Modul Malnutrisi Energi Protein

11
PROBLEM BASED LEARNING TUGASAN INDIVIDU MODUL MALNUTRISI ENERGI PROTEIN Oleh: Nama Mahasiswa : RAMESH NAIDU NOOK NAIDU Nomor Stambuk : C 111 04 501 Kelompok :B VI Tutor : dr. Dwi Bahagia Febriani BLOK TUMBUH KEMBANG & GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2007

Transcript of Modul Malnutrisi Energi Protein

PROBLEM BASED LEARNING TUGASAN INDIVIDU

MODUL MALNUTRISI ENERGI PROTEIN

Oleh:

Nama Mahasiswa Nomor Stambuk Kelompok Tutor

: RAMESH NAIDU NOOK NAIDU : C 111 04 501 : B VI : dr. Dwi Bahagia Febriani

BLOK TUMBUH KEMBANG & GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2007

SKENARIOSeorang anak laki-laki umur 1 tahun 11 bulan masuk rawat inap di rumah sakit karena demam dan batuk berulang 6 bulan terakhir. Sekarang dengan sesak napas. Nafsu makan sangat kurang. Kaki, tungkai serta perut membengkak secara berangsur 1 bulan ini. Anak mencret berulang dan berlanjut, kadang tinja disertai darah serta lendir. Kondisi sosioekonomi kurang. Kontak dengan penderita TBC paru tidak jelas. Pemeriksaan fisik: Anak nampak sakit berat, gizi buruk, apati. BB 8.1 kg, PB 76 cm. Nampak sesak, pernapasan cuping hidung, takipnu, retraksi, sianosis. Paru ronkhi basah halus namun tidak jelas. Jantung dalam batas normal. Nampak muka, telapak tangan dan kaki pucat. Hati 3 cm b.a.c. dan limpa S1. Edema dorsum pedis dan pretibial serta tungkai atas dan ascites.Skor dehidrasi 10.

KATA KUNCI & KLARIFIKASI1. Anak laki-laki umur 1 tahun 11 bulan 2. Demam dan batuk berulang 6 bulan terakhir Batuk kronis 3. Sesak napas Hiperventilasi 4. Nafsu makan sangat kurang Anoreksia 5. Kaki, tungkai serta perut membengkak secara berangsur 1 bulan ini. Edema 6. Anak mencret berulang dan berlanjut, kadang tinja disertai darah serta lendir Sindroma disentri 7. Kondisi sosioekonomi kurang 8. Kontak dengan penderita TBC paru tidak jelas. 9. Anak nampak sakit berat, gizi buruk, apati. BB 8.1 kg, PB 76 cm. 10. Nampak sesak, pernapasan cuping hidung, takipnu, retraksi, sianosis 11. Paru ronkhi basah halus 12. Nampak muka, telapak tangan dan kaki pucat Anemia 13. Hati 3 cm b.a.c. dan limpa S1 Hepatosplenomegaly 14. Edema dorsum pedis dan pretibial serta tungkai atas dan ascites Generalized edema. 15. Skor dehidrasi 10.

PERTANYAAN1. Penyebab dan faktor-faktor terjadinya gizi buruk? 2. Bagaimana dengan status pertumbuhan anak dalam skenario? 3. Apakah diagnosis banding dan penyakit yang dialami oleh anak ini? 4. Bagaimana korelasi antara gejala-gejala yang timbul dan kaitan antara hasil pemeriksaan fisik dengan keluhan penderita? 5. Apakah anamnesis dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa? 6. Bagaimanakah perencanaan untuk penatalaksanaan dalam kasus ini? 7. Apakah komplikasinya jika tidak diobati?

JAWABANDari hasil pemeriksaan fisik didapati bahwa anak ini mengalami gizi buruk atau malnutrisi yang dikenali sebagai Protein-Energi Malnutrisi (PEM). PEM adalah suatu kondisi malnutrisi yang berlaku apabila keperluan protein atau energi atau kedua-duanya untuk metabolisme badan tidak dapat dipenuhi oleh diet. Hasil pemeriksaan fisik yang lain didapati berkaitansecara langsung atau tidak langsung dengan kondisi gizi buruk ini. Penyebab dan Faktor-Faktor Terjadinya PEM 1. Faktor sosioekonomi Kemiskinan Ketidakpedulian cara penjagaan anak yang tidak sempurna. Kekurangan makanan penganti apabila kekurangan ASI Penderaan anak, penggunaan narkoba atau alkohol. Budaya taboo makanan. 2. Faktor biologik Malnutrisi maternal sebelum atau pada waktu kehamilan. Penyakit infeksi diare, campak, AIDS, TBC. 3. Faktor lingkungan.

Tempat tinggal yang padat dan kondisi sanitasi yang buruk. Banjir, kemarau dan perang. Status Pertumbuhan Anak Dalam Skenario Penentuan status gizi. Quadrate Index (QI) = 1% X BB(kg) TB2(m2) = 1% X 8.1 (0.76)2

Gizi normal: > 0.15 Gizi sedang: 0.45 0.15 Gizi buruk: < 0.145

= 0.14024 (< 0.145) Gizi buruk. Klasifikasi Gomez 1956 BB = 9 + 2 (n-1) =9+2 = 11 kg. BB anak = 8.1 X 100% 11 = 73.6 % (60% - 80% PEM Kwashiorkor.) Definisi PEM PEM adalah suatu kondisi malnutrisi yang berlaku apabila keperluan protein atau energi atau kedua-duanya untuk metabolisme badan tidak dapat dipenuhi oleh diet. PEM terdiri dari PEM primer dan sekunder. PEM primer berlaku karena pemakanan yang tidak adekuat dan PEM sekunder terjadi oleh karena penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan pemakanan yang tidak adekuat, asupan yang tidak adekuat, keperluan gizi yang bertambah dan peningkatan kehilanagan nutrient. Terdapat 3 tipe PEM yaitu kwashiorkor, marasmik kwashiorkor dan marasmus. Kwashiorkor berlaku terutama apabila kekurangan protein dan marasmus berlaku terutama apabila kekurangan energi. Marasmik kwashiorkor pula adalah kombinasi dari defisiensi kronik energi dan defisiensi kronik atau akut dari protein. Klasifikasi PEM

1. Wellcome Trust classification (BB/U) 2. WHO Symmetrical edema Weight for height (measure of wasting) Height for age (measure of stunting) Manifestasi klinik Marasmus 1. Atrofi otot dan kehilangan jaringan subkutan yang teruk terutama di bokong, kaki, tangan, muka (old mans face). 2. Sangat kurus. 3. Pertumbuhan terhambat. 4. Tidak ada edema 5. Insidens tertinggi pada bayi < 1 tahun. 6. BB < 60% dari BB seharusnya menurut umur. 7. Lapisan kulit yang longgar dan berkedut. 8. Kulit kering, bersisik, tidak elastik dan mudah terkena infeksi. 9. Hipopigmentasi rambut. 10. Distensi abdomen karena atrofi otot dan hipotonia otot abdominal. 11. LLA berkurang 12. Nafsu makan yang tinggi. Moderate undernutrition No SD score -2 to -3 (70-79% of expected) SD score -2 to -3 (80-89% of expected) Severe undernutrition Yes SD score < -3 ( 40% 3. tanda-tanda gagal sirkulasi: akral dingin, denyut radial lemah, tidak sadar. 4. stupor, koma. 5. infeksi, terutama brokopneumonia atau campak. 6. peteki atau kelainan pendarahan 7. dehidrasi dan gangguan elektrolit terutama hipokalemia dan acidosis. Fase pemberian makanan. Diet ditambahkan dengan sistematis sehingga energi 150 kkal/kg/24 jam dan protein 4g/kg/24 jam. Setelah anak terbiasa dengan diet setinggi ini, pemberian makanan dimulakan secara ad libitum. Terapi besi dimulai pada fase ketiga.

2. Fase kedua

8. takikardi yang persisten, tanda-tanda gagal jantung dan paru. 9. total serum protein < 30g/L 10. anemia teruk dengan tanda-tanda hipoksia 11. jaundice dan elevasi serum biliriubin 12. lesi kulit yang ekstensif dan eksfoliatif sehingga ulseratif 13. hipoglikemia 14. hipotermia.

REFERENSI1. Behrman, Kliegman, Nelson, Nelson Textbook Of Pediatrics, 17th Edi., Saunders. 2. O P Ghai, Piyush Gupta, V K Paul, Ghai Essential Pediatrics, 5th Edition, Mehta, Publishers. 3. Kumar, Cotran & Robbins, Robbins Basic Pathology, 7th Edition, Saunders. 4. Shills, Olson, Shike, Ross, Modern Nutrition in Health and Disease, 9th Edition Lippincott, William & Wilkins.