7
bahwa tindakan apendiktomi cukup untuk pengobatan tumor dengan ukuran
dibawah 1 cm seperti juga tumor ukuran antara 1 dan 2 cm. Tindakan right
hemicolectomy dikerjakan pada pasien dengan tumor yang mengalami perluasan
ke mesoapendiks, tumor yang terletak pada dasar dengan batas reseksi positif atau
melibatkan caecum dan NEC. NET apendiks berasal dari lapisan dalam mukosa
atau submukosa. NET tidak seperti adenokarsinoma karena ukuran tumor
merupakan faktor prediksi yang lebih menentukan hasil pengobatan pasien
dibandingkan kedalaman invasi tumor.1,8,9,10
Gambaran makroskopis NET pada apendiks adalah tumor dengan
konsistensi kenyal, putih abu-abu, berbatas tegas tetapi tanpa kapsel. Tumor 80%
berukuran kurang dari 1 cm, 14% berukuran 1-2 cm dan 6% berukuran diatas 2
cm. Tumor pada 75% kasus terletak pada ujung distal apendiks, 20% terletak pada
bagian tengah dan 5% terletak pada dasar apendiks. MANEC dapat ditemukan
pada semua bagian apendiks dan tampak sebagai daerah berwarna putih,
seringkali dengan pengerasan bahan mukus tanpa disertai dilatasi lumen, dan
ukuran 2 cm sampai 5 cm. 1,8,9,11
Pada kasus pasien ini, tumor terletak pada bagian tengah apendiks, dengan
diameter 0.8 cm, konsistensi kenyal, putih abu-abu, berbatas tegas tetapi tanpa
kapsel. Tindakan pembedahan apendiktomi dikerjakan untuk pengobatan
apendisitis akut dan neuroendocrine tumor (NET) G1 diindentifikasi pada
pemeriksaan histopatologi.
Gambaran mikroskopis tumor ini tersusun dari sel sel ukuran kecil
membentuk sarang-sarang solid, beberapa dapat membentuk struktur acinar atau
formasi rosette. Mitosis jarang ditemukan. Sel-sel tumor sering ditemukan dalam
jaringan saraf yang berhubungan dengan histogenesis dibandingkan penyebaran
perineural. Tumor juga dapat invasi ke dinding otot dan kelenjar getah bening.
Sebagian besar NET tersusun dari sel enterochromaffin (EC). Sel tumor ini
mengandung pleomorphic secretory granule. Pada pemeriksaan imunohistokimia
sel sel tumor positif untuk chromogranin A, synaptophysin, keratin 8 dan 19, CD
56 (NCAM) serta CDX2.1,8,12
Pada kasus ini tumor tampak pada lapisan submukosa dan infiltratif hingga
ke lapisan serosa apendiks. Sel tumor tersebut membentuk struktur pulau-pulau
8
solid, inti bulat, relatif monoton, sebagian dengan inti tersusun palisading pada
bagian tepi pulau-pulau tumor. Mitosis sulit ditemukan (1/10 LPB). Pada
pemeriksaan imunohistokimia chromogranin A memberikan pulasan difus dan
intensitas kuat pada sel-sel tumor.
Secara umum prognosis NET baik. Neoplasia dengan diameter kurang dari
1 cm tidak pernah menimbulkan metastasis. Tumor dengan diameter kurang dari 2
cm memberikan respon yang bagus setelah dikerjakan tindakan apendiktomi dan
risiko metastasis ke limfo nodi sebesar 1% atau kurang. Risiko metastasis pada
tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm, invasi ke mesoapendiks atau lemak
subserosa atau adanya angioinvasi adalah 2–44%. Sandor dan Modlin setelah
melakukan evaluasi pada 1570 tumor karsinoid melaporkan angka harapan hidup
5 tahun pasien dengan tumor karsinoid terbatas pada apendiks adalah 94.0%,
metastasis regional 84.6%, metastasis jauh 33.7% dan angka harapan hidup secara
umum adalah 85.9%. Penelitian kohort lainnya melaporkan angka harapan hidup
pada pasien dengan tumor karsinoid terbatas pada apendiks adalah 92%,
metastasis regional 81% dan metastasis jauh 31%.1,2,11,12
Tumor pada pasien ini berukuran 0.8 cm. Berdasarkan teori, prognosis
pada pasien ini baik.
RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus neuroendocrine tumor (NET) G1 apendiks
pada seorang perempuan berusia 12 tahun yang didiagnosis berdasarkan temuan
klinis, pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan mikroskopis, dan pemeriksaan
imunohistokimia chromogranin A. Secara klinis pasien mengeluh nyeri perut
kanan bawah selama 1 hari, nyeri tekan di regio fossa iliaka dekstra dengan
Legath sign positif. Pemeriksaan makroskopis tumor terletak pada bagian tengah
apendiks dengan ukuran 0.8 cm. Pemeriksaan mikroskopis sel-sel tumor
membentuk struktur pulau-pulau solid, relatif uniform, inti bulat monoton,
sebagian dengan inti tersusun palisading pada tepi-tepi pulau tumor. Mitosis sulit
ditemukan (1/10 LPB). Pulasan imunohistokimia chromogranin A difus dengan
intensitas kuat sehingga didiagnosis neuroendocrine tumor (NET) G1.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Korminoth P, Arnold R, Capella C, Klimstra DS, Kloppel G, Solcia E,
dkk. Neuroendocrine neoplasm of the appendix. Dalam: Bosman FT,
Carneiro F, Hruban RH, Theisei ND, penyunting. WHO Classification of
Tumours of the Digestive System. Lyon: IARC;2010. 126-28.
2. David SK, Irvin RM, Domenico C. The Pathologic Classification of
Neuroendocrine Tumours. Pancreasjournal. 2010;39. 707-12.
3. Yuqing G, Naicho W, Hongxing X. Carcinoid tumor of the appendix: A
case report. Oncology letter. 2015:9. 2401-2403.
4. Vincet TS, Oliver D, Marc P, Albert T, Bernard D, Sylvie M, et al.
Carcinoids tumours of the appendix : a concecutive series from 1237
appendectomies. World J Gastroenterol. 2006;12. 6699-6707.
5. Kodai T, Yoshihiro F, Yugen L, Yusuke W, Takeshi A, Masahiko M.
Primary neuroendocrine carcinoma of the appendix : a case report and
review literature. Anticancer Research. 2013;33. 2635-38.
6. Ruffolo C, Fiorot A, Pagura G, Antoniutti M, Massani M, Caratozzolo E,
Bonariol L, Calia di Pinto F and Bassi N: Acute appendicitis: what is the
gold standard of treatment? World J Gastroenterol. 2013:19. 8799-8807
7. Carr NJ, Sobin LH. Neuroendocrine tumors of the appendix: Semin Diagn
Pathol. 2004;21(2). 108-119.
8. Rossi G, Valli R, Bertolini F, et al. Does mesoappendix infiltration predict
a worse prognosis in incidental neuroendocrine tumors of the appendix? A
clinicopathologic and immunohistochemical study of 15 cases. Am J Clin
Pathol. 2003;120(5). 706-711.
9. Washington K, Berlin J, Branton P, et al. Protocol for the examination of
specimens from patients with carcinoma of the appendix. In: Reporting on
Cancer Specimens: Case Summaries and Background Documentation.
Northfield, IL: College of American Pathologists; 2010.
10. Tanaka S, Shimode Y, Akami T, Mugitani T, Takemura M, Shimizu K,
Ogino S, Nakao T and Ishida E. A case of appendiceal mixed
adenoneuroendocrine carcinoma after appendectomy. Jpn J gastroenterol
Surg. 2012. 45: 1121-1128.
11. Tang LH, Shia J, Soslow RA, Dhall D, Wong WD, O’Reilly E Qin J, Paty
P, Weiser MR, Guillem J, Temple L, Sobin LH. Pathologic classification
and clinical behavior of the spectrum of goblet cell carcinoid tumors of the
appendix. AmJ Surg Pathol. 200832. 1429-1443.
12. Estrozi B and Bacchi CE. Neuroendocrine tumors involving the
gastroenteropancreatic tract: A clinicopathological evaluation of 773
cases. Clinics 66: 2012. 1671-1675, 2011.
10
11
12