Mini riset ikm

65
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Di seluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 1,2 milyar.sedangkan menurut Badan kesehatan dunai (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 medatang akan mencapai 11.34 % atau 28,8 juta jiwa, sednag balita tinggal 6,9 %.hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk lansia akan menjadi penduduk terbesar di dunia. Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat kronik, 1

description

ikm

Transcript of Mini riset ikm

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSeiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Di seluruh dunia 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 1,2 milyar.sedangkan menurut Badan kesehatan dunai (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 medatang akan mencapai 11.34 % atau 28,8 juta jiwa, sednag balita tinggal 6,9 %.hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk lansia akan menjadi penduduk terbesar di dunia.Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderitaberbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan mengalami kemunduran

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga ren-tan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 (rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan (RL2B) adalah 41,05% dari total jumlah RS yang teregistrasi dalam SIRS), 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi esensial sedang sebab sakit lainnya hampir sama kecuali pada kelompok umur 45 -64 tahun terdapat gangguan refraksi, penyakit kulit dan pulpa sedangkan pada kelompok umur >65 tahun terdapat katarak, penunjang sarana kesehatan dan penyakit jantung iskemik lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot, kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting . Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia.Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia.Untuk itu diperlukan gambaran untuk membantu masyarakat memahami kebutuhan aktivitas sehari-hari lansia pada penderita hipertensi untuk membantu meningkatkan kemandirian mereka.

Tabel 1. Prevalensi Hipertensi Menurut Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007

Keterangan : PU1: prevalensi berdasarkan pengukuran dan termasuk kasus yang sedang minum obat hipertensiPU2: prevalensi berdasarkan pengukuran, tanpa kasus yang sedang minum obat hipertensiPD/O: prevalensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat hipertensi

Cakupan Nakes: proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat hipertensi

B. PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tingkat kemandirian lansia dengan hipertensi dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari di Puskesmas Kasihan 1?C. DAFTAR MASALAHBerdasarkan data register pasien lansia yang berobat ke Puskesmas Kasihan 1 pada tahun 2013 didapatkan beberapa masalah yang harus dilakukan perbaikan. Beberapa masalah tersebut antara lain :

1. Hipertensi primer2. Nasofaringitis akut 3. MyalgiaD. PEMILIHAN PRIORITAS MASALAHUntuk menentukan prioritas masalah dari daftar masalah yang ada di Puskesmas Kasihan 1 dilakukan analisa dengan menggunakan teknik matriks. Tabel 2. Prioritas MasalahNoDaftar MasalahITRJumlah

(IxTxR)

PSRIDUSBPBPC

1.Hipertensi Primer4233421449.216

2.Nasofaringitis akut4341241446.144

3.Myalgia3232331343.888

Dari tabel diatas didapatkn prioritas masalah yang didapatkan dari daftar masalah di Puskesmas Kasihan 1 berdasarkan peringkat tertinggi sampai terendah adalah :

1. Hipertensi primer2. Nasofaringitis akut 3. MyalgiaE. TUJUAN PENELITIANUntuk mengetahui gambaran kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kasihan 1.F. MANFAAT PENELITIAN1. Bagi Instasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya program peningkatan kualitas kesehatan dan kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi yang berada pada wilayah Puskesmas Kasihan 1.2. Bagi Masyarakat

Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam memahami kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi.3. Bagi Peneliti lainMenambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi.BAB II

PEMBAHASAN

A. LANJUT USIA

a. DefinisiLanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO) (1988) pengelompokkan lansia terdiri dari:

1. Young-old

: umur 60-69 tahun

2. Middle-age old

: umur 70-79 tahun

3. Old-old

: umur 80-89 tahun

4. Very old_old

: umur >90 tahun

Maryam (2008) mengklasifikasikan lanjut usia ke dalam lima kelompok, yaitu:

1. Pralansia (prasenilis)

: umur 45 59 tahun

2. Lansia

: umur 60 tahun

3. Lansia risiko tinggi

: umur 70 tahun atau seseorang berumur 60 tahun dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial

: lanisa yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

5. Lansia tidak potensial

: lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, manusia lansia adalah seseorang yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini memberikan pengaruh kepada seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatan.

b. Aspek Pelayanan LansiaBoedhi Darmojo (2004) menyatakan bahwa menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi merupakan suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan adaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant yaitu lansia akan mengalami tigabelas i. Tigabelas i tersebut yaitu immobility, instability (falls), intelectual impairment (dementia), isolation (depression), incontinence, impotence, immuno-deficiency, infection, inanition (malnutrition), impaction (constipation), iatrogenesis, insomnia, dan impairment (penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, komunikasi, convalesense, skin integrity).

Penyakit yang diderita lansia kebanyakan bersifat endogenik, multipel, kronik, bergejala atipik, dan menyebabkan lebih rentan terhadap komplikasi lain. Status kesehatan pada lansia yang banyak dikeluhakan atau umum diderita adalah penyakit rematik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, patah tulang, stroke, TBC paru, dan kanker (Darmojo, 2004)

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada lansia, yaitu:

a. Aspek Fisik Biologis (Wardhona, 2003)Terjadi perubahan dan penurunan fungsi-fungsi tubuh, seperti :

1. Sistem penglihatan ditandai dengan menurunnya lapangan pandangan dan daya adaptasi terhadap kegelapan.2. Sistem pendengaran ditandai dengan hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.3. Sistem respirasi, paru-paru kehilangan elastisitas, oksigen pada arteri menjadi 75 mmHg, otot pernafasan menjadi kaku.4. Sistem persyarafan ditandai dengan lambat dalam respon untuk bereaksi, misalnya ada stres.5. Sistem kardiovaskuler kurangnya elastisitas pembuluh darah dan menurunnya kemampuan jantung untuk memompakan darah.6. Sistem gastrointestinal seperti kehilangan gigi dan indra pengecap menurun kemampuannya.7. Sistem endokrin dimana produksi hampir semua hormon menurun8. Sistem kulit ditandai kulit menjadi keriput, kuku menjadi keras dan rapuh.9. Sistem muskuloskletal, tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh atropi otot menyebabkan gerakan jadi lambat.10. Sistem genitalia berupa mengalami klimaterik seperti berhentinya haid (Menopause) pada wanita dan penurunan kesuburan pada pria (Andropause).Aspek seksualitas pada golongan lansia selalu mendatangkan pandangan yang bias. Lansia banyak menemukan hambatan dalam melakukan aktivitas seksual, baik hambatan yang bersifat eksternal maupun internal. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial yang menganggap aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan oleh para lansia. Sementara hambatan internal psikologik sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan eksternal. Seringkali lansia merasa tidak bisa dan tidak pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan jenisnya (Martono, 2000).

Menurut Mangoenprasodjo (2005), gangguan fungsi seksual yang sering terjadi di usia tua adalah disfungsi ereksi (impotensia) pada pria dan dispareunia pada wanita. Faktor penting yang menghambat fungsi seksual pria lansia adalah kejenuhan seksual, hilangnya daya tarikpada pasangan, beban mental karena masalah keluarga, dan perasaan gagal melakukan hubungan seksual.Menurut Wirakusumah (2002), penyebab penyakit pada lansia agak sulit didiagnosis. Umumnya, penyebabnya tersembunyi dan memerlukan observasi lama. Berdasarkan dana penelitian WHO bersama komunitas di Jawa Tengah, mengenai jenis penyakit dan kesehatan lansia berumur 60 tahun keatas dengan 1203 responden menemukan keluhan umum yang diderita responden berupa hipertensi, bronkitis, diabetes, jantung, stroke, TBC, osteoporosis, kanker dan rematik.b. Aspek Psikologi

Jika proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbul masalah. Hurlock (1980) menyebutkan masalah-masalah yang ditimbulkan pada lansia antara lain:

1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.2. Ketidakpastian ekonomis sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya.3. Mencari teman baru untuk menggantikan mereka yang telah meninggal.4. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah.Hurlock (1980) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang tidak baik dari lansia adalah minat sempit terhadap kejadian dilingkungannya, penarikan diri kedalam dunia fantasinya, kekhawatiran terus menerus, selalu mengingat ingat kembali masa lalu, kurang adanya dorongan sehingga produktivitas menurun, rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik. Menurut Blocklehurts dan Allen yang dikutip oleh Darmojo (2000), terdapat beberapa stereotipe lansia pada waktu bertambahnya usia, yang kebanyakan meneruskan sifat-sifat yang dipunyainya pada waktu muda yaitu:1. Tipe konstruktif, seseorang yang mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, bertoleransi tinggi, humoristik, luwes dan tahu diri. Biasanya sifat ini dibawanya sejak muda. Lansia tipe ini dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.

2. Tipe ketergantungan (dependent), lansia ini masih dapat diterima di masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya lansia ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami masa pensiun, senang makan dan minum, tidak suka bekerja, dan senang untuk berlibur.3. Tipe defensif, biasanya orang ini dimasa muda mempunyai pekerjaan/jabatan tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosi tidak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Mereka takut menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun.4. Tipe bermusuhan (hostility), mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggap tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters), orang ini bersifat kritis dan selalu menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit hobi, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang muda, mereka merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan.c. Aspek Spritual

Nugroho menyatakan pada waktu kematian agama merupakan faktor yang sangat penting disaat seperti inilah kehadiran seorang konseling perlu untuk memberikan rasa percaya dan melapangkan dada para lansia. Bila ada rasa bersalah yang dialami lansia perlu juga untuk memanggil para pemuka agama yang kiranya dapat mendengar keluh-keluhannya maupun pengetahuannya.

c. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Posyandu LansiaPosyandu lansia merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan lansia di tingkat desa/kelurahan di masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan tersebut berupa keterpaduan pada pelayanan rujukan yang dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang mempunyai berbagai macam gangguan kesehatan (Depkes RI, 2005).

Kegiatan pelayanan di posyandu lansia meliputi kegiatan di posyandu dan di luar posyandu. Kegiatan di posyandu terdiri dari kegiatan pemeriksaan kesehatan fisik meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, Hb, tekanan darah, pengobatan dan pemeriksaan status mental lansia serta kegiatan penyuluhan atau konseling dan pemberian makanan tambahan dalam rangka meningkatkan status gizi lansia. Kegiatan di luar posyandu meliputi kegiatan senam lansia, kegiatan keagamaan (perwiridan) serta kegiatan penyuluhan disaat petugas melaksanakan kunjungan rumah.

Berdasarkan BKKBN (2006), saat ini terdapat penambahan program bina lansia melalui kegiatan posyandu lansia yaitu Bina Keluarga Lansia (BKL). Keluarga merupakan salah satu sasaran tidak langsung dalam program lansia. Program BKL merupakan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai pengetahuan dalam menghadapi lansia.B. KONSEP ADL (ACTIVITY DAILY LIVING)a. Pengertian ADL

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.

Menurut Sugiarto (2005) ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain).

b. Prinsip-Prinsip ADL

Prinsip pokok ADL adalah aktivitas dan kreativitas, yang di dalam kegiatan tersebut terdapat kombinasi antara pengetahuan teori dan praktek. ADL dapat menberikan kemungkinan kepada anak untuk mengekspresikan daya ciptanya, sehingga dengan demikian nilai yang terkandung dalam ADL memberikan bekal terhadap kegunaan dan faedah di dalam kehidupan anak secara menyeluruh yang akhirnya diharapkan dapat menciptakan manusia yang bertanggung jawab.c.Macam Macam ADL

1) ADL dasar

Sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.2)ADL instrumental

Merupakan ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.3)ADL vokasional

Merupakan ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.

4)ADL non vokasional

Merupakan ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.

d. Cara Pengukuran ADL

ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategori atau domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas .Tabel 3. Beberapa Indeks Kemandirian ADL

SkalaDeskripsi dan jenis skalaKehandalan, kesahihan dan sensitivitasWaktu dan pelaksanaanKomentar

Indeks barthelSkala ordinal dengan skor 0(total dependent)- 100(total independent) : 10 item :makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol kandung kencing,dan

kontrol anus, toileting, transfer kursi/tempat tidur, mobilitas dan naik tangga.Sangat handal & sangat sahih, dan cukup sensitif. 18 tahun ( JNC VII, 2003 )

KlasifikasiTekanan sistolik

( mmHg )Tekanan diastolik

( mmHg )

Normal 60 tahun

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Kriteria eksklusi

a. Bukan penduduk asli daerah tersebut

b. Menderita demensia

c. Tidak sehat secara mental

d. Tidak bersedia menjadi respondenE. VARIABEL PENELITIAN1. Variabel Tergantung (dependent): Hipertensi pada lansia2. Variabel bebas (independent): Tingkat kemandirianF. DEFINISI OPERASIONALVariabelDefinisiCara UkurAlatHasil UkurSkala ukur

Lansia

Menurut World Health Organization Health (WHO) Lanjut usia adlaah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas

Kuesioner Kuesioner PertanyaanYoung-old : 60-69 tahun

Middle-age old : 70-79 tahun

Old-old : 80-89 tahun

Very old_old : >90 tahun

Rasio

HipertensiTekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanTensimeterSpignomanometerNormal: 0,05).

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat kemandirian lansia dengan hipertensi. Data yang digunakan diambil dari masyarakat warga Kelurahan Bangunjiwo dan Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul.

Sampel dipilih secara random dari beberapa pasien hiperetensi di Poli Lansia maupun Posyandu Lansia. Dari masing-masing responden yang memenuhi kriteria inklusi yang dibuat dalam penelitian ini yaitu orang yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I, usia > 60 tahun, dan bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bukan penduduk asli daerah tersebut, menderita demensia, tidak sehat secara mental, dan tidak bersedia menjadi responden. Jika kriteria inklusi dan eksklusi terpenuhi maka bisa menjadi responden dari penelitian.Penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan untuk dapat menilai tingkat kemandirian lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari pada penderita hipertensi.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi(diastolik). Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.

Menurut Sugiarto (2005) ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain).

Dari penelitian yang dilakukan di wilayah kerja tersebut, diketahui bahwa tingkat kemandirian lansia tidak berhubungan dengan tingkat usia pada lansia. Yang berhubungan terhadap hal tersebut adalah lansia dengan hipertensi disertai penyakit penyerta seperti osteoartritis, diabetes mellitus, myalgia, atralgia. ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.

ADL dasar dipengaruhi oleh :

1. ROM sendi

2. Kekuatan otot

3. Tonus otot

4. Propioseptif

5. Persepti visual

6. Kognitif

7. Koordinasi

8. KeseimbanganMenurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily Living adalah:

1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga

2) Kapasitas mental

3) Status mental seperti kesedihan dan depresi

4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh

5) Dukungan anggota keluarga1. Penyusunan Alternatif Jalan Keluar

Dari hasil jawaban kuisioner tersebut didapatkan bahwa masalah yang ada di masyarakat disebabkan oleh beberapa hal, yang tercantum dalam tabel di bawah ini. Usulan alternatif jalan keluar untuk beberapa masalah tersebut antara lain:

MasalahPenyebab (statitis bermakna)Alternatif jalan keluar

Berdasarkan matriks prioritas masalah di Puskesmas Kasihan 1 hipertensi pada lansia merupakan prioritas utama.Kurangnya pengetahuan lansia mengenai pencegahan hipertensiPenyuluhan

Kurangnya kemandirian pada lansia yang menderita hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyertaPenilaian ADL dengan indeks bartel.

Karena konsumsi garam yang berlebih.Diet rendah garam

Tabel 3. Alternatif Jalan Keluar2. Prioritas Jalan Keluar

Untuk mendapatkan prioritas jalan keluar, digunakan teknik kriteria matriks yang menyangkut hal-hal berikut:

a. Efektifitas jalan keluar

M: Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)

I: Importancy (pentingnya jalan keluar)

V: Vulnerability ( sensivitas jalan keluar)b. Efisiensi jalan keluar

Bila efisiensi dikaitkan dengan biaya/cost yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar, semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak efisien pula jalan keluarnya.

Dengan kriteria matriks tersebut didapatkan hal sebagai berikut:

NoAlternatif jalan keluarEfektifitasEfisiensiJumlah

(MxIxV)/C

MIVC

1.Perlunya dilakukan penyuluhan, penempelan poster kesehatan serta pembagian brosur mengenai penyakit hipertensi.

21214

2.Perlunya penilaian ADL dengan indeks bartel

444416

3.Karena konsumsi garam yang berlebih.

31232

Tabel 4. Efisiensi dan Efektivitas Jalan KeluarPada pemilihan prioritas jalan keluar menggunakan kriteria matriks didapatkan alternatif jalan keluar terbaik yaitu dengan perlunya penilaian ADL dengan indeks Bartel.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat kemandirian lansia usia 60-69 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I pada kategori independent sebesar 66,7%.

2. Tingkat kemandirian lansia usia 70-79 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I pada kategori dependent ringan sebesar 60,7%.

3. Tingkat kemandirian lansia usia >79 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I pada kategori dependent sedang sebesar 25%.4. Tidak didapatkan hubungan antara tingkat kemandirian dengan usia.

B. Saran

1. Mahasiswa

a. Lebih aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan pada masyarakat terutama lansia.

b. Lebih sering berinteraksi dengan masyarakat untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh komunitas masyarakat tertentu.

2. Puskesmas

a. Perlu dilakukan penyuluhan, penempelan poster, serta pembagian brosur mengenai penyakit hipertensi.

b. Melakukan interaksi yang proaktif dengan masyarakat di dusun yang berkaitan dengan kesehatan lansia.DAFTAR PUSTAKA

1. Hypertensi disease inhttp://www.nejm.com2. Hypertensi disease inhttp://www.bmj.com3. Hypertensi disease in http://www.medlineplus.com3. Hypertensi Disease. Available from http://www.emedicine.com/topic1027 [updated 2006 Mar 30; cited 2008 Apr 16]

4. Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP. 5. Wahyudi,Nugroho.2008.Keperawatan Geontik & Geriatric.Jakarta:EGC6. Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Jakarta:FKUI7. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 1.Jakarta:EGC8. Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Kriteria inklusi

Penderita hipertensi

ADL

Kecemasan

Kognisi

Kriteria eksklusi

Usia 60 69 th

Usia 70 - 79 th

Usia > 79 th

Dependen

Independen

46