Mola Arief

download Mola Arief

of 26

Transcript of Mola Arief

  • 7/29/2019 Mola Arief

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Yang disebut penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel

    trofoblas. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil.

    Di luar kehamilam sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium,

    karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestasional

    Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non

    Gestasional Thropoblastic Disease. 4

    Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang

    sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Seringkali

    perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang dapat terjadi pada berbagai

    tahap. Tergantung pada tahap mana gangguan itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat

    berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim atau

    kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Demikian

    pula dengan penyakit trofoblas, pada hakikatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di

    sini kehamilan tidak berkembang dengan sempurna, melainkan berkembang menjadi

    keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama dari kehamilan, berupa

    degenerasi hidropik dari jonjot-jonjot korion, sehingga menyerupai gelembung yang

    disebut mola hidatidosa. Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik

    kembali, tetapi diantaranya ada yang kemudian mengalami degenerasi keganasan

    berupa koriokarsinoma. Jadi yang termasuk penyakit trofoblas itu adalah mola

    hidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang ganas.(2)

    BAB II

    1

  • 7/29/2019 Mola Arief

    2/26

    TINJAUAN PUSTAKA

    DEFINISI

    Mola berasal dari bahasa Latin yang berarti massa, sedangkan hidatidosa

    berasal dari kata hydatis (Yunani) yang berarti tetesan air. 3

    Kehamilan mola (mola hidatidosa) ialah kehamilan yang berkembang tidak

    wajar yang ditandai secara histologis dengan abnormalitas dari villi koriales yang

    berupa proliferasi trofoblas dan edema struma villi. 1 Jaringan trofoblast pada villus,

    berploriferasi, dan mengeluarkan hormon yaitu hCG dalam jumlah yang lebih besar

    daripada kehamilan biasa. Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur.

    EPIDEMIOLOGIDari semua jenis penyakit trofoblastik gestasional, mola hidatidosa adalah

    jenis yang paling sering dijumpai. Penyakit ini banyak ditemui di negara-negara Asia

    dan Mexico, sedangkan di negara barat lebih jarang.

    Penyakit ini baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di negara

    Asia dan Mexico, sedangkan di negara barat lebih jarang. Angka di indonesia

    umumnya merupakan angka rumah sakit, untuk mola hidatidosa berkisar antara 1:50

    sampai 1:141 dari kehamilan, sedangkan untuk koriokarsinoma 1:297 sampai 1: 1035

    dari kehamilan. (2)

    Biasanya penyakit ini ditemukan pada usia reproduktif (15-45 thn) dan pada

    multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola lebih

    besar. (4) Selain itu penyakit ini juga ditemukan pada golongan sosioekonomi rendahm

    serta usia kehamilan dibawah 29 dan diatas 34 tahun. (2)

    KLASIFIKASI

    Klasifikasi Penyakit Trofoblastik Gestasional menurut WHO berdasarkan histology,

    dibagi atas:

    Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah :

    1. Penyakit trofoblas jinak : a) mola hidatidosa b) mola hidatidosa parsial

    2

  • 7/29/2019 Mola Arief

    3/26

    2. Penyakit trofoblas ganas : a) koriokarsinoma villosum b)koriokarsinoma non

    villosum c)koriokarsinoma klinis

    ad.1.a Mola hidatidosa komplet 2,9

    Yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa ialah suatu kehamilan yang

    berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi

    korialis mengalami perubahan hidropik. Dala, hal demikian disebut Mola Hidatidosa

    atau Complete Mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut

    Mola parsialis atau Partial mole. Menurut Vassilakos, Complete Mole dan Partial

    Mole merupakan kesatuan yang berbeda, antara keduanya ada perbedaan klinik,

    histopatologik, sitogenetik maupun prognostik.

    Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-

    gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari

    beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter.

    Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah: edema stroma villi,

    tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel trofoblas, sedangkan

    gambaran sitogenetiknya pada umumnya berupa xx 46.

    Pada kehamilan mola dilakukan penelitian sitogenik dan ditemukan komposisi

    kromosom yang paling sering adalah 46xx, dengan kromosom seluruhnya berasaldari ayah sehingga secara keseluruhan menggantikan kontribusi dari ibu. Biasanya

    hal ini terjadi sebagai hasil dari fertilisasi telur yang kosong oleh satu spermatozoa.

    Meskipun jarang, dapat juga dijumpai komposisi kromosom 46xy. Dalam hal ini, dua

    spermatozoa telah membuahi satu ovum yang mengalami kekurangan kromosom.

    Ad.2. Mola hidatidosa parsial2,9

    Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian

    dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama tetapi ada juga yang hidup

    sampai cukup besar atau bahkan aterm.

    Pada pemeriksaan histopatologik tampak di berberapa tempat villi yang

    edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berploriferasi, sedangkan di tempat lain

    3

  • 7/29/2019 Mola Arief

    4/26

    masih tampak villi yang normal. Umumnya mola parsialis mempunyai kariotip

    triploid. Pada perkembangan selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi ganas. Bila

    ada mola yang disertai janin kejadiannya ada dua kemungkinan. Pertama kehamilan

    kembar, dimana satu janin tumbuh normal dan hasil konsepsi yang satu lagi menjadi

    mola hidatidosa. Kedua, hamil tunggal yang berupa mola parsialis.

    Mola parsialis memiliki kariotip triploid (69 xxx, 69 xxy, atau 69xyy) yang

    komposisinya terdiri dari satu set kromosom maternal dan dua set kromosom paternal

    Tabel karakteristik mola hidatidosa bentuk komplet dan parsial 1

    No. Gambaran Mola komplet Mola parsial

    1. Jaringan embrio atau janin tidak ada ada

    2. Pembengkakan hidatidosa pada villi difus fokal

    3. Hiperplasia trofoblastik difus fokal

    4. Inklusi stroma tidak ada ada

    5. Lekukan vilosa tidak ada ada

    6. Kariotipe Paternal 46xx (96%) Paternal & maternal

    46xy (4%) 69xxy

    7. Neoplasia trofoblastik 20 % 5% (koriokarsinoma

    jarang)

    4

  • 7/29/2019 Mola Arief

    5/26

    FAKTOR RESIKO

    Penyebab mola hidatidosa belum diketahui. Faktor-faktor yang dapat

    menyebabkan mola hidatidosa, antara lain : 4

    1. Faktor Ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

    dikeluarkan

    2. Keadaan sosioekonomi yang rendah

    3. Paritas tingg

    4. Kekurangan protein

    5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

    Berbagai teori telah diajukan, misalnya teori infeksi, defisiensi zat makanan,

    terutama protein tinggi. Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori dari

    Acosta Sison, yaitu defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa

    5

  • 7/29/2019 Mola Arief

    6/26

    penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosio ekonomi

    rendah. Akhir-akhir ini dianggap bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan

    sebuah sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel

    sperma yang mengandung 23x (haploid) kromosom, kemudian membelah menjadi

    46xx, sehingga mola hidatidosa bersifat homozigot, wanita dan androgenesis.

    Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga terjadi 46xx atau 46xy.2

    Telah diketahui bahwa penyakit ini banyak ditemukan pada golongan sosio

    ekonomi rendah, umur di bawah 20 tahun dan di atas 34 tahun, dan dengan paritas

    tinggi. insiden penyakit ini dapat diturunkan dengan suatu upaya preventif berupa

    pencegahan kehamilan di bawah 20 tahun dan di atas 34 tahun dengan jumlah anak

    tidak lebih dari tiga

    1,2,3

    Juga disebutkan defisiensi lemak hewani dan karotene, kebiasaan merokok,

    pemakaian pil kontrasepsi kombinasi merupakan faktor resiko. Secara singkat dapat

    disimpulkan bahwa peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen,

    kontrasepsi oral dan faktor makanan dianggap sebagai faktor resiko walaupun masih

    belum jelas hubungannya. 1

    PATOLOGI 1,2,4

    Secara mikroskopik pada mola komplet terlihat trias :

    1. Proliferasi dari trofoblast bersifat difus

    2. Degenerasi hidrofik dari stroma villi bersifat difus

    3. Hilangnya pembuluh darah dan stroma bersifat difus

    Sedangkan pada mola parsialis struktur histologisnya bersifat:

    1. campuran dari sel villi besar dan kecil; jumlahnya tidak

    menentu. Meningkatnya inklusi pseudovilli. Kemudian akan terlihat pembuluh

    darah angioma melingkari villi avaskular lainnya. stroma villi mempunyai

    struktur retikular, beberapa villi bersifat fibrotik.

    2. Proliferasi trofoblastik Lebih sedikit bila dibandingkan

    dengan mola hidatidosa komplit, biasanya fokal dan kadang-kadang tidak ada.

    6

  • 7/29/2019 Mola Arief

    7/26

    3. Perubahan hidropik bersifat fokal, membesar pada

    trimester kedua. Pada trimester pertama biasanya kecil, ireguler dan mempunyai

    villi fibrotik. Pada mola yang telah lama terdapat sisterna yang besar, jarang

    terlihat pada aborsi hidropik.

    4. Adanya fetus atau bagian janin yang nekrotik atau sel

    merah bernukleus juga amnion.

    PATOGENESIS 1,2

    Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis penyakit

    ini. Pertama , teori missed abortion. Kematian mudigah pada usia kehamilan 3-5

    minggu, saat di mana seharusnya sirkulasi fetomaternal sudah terbentuk,

    menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang mengalami

    hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi darah

    ibu, diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil.

    7

  • 7/29/2019 Mola Arief

    8/26

    Cairan yang terdapat dalam kista tersebut adalah cairan interstitial yang menyerupai

    cairan ascites atau edema, tetapi kaya akan hCG. 2

    Kedua, adalah teori neoplasma dari Park, yang mengatakan bahwa yang

    abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang abnormal pula,

    dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul

    gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

    Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.

    Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ditemukan janin.

    Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.

    Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.

    Pada pemeriksaan kromosom didapat poliploidi dan hampir pada semua kasusmola susunan kromatin seksnya adalah wanita ( 46xx). Secara makroskopik, mola

    hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus

    pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter

    sampai satu atau dua sentimeter. Secara mikroskopis terlihat: Secara makroskopis

    terlihat : proliferasi dari trofoblas, degenerasi hidropik dari stroma villi, terhambat

    atau hilangnya pembuluh darahdan stroma.

    DIAGNOSIS(1,2,4)

    1. Anamnesis 1,2,4

    - terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari

    kehamilan biasa

    - terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli

    tua atau kecoklatan

    - pembesaran rahim yang tidak sesuai (lebih besar) bila dibandingkan dengan

    usia kehamilan seharusnya

    - keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada)

    yang merupakan diagnosa pasti

    2. Gejala klinik

    8

  • 7/29/2019 Mola Arief

    9/26

    a. Perdarahan

    Perdarahan uterus merupakan gejala mola hidatidosa yang paling umum

    ditemui. Mulai dari sekedar spotting hingga perdarahan masif. Gejala

    perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai bulan ke tujuh

    dengan rata-rata minggu ke 12-14. Dapat dimulai sesaat sebelum aborsi atau

    lebih sering dapat muncul secara intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus

    banyak hingga menyebabkan syok atau kematian. Sebagai akibat dari

    perdarahan tersebut gejala anemia sering dijumpai terutama pada wanita

    malnutrisi. Efek dilusi dari hipervolemia terjadi pada wanita dengan mola

    yang lebih besar. Anemia defisiensi Fe sering ditemukan, demikian pula

    halnya dengan kelainan eritropoiesis megaloblastik, diduga akibat asupanyang tidak mencukupi karena adanya mual dan muntah disertai peningkatan

    kebutuhan asam folat karena cepatnya proliferasi trofoblas. Perdarahan juga

    sering disertai pengeluaran jaringan mola. Darah yang keluar berwarna

    kecoklatan.

    b. Ukuran uterus bisa lebih besar atau lebih kecil (tidak sesuai usia kehamilan)

    Pertumbuhan ukuran uterus sering lebih besar dan lebih cepat daripada

    kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah dari semua pasien

    mola. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besarnya

    dengan kehamilan normal, walaupun jaringannya belum dikeluarkan.

    Dalam hal ini perkembangan trofoblas tidak terlalu aktif sehingga perlu

    dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Uterus mungkin sulit untuk

    diidentifikasikan secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita

    nullipara. Hal ini disebabkan karena konsistensinya yang lembut di bawah

    dinding perut yang kaku. Pembesaran uterus karena kista theca lutein

    multiple akan membuat sulit perbedaaan dengan pembesaran uterus biasa.

    c. Tidak adanya aktifitas janin

    Walaupun pembesaran uterus mencapai bagian atas simfisis, tidak

    ditemukan adanya denyut jantung janin. Meskipun jarang, mungkin

    9

  • 7/29/2019 Mola Arief

    10/26

    terdapat plasenta ganda dengan kehamilan mola komplet yang bertumbuh

    bersamaan, sementara plasenta yang satu dan janin terlihat normal. Juga

    walaupun jarang, mungkin terdapat mola inkomplet pada plasenta yang

    disertai janin hidup.

    d. Eklamsia dan preeklamsia

    Preeklampsia pada kehamilan mola timbul pada trisemester ke 2. Eklamsia

    atau preeklamsia pada kehamilan normal jarang terlihat sebelum usia

    kehamilan 24 minggu. Oleh karenanya preeklamsia yang terjadi sebelum

    waktunya harus dicurigai sebagai mola hidatidosa.

    e. Hiperemesis

    Mual dan muntah yang signifikan dapat timbul sebagai salah satu gejalamola hidatidosa.

    f. Tirotoksikosis

    Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering

    meningkat, namun gejala hipertiroid jarang muncul. Menurut Curry

    insidennya 1%, tetapi Martaadisoebrata menemukan angka lebih tinggi

    yaitu 7,6%. Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan

    erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar kemungkinan

    terjadinya tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola dengan uterus besar

    masih banyak ditemukan, maka Martaadisoebrata menganjurkan agar pada

    tiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif.

    Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk,

    baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan.

    Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid. Peningkatan tiroksin

    plasma mungkin karena efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada

    kehamilan normal. Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat

    thyrotropin-like effect dari Chorionic Gonadotropin hormone. Terdapat

    korelasi antara kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG

    yang melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis.]

    10

  • 7/29/2019 Mola Arief

    11/26

    Mola hidatidosa komplet

    - Perdarahan pervaginam : gejala umum dari mola komplet.

    Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus

    mungkin membesar karena sejumlah besar darah dan cairan gelap masuk

    ke dalam vagina. Gejala ini muncul pada 97% kasus.

    - Hiperemesis : karena peningkatan secara ekstrem kadar hCG

    - Hipertiroidisme : kira-kira 7% pasien mengalami takikardi, tremor dan

    kulit yang hangat.

    Mola hidatidosa parsial

    - Pasien dengan mola hidatidosa parsial tidak memiliki gejala yang samadengan mola komplet. Pasien ini biasanya mempunyai gejala dan tanda

    seperti abortus inkomplet atau missed abortion.

    - Perdarahan pervaginam

    - Adanya denyut jantung janin

    3. Pemeriksaan fisik1,2,3,4

    Pada pemeriksaan fisik ditemukan:

    Inspeksi

    - Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang

    disebut muka mola (mola face)

    - Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas

    Palpasi

    - Uterus membesar tidak sesuai dengan usianya, terasa lembek

    - Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen dan juga gerak janin

    - Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar, dan

    fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru

    Auskultasi

    - Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

    - Terdengar bising dan bunyi khas

    11

  • 7/29/2019 Mola Arief

    12/26

    Pemeriksaan dalam

    - Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian

    janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan

    vagina, serta evakuasi keadaan serviks.

    4. Pemeriksaan Penunjang 1,2,3,4

    A. Pemeriksaan laboratorium

    Pengukuran kadar -hCG tidak lagi digunakan untuk menegakkan

    diagnosis mola karena sudah digantikan oleh USG. Pemeriksaan serial

    diperlukan untuk mendeteksi penyakit PTG yang persisten setelahpengeluaran mola.

    Yang harus diperhatikan di sini adalah hormon -hCG, karena

    karakteristik yang terpenting dari penyakit ini adalah kemampuannya

    dalam memproduksi hormon -hCG, sehingga jumlah hormon ini lebih

    meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan normal pada usia

    kehamilan tersebut. Hormon ini dapat dideteksi di urin maupun dalam

    serum penderita. Namun pemeriksaan yang dilakukan pada serum

    terpengaruh oleh lebih sedikit variabel daripada yang di urin. Terdapat tiga

    jenis pemeriksaan -hCG, yaitu :

    - -hCG kualitatif serum, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 5 10

    mIU/ml

    - -hCG kualitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 25-50

    mIU/ml

    - -hCG kuantitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 5-2 juta

    mIU/ml

    Hasilnya harus dibandingkan dengan kadar -hCG serum kehamilan

    normal pada usia kehamilan yang sama. Bila kadar -hCG kuantitatif

    >100.000 mIU/L mengindikasikan pertumbuhan ukuran yang berlebihan

    12

  • 7/29/2019 Mola Arief

    13/26

    dari trofoblastik dan meningkatkan kecurigaan adanya kehamilan mola

    namun kadang-kadang kehamilan mola dapat memiliki nilai hCG normal.

    Biasanya tes -hCG normal setelah 8 minggu post evakuasi mola.

    Bila jauh lebih tinggi dari rentangan kadar normal pada tingkat kehamilan

    tersebut, suatu persangkaan diagnosa mola hidatidosa dibuat. Kadar

    hormon -hCG sangat tinggi dalam serum, 100 hari atau lebih setelah

    menstruasi terakhir. Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG,

    penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua

    kasus penyakit trofoblastik. Jumlah hormon -hCG yang ditemukan pada

    serum atau urin berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.

    B. Ultrasonografi

    Pada kehamilan mola, bentuk karakteristik yang ada berupa gambaran

    seperti badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan

    USG sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami

    perdarahan pada trisemester awal kehamilan dan memiliki ukuran uterus

    yang lebih besar daripada usia kehamilannya.

    USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara

    kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Namun harus diingat bahwa

    beberapa struktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa

    dengan mola hidatidosa termasuk myoma uteri dengan kehamilan ini dan

    kehamilan janin > 1. Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa

    tidak spesifik sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan

    anembrionik, missed abortion, abortus incomplitus atau mioma uteri. Pada

    kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih spesifik,

    kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-bagian anekhoik

    vesikuler berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat

    dibayangkan seperti gambaran sarang tawon (honey comb) atau badai salju

    (snow storm).

    13

  • 7/29/2019 Mola Arief

    14/26

    C. Uji sonde

    Dengan perasat Hanifa Winkjosastro, kita masukkan sonde uterus. Jika

    sonde masuk ke dalam kavum uteri tanpa tahanan dan dapat diputar 360 o

    dengan deviasi sonde kurang dari 10o, berarti merupakan kehamilan mola.

    D. Amniografi

    Dengan menggunakan bahan radioopague yang dimasukkan ke dalam

    uterus secara transabdominal, akan memberikan gambaran radiografik yang

    khas untuk mola hidatidosa. Kavum uterus ditembus dengan jarum

    amniosentesis. Suntikan 20 ml hypague segera. Dibuat foto anteroposterior

    5-10 menit kemudian. Pola sinar X yang terjadi seperti sarang tawon, yang

    ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang-gelombang

    korion. Amniografi ini sekarang sudah jarang digunakan lagi semenjak

    adanya USG yang lebih mudah.

    KRITERIA DIAGNOSTIK

    Pada beberapa kasus, vesikel hidatidosa yang berupa gambaran anggur

    dikeluarkan sebelum mola secara spontan abortus atau dikeluarkan dengan operasi.

    Pengeluaran secara spontan umum terjadi pada minggu ke-16 dan jarang setelah 28

    minggu. Penemuan klinik berupa perdarahan yang menetap dan pembesaran uterus

    lebih dari usia kehamilan harus dicurigai sebgai kehamilan mola. Harus juga

    14

  • 7/29/2019 Mola Arief

    15/26

    dipikirkan apakah pembesaran uterus tersebut disebabkan oleh kesalahan data

    menstruasi, mioma uteri, hidramnion, atau kehamilan ganda. Penegakan diagnosis

    yang akurat ialah dengan pemeriksaan USG. Umumnya struktur lain mungkin

    memiliki penampilan serupa dengan mola, termasuk diantaranya mioma uteri dan

    kehamilan ganda.

    Sebagai kesimpulan, kriteria diagnostik dari mola hidatidosa komplet sebagai

    berikut:

    1. Perdarahan yang terus-menerus pada kehamilan kurang lebih 12 minggu

    yang biasanya bersifat masif dan berwarna kecoklatan

    2. Pembesaran uterus melebihi usia kehamilan

    3. Tidak adanya bagian janin dan denyut jantung janin walaupun uterusmembesar setinggi pusat atau lebih.

    4. Gambaran USG yang khas : badai salju

    5. Kadar serum hCG yang lebih tinggi daripada kadar umum berdasarkan

    masa kehamilan

    6. Preeklamsi dan eklamsi yang muncul sebelum minggu ke-24

    7. Hiperemesis gravidarum

    Diagnosa pasti ditegakkan bila kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola.

    Tetapi bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat,

    karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan

    keadaan umum pasien menurun. Yang baik ialah bila dapat mendiagnosis mola

    sebelum keluar gelembung.

    DIAGNOSA BANDING 1,2,3

    - Kehamilan normal

    - Kehamilan dengan mioma uteri

    - Abortus

    - Kehamilan ektopik terganggu

    KOMPLIKASI 1,2

    15

  • 7/29/2019 Mola Arief

    16/26

    Perforasi uterus selama kuret hisap sering muncul karena uterus yang

    membesar. Jika hal ini terjadi prosedur penanganannya harus dalam

    bimbingan laparaskopi.

    Perdarahan sering pada evakuasi mola, karenanya oksitosin IV harus

    diberikan sebelum prosedur dimulai. Methergin atau Hemabase dapat juga

    diberikan.

    Penyakit trofoblastik ganas terjadi pada 20 % kehamilan mola, karenanya

    pemeriksaan kuantitatif hCG serial dilakukan selama 1 tahun post evakuasi

    sampai hasilnya negatif.

    DIC, karena jaringan mola melepaskan faktor yang bersifat fibrinolitik.

    Semua pasien harus diperiksa kemungkinan adanya koagulopati.

    Emboli trofoblastik dapat menyebabkan insufisiensi pernafasan akut. Faktor

    resiko terbesar ialah pada ukuran uterus yang lebih besar dari yang diharapkan

    pada usia kehamilan 16 minggu. Kondisi ini dapat berakhir fatal.

    kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Kista lutein dapat menyebabkan

    pembesaran pada satu atau kedua ovarium dengan ukuran yang beragam, dari

    diameter mikroskopik sampai ukuran 10 cm atau lebih. Hal ini terjadi pada

    25-60% penderita mola. Kista teka lutein multiple pada 15-30% penderita

    mola menyebabkan pembesaran satu atau kedua ovarium dan menjadi sumber

    rasa nyeri. Ruptur, perdarahan atau infeksi mudah terjadi.

    Kista lutein ini diperkirakan terjadi akibat rangsangan elemen lutein yang

    berlebihan oleh hormon korionik-gonadotropin dalam jumlah besar yang

    disekresi oleh trofoblas yang berproliferasi dengan pemeriksaan klinis,

    insiden kista lutein + 10,2%, tetapi bila menggunakan USG angkanya

    meningkat sampai 50%. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai resiko

    empat kali lebih besar untuk mendapat degenerasi keganasan di kemudian hari

    daripada kasus-kasus tanpa kista. Involusi dari kista terjadi setelah beberapa

    minggu yang biasanya seiring dengan penurunan kadar B-hCG. Tindakan

    bedah hanya dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan atau ovarium yang

    16

  • 7/29/2019 Mola Arief

    17/26

    membesar tadi mengalami infeksi. umumnya ukuran kembali normal dalam

    12 minggu.

    Anemia, karena perdarahan yang berulang-ulang

    Perdarahan dan syok. Penyebab perdarahan ini mungkin disebabkan oleh

    pelepasan jaringan mola tersebut dengan lapisan desidua, perforasi uterus oleh

    karena keganasan, atonia uteri atau perlukaan pada uterus karena evakuasi

    jaringan mola.

    Infeksi sekunder

    PENATALAKSANAAN 1,2,3,4,5,6

    Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu:

    1. Perbaikan keadaan umum

    Yang termasuk usaha ini misalnya transfusi darah pada anemia berat dan srok

    hipovolemik karena perdarahan. Atau menghilangkan penyulit seperti

    preeklamsia dan tirotoksikosis. Preeklamsia diobati seperti pada kehamilan

    biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam,

    antara lain dengan inderal.

    2. Pengeluaran jaringan mola

    Bila diagnosis telah ditegakkan, kehamilan mola harus segera diakhiri. Ada

    dua cara evakuasi, yaitu: a) kuret hisap, b) histerektomi

    a. Kuret hisap

    Kuret hisap merupakan tindakan pilihan untuk mengevakuasi jaringan

    mola, dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU

    oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60

    tetes/menit. Oksitosi diberikan untuk menimbulkan kontraksi uterus

    mengingat isinya akan dikeluarkan Tindakan ini dapat mengurangi

    perdarahan dari tempat implantasidan dengan terjadinya retraksi

    miometrium, dinding uterus akan menebal dan dengan demikian

    resiko perforasi dapat dikurangi 8.Bila sudah terjadi abortus maka

    17

  • 7/29/2019 Mola Arief

    18/26

    kanalis servikalis sudah terbuka. Bila belum terjadi abortus, kanalis

    servikalis belum terbuka sehingga perlu dipasang laminaria atau

    servikalis dilator (setelah 10 jam baru terbuka 2-5 cm). Setelah

    jaringan mola dikeluarkan secara aspirasi dan miometrium

    memperlihatkan kontraksi dan retraksi, biasanya dilakukan kuretase

    yang teliti dan hati-hati dengan menggunakan alat kuret yang tajam

    dan besar. Jaringan yang diperoleh diberi label dan dikirim untuk

    pemeriksaan. Kuretase kedua dilakukan apabila kehamilan seusia lebih

    dari 20 minggu, atau tidak diyakini bersih. Kuret ke-2 dilakukan kira-

    kira 10-14 hari setelah kuret pertama. Pada waktu itu uterus sudah

    mengecil sehingga lebih besar kemungkinan bahwa kuret betul-betulmenghasilkan uterus yang bersih.

    Jika terdapat mola hidatidosa yang besar (ukuran uterus >12

    minggu, dan dievakuasi dengan kuret hisap, laparatomi harus

    dipersiapkan, atau mungkin diperlukan ligasi arteri hipogastrika

    bilateral bila terjadi perdarahan atau perforasi. Sebelum kuret

    sebaiknya disediakan persediaan darah untuk menjaga kemungkinan

    terjadi perdarahan masif selama kuretase berlangsung.

    b. Histerektomi

    Sebelum kuret hisap digunakan, histerektomi sering dipakai

    untuk pasien dengan ukuran uterus di luar 12-14 minggu. Namun

    histerektomi tetap merupakan pilihan pada wanita yang telah cukup

    umur dan cukup mempunyai anak.

    Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua

    dan paritas tinggi karena hal tersebut merupakan predisposisi

    timbulnya keganasan. Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun

    dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi

    18

  • 7/29/2019 Mola Arief

    19/26

    bila dilakukan pemeriksaan histopatologi sudah tampak adanya tanda-

    tanda mola invasif.

    Ada beberapa ahli yang menganjurkan agar pengeluaran

    jaringan dilakukan melalui histerektomi. Tetapi cara ini tidak begitu

    populer dan sudah ditinggalkan. Walau histerektomi tidak dapat

    mengeliminasi sel-sel tumor trofoblastik, namun mampu untuk

    mengurangi kekambuhan penyakit ini.

    3. Terapi profilaksis dengan sitostatika

    Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya

    keganasan di bawah pengawasan dokter.3 Misalnya umur tua dan paritas

    tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan hasilhistopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan Methotrexate atau

    Actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini, dengan alasan

    jumlah kasus mola yang menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika

    merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa pemberian

    sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan metastasis, serta

    mengurangi terjadinya koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali. Kadar hCG

    >100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan

    ke arah keganasan, pertimbangan untuk memberikan Methotrexate (MTX) 3-5

    mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal. Metastasis yang hanya ke paru dapat

    diobati dengan agen kemoterapi tunggal sedangkan metastasis lainnya

    memerlukan 3 agen kemoterapi.

    4. Pemeriksaan tindak lanjut (follow up)

    Tujuan utama follow up untuk mendeteksi adanya perubahan yang mengarah

    keganasan. Metode umum follow up adalah sebagai berikut:

    - Mencegah kehamilan selama periode follow up, minimal 1 tahun,

    mematuhi jadwal kontrol selama 2-3 tahun (1x pada triwulan pertama, tiap

    2 minggu pada triwulan kedua, tiap bulan pada 6 bulan berikutnya,tiap 2

    bulan pada tahun berikutnya, selanjutnya tiap 3 bulan

    19

  • 7/29/2019 Mola Arief

    20/26

    - Pengukuran kadar serum B-hCG setiap 2 minggu

    - Mempertahankan terapi selama kadar serum menurun. Peningkatan atau

    pendataran kadar membutuhkan evaluasi dan terapi lanjut

    - Jika kadar normal (mencapai batas rendah dari pengukuran, dilakukan

    pengukuran setiap bulan sekali selama 6 bulan dan tiap 2 bulan selama 1

    tahun

    - Follow up dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan 1 tahun kemudian

    Setiap periksa ulang penting diperhatikan :4

    1. Gejala klinik: keadaan umum, perdarahan, dan lain-lain

    2. Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan

    inspekulo: tentang keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, danlain-lain

    3. Reaksi biologis atau imunologis air seni,

    1x seminggu sampai hasil negatif, 1x2 minggu selama triwulan selanjutnya, 1x

    sebulan dalam 6 bulan selanjutnya, 1x 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau

    reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan. Keganasan masih

    dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola hidatidosa. Menurut Harahap

    tumor timbul 34,5% dalam 6 minggu, 62,1% dalam 12 minggu, dan 79,4% dalam

    24 minggu serta 97,2% dalam 1 tahun setelah mola keluar.

    Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat

    kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa (20%). Gejala-gejala

    choriocarsinoma yang harus diwaspadai setelah dilakukan kuretase mola: perdarahan

    yang terus menerus,involusi rahim tidak terjadi, kadang-kadang malahan nampak

    metastasis di vagina berupa tumor-tumor yang biru ungu, rapuh dan mudah berdarah.2

    Selama pengawasan, secara berkala dilakukan ginekologis, kadar-hCG dan

    ultrasonografi. Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan -hCG

    yang menetap untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih ada

    sel-sel trofoblas yang aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini adalah dengan

    radioimmunoassay terhadap -hCG sub-unit. Pemeriksaan kadar -hCG

    20

  • 7/29/2019 Mola Arief

    21/26

    diselenggarakan setiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama 3 minggu dan

    selanjutnya setiap bulan selama 6 bulan. Mungkin juga timbul metastasis di paru-

    paru yang menimbulkan batuk dan haemoptoe, oleh karena itu bila ada gejala-gejala

    yang mencurigakan harus dibuat foto rontgen paru.1

    PROGNOSIS 1,5,6

    __________________________________________________________________

    Prognosis baik Prognosis buruk

    Kehamilan terakhir < 4 bulan > 4 bulan

    B-hCG < 40.000 > 40.000

    Kehamilan sebelumnya mola term

    Terapi sebelumnya tidak ada gagal

    Metastase tidak ada, kadang paru otak, hati(4)

    WHO SCORING SYSTEM

    Faktor prognosis 0 1 2 4

    1. Usia < 35 th >35 th

    2. Kehamilan sebelumnya mola aborsi term

    3. Interval 12 bln

    4. B-hCG 8

    8. Kemoterapi terdahulu tunggal multiple

    Total score : 0-4 resiko rendah

    5.7 resiko sedang

    > 8 resiko tinggi

    Data mortalitas berkurang secara drastis mencapai 0 dengan diagnose dini dan

    terapi yang adekuat. Dengan kehamilan mola yang lanjut, pasien cenderung untuk

    menderita anemia dan perdarahan kronis. Infeksi dan sepsis pada kasus-kasus ini

    dapat menyebabkan tingkat morbiditas yang tinggi.

    21

  • 7/29/2019 Mola Arief

    22/26

    Evaluasi dini tidak menghilangkan kemungkinan berkembangnya tumor

    persisten. Hampir 20% mola komplet berlanjut menjadi tumor gestasional

    trofoblastik. Lurain and Colleagues (1987) melaporkan setelah evakuasi mola

    hidatidosa, 81% mengalami regresi spontan dan 19% berlanjut menjadi tumor

    trofolastik gestasional.

    Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah menjalani

    evakuasi mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif pada lebih dari 80%

    pasien. Mola hidatidosa yang berulang terjadi pada 0,5 2,6%, dengan resiko yang

    lebih besar untuk menjadi mola invasif atau koriokarsinoma. Terjadinya proses

    keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, tetapi yang

    paling banyak dalam 6 bulan pertama. Kurang lebih 10-20% mola hidatidosa kompletmenjadi metastastik koriokarsinoma yang potensial invasif.

    Kematian pada kasus mola disebabkan karena perdarahan, infeksi,

    preeklamsia, payah jantung, emboli paru atau tirotoksikosis. Di negara maju,

    kematian karena mola hampir tidak ada lagi, tetapi di negara berkembang masih

    cukup tinggi, yaitu berkisar 2,2-5,7%.

    Kapan pasien mola dianggap sehat kembali? Sampai sekarang belum ada

    kesepakatan. Curry mengatakan sehat bila kadar hCG dua kali berturut-turut normal.

    Ada pula yang mengatakan bila sudah melahirkan anak yang normal.

    SKEMA MANAJEMEN PADA MOLA HIDATIDOSA (6)

    22

    Perbaikikeadaan umum

    Pasien muda, ingin punya

    anak

    Oxytosin dripCerviks sudah dilatasi

    Evakuasi

    Pasang laminariakemudian beri

    oxytosin drip

    Usia 35 tahun ke atas, sudah

    memiliki anak minimal 3

    HISTEREKTOMI

  • 7/29/2019 Mola Arief

    23/26

    BAB III

    KESIMPULAN

    Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti sehingga tidak dapat

    diketahui usaha pencegahan yang harus dilakukan, oleh karena itu sangatlah penting

    23

    Cerviks belum

    berdilatasi

    Kuretase

  • 7/29/2019 Mola Arief

    24/26

    untuk dapat mendeteksi dan menangani kasus ini sedini mungkin terutama karena

    kecenderungannya menjadi ganas.

    Perdarahan yang terjadi selama kehamilan muda (walaupun tanpa pembesaran

    uterus yang tidak sesuai dengan umur kehamilan) harus dicurigai terhadap

    kemungkinan adanya penyakit mola hidatidosa. Walau tidak tertutup kemungkinan

    adanya kesalahan HPHT, Abortus imminen, dll. Demikian juga adanya gejala-gejala

    preeklamsia dan eklamsi dini pada kehamilan yang lebih muda harus diwaspadai

    adanya mola hidatidosa.

    Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang. Diagnosa pasti ditegakkan bila adanya gelembung-gelembung mola atau

    jaringan mola yang keluar. Bila masih terdapat keraguan dalam penegakkan diagnosa,

    cara yang sangat membantu yaitu pemeriksaan USG yang akan memberikan

    gambaran badai salju. Pengukuran kadar B-hCG secara serial digunakan dalam

    mendeteksi penyakit trofoblas ganas yang terjadi setelah evakuasi jaringan mola.

    Penangan yang cepat dan tepat dibutuhkan karena biasanya pasien datang

    setelah terjadinya perdarahan. Selain itu informed consent pada pasien dan keluarga

    pasien juga perlu diperhatikan dalam prosedur tindakan medis.

    Disarankan kepada penderita untuk kontrol secara teratur dan memeriksakan

    kadar B-hCGnya secara teratur untuk mengevaluasi adanya kemungkinan keganasan.

    24

  • 7/29/2019 Mola Arief

    25/26

    DAFTAR PUSAKA

    1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Gestational Trophoblastic

    Disease : Williams Obstetrics.21th ed. Conneticut, Appleton & Lange, 2001; 835-

    843.

    2. Winkjosastro H. Mola Hidatidosa ; Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta.

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999 : Hal: 142, 339- 348.

    3. Bagian Obstetri Ginekologi FK UNPAD. Penyakit Trofoblas Gestasional;

    Obstetri Patologi; 1983; 28-33.

    4. Rustam Muchtar. Penyakit Trofoblas : Sinopsis Obstetri. Edisi 2, Jilid 1.Penerbit buku Kedokteran. EGC. Hal. 238-243.

    5. Errol R. Nowitz. Obsetrics and Gynecology AT A Glance. Chapter 32. Hal :

    70-72.

    6. Berek AS, Adashi EY, Hillard PA. Novaks Gynecology. 20th ed, Wiliams &

    Wilkins, Baltimore, 1996.

    25

  • 7/29/2019 Mola Arief

    26/26