[Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
Transcript of [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
1/17
LAPORAN PRAKTIKUM PETROFISIKA TM-2108
PERCOBAAN MODUL II
EMULSI
Nama : Rina Yuliana
NIM : 10111072
Shift : Senin 1
Tanggal Praktikum : 7 Oktober 2013
Tanggal Laporan : 14 Oktober 2013
Dosen : Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana
Asisten : Alfino Harun Lubis 12210013
Nelly Irmawati 12210047
LABORATORIUM PETROFISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
2/17
EMULSI
I. Tujuan
1.
Memahami bagaimana dan mengapa emulsi terbentuk.
2.
Memahami proses pemecahan emulsi
II. Teori Dasar
Emulsi merupakan kombinasi dua jenis cairan yang immiscible (tidak saling larut) pasa
kondisi normal. Salah satu cairan tersebut akan tersebar atau terdispersi sebagai droplet pada
cairan lainnya. Fasa terdispersi dianggap sebagai fasa dalam dan medium dispersi sebagai fasa
luar atau kontinu. Terdapat tiga komponen dalam suatu emulsi oil-water, yaitu air, minyak, dan
emulsifying agent. Berdasarkan ukuran partikelnya, terdapat 2 jenis emulsi. Pertama, mikro
emulsi dengan ukuran partikel 0.0001 0.1 m. Secara fifik, bila emulsi kelihatan jernih dan
tembus pandang artinya ukuran partikel fasa terdispersi kurang dari 0.1m. Kedua, makro emulsi
dengan ukuran partikel 0.1 50 m.. Dan bila emulsi tersebut terlihat buram (tidak jernih),
artinya ukuran partikrl dari fasa tedispersi kira-kira 7 m.. Selain itu, terdapat 3 jenis emulsi
minyak air, yaitu emulsi minyak dalam air o.w (emulsi yang terbuat dari air dan minyak dengan
jumlah air lebih banyak dari minyak, sehingga membentuk emulsi minyak di dalam air), serta
emulsi multistage emulsion (air dalam minyak dalam air).
Sesuai dengan definisi emulsi, maka terbentuknya emulsi disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :
terdapat dua cairan yang tidak saling melarutkan (immiscible), terjadinya proses pengadukan
(agitasi), dan adanya emulsifying agent. Untuk dapat terbentuknya emulsi pada minyak harus
terjadi proses pengadukan, misalnya gelembung gas bergerak melewati campuran minyak-air atau
akibat campuran air-minyak melewati celah kecil dengan kecepatan relatif tinggi. Pembentukan
emulsi pada umumnya terjadi dari beberapa tingkat pada waktu produksi. Sumber proses agitasi
yang cukup untuk dapat membentuk emulsi, diantaranya terjadi pada waktu minyak atau air
masuk kedalam sumur (minyak dan air mengalir dari formasi melewati lubang perforasi),
pengangkatan buatan yaitu dengan pompa maupun gaslift, aliran fliuda pada tubing, flowline,
valve, dan jepitan yang dapat menimbulkan turbulensi aliran yang akan memecahkan partikel
minyak sehingga potensial untuk terbentuk emulsi, dan penurunan tekanan dan temperatur fluida
produksi.
Emulsifying agent (emulsifier) merupakan zat aktif permukaan (surfactant) yang memperkecil
tegangan antar muka air dan minyak. Emulsifying agent tersusun atas kelompok polar disebut
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
3/17
hydrophilic(suka air) dan kelompok non polardisebut hydrophobic(takut air).Emulsifying agent
yang umum ditemukan dalam emulsi minyak bumi adalah asphalt, material resin, naphtenikdan
asam-asam organicyang terlarut dan tersebar di dalam minyak.
Tiga proses yang berlangsung dari proses emulsifying agent adalah mempekecil tegangan
antar muka partikel, membentuk lapisan penghalang (film), yang mencegah penggabungan antar
butiran air, serta mensuspensi butiran air.
Pada emulsi air dalam minyak, zat pengemulsi ini hadir dari fasa minyak dan bergerak ke
bidang antar muka, sehingga terakumulasi disekitar permukaan minyak air. Emulsifying agent ini
selanjutnya akan berperan sebagai penghalang (buffer) yang menurunkan gaya tarik menarik
antara partikel air dan minyak sehingga menurunkan luas permukaan antar butiran dan akibatnya
akan mampu menurunkan tegangan permukaan. Tidak semua jenis emulsifying agent mempunyai
kemampuan untuk menurunkan tegangan antar permukaan antar partikel, membentuk lapisan
penghalang serta mensuspensi butiran air dalam pembentukan emulsi. Kadang-kadang
emulsifying agentini hanya mampu bekerja dengan salah satu dari ketiga prinsip diatas, sehingga
jenis demulsifiermenjadi penentuan terhadap kestabilan emulsi.
Kestabilan atau ketahanan emulsi untuk pecah tergantung pada 4 faktor, yaitu:
Viskositas
Viskositas dari cairan berhubungan dengan ketahanan untuk mengalir. Bila minyak
mempunyai viskositas yang tinggi, maka butir-butir akan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk bergabung dan mengendap dibandingkan pada minyak dengan viskositas yang rendah(butiran air relatif sulit bergerak dengan cepat dalam minyak yang relatif kental).
Kecepatan jatuh dari butiran air dalam minyak dapat dihitung dengan persamaan Stokes :
Vt =.()
Dimana Vt kecepatan jatuh butiran (cm/detik), dm diameter droplet (m), SG specific gravity,
viskositas fasa kontinu (cp).
Specific Gravity
Minyak berat mempunyai API yang rendah, minyak jenis ini cenderung untuk menahanbutiran air berada dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama dibandingkan dengan
minyak yang memiliki API yang tinggi. Perbedaan spesifik gravitasi yang besar antara
minyak dan air akan menyebabkan pengendapan yang relatif cepat dan emulsi mudah
dipecahkan
Kandungan Air
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
4/17
Bila dalam emulsi water-in-oilkandungan air bertambah, maka diperlukan agitasi yang lebih
intensif supaya pengemulsian air dapat terjadi dengan sempurna. Emulsi dengan kandungan
air yang tinggi tentunya mempunyai jumlah butir-butir air per unit volume yang tinggi pula,
sehingga cenderung untuk lebih mudah membentuk butir-butir air yang lebih besar dan emulsi
akan pecah. Emulsi jenis water-in-oil dengan kandungan air yang besar cenderung untuk
menjadi tidak stabil.
Umur Emulsi
Emulsi pada dasarnya berada pada kondisi yang tidak stabil, bila emulsi water in oil
dimasukan dalam tangki dan tidak dilakukan treatment, maka sejumlah butiran air akan
bergabung dan memisahkan diri akibat gaya gravitasi. Bila dilakukan treatment terhadap
emulsi tersebut, maka proses pemecahan emulsi akan lebih sempurna dan tinggal sedikit
kandungan air yang tertinggal dalam minyak.
Demulsifikasi adalah proses pemecahan emulsi minyak. Prinsip dari proses demulsifikasi atau
pemecahan emulsi adalah penggabungan dari butiran-butiran yang tersebar (fasa terdispersi) dan
pemecahan film antar permukaan yang menyelimuti butiran-butiran.Pemecahan emulsi dapat
dikategorikan dalam 5 (lima) metode, yaitu metode gravitasi, metode pemanasan, metode listrik,
metode kimiawi, dam metode tenaga putaran (sentrifugasi).
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut:1. Gelas kimia 250 cc 3 buah 7. Pipet tetes
2. Gelas ukur 100 cc 4 buah
3. Mixer
4. Pemanas celup
5. Stopwatch
6. Toples
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut:
1.
Air
2. Air formasi
3. Crude oil
4. Demulsifier
IV. Tabulasi Data
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
5/17
Berikut data hasil percobaan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 260
RPM
t (menit) Volume air (ml) t (menit) Volume air (ml)
2 39 22 40
4 39 24 40
6 40 26 408 40 28 40
10 40 30 40
12 40 32 40
14 40 34 40
16 40 36 40
18 40 68 40
20 40 40 40
Berikut data hasil percobaan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 500
RPM
t (menit) Volume air (ml) t (menit) Volume air (ml)
2 25.0 22 31.5
4 29.0 24 31.5
6 30.0 26 31.5
8 31.0 28 31.5
10 31.0 30 31.5
12 31.0 32 31.5
14 31.5 34 31.5
16 31.5 36 31.5
18 31.5 68 31.5
20 31.5 40 31.5
Berikut data hasil percobaan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 800
RPM
t (menit) Volume air (ml) t (menit) Volume air (ml)
2 05.0 22 22.1
4 07.0 24 22.3
6 17.0 26 22.4
8 18.5 28 23.0
10 19.5 30 23.0
12 20.0 32 23.2
14 21.0 34 23.8
16 21.3 36 24.0
18 21.3 68 24.0
20 22.0 40 24.0
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
6/17
Berikut data hasil percobaan pemecahan emulsi dengan cara kimia
t (menit)Volume air
(ml)t (menit)
Volume air
(ml)t (menit)
Volume air
(ml)t (menit)
Volume air
(ml)
00.5 05.0 10.5 38.5 20.5 39.3 30.5 39.3
01.0 09.0 11.0 38.5 21.0 39.3 31.0 39.301.5 18.0 11.5 38.5 21.5 39.3 31.5 39.3
02.0 27.0 12.0 39.0 22.0 39.3 32.0 39.3
02.5 28.0 12.5 39.0 22.5 39.3 32.5 39.3
03.0 30.0 13.0 39.0 23.0 39.3 33.0 39.3
03.5 31.0 13.5 39.0 23.5 39.3 33.5 39.3
04.0 34.0 14.0 39.0 24.0 39.3 34.0 39.3
04.5 35.0 14.5 39.0 24.5 39.3 34.5 39.3
05.0 37.0 15.0 39.0 25.0 39.3 35.0 39.3
05.5 37.0 15.5 39.0 25.5 39.3 35.5 39.3
06.0 37.0 16.0 39.0 26.0 39.3 36.0 39.306.5 37.0 16.5 39.0 26.5 39.3 36.5 39.3
07.0 37.0 17.0 39.0 27.0 39.3 37.0 39.3
07.5 38.0 17.5 39.0 27.5 39.3 37.5 39.3
08.0 38.5 18.0 39.3 28.0 39.3 38.0 39.3
08.5 38.5 18.5 39.3 28.5 39.3 38.5 39.3
09.0 38.5 19.0 39.3 29.0 39.3 39.0 39.3
09.5 38.5 19.5 39.3 29.5 39.3 39.5 39.3
10.0 38.5 20.0 39.3 30.0 39.3 40.0 39.3
Berikut data hasil percobaan pemecahan emulsi dengan cara pemanasan
t (menit) Volume air (ml)
3 0
6 0
9 17
12 32
15 37
18 38
21 39
24 3927 40
30 40
33 40
36 40
39 40
42 40
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
7/17
V. Pengolahan Data
Dari data percobaan, dapat dibuat grafik untuk setiap percobaan sehingga perbandingan waktu
terhadap volume kumulatif air dapat teramati. Berikut adalah grafik kombinasi dari kelima
percobaan yang telah dilakukan dengan sumbu x menyatakan waktu dalam menit dan sumbu y
menyatakan volume kumulatif air dalam satuan ml :
Untuk metode gravity settling dengan agitasi 260 RPM:
Volume total = 100 ml
Volume kumulatif air pada menit ke 40 = 40 ml
Untuk metode gravity settling dengan agitasi 500 RPM:
Volume total = 100 ml
Volume kumulatif air pada menit ke 40 = 31.5 ml
Untuk metode gravity settling dengan agitasi 800 RPM:
Volume total = 100 ml
Volume kumulatif air pada menit ke 40 = 24 ml
Untuk metode dengan menggunakan demulsifier
Volume total = 100 ml
Volume kumulatif air pada menit ke 20 = 39.3 ml
Untuk metode pemanasan
Volume total = 100 ml
Volume kumulatif air pada menit ke 40 = 40 ml
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 20 40 60 80
V
kumulatif(ml)
t (menit)
t vs Vkumulatif
gravity settling 250 RPM
gravity settling 500 RPM
gravity settling 800 RPM
dengan demulsifier
dengan pemanasan
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
8/17
VI. Analisis dan Pembahasan
Dalam percobaan kali ini akan dijelaskan tentang bagaimana dan mengapa emulsi dapat
terbentuk serta proses pemecahan emulsi dengan beberapa metode. Prinsip dari percobaan ini
adalah pengaruh agitasi dengan berbagai kecepatan putaran terhadap kestabilan emulsi serta
pemecahan emulsi dengan metode gravity settling, metode demulsifier (kimiawi), dan metode
pemanasan.
Terdapat 3 macam variasi kecepatan pengadukan dalam percobaan kali ini, yaitu 260 RPM,
500 RPM, dan 800 RPM. Tujuan dari agitasi atau pengadukan ini adalah supaya emulsi dapat
terbentuk. Untuk metode gravity settling, variasi kecepatan pengadukan yang dipakai adalah
ketiganya. gravity settling (pengendapan secara gravitasi) adalah metode yang paling tua, mudah
dan banyak digunakan dalam pemecahan emulsi minyak. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menyiapkan minyak mentah bebas air 60 ml (minyak ini merupakan minyak murni yang
belum terkontaminasi), serta air formasi sebanyak 40 ml. Minyak mentah tersebut diaduk dengan
menggunakan mixer, dan ketika proses pengadukan sedang berlangsung tambahkan air formasi.
Alasan digunakannya air formasi dalam proses pembentukan emulsi ini adalah karena di lapangan
(di reservoir) yang akan kita jumpai adalah air formasi buka aquades ataupun air biasa yang
sering kita gunakan. Pengadukan ini dilakukan selama 3 menit pada setiap kecepatan putar (260,
500, dan 800 RPM). Minyak mentah yang sudah diagitasi dan ditambahkan air formasi
didalamnya kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 cc. Amati proses pemisahan
minyak-air setiap 2 menit selama 40-60 menit. Dan catat waktu vs volume air kumulatif.
Pengendapan secara gravitasi menjadikan emulsi tidak stabil, sehingga mudah pecah dan butiran
fasa terdispersi akan tergabung membentuk ukuran butiran yang lebih besar dengan gaya gravitasi
mendukung proses pemisahan. Pemanfaatan efek gravitasi akan dapat membantu pemisahan
butiran air yang telah menyatu pada suatu selang waktu pengendapan. Sesuai dengan namanya,
gravity settling ini menjadikan cairan yang memiliki densitas lebih besar akan berada diposisi
bawah pada waktu pemisahan. Namun demikian, gaya gravitasi ini tidak dapat bekerja
sepenuhnya karena adanaya gaya penahan (drag force) yang disebabkan oleh gerakan kebawah
partikel air melalui fasa minyak. Dari data hasil percobaan yang telah diperoleh, semakin besar
kecepatan putar saat agitasi, maka proses pemisahannya akan semakin lambat. Perhatikan bahwa
cairan yang diagitasi dengan kecepatan putar 260 RPM, emulsi lebih cepat memisah dari pada
cairan yang diagitasi dengan kecepatan putar 500 RPM. Serta cairan yang diagitasi dengan
kecepatan putar 500 RPM, emulsinya akan lebih cepat memisah dari pada cairan yang diagitasi
dengan kecepatan putar 800 RPM. Hal ini disebabkan pada kecepatan putar 800 RPM, ukuran
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
9/17
droplet air menjadi sangat kecil dan tersebar merata di dalam minyak. Dan emulsi yang terbentuk
ini dapat dikatakan stabil. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan butir-butir air yang terdispersi di
dalam minyak ini untuk bergabung akan menjadi cukup lama. Jadi, semakin besar agitasi akan
semakin lama pula emulsi memecah, atau dengan kata lain emulsi akan semakin stabil, karena
dengan agitasi yang kuat, maka akan terbentuk droplet yang lebih kecil ukurannya, sehingga
memperlama terjadinya flokulasi dan coalesense .
Untuk pemisahan emulsi dengan cara kimia (penambahan demulsifier), langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mengulangi prosedur sebelumya sampai terbentuk emulsi (kecepatan
putar yang digunakan saat agitasi adalah 800 RPM). Setelah itu, diamkan cairan selama 1 menit,
dan tambahkan demulsifier sebanyak 30 tetes dengan pipet tetes. Setelah satu menit, sistem
emulsi diaduk kembali pada 800 RPM selama 30 menit. Lalu, cairan dimasukkan ke dalam gelas
ukur, dan proses pemisahan diamati setiap setengah menit selama 20-40 menit. Jika diperhatikan,
grafik hasil percobaan memperlihatkan bahwa pemisahan emulsi dengan demusifier ini relatif
lebih cepat dibandingkan dengan metode gravity settling. Hal ini disebabkan oleh demulsifier
(surfaktan yang mengakibatkan flocculation, coalescence dan solid wetting) bereaksi dengan
cepat saat dimasukkan dalam sistem emulsi. Namun, surfaktan ini tentu saja membutuhkan waktu
untuk berekasi dengan emulsi yang ingin dipisahkan. Demulsifier ini mengakibatkan pecahnya
lapisan penghalang antar butir-butir air. Sehingga droplet-droplet air akan lebih cepat untuk
menyatu dan pemisahan emulsi dapat berlangsung dengan cukup cepat. Dapat dilihat bahwa
volume air kumulatif pada metode ini mulai stabil di menit ke 19, dan metode gravity settling
menunjukkan volume air kumulatif yang stabil di menit ke 40. Dan metode pemanasan
menunjukkan volume air kumulatif air yang stabil di menit ke 33. Meskipun, metode pemanasan
baru stabil di menit ke 33, namun di menit ke 40, metode pemanasan menunjukkan volume air
kumulatif 40 ml, sedangkan untuk cara kimia masih menunjukkan volume air kumulatif air 39.3
ml. Jadi, pemisahan emulsi dengan cara kimia tidak lebih cepat dari pemisahan emulsi dengan
metode pemanasan.
Untuk pemisahan emulsi dengan metode pemanasan, langkah awal yang harus dilakukan
adalah membuat emulsi yang langkahnya sama seperti yang telah dilakukan sebelumnya
(kecepatan putar agitasi 800 RPM). Selanjutnya, emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Tuangkan air biasa ke dalam toples. Air dalam toples dipanaskan dengan pemanas celup. Lalu
gelas ukur yang berisi emulsi dimasukkan ke dalam toples tersebut. Dan amati waktu vs volume
air kumulatif setiap 3 menit selama 40-60 menit. Panas air tetap dijaga selama percobaan masih
berrlangsung. Air yang digunakan dalam percobaan ini bukanlah aquades karena harga aquades
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
10/17
yang cukup mahal dan persediaannya terbatas. Pertimbangan digunakannya air biasa dalam
proses pemanasan adalah konduktivitas air biasa yang masih cukup tinggi, sehingga jika dialirkan
listrik di dalamnya, dapat menghantarkan panas ke gelas ukur yang berisi emulsi. Dalam grafik
hasil percobaan, pemecahan emulsi dengan cara pemanasan ini memberikan hasil pemisahan
paling cepat dibanding metode gravity settling dan metode demulsifier (jika pembentukan emulsi
dibuat sama, yaitu agitasi dengan kecepatan putar 800 RPM). Hal ini dikarenakan pada
temperature yang tinggi jarak antar partikel relatif jauh, dan selain itu gaya tarik menarik antar
molekul menjadi menurun. Oleh karenanya, viskositas cairan menjadi menurun, dan akibatnya
pemisahan emulsi menjadi cukup cepat. Temperatur tinggi mengakibatkan energy kinetic partikel
serta laju reaksi suatu partikel menjadi meningkat. Sehingga kemungkinan terjadinya tabrakan
antar butiran air menjadi cukup besar. Akibatnya, penggabungan butiran-butiran air menjadi lebih
mudah. Selain itu, pemanasan juga dapat meningkatkan beda densitas suatu sistem. Jadi,
pemisahan emulsi akan menjadi mudah. Jika diperhatikan, setelah melewati menit ke 9,
pemisahan emulsi menjadi sangat cepat. Pada grafik kombinasi, grafik untuk metode pemanasan
ini naik dengan sangat tajam, setelah menit ke-9. Dan mulai stabil di menit ke 30. Jadi, metode
pemanasan inilah yang memberikan waktu pemisahan emulsi tercepat.
Asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengukuran volume untuk sample
minyak tepat 60 ml, serta pengukuran air formasi tepat 40 ml. Sehingga jika dijumlahkan, volume
total cairan adalah 100 ml (tidak kurang, dan tidak lebih). Dengan demikian, tidak perlu
dilakukan normalisasi untuk volume air kumulatif yang terukur pada saat pengolahan data dan
plot grafik. Alat yang digunakan, seperti gelas ukur diasumsikan bersih dari cairan pada saat
pengukuran sample minyak maupun air formasi. Pengukuran waktu vs volume air kumulatif
diasumsikan akurat dan tepat setelah proses agitasi untuk setiap metode.
Pengetahuan tentang emulsi di dunia perminyakan sangatlah penting untuk dipelajari. Hal ini
disebabkan peningkatan oil recovery dapat dilakukan dengan membentuk emulsi minyak dalam
air di reservoir dan jika kita ingin memecah emulsi minyak dalam air di separator, maka kita bisa
menggunakan cara yang lebih efektif dan efisien sehingga hasil produksi minyak bisa optimal.
VII. Kesimpulan
1. Emulsi dapat terbentuk karena adanya dua macam cairan yang immiscible (tidak saling larut)
serta adanya pengadukan (agitasi). Semakin cepat agitasi, maka emulsi yang terbentuk akan
semakin stabil.
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
11/17
2. Jika emulsi dibentuk dengan proses agitasi yang sama (kecepatan putar 800 RPM), maka
proses pemecahan emulsi tercepat adalah dengan menggunakan metode pemanasan,
dilanjutkan dengan cara kimia dan metode gravity settling. Volume air kumulatif di menit 40
untuk metode gravity settling sebesar 24 ml, 39.3 ml untuk metode demulsifier (dengan cara
kimia), serta 40 ml untuk metode pemanasan.
VIII.Pustaka
Mucharam, Leksono, Surface Facilities and Transportation
IX. Pesan dan Kesan
Selama praktikum, praktikan memperoleh banyak ilmu pengetahuan tentang emulsi karena
selama keberjalanan praktikum, asisten juga menjelaskan tentang emulsi. Praktikum kali ini juga
enjoy dan tidak tegang, karena prosedur dan prosesnya tidak terlalu ribet. Pesan untuk asisten
tetaplah baik hati serta jangan pernah lelah untuk membagi ilmunya untuk praktikan.
X. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan tentang wettability
Rock wettability merupakan sifat batuan untuk dapat dibasahi oleh suatu fluida relatif
terhadap fluida yang lain. Kebasahan ini merupakan hasil interaksi antar bagian padatan
batuan dan fluida yang mengisi pori-pori. Dalam media berpori termuat dua atau lebih fluida
yang tidak saling larut (immiscible). Misalnya, untuk reservoir minyak yang pori-porinya
terisi juga dengan air. Bila air ini mudah membasahi butir-butir batuan (diding pori-pori),
maka batuan ini dikatakan sebagai water-wet. Sebaliknya, bila minyak mudah membasahi
batuan itu, maka sifat kebasahan batuan ini adalah oil-wet.
Gaya kapiler hanya ada jika dua dua fluida yang impressible. Gas tidak membasahi
batuan bila air dan atau minyak berada bersama-sama gas. Jadi sifat kebasahan batuan
reservoir gas selalu water-wet. Fluida yang membasahi batuan disebut wetting phase, dan
fluida yang tidak membasahi batuan disebut non-wetting phase. Dimana gas selalu berada
dalam kondisi non-wetting phase. Sifat kebasahan dapat mempengaruhi distribusi fluida (air
dan minyak/gas) dalam pori-pori dan proses displacement, resistivity batuan reservoir, bentuk
kurva tekanan kapiler, dan bentuk tekanan permeabilitas relatif.
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
12/17
Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat, dengan
sudut kontak sebesar . Umumnya sudut kontak diukur melalui fasa air. Sudut kontak diukur
antara fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0 - 180 C,
yaitu antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
AT = so sw= wocos wo
Dimana AT adalah tegangan adhesi, so adalah tegangan permukaan antara padatan dan
minyak, sw adalah tegangan permukaan antara padatan dengan air, serta wo adalah
tegangan permukaan antara fluida. Ketika dua fluida yang immiscible (gas-liquid atau liquid-
liquid) saling kontak (bersentuhan), maka fluida akan terpisah oleh dinding interface.
Aktivitas permukaan membuat film (penghalang) seperti layer molekul yang merupakan
tegangan, fungsinya untuk pembebasan energi interface. Jika sudut kontak kurang dari nol,
artinya air menyebar ke semua permukaan, sehingga sulit untuk diukur. Jika sudut kontaknya
0 < < 30, artinya bersifat basa air. Dan jika sudut kontaknya 30 < < 65, artinya wickly
water wet. Dan apabila sudut kontaknya > 65, artinya wickly oil wet. Tegangan adhesi
positif mengindikasikan bahwa fasa tersebut membasahi permukaan yang padat. Sedangkan
tegangan adhesi nol mengindikasikan bahwa fasa tersebut memiliki gaya kontak yang sama
besarnya dengan permukaan solid. Berikut adalah konsep dari wettability:
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
13/17
Merkuri menyerupai bentuk bola, droplet minyak menyebar menjadi bentuk busur (setengah
lingkaran), dan air menyebar menutupi permukaan gelas. Wettability sistem fluida batuan
secara keseluruhan merepresentasikan karakteristik rata-rata keheterogenan sistem wetting
relatif secara mikroskopik melalui medium pori. Penentuan sifat kebasahan ini sangatlah
penting karena kebasahan memilki pengaruh dalam penentuan t ingkat produksi minyak, rasio
produksi air/minyak, saturasi residual oil reservoir yang berada dalam keadaan bebas.
Metode langsung dalam penentuan sifat kebasahan, yaitu dengan menganalisis sudut kontak
secara cermat. Metode tidak langsung menggunakan indeks sifat relatif fasa wetting adalah
metode Amott berdasarkan imbibisi fluida oleh sample batuan dibawah berbagai kondisi,
serta USBM (U.S. Bureau of Mines) method berdasarkan penentuan lokasi dibawah kurva
tekanan kapiler yang diperoleh dengan menggunakan sentrifugasi, kombinasi Amott-USBM
method, dan spontaneous imbibitions method yang didasarkan pada tingkat kecepatan
imbibisi.
2. Petroleum System
Di dalam petroleum system, terdapat komponen-komponen penting yang harus ada sepeti
source rock, reservoir rock, migrasi, trap (jebakan), serta seal.
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
14/17
a. Source Rock
Source rock merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organic yang
cukup untuk dapat menghasilkan minyak dan gas bumi ketika endapan tersebut tertimbun
dan terpanaskan, dan dapat mengeluarkan minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah
yang ekonomis. Bahan organic yang terkandung disebut karogen. Karogen memiliki 4
tipe, yaitu
- Tipe 1, alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe seperti ini dapat
menghasilkan minyak dengan kualitas baik dan mampu menghasilkan gas.
- Tipe 2, campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe seperti ini merupakan
bahan utama minyak dan gas bumi.
- Tipe 3, tanaman darat dalam endapan dan mengandung batubara. Tipe seperti ini
umumnya mengahasilkan gas dan sedikit minyak.
- Tipe 4, bahan bakar tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak mampu
menghasilkan minyak dan gas.
b.
Reservoir Rock
Batuan yang mampu menyimpan dan mampu mengalirkan hidrokarbon. Dimana batuan
tersebut harus memiliki porositas sebagai penyimpanan hidrokarbon dan permeabilitas
sebagai tempat mengalirnya hidrokarbon. Jenis-jenis reservoir adalah:
- Siliclastic rock
- Carbonate rock
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
15/17
- Igneous Rock (batuan beku)
- Metamorphic rock
c. Migrasi
Proses transportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoir. Dalam
transportasi hidrokarbon terjadi beberapa proses, yaitu migrasi primer (migrasi di dalam
sekuen dari source rock), ekspulsion (dari sekuen source rock menuju carrier bed), migrasi
sekunder (transportasi carrier bed menuju ke trap).
d. Trap (jebakan)
Bentuk dari suatu geometri atau facies yang mampu menahan minyak dan gas bumi untuk
berkumpul dan tidak berpindah lagi. Suatu trap harus terdiri dari batuan reservoir sebagai
tempat penyimpan hidrokarbon dan suatu set seal (penutup/tudung) sehingga tidak
dimungkinkan terjadi migrasi lagi. Proses migrasi dan pembentukan trap tidak saling
berhubungan dan terjasi di waktu yang berbeda. Waktu pembentukan trap sangat penting
Karena jika trap terbentuk sebelum hidrokarbon bermigrasi maka kemungkinan akan
ditemukannya akumulasi hidrokarbon di dalam trap. Dan jika sebaliknya, maka
kemungkinan hidrokarbon telah melewati trap tersebut. Adapun 5 jebakan, yaitu:
- jebakan structural (pelipatan, pengangkatan, intrusi)
- jebakan stratigrafi (perubahan facies, perubahan permeabilitas, pinch out)
-
jebakan patahan (fault trap)
- jebakan ketidakselarasan (unconformity trap)
- jebakan kombinasi
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
16/17
e. Seal (tudung penutup), yaitu batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas kecil.
3. Pemecahan emulsi dengan metode sentrifugasi
Sentrifugasi adalah pemisahan dengan menggunakan gaya putaran atau gaya sentrifugal.
Pada metode ini, semakin besar perbedaan rapat massa dari kedua cairan, maka kedua cairan
tersebut semakin mudah untuk dipisahkan. Dimana cairan yang lebih berat akan menjauhi
pusat putaran. Gaya sentrifugal berfungsi ganda, yaitu sebagai perusak sistem emulsi dan
memisahkan kedua fasa cairnya. Pemisahan sentrifugal ini menggunakan prinsip dimana
objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik dimana titik tersebut dikenakan
gaya. Objek yang diputar secara horizontal dan konstan merubah arah dan percepatan
walaupun kecepatan rotasi konstan. Peralatan sentrifugasi untuk memisahkan dua fasa cair
dapat dikelompokkan menjadi dua tipe,yaitu tubular centifuge dan disk bowl centrifuge.
Emulsi yang akan dipisahkan dimasukkan dalam tabung , kemudian tabung dimasukkan
kedalam alat sentrifugasi. Selain itu, digunakan tabung lain yang berisi cairan sebagai
penyeimbang. Di dalam alat sentrifugasi, tabung diputar dengan cepat. Karena adanya daya
sentrifugal, maka cairan dengan berat jenis lebih besar akan terkumpul di bagian bawah
tabung sehingga memudahkan untuk dipisahkan dari sistem emulsi.4. Pemecahan emulsi dengan metode elektrostatik
Prinsip dari metode ini adalah memberikan aliran listrik pada cairan. Alat yang digunakan
untuk pemisahan emulsi dengan metode elektrostatik ini adalah dehydrator. Dehydrator
merupakan vessel yang berfungsi untuk memisahkan butiran-butiran air yang masih
terkandung di dalam minyak. Pemisahan yang terjadi di dalam dehydrator menggunakan kalor
-
8/11/2019 [Modul 2_Senin 1_10111072].pdf
17/17
atau pemanas dan sistem listrik (prinsip elektrostatik). Di dalam vessel terdapat sepasang
elektroda, yaitu upper electrode dan lower electrode yang berupa kisi-kisi (electrical grids).
Lower electode dialiri listrik sebesar 23 kV sedangkan upper electrode dihubungkan dengan
ground. Elektroda tersebut berfungsi untuk membangkitkan medan listrik tegangan tinggi
yang disuplai dari sebuah transformer pada bagian atas. Ketika melewati medan listrik
tegangan tinggi, yang dibangkitkan oleh elektroda, titik-titik air dalam minyak akan terinduksi
menjadi partikel dengan dua kutub yang berlawanan (terpolarisasi). Hal ini akan
menyebabkan kutub-kutub yang berlawanan akan selalu tarik-menarik, menyebabkan
partikel-partikel air akan saling bergabung membentuk droplet-droplet air yang lebih besar.
Demikian seterusnya sampai droplet yang terbentuk cukup besar untuk menyebabkan gaya
gravitasi dapat menarik jatuh ke bagian dasar vessel.