Modul 4 Swempi Fix

27
Swempi Melchiadi Abolla 1208017029 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2015 SKENARIO 1 Seorang perempuan umur 65 tahun di bawa ke puskesmas dengan keluhan nyeri pangkal paha kanan sehingga tidak dapat berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu setelah jatuh terduduk di kamar mandi pada saat penderita berjalan tertatih-tatih. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung, dan rematik. Penderita pernah mengalami serangan stroke 3 tahun lalu. KALIMAT KUNCI : 1. Wanita, 65 tahun 2. Keluhan : nyeri pangkal paha kanan hingga tidak dapat berjalan 3. 5 hari lalu jatuh terduduk dikamar mandi saat berjalan tertatih-tatih. 4. 7 tahun terakhir konsumsi obat DM, hipertensi, jantung, reumatik. 5. Riwayat stroke 3 tahun yang lalu.

description

kedokteran

Transcript of Modul 4 Swempi Fix

Page 1: Modul 4 Swempi Fix

Swempi Melchiadi Abolla

1208017029

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2015

SKENARIO 1

Seorang perempuan umur 65 tahun di bawa ke puskesmas dengan keluhan

nyeri pangkal paha kanan sehingga tidak dapat berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5

hari yang lalu setelah jatuh terduduk di kamar mandi pada saat penderita berjalan

tertatih-tatih. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing

manis, tekanan darah tinggi, jantung, dan rematik. Penderita pernah mengalami

serangan stroke 3 tahun lalu.

KALIMAT KUNCI :

1. Wanita, 65 tahun

2. Keluhan : nyeri pangkal paha kanan hingga tidak dapat berjalan

3. 5 hari lalu jatuh terduduk dikamar mandi saat berjalan tertatih-tatih.

4. 7 tahun terakhir konsumsi obat DM, hipertensi, jantung, reumatik.

5. Riwayat stroke 3 tahun yang lalu.

Page 2: Modul 4 Swempi Fix

A. PENDAHULUAN

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Jatuh yang terjadi pada usia

lanjut dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik ataupun faktor ekstrinsik.1

Definisi jatuh sangat beragam, salah satunya menurut The International

Classification of Disease (ICD 9) mendefinisikan jatuh sebagai kejadian yang tidak

diharapkan dimana seseorang terjatuh dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang

lebih rendah atau tempat yang sama tingginya (Masud, Morris, 2006).1

King juga mendefinisikan jatuh sebagai kejadian yang tidak disadari oleh

seseorang yang terduduk dilantai/tanah atau tempat yang lebih rendah tanpa

disebabkan oleh hilangnya kesadaran, stroke, atau kekuatan yang berlebihan (King,

2004).1

Berdasarkan survey di masyarakat AS, Reuben dkk (1996) mendapatkan

insiden jatuh di masyarakat umum AS lebih dari 65 tahun berkisar 1/3 populasi lansia

setiap tahun.¹

Jatuh sering dialami oleh pasien usia lanjut. Banyak factor yang berperan di

dalamnya, baik factor intrinsik dari lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan,

kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness, serta

faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda,

penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.¹

Page 3: Modul 4 Swempi Fix

B. ANALISIS SKENARIO

1. Perempuan Umur 65 tahun

Umur 65 tahun termasuk golongan lanjut usia. Berbagai perubahan

degeneratif terjadi dengan frekuensi meningkat pada individu >60 tahun, tapi tidak

berhubungan satu sama lain. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan sistem

sensorik yang mempengaruhi visus, pendengaran, fungsi vestibuler, dan

proprioseptif. Kemudian terjadi pula perubahan pada sistem saraf pusat, perubahan

kognitif berupa dementia, serta perubahan musculoskeletal.1,2,3

Keseimbangan tubuh dipertahankan oleh kerjasama otot dan sendi tubuh

(sistem muskuloskeletal), kulit (sistem somatosensoris), mata (sistem visual), dan

labirin (sistem vestibular). Ketiganya membawa informasi mengenai keseimbangan

ke otak (sistem serebellar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebellar.1,2,3,4

Perubahan vaskuler dapat menyebabkan fibrosis intima dan media siderosis,

degenerasi amiloid dan hialin. Perubaan vaskuler tersebut dapat menyebabkan

gangguan sensorik, tampilan sensori-motorik lambat, gangguan keseimbangan postur

dan gerakan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan patologik berupa dementia

multiinfark, iskemik otak, dan stroke. ¹

Selain itu, sistem lokomotorik/otot terjadi atropi pada serabut otot, baik

dalam jumlah maupun ukurannya disebabkan oleh gangguan metabolic dan denervasi

fungsional. Perubahan fisiologik yang terjadi berupa penurunan kekuatan fisik,

disabilitas, keterbatasan jangkauan dan kecepatan gerak, sebagai gangguan dari

kelemahan otot , kaku sendi dan mekanisme sentral penampilan sensori-motorik.

Perubahan ini menimbulkan keadaan patologik seperti pengecilan otot, terutama

ekstremitas distal.4

Dengan Bertambahnya usia proses coupling penulangan yaitu proses

perusaakn pembentukan tulang melambat terutama pembentukannya. Tulang-tulang

terutama trabekulae menjadi lebih berongga-rongga dan sering berakibat patah

tulang. Adanya perubahan pada struktur tulang menyebabkan hambatan pada

pergerakan pada pasien geriatrik.4

Page 4: Modul 4 Swempi Fix

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah

pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menopak

dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi menyebabkan

seorang lansia susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti

terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.¹

2. Hubungan Jatuh Dengan Rasa Nyeri Dan Ketidakmampuan Berjalan

Berbagai faktor berperan untuk terjadinya gangguan keseimbangan dan jatuh

terutama untuk usia lanjut. Pasien dengan usia lanjut dikaitkan dengan input

propioseptif yang berkurang, proses degeneratif pada sistem vestibular, refleks posisi

yang melambat dan melemahnya kekuatan otot yang amat penting dalam memelihara

postur. 1,5

Berdasarkan skenario, dikatakan bahwa sebelum jatuh pasien wanita berumur

65 tahun ini berjalan tertatih-tatih yang menandakan bahwa telah terjadi gangguan

berjalan pada pasien yang mungkin terjadi akibat penurunan massa tulang akibat usia,

pengaruh obat-obatan maupun riwayat penyakit sebelumnya. Saat pasien jatuh

terduduk, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah fraktur vertebra terutama

segmen lumbal dan sacral. Sehingga akan dapat menyebabkan kompresi pada nervus

yang keluar dari columna vertebralis yang dapat bermanifestasi nyeri. Selain itu,

adanya trauma di columna vertebralis juga dapat menyebabkan kompresi pada ramus-

ramus saraf di cornu anterior segmen lumbosacral yang berfungsi sebagai saraf

motorik pada kedua tungkai yang mengakibatkan tungkai tidak dapat digerakkan.1,5

3. Penyebab Jatuh

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor,

antara lain (Kane, 1994; Reuben, 1996; Tinetti,1992; Campbell 1987; Brocklehurst,

1987). 1

Page 5: Modul 4 Swempi Fix

1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang aman (30-50% kasus jatuh

lansia).1

a. Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung.

b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat

proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang berada di

rumah tertabrak, lalu jatuh

2. Nyeri kepala dan atau vertigo

3. Hipotensi Orthostatik

a. Hipovolemi/curah jantung rendah

b. Disfungsi otonom

c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung

d. Terlalu lama berbaring

e. Pengaruh obat-obat hipertensi

f. Hipotensi sesudah makan

4. Obat-obatan

a. Diuretic/ antihipertensi

b. Antidepresan trisiklik

c. Sedative

d. Obat-obat hipoglikemik

e. Alkohol

5. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit akut seperti :

a. Kardiovaskuler : aritmia, stenosi aorta, sinkope sinus carotis

b. Neurologi : stroke, serangan kejang, Parkinson, penyakit cerebellum dll

6. Idiopatik (tidak jelas penyebabnya)

7. Sinkpoe : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

Page 6: Modul 4 Swempi Fix

4. Faktor Resiko Jatuh

Ada beberapa hal yang berperan dalam stabilitas badan, yaitu: ¹

1. Sistem sensorik

Yang berperan di dalamnya adalah visus, pendengaran, fungsi vestibuler, dan

proprioseptif. Semua gangguan sensorik tersebut menyebabkan hamper sepertiga

penedrita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat uji klinik.¹

2. Sistem Saraf Pusat

SSP akan memberikan respon motoric untuk mengantisipasi input sensorik.

Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering diderita

oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik

terhadap input sensorik.¹

3. Kognitif

Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatnya resiko

jatuh.¹

4. Muskuloskeletal

Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar

murni milik lansia yang berberan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan

muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan

dengan proses menua yang fisiologis. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan

lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi menagkibatkan seorang lansia

susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung,

kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.¹

Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia: ¹

1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau

tergeletak di bawah.

Page 7: Modul 4 Swempi Fix

2. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok

3. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang

a. Lantai yang tidak datar

b. Karpet yang tidak dilem dengan baik. Keset yang tebal, dan benda-benda alas

lantai yang licin atau mudah tergeser

c. Lantai licin atau basah

d. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)

e. Alat bantu lain yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain:¹

1. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti

berjalan, naik turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali jatuh terjadi pada

saat lansia melakukan aktivitas berbahaya sperti mendaki gunung atau olahraga berat.

Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin

disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering

terjadi pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin pindah

tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.¹

2. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah. 10% terjadi di tetangga, dengan

kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak disbanding saat naik, yang lainnya

terjadi karena tersandung, menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang

licin atau tak rata, penerangan ruang yang kurang.¹

3. Penyakit akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit

kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut

pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penyakit

jantung iskemik, dan lain-lain.¹

Page 8: Modul 4 Swempi Fix

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar,

yaitu:¹

1. Faktor-faktor intrinsik (faktor dari dalam)¹

a. Kondisi fisik dan neuropsikiatrik

b. Penurunan visus dan pendengaran

c. Perubahan neuromuskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses menua.

2. Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)¹

a. Obat-obatan yang diminum

b. Alat-alat bantu berjalan

c. Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya)

5. Riwayat Pemakaian Obat

a. Diabetes mellitus

Komplikasi DM pada usia lanjut ada yang akut dan ada pula yang kronik.

Komplikasi DM akut antara lain ketoasidosis, koma diabetikum, dan sebagainya.

Sedangkan komplikasi DM kronik antara lain makroangiopati, mikroangiopati dan

neuropati. Komplikasi akibat makroangiopati terutama akan meningkatkan mortalitas,

sedangkan komplikasi mikroangiopati akan meningkatkan morbiditas. Komplikasi

mikroangiopati antara lain retinopati diabetik dan nefropati diabetik; komplikasi

makroangiopati antara lain terjadinya atherosklerosis yang menimbulkan komplikasi

lebih lanjut pada serebrovaskular; sedangkan komplikasi berupa neuropati, disebut

juga neuropati diabetik, yang tersering adalah neuropati perifer. Berbagai komplikasi

yang disebutkan di atas dapat menyebabkan jatuh pada usia lanjut. Selain itu,

kesalahan dalam mengkonsumsi obat antidiabetik oral oleh karena

kelebihan/kekurangan dosis dan ketidakseimbangan antara asupan makanan dan obat

antidiabetik oral dengan aktivitas sehari-hari yang menyebabkan hipoglikemi atau

hiperglikemi juga dapat membuat jatuh pada usia lanjut.3,7,8

Sulfonilurea

Page 9: Modul 4 Swempi Fix

Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak

makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar dan atau ginjal. Kecenderungan

hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan

asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu, hipoglikemia tidak mudah

dikenali pada oarang tua karena timbul perlahan tanpa tanda akut (akibat tidak ada

refleks simpatis) dan dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma. Gejala

susunan saraf pusat yang lain berupa vertigo, konfusio / bingung, ataksia dan

sebagainya.3,7,8

Pada penderita DM, Diuretik golongan tiazid juga dapat menyebabkan

hiperglikemia karena mengurangi sekresi insulin.3,7,8

b. Hipertensi

Yang penting untuk diketahui pada golngan lanjut usia ialah kecendrungan

labiltas tekanan darah, serta mudahnya terjadi hipotensi postural. Maka dari itu

dianjurkan untuk selalu mengukur tekanan darah pada posis tidur maupun tegak. Apa

bila hipertensi ini tidak terkontrol maka akan dapat menyebabkan penyakit jantung

hipertensif dan komplikais pada target organ lainnya. Pada orang hipetensi, pasien

sering mengeluh sakit kepala atau pusing. Gejala-gelaja tersebut dapat menyebabkan

pasien jatuh.3,7,8

Obat-obat hipertensi seperti : Diuretik seperti furosemid dapat menyebabkan

hipotensi ortotastatik, ada juga jenis diuretic tiazida dapat menyebabkan mual,

muntah dan sakit kepala. Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh

obat-obatan yang termasuk golongan diuretik adalah Hidroklorotiazid. Efek samping

yang sering dijumpai adalah : hipokalemia dan hiponatremia (kekurang natrium

dalam darah) yang dapat mengakibatkan gejala lemas, hiperurisemia (peningkatan

Page 10: Modul 4 Swempi Fix

asam urat dalam darah) dan gangguan lainnya seperti kelemahan otot, muntah dan

pusing.3,7,8

Obat anti hipertensi lainnya adalah dari golongan betabloker misalnya

atenolol, metanolol,propanolol, obat-obat ini pada penderita DM harus hati-hati

diberikan karena dapat menutupi gejala hipoglikemia dan dapat menyebabkan

bronkospasme pada orang tua.3,7

Obat anti hipertensi lainnya adalah vasodilator seperti hidralasin dan prasosin,

ACE-I sperti kaptopril, golongan Antagonis kalsium seperti Nifedipin, Ditialisem,

Verapamil, penghambat resptor Angiotensin II seperti valsartan, yang memiliki efek

samping yaitu : adalah pusing dan sakit kepala.3,7,8

c. Jantung

Keadaan fisiologis jantung pasien lansia sudah dalam keadaan menurun.

Apalagi ditambah dengan kelainan yang ada pada jantungnya sehingga pasien harus

mengkonsumsi obat penyakit jantung. Dalam keadaan ini pasien penyakit jantung

lebih mudah untuk kelelahan, sesak bahkan sinkope, yang dapat menyebabkan ia

jatuh ketika sedang melakukan aktifitas rutinnya.3,7,8

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat-obatan yang

termasuk dalam golongan betabloker adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.

Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala

hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah

yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala

bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus

hati-hati.3,7,8

d. Reumatik

Adanya penyakit reumatik pada pasien ini dapat memenpengaruhi gaya

berjalannya yang merupakan salah satu factor ekstrinsik yang dapat membuat pasien

Page 11: Modul 4 Swempi Fix

mudah terjatuh. Penyakit reumatik yang sering diderita oleh lansia terutama pada

wanita adalah osteoarthritis, osteoporosis, reumatik arthritis, gout dan lain-lain.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya menurun bila otot

pada bagian tersebut tidak dilatih guna mengakifkan fungsi otot lagi. Ciri khas dari

penyakit ini adalah nyeri pada sendi yang terkena, misal coxae ataupun genu maka

dapat mempengaruhi cara berjalannya pasien, sehingga pasien berjalan seperti

tertatih-tatih. Jalan yang tertatih-tatih ini yang merupakan factor predisposisi

terjadinya jatuh pada pasien.3,7,8

Alopurinol

adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat

dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim

yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin

menjadi asam urat. Dalam tubuh Alopurinol mengalami metabolisme menjadi

oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase.

Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi

produksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin. Efek sampingnya yaitu

Reaksi hipersensitivitas :ruam makulopapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif

dan lesi purpura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis. Demam,

eosinofilia, kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit

kepala dan rasa logam. Pemberian Alopurinol bersama dengan azatioprin,

merkaptopurin atau siklotosfamid, dapat meningkatkan efek toksik dari obat tersebut.

Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan

tiazida. Dengan warfarin dapat menghambat metabolisme obat di hati.3,7,8

6. Riwayat Stroke

Stabilitas tubuh seseorang ditentukan oleh system saraf sensorik dan system

saraf pusat. Sistem saraf pusat akan memberikan respon motoric untuk

mengansitipasi input sensorik. Pada penderita stroke akan terjadi gangguan pada

system saraf pusat yang menyebabkan tidak berespon baik terhadap input sensorik.

Page 12: Modul 4 Swempi Fix

Gangguan pada system saraf berupa perlambatan konduksi syaraf akan menyebabkan

terjadinya gangguan pada system muskuloskletal berupa gangguan gait (berjalan). 1

Semua perubahan tesebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah pendek,

penurunan irama dan pelebaran bentuk basal. Kaki tidak menapak dengan kuat dan

lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seseorang lansia

susah mengansitipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian

tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.1

C. PENDEKATAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis6

a. Riwayat medis umum

b. Tingkat mobilitas

c. Riwayat jatuh sebelumnya

d. Obat- obatan yang di konsumsi

e. Apa yang dipikirkan pasien sebagai penyebab jatuh ?

f. Lingkungan sekitar tempat jatuh

g. Gejala yang terkait (kepala terasa ringan, dizziness,vertigo, palpitasi,nyeri

dada sesak)

h. Hilangnya kesadaran

2. Pemeriksaan Fisik6

a. Kesadaran pasien (bisa dengan GCS)

b. Tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan)

c. Tanda nyeri dan fraktur serta pemeriksaan ekstremitas(edema dan

sebagainya)

d. Keadaan jantung: apakah ada pembesaran dan bunyi jantung abnormal

3. Pemeriksaan Penunjang6

a. Pemeriksaan neurologis untuk menetukan lesi pada otak atau juga sensorik

dan motorik.

b. Pemeriksaan status fungsional dan kognitif, memperhatikan apakah pasien

menderita demensia terutama demensia vaskular.

Page 13: Modul 4 Swempi Fix

a. Pemeriksaan mobilitas pasien: status fungsional cara berlajan.

b. Pemeriksaan laboratorium tergantung dari sifat permasalahan dan

keadaannya.

c. Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, kadar kalsium, elektroforesis

protein serum

d. Mengukur kadar alkali fosfatase serum, bone-Gla-protein plasma

(osteocalcin),untuk mengetahui adanya pembentukan tulang pada

osteoporosis.

e. Pemeriksaan foto roentgen bagian panggul dalam bidang anteroposterior,

lateral, dan oblique, harus dilakukan pada setiap pasien yang menderita nyeri

pada pangkal paha dan juga pada sendi lutut.

D. PENATALAKSANAAN

TATA LAKSANA INSTABILITAS DAN JATUH

Prinsip dasar tatalaknsana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat

jatuh :6

a. mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh

b. mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh

c. kurangi konsumsi obat-obatan yang menyebabkan instabilitas

d. memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan

otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai

e. merubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup

f. pegangan

g. lantai yang tidak licin, dan sebagainya.

Latihan fisik (penguatan otot, fleksibilitas sendi, dan keseimbangan), adaptasi

perilaku (bangun dari duduk perlahan-lahan, menggunakan pegangan atau perabot

untuk keseimbangan, dan teknik bangun setelah jatuh) perlu dilakukan untuk

mencegah morbiditas akibat instabilitas dan jatuh berikutnya.6

Page 14: Modul 4 Swempi Fix

Perubahan lingkungan acap kali penting dilakukan untuk mencegah jatuh

berulang. Lingkungan tempat orang usia lanjut tinggal seringkali tidak aman sehingga

upaya perbaikan diperlukan untuk memperbaiki keamanan mereka agar kejadian

jatuh dapat dihindari.6

E. PENCEGAHAN

Jatuh bukan merupakan konsekuensi dari lanjutnya usia, oleh karena itu dapat

dilakukan pencegahan (king, 2004). Berdasarkan guideline dari American Geriatric

Society, British Geriatric Society dan American Academy of Orthopedic Surgeon

Panel on Fall Prevention merekomendasikan bahwa pasien lanjut usia harus

dilakukan skrening jatuh setiap tahun dengan evaluasi yang mendalam pada individu

yang pernah mengalami kejadian jatuh baik sekali atau berulang. Pada pasien lansia

yang baru pertama kali jatuh harus dilakukan pemeriksaan gaya berjalan dan fungsi

keseimbangan dan kemudian evaluasi.¹

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila

sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.¹

Ada 3 usaha pokjok untuk pencegahan ini, antara lain:¹

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya

faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,

muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh.¹

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh

harus dihilangkan. Penerangan rumah hartus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai

Page 15: Modul 4 Swempi Fix

rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan

rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya

diganti, peralatan rumah ini sebaikknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya

diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan

kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.¹

Banyak obat-obatan yang berperan terhadap jatuh. Mekanisme tersering

termasuk sedasi, hipotensi ortostatik, efek ekstrapiramidal, miopati dan gangguan

adaptasi visual. Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod,

kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah

bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.¹

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimabangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada

saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi

medik. Penilaian gaya berjalan(gait) juga harus dilakukan dengan cermat, apakah

penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita

mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas

bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi

bila terdapat kelainan/penurunan.¹

3. Mengatur/mengatasi fakor situsional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang

diderita lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah

dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor

situasional yang berupa aktifitas fisik dapat diatasi sesuai dengan kondisi kesehatan

penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktivitas fisik seberapa jauh yang aman

bagi penderita, aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan

baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan

Page 16: Modul 4 Swempi Fix

aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat

melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.¹

F. PROGNOSIS

Dengan bertambahnya usia pasien akan mengalami berbagai

perubahan pada tubuhnya baik secara anatomis maupun fisiologis. Seperti pada

sistem musculoskeletal, gangguan keseimbangan, jatuh, dan fraktur merupakan

masalah besar pada usia lanjut. Terdapat berbagai faktor yang menjadi faktor risiko

dan penyebab instabilitas dan jatuh.2,6

Keluhan nyeri pada pangkal paha sehingga tidak dapat berjalan dapat

diakibatkan karena adanya atrofi dari otot-otot sebagai akibat berkurangnya aktifitas

dan juga dapat disebabkan karena gangguan metabolik atau denervasi syaraf. Dengan

Bertambahnya usia proses coupling penulangan yaitu proses perusaakn pembentukan

tulang melambat terutama pembentukannya. Tulang-tulang terutama trabekula

menjadi lebih berongga-rongga dan sering berakibat patah tulang. Adanya perubahan

pada struktur tulang menyebabkan hambatan pada pergerakan pada pasien geriatrik.5

Selain dari keluhan nyeri pada pangkal paha, keadaan pasien

diperparah oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan

penyakit jantung. Jika pasien ditangani dengan baik, dapat memperbaiki kualitas

hidup pasien. Akan tetapi jika tidak mendapat penanganan yang baik pada pasien ini

ditambah dengan penyakit-penyakit degeneratif yang diderita pasien, maka kualitas

hidupnya semakin jelek.5

G. KESIMPULAN

1. Berdasarkan analisis skenario, pada pasien kemungkinan terjadi kompresi pada

columna vertebra segmen lumbal dan sacral sehingga terjadi penjepitan nervus

yang berakibat nyeri dan trauma di columna vertebralis juga dapat

menyebabkan kompresi pada ramus-ramus saraf di cornu anterior segmen

lumbosacral sehingga pasien tidak dapat bergerak.

Page 17: Modul 4 Swempi Fix

2. Diperberat oleh :

a. Usia

b. Riwayat stroke

c. Penyakit yang diderita dan pemakaian obat

H. REFERENSI

1. Andayani R, Rejeki, Murti M, Yudo. Jatuh. Dalam : Boedhi-Darmojo.Geriatri

(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 2011.

Halaman 174-180

2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001; Hal. 186-9.

3. Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology 11 th edition.

Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006; Halaman 693

4. Ganong, William F. Review of Medical Physiology 22nd edition. 2005.

5. Hadi-Martono. Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua. Dalam :

Boedhi-Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta:Balai

Penerbit FKUI. 2011. Halaman 66, 68-74

6. Setiati siti, Purwita W. Laksmi. Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur.

Buku Ajar Penyakit Dalam (Sudoyo Aru w, Idrus Alwi) Jilid I Edisi V. Jakarta.

2009. Halaman: 817-824.

7. Kabo, Peter. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskuler Secara

Rasional.FK-UI.2011. Halaman 75-95

8. Farmakologi Dan Terapi FKUI Edisi 5. Halaman 231, 343-354, 490

9. Al-Luqman Ayat 14. Al-Qur-an Dan Terjemahan

10. Al-Israa’ Ayat 23. Al-Qur-an Dan Terjemahan