Mini refrat karakteristik kontrasepsi khusus.docx
Transcript of Mini refrat karakteristik kontrasepsi khusus.docx
I. PENDAHULUAN
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen
(Winkjosastro. 2002.hlm.905). Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan
yaitu, tujuan umum - pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan
gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS dan tujuan khusus -penurunan
angka kelahiran yang bermakna dengan tiga fase yaitu 1). Fase menunda
perkawinan/ kesuburan, 2). Fase menjarangkan kehamilan, 3). Fase
menghentikan/ mengakhiri kehamilan/kesuburan.
Kontrasepsi mantap (sterilisasi) merupakan kontrasepsi yang paling
banyak digunakan di negara berkembang terutama untuk menurunkan
pertumbuhan secara cepat seperti di Thailand dan kolombia. Lebih sering
di lakukan pada wanita dari pada pria terutama pada wanita yang
kontraindikasi untuk menambah kelahiran seperti diabetes. Kontrasepsi
mantap itu sendiri memerlukan persetujuan dan pengertian bahwa mereka
yakin tidak memerlukan anak lagi atau ada suatu keadaan yang
mengharuskan mereka untuk memiliki anak lagi terutama pada wanita
dengan penyakit yang serius seperti mitral stenosis. Kontrasepsi ini baik
pada wanita maupun pria merupakan kontrasepsi yang paling efektif.
Walaupun mempunyai resiko kegagalan juga namun kontrasepsi ini
memiliki resiko yang lebih rendah dibanding dengan kontrasepsi yang
lainnya. Dimana masing masing kontrasepsi ini merupakan prosedur
operasi yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Vasektomi kadang
kadang lebih sederhana dibandingkan dengan tubektomi. Komplikasi yang
terjadi sangat kecil selama dilakukan tindakan. Penggunaan kontrasepsi ini
bersifat jangka pandang dalam mencegah terjadinya kehamilan dan
merupakan metode yang efektif jika dilihat juga dari segi biaya.
Kontrasepsi mantap pada wanita adalah satu-satunya metode
kontrasepsi wanita yang permanen (Everett, 2007.hlm.252). Kontrasepsi
1
mantap pada wanita biasanya dilakukan dengan menyumbat kedua tuba
falopii yang dapat dicapai baik dengan laparotomi atau mini laparotomi
atau, yang lebih sering laparoskopi (Glasier & Gebbie. 2005.hlm.191).
Tubektomi atau sterilisasi adalah cara kontrasepsi permanen dan dipilih
jika wanita tidak ingin hamil lagi (Indarti. 2004.hlm.70). Kontrasepsi
mantap pada wanita ditawarkan kepada keluarga yang telah lengkap
setelah berumur 30 tahun dan dapat ditawarkan pada wanita di bawah 30
tahun hanya dalam keadaan yang sangat khusus (Rabe. 2002). Kontrasepsi
mantap adalah cara pengendalian fertilitas yang paling lazim dipakai oleh
pasangan umur lebih dari 30 tahun dan adanya rasa takut terhadap resiko
kehamilan pada umur lebih dari 30 tahun (Siswadi. 2006.hlm.53).
Kontrasepsi mantap adalah upaya untuk menghentikan fungsi prokreasi,
tanpa terdapat gangguan dari fungsi genitalia lainnya (Manuaba.
2004.hlm.299). Kontrasepsi mantap adalah metode kontrasepsi permanen
untuk merencanakan masa reproduksi, metode kontrasepsi ini paling sering
digunakan di Amerika Serikat (Pillitteri,et al. 2002.hlm.191).
I. KODE ETIK DAN ISSUE KLINIK
Sterilisasi harus selalu didahului oleh inform konsen yang baik.
Dimana masing – masing pihak baik pria ataupun wanita sama – sama
mengerti dan sama – sama setuju dengan metode ini. Pasangan tersebut
juga harus dijelaskan komplikasi yang terjadi sangat kecil dan untuk
membalikkan seperti semula kadang – kadang sangat susah dan biasanya
hasilnya buruk.
Pada sedikit kasus di beberapa negara seperti USA peraturan tentang
sterilisasi ini bersifat dipaksa pada pertengahan abad ke 20 walaupun
sekarang peraturan ini sudah dicabut. Pada negara India akan dilakukan
pemenjaraan terhadap penduduk yang menolak dilakukan sterilisasi pada
2
yang sudah memiliki anak lebih dari 3. Di Brazil sterilisasi menjadi hal
yang rutin pada wanita bekas operasi seksio sesarea 3 kali.
II. VASEKTOMI
Vasektomi ( sterilisasi pada pria ) mempunyai catatan sejarah yg
penting, mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19 di India. Tindakan
yang sederhana dengan menuggunakan anastesi lokal dimana vas deferens
ditutup atau diligasi baik menggunakan benang ataupun cauter. Kunci
keberhasilan dari tindakan ini dimana operatur harus dapat
mengidentifikasi vas deferens dengan memegang sebelum tindakan
dilakukan. Operasi dapat dilakukan dengan incisi yang kecil di skrotum.
Seperti vasektomi umumnya vas deferense dipalpasi dibawah kulit dari
skrotum. Kemudian kulit dibuka dengan hak. Vas deferens ditarik dan
dikeluarkan. Tindakan ini agak sulit untuk dipelajari namun perdarahan
yang terjadi sangat minimal dan sedikit memerlukan penjahitan setelah
tindakan.
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi seperti vasovagal attack,
nyeri, perdarahan dengan hematom, infeksi, granuloma sperma, dan gagal.
Metode ini tidak segera efektif, dimana harus menggunakan kondom dulu
setelah pemasangan sampai ejakulasi 15 – 30 kali setelah vasektomi atau
sampai tidak dijumpai sperma pada analisis semen.
Vasektomi tidak merupakan metode yang paling baik jika pria
tersebut memiliki riwayat impotensi, atau memiliki rasa takut akan
3
proseder tindakan vasektomi ini atau istrinya sudah di histerektomi.
Keuntungan dan kerugian dari vasektomi :
1. Tindakan yang dilakukan cepat, mudah, dan aman
2. Negatif 2 hitung sperma menandakan steril, namun kunjungan berulang
untuk analisis sperma kadang diperlukan setelah 15 – 30 kali ejakulasi
post operasi
3. Tindakan dapat dilakukan seperti pasien rawat jalan biasa
4. Tindakan dapat dilakukan dibawah anastesi lokal dengan resiko
anastesi yang minimal
5. Pengembalian prosedur untuk rencana kehamilan lebih mudah
dibandingkan pada tubektomi .
III. TUBEKTOMI
Tubektomi merupakan proses sterilisasi pada wanita dimana
dilakukan oklusi pada tuba falopii dengan teknik – teknik yang bervariasi
mencakup pembedahan, elektrokauter, pemasangan cincin atau klip,
membukan dinding abdomen. Tindakan ini lebih rumit dibandingkan
dengan sterilisasi pada pria. Namun, sudah ada metode yang sederhana
4
yang sudah dikembangkan dalam 30 tahun terakhir ini dengan melakukan
minilaparotomi dimana tuba falopii dikeluarkan dari incisi abdomen
sebanyak 2 – 5 cm. Sterilisasi juga dapat dilakukan dengan anastesi
general menggunakan laparoskopi untuk mengoklusi tuba. Tindakan ini
dapat dilakukan dengan oneday care. Banyak variasi dari tindakan ini bisa
menggunakan klip termasuk klip filshie dan cincin yang dapat diselipkan
saat menggunakan laparoskopi. Klips ini menyebabkan kerusakan minimal
pada tuba falopii dibandingkan menggunakan elektokauter. Komplikasi
dari tindakan ini dapat berupa trauma, perdarahan, komplikasi dari obat
anastesi itu sendiri, infeksi dan kegagalan.
Ada juga metode tubektomi ini secarara transcervik. Pada tahun 1970
Jaime Zipeer di chili berhasil memasukkan sejenis peluru kedalam IUD
saat pemasangan yang kemudian dilepaskan kedalam uterus. Dimana ini
akan menghancurkan sel sel yang melapisi tuba falopii. Lapisan
endometrium akan regenarasi setelah dikuret sedangkan lapisan tuba
falopii akan mengalami fibrosis. Namun metode ini sering gagal.
Tubektomi ini telah dibuktikan dapat menurunkan resiko kejadian kanker
ovarium.
Tabel 1. Metode Sterilisasi wanita
Associated with pregnancyPostpartum—with cesarean section or minilaparotomy
Pomeroy or modified Pomeroy partial salpingectomyUchida, Irving, Fimbriectomy
Post-abortal—minilaparotomy or laparoscopic
IntervalLaparotomy
Mini-laparotomyLaparoscopy
Fulguration, clips, rings, loopsVaginal
Blind transcervical, chemicals, tissue adhesivesHysteroscopicEndometrial ablationHysterectomy
5
III.A. Teknik Tubektomi
Ada beberapa cara melakukan teknik tubektomi/sterilisasi,yaitu :
1. Dengan memotong saluran telur (tubektomi) :
a. Cara Pomeroy
Cari tuba lalu angkat pada pertengahannya sampai membentu lengkungan Bagian yang berada dibawah klem, diikat dengan benang yg dapat diserap oleh jaringan. Lakukan pemotongan (tubektomi) pada bagian atas ikatan, setelah luka sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung tuba akan berpisah satu dan lainnya.
b. Cara Parkland Cari tuba lalu angkat pada fimbria dengan klem, buatlah dua ikatan, lakukan pembebasan mesosalping kurang lebih 2,5cm dengan hemostat kemudian ikat dua sisinya dan lakukan pemotongan tuba
6
2. Dengan menyumbat dan menutup saluran telur :
a. Laparoskopi Suatu teknik operasi yang menggunakan alat berdiameter 5 hingga 12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan prosedur bedah didalam rongga perut. Untuk melihat organ didalam perut tersebut digunakan kamera yang juga berukuran mini dengan terlebih dahulu dimasukkan gas untuk membuat ruangan dirongga perut lebih luas. Dokter bedah melakukan pembedahan dengan melihat layar monitor dan mengoperasikan alat tersebut dengan kedua tangannya.
7
Dengan membakar saluran telur dengan menggunakan aliran listrik : Fulgurasi, Koagulasi, dan Kauterisasi.
b. Mini-Laparotomi Mini-Laparotomi (minilap) adalah suatu cara sterilisasi yaitu dengan operasi kecil untuk mencapai saluran telur, melalui sayatan kecil sepanjang 1-2,5 cm pada dinding perut.
3. Dengan menjepit saluran telur :
Menggunakan klip atau menggunakan cincin (cincin Fallopi dan Yoon).
8
Keuntungan dan kerugian tubektomi:
1. Efek yang dihasilkan segera tidak perlu menunggu seperti vasektomi
2. Pemulihan pasca operasi cepat
3. Tindakan dapat dilakukan seperti pasien rawat jalan
4. Pengembalian prosedur untuk perencanaan kehamilan dengan angka
keberhasilan > 75%
5. Resiko terhadap terjadinya keganasan ovarium menurun
6. Resiko terjadinya cedera organ genitalia interna yang lain saat tindakan
dilakukan
IV. KESIMPULAN
Tindakan sterilisasi baik pada pria maupun wanita dapat dilakukan
hanya jika kedua pasangan mengerti bahwa mereka tidak menginginkan
anak lagi. Walaupun jika terjadi bencana dimana anaknya meniggal saat
masih kecil atau kedua pasangan tersebut bercerai teknik untuk
mengembalikan fungsi organ tersebut untuk menjadi fertil lagi ada.
Walaupun tindakan pengembalian ini dilakukan namun tidak ada garansi
bahwa fertilitas dari kedua pasangan akan kembali seperti semula. Jadi
dalam melakukan kedua tindakan ini kita harus memerlukan informed
consent yang jelas.
9
Daftar Pustaka
1. Harkinson SE, Hunter DJ, Coditz GA et al. Tubal ligation, hysterectomy,
and risk ovarian cancer. JAMA 1993; 270: 2813-18
2. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan
ibu tentang kontrasepsi mantap pada wanita.Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24242/4/Chapter
%20II.pdf
10