Nefritis Lupus

5
BAB 1. PENDAHULUAN Nefritis lupus (NL) adalah komplikasi ginjal pada lupus eritematosus sistemik (LES). Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau lebih dikenal dengan nama Systemic Lupus Eritematosus (SLE) merupakan penyakit kronik inflamatif autoimun yang belum diketahui etiologinya dengan manifestasi klinis beragam serta berbagai perjalanan klinis dan prognosisnya. Penyakit ini ditandai oleh adanya periode remisi dan episode serangan akut dengan gambaran klinis beragam berkaitan dengan berbagai organ yang terlibat. Keterlibatan ginjal cukup sering ditemukan, yang dibuktikan secara histopatologis pada kebanyakan pasien dengan LES dengan biopsi dan otopsi ginjal. Sebanyak 60% pasien dewasa akan mengalami komplikasi ginjal yang nyata, walaupun pada awal LES kelainan ginjal hanya didapatkan pada 25-50% kasus. Gejala nefritis lupus secara umum adalah proteinuri, hipertensi, dan gangguan ginjal. 1,2 Mengevaluasi fungsi ginjal pada pasien-pasien dengan LES untuk mendeteksi dini keterlibatan ginjal sangat penting, karena dengan deteksi dan pengobatan dini, akan meningkatkan secara signifikan fungsi ginjal. 4 Perjalanan klinis NL sangat bervariasi dan hasil pengobatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecepatan menegakkan diagnosis, kelainan histopatologi yang didapat dari hasil biopsi ginjal, saat mulai pengobatan, dan jenis regimen yang dipakai. 1,2

description

interna

Transcript of Nefritis Lupus

Page 1: Nefritis Lupus

BAB 1. PENDAHULUAN

Nefritis lupus (NL) adalah komplikasi ginjal pada lupus eritematosus sistemik (LES).

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau lebih dikenal dengan nama Systemic Lupus

Eritematosus (SLE) merupakan penyakit kronik inflamatif autoimun yang belum diketahui

etiologinya dengan manifestasi klinis beragam serta berbagai perjalanan klinis dan

prognosisnya. Penyakit ini ditandai oleh adanya periode remisi dan episode serangan akut

dengan gambaran klinis beragam berkaitan dengan berbagai organ yang terlibat. Keterlibatan

ginjal cukup sering ditemukan, yang dibuktikan secara histopatologis pada kebanyakan

pasien dengan LES dengan biopsi dan otopsi ginjal. Sebanyak 60% pasien dewasa akan

mengalami komplikasi ginjal yang nyata, walaupun pada awal LES kelainan ginjal hanya

didapatkan pada 25-50% kasus. Gejala nefritis lupus secara umum adalah proteinuri,

hipertensi, dan gangguan ginjal.1,2

Mengevaluasi fungsi ginjal pada pasien-pasien dengan LES untuk mendeteksi dini

keterlibatan ginjal sangat penting, karena dengan deteksi dan pengobatan dini, akan

meningkatkan secara signifikan fungsi ginjal.4 Perjalanan klinis NL sangat bervariasi dan

hasil pengobatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecepatan menegakkan

diagnosis, kelainan histopatologi yang didapat dari hasil biopsi ginjal, saat mulai pengobatan,

dan jenis regimen yang dipakai.1,2

Page 2: Nefritis Lupus

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi

Nefritis lupus adalah komplikasi ginjal pada lupus erimatosus sitemik (LES). Lupus

erimatosus sistemik (LES) adalah penyakit reumatik autoimun yang ditandai adanya

inflamasi tersebar luas yang mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit

ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan

kerusakan jaringan. Diagnosis nefritis lupus ini ditegakkan bila pada lupus erimatosus

sistemik (SLE) terdapat tanda-tanda proteuniria dalam jumlah lebih atau sama dengan

1gram/24jam atau dengan hematuria (>8 eritrosit/LPB) atau dengan penurunan fungsi ginjal

sampai 30%.1

2.2 Epidemiologi

Prevalensi LES di Amerika serikat adalah 1:2000 kasus pada populasi umum. Karena

sulitnya mendiagnosis dan kemungkinan kasus LES tidak terdeteksi, para peneliti menduga

prevalensinya kemungkinan 1 kasus per 500-1000 populasi umum. Prevelansi penyakit LES

di Indonesia belum dapat dipastikan secara tepat, karena sistem pelaporan masih berupa

laporan kasus dengan jumlah terbatas. Penyakit LES dapat ditemukan pada semua umur,

tetapi paling sering pada usia 15-45 tahun dan 90% penderitanya adalah wanita. Rasio

insidensi penyakit LES pada wanita dibandingkan dengan pria meningkat sesuai dengan

pertambahan umur, dengan perbandingan 2:1 pada anak-anak dan 9:1 pada dewasa muda,

namun pria dengan LES insidens terjadinya nefritis lupus lebih tinggi walaupun tidak berbeda

bermakna dengan perempuan. Anak-anak dengan LES mempunyai resiko lebih besar terkena

penyakit ginjal dibandingkan orang dewasa. Orang Asia dan kulit hitam lebih sering

mengalami nefritis lupus dibandingkan dengan ras lainnya.1,4

2.3 Etiologi

Nefritis lupus terjadi ketika antibody (antinuklear antibody) dan komplemen terbentuk

di ginjal yang menyebabkan terjadinya peradangan. Hal tersebut biasanya mengakibatkan

terjadinya sindrom nefrotik (eksresi protein yang besar) dan dapat progresi cepat menjadi

gagal ginjal. Produk nitrogen sisa terlepas kedalam aliran darah, lupus erimatosus sistemik

(SLE) menyerang berbagai struktur internal dari ginjal, meliputi nefritis intertitial dan

glomerulonefritis membranosa.

Page 3: Nefritis Lupus

2.4 Patogenesis

Pathogenesis timbulnya LES diawali oleh adanya interaksi antara faktor predisposisi

genetic (seperti HLA-β haplotipe, antigen DRW2 dan DRW5, defesiensi c2-inborn, HLA-

DR2 dan HLA-DR3) dengan faktor lingkungan, faktor hormone seks, dan faktor sistem

neuroendrokin. Interaksi faktor-faktor ini akan mempengaruhi dan mengakibatkan terjadinya

respon imun yang menimbulkan peningkatan auto-antibodi (DNA-antiDNA). Sebagian auto-

antibodi akan membentuk komplek imun bersama nukleosom (DNA-histon), kromatin, C1q,

laminin, Ro (SS-A), ubiquitin, dan ribosom, yang kemudian akan membentuk deposit

(endapan) sehingga terjadi kerusakan jaringan. Pada sebagian kecil NL tidak ditemukan

deposit komplek imun dengan sediaan imunofluoresen atau mikroskop elektron.1,2,4

Gambaran klinik kerusakan glomelurus berhubungan dengan lokasi terbentuknya

deposit komplek imun. Deposit pada mesangium dan subendotel letaknya proksimal terhadap

membran basalis glomerulus sehingga mempunyai akses dengan pembuluh darah. Deposit

pada daerah ini akan mengaktifkan komplemen yang selanjutnya akan membentuk

kemoatraktan C3a dan C3a, yang menyebabkan terjadinya influx sel neutrofil dan sel

mononuclear.1,2,4

Deposit pada mesangium dan subendotel secara histopatologis memberikan gambaran

mesangial, proliferatif fokal, dan proliferative difus, secara klinis memberikan gambaran

sedimen urin yang aktif (ditemukan eritrosit, leukosit,silinder sel, dan granula), proteinuria,

dan sering disertai penurunan fungsi ginjal. 1,2,4

Sedangkan deposit pada subepitel tidak mempunyai hubungan dengan pembuluh

darah karena dipisahkan oleh membrane basalis glomerulus sehingga tidak terjadi influx

neutrofil dan sel mononuclear. Secara histopatologis memberikan gambaran nefropati

membranosa dan secara klinis hanya memberikan gejala proteinuri.1,2,4

Tempat terbentuknya kompleks imun dihubungkan dengan karakteristik antigen dan

antibodi:

Kompleks imun yang besar atau antigen yang anionik, yang tidak dapat melewati

sawar dinding kapiler glomerulus yang juga bersifat anionik, akan diendapkan dalam

mesangium dan subendotel. Banyaknya deposit imun akan menentukan apakah pada

pasien akan berkembang gejala penyakit yang ringan (deposit imun pada

mesangium), atau terdapat gejala yang lebih berat ( proliferatif fokal atau difus)

Hal ini yang menentukan tempat terbentuknya komplek imun dihubungkan dengan muatan antibody dan daerah tempat berikatan dengan antigen. Antibodi dan daerah tempat berikatan

Page 4: Nefritis Lupus

dengan antigen. Antibodi dapat berikatan sehingga menimbulkan manifestasi histologis dan klinis yang berbeda