alat Kontrasepsi
-
Upload
christian-toar -
Category
Documents
-
view
145 -
download
5
Transcript of alat Kontrasepsi
Definisi
Alat kontrasepsi adalah bermacam ragam alat atau metode yang
dipergunakan untuk mencegah kehamilan pada pasangan suami istri usia subur
guna mencegah kehamilan.1
Dasar Penggunaan Alat Kontrasepsi
Ada bermacam-macam alasan pribadi untuk mengatur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan, mencegah kehamilan di luar nikah dan mengurangi resiko
terjangkit penyakit hubungan seksual. Secara internasional, kontrasepsi
dibutuhkan untuk membatasi jumlah penduduk dunia dan menjamin ketersediaan
sumber daya alam sehingga menjaga kualitas hidup manusia.1,2
Macam Alat Kontrasepsi 3
Metode sederhana
Tanpa Alat
1. KB alamiah
Metode kalender
Metode suhu badan basal
Metode lendir serviks
Metode simpto-Termal
2. Senggama terputus
3. Metode laktasi berlanjut
Dengan Alat
1. Mekanis
Kondom pria
2. Penghalang dalam vagina
Diafragma
Kap serviks
Spons
Kondom wanita
3. Kimiawi
1
Spermisida vagina (krim, busa, jelly, suppositoria, tablet, lapisan film
larut)
Metode modern
Kontrasepsi hormonal
1. Oral
Pil oral kombinasi (POK)
Pil mini
Morning after pill
2. Injeksi (DMPA)
3. Implan (norplant, capronor)
Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
Kontrasepsi mantap
1. Wanita
Penyinaran
Operasi
Penjepitan mekanis saluran telur
Penjepitan kimiawi saluran telur
2. Pria
Operasi
Penyumbatan saluran sperma secara mekanis
Penyumbatan saluran sperma secara kimiawi
Terbaru
1. Wanita
Cincin vagina dengan hormon
Vaksin kontrasepsi
AKDR daya kerja panjang dengan hormon
Bedah kriogenik
2. Pria
Gossipol
Analog LHRH
Hormon-hormon steroid
2
Inhibin
Metode kalender
Metode ini berarti tidak melakukan senggama pada masa subur. Metode ini
digunakan bila akseptor KB memiliki data haid selama 6-12 bulan terakhir. Untuk
menentukan masa subur seorang wanita, dilakukan dengan penghitungan 4 :
Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal
dari masa suburnya.
Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir
dari masa suburnya.
Angka kegagalan metode ini sebesar 14-47 kehamilan tiap 100 wanita setiap
tahun. Faktor kegagalan terjadi karena salah menghitung masa subur (saat ovulasi)
atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.
Metode suhu badan basal
Metode didasarkan pada prinsip adanya peningkatan suhu badan basal 0,2-0,5 °C
pada waktu ovulasi. Waktu pengukuran suhu tubuh dilakukan pada pagi hari
setelah tidur nyenyak antar 3-5 jam. Angka kegagalan metode ini berkisar 0,3-6,6
kehamilan tiap 100 wanita setiap tahun.5
Metode lendir serviks
Metode ini didasarkan pada adanya sekresi lendir dari selaput lendir disekitar
mulut rahim. Lendir yang dikeluarkan terdiri atas dua jenis, yaitu lendir tipe E dan
tipe G. Lendir yang keluar pada seorang wanita disaat tidak subur adalah lendir
tipe G yang bersifat kental, viskositas tinggi, dan berwarna keruh. Untuk
mengetahui apakah seorang wanita berada dalam masa subur atau tidak, dapat
dilakukan dengan melihat lendir yang keluar dari vagina. Lendir tersebut
kemudian diregangkan dengan kedua jari. Apabila tersebut dapat diregangkan
sampai jarak yang panjang, berwarna seperti air, dan bila dikeringkan berbentuk
seperti daun pakis, maka wanita tersebut berada dalam masa subur. Namun bila
sebaliknya, maka wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.5
3
Metode simpto-termal
Adalah metode yang menggabungkan berbagai macam metode KB almiah yang
telah diuraikan sebelumnya diatas. Angka kegagalan metode ini berkisar 4,9-34,4
kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya.6
Senggama terputus
Adalah suatu metode kontrasepsi dimana sanggama diakhiri sebelum terjadi
ejakulasi di dalam vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari alat kelamin wanita.
Angka kegagalan metode ini berkisar antara 16-23 kehamilan tiap 100 wanita
setiap tahunnya. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah
keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar.5
Metode laktasi berlanjut
Adalah suatu metode KB dengan cara segera menyusui anak segera sesudah lahir.
Metode ini berpatokan bahwa makin lama ibu menyusui bayinya, makin lama
tertundanya haid dari ibu. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa metode ini
memberikan perlindungan bermakna terhadap kehamilan. Angka kegagalan
metode ini sekitar 5 kehamilan tiap 100 wanita dalam waktu 9 bulan setelah
melahirkan.1,3,5
Kondom pria
Metode ini menggunakan alat selubung penis yang terbuat dari usus biri-biri,
lateks, atau plastik yang menghalangi masuknya sperma kedalam alat kelamin
wanita. Secara teori, angka kegagalan metode kondom sekitar 2 kehamilan tiap
100 wanita setiap tahunnya. Namun akibat pemakaian kondom yang tidak benar,
tidak konsisten, tidak teratur, dan tidak hati-hati, angka kegagalan kondom
meningkat menjadi 13-38 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya.5,6
Diafragma
4
Metode ini menggunakan alat penghalang sperma dalam vagina yang
berbentuk mangkok, berkubah, dengan pinggir alas yang fleksibel. Alat
tersebut dipasang menempel pada mulut rahim sehingga sperma yang masuk
tertampung didalamnya. Diafragma dipertahankan pada tempatnya oleh
tekanan pegas pada pinggir dan alasnya, tegangan otot-otot vagina, dan
tulang-tulang kemaluan. Angka kegagalan secara teori sekitar 2-3 kehamilan
tiap 100 wanita setiap tahunnya, sedangkan akibat kesalahan pemakaian,
angka kegagalan sekitar 6-25 kehamilan setiap 100 wanita setiap tahunnya.4,6
Kap serviks
Metode ini menggunakan alat yang mirip dengan diafragma, namun lebih
dalam kubahnya, serta ukurannya lebih kecil. Alat ini menempel pada mulut
rahim karena hisapannya, bukan karena pegas. Angka kegagalan dengan
menggunakan metode ini secara teori sekitar 2 kehamilan setiap 100 wanita
pertahunnya, sedangkan akibat kesalahan pemakaian, angka kegagalannya
berkisar sekitar 8-20 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya.5
Spons
Metode ini menggunakan spons kecil berbentuk bantal, yang terbuat dari
bahan polyurethane yang mengandung spermisida. Spons ini dimasukkan ke
dalam vagina beberapa jam sebelum melakukan sanggama. Angka kegagalan
metode ini secara teori sekitar 5-8 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahun,
sedangkan akibat kesalahan pemakaian sekitar 9-27 kehamilan tiap 100 wanita
setiap tahunnya.5
Kondom wanita
Metode ini merupakan metode dengan menggunakan selubung vagina yang
bentuknya merupakan kombinasi antara diafragma dan kondom. Alasan utama
dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom pria atau
diafragma biasa, tidak menutupi seluruh lapisan lendir vagina, sehingga
kemungkinan menyebarnya mikroorganisme penyebab penyakit menular
5
seksual masih ada. Penggunaan alat ini masih dalam taraf uji coba, sehingga
angka kegagalan secara teoretis maupun akibat kesalahan pemakaian belum
diketahui.5,6
Spermisida vagina (krim, busa, jelly, suppositoria, tablet, lapisan film larut)
Metode ini menggunakan zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan sel
sperma di dalam vagina sebelum sel sperma bergerak ke organ kelamin bagian
dalam. Angka kegagalan dengan menggunakan metode ini sekitar 11-31
kehamilan tiap 100 wanita pertahunnya.2,4
Pil oral kombinasi (POK)
Metode ini menggunakan pil yang dikonsumsi seorang wanita dimana pil
tersebut mengandung kombinasi dua hormon kelamin wanita (estrogen dan
progesteron). Angka kegagalan meggunakan metode ini secara teori berkisar
0,1 kehamilan tiap 100 wanita pertahunnya, sedangkan akibat kesalahan
pemakaian sekitar 0,7-7 kehamilan tiap seratus wanita setiap tahunnya.5
Pil mini
Pil mini merupakan pil yang diminum, namun hanya mengandung satu jenis
hormon kelamin wanita saja (progesteron). Pil mini bukan merupakan
pengganti pil oral kombinasi, tetapi merupakan suplemen tambahan yang
digunakan oleh wanita-wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi
sedang menyusui atau untuk seorang wanita yang harus menghindari
konsumsi pil yang berisi hormon estrogen dengan alasan apapun. Efektivitas
penggunaan pil ini secara teori sekitar 0-2,1 kehamilan tiap 100 wanita
pertahunnya, sedangkan akibat kesalahan pemakaian sekitar 0,9-9,6 kehamilan
setiap 100 wanita setiap tahunnya.5,6
Morning after pill
6
Metode ini meggunakan metode pil kombinasi yang digunakan darurat setelah
melakukan sanggama. Angka kegagalan metode ini sekitar 0,16-1,6 tiap 100
wanita pertahunnya.5
Injeksi (DMPA)
Metode ini menggunakan metode penyuntikan hormonal yang berdaya kerja
panjang, penyuntikan tidak dilakukan berulang-ulang, dan bila efek
kontrasepsi berakhir, kesuburan cepat kembali. Angka kegagalan untuk
metode ini sekitar 0-2 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya.5
Implan (norplant, capronor)
Merupakan metode KB yang menggunakan batang atau kapsul yang ditanam
dibawah kulit. Batang atau kapsul ini berisikan analog hormon-hormon
kelamin yang dilepaskan sedikit demi sedikit (time release). Angka kegagalan
implan sekitar kurang dari 1 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya dalam
lima tahun pertama, namun pada tahun keenam, angka kegagalan metode ini
menjadi 2,5-3 kehamilan tiap 100 wanita pertahunnya.5,6
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Metode ini menggunakan alat dengan berbagai variasi bentuk yang
dimasukkan ke dalam rahim. Tujuan memasukkan alat ini kedalam rahim
adalah untuk mencegah sel sperma bertemu dengan sel telur, dan mencegah
terjadinya penempelan embrio ke dinding rahim. Biasanya AKDR berisikan
hormon atau jenis logam-logam tertentu. Angka kegagalan dari metode ini
sekitar kurang dari 1 kehamilan tiap 100 wanita pertahunnya.5
Penyinaran
Penyinaran adalah suatu metode kontrasepsi yang menggunakan sinar laser
untuk menyumbat saluran telur pada seorang wanita ataupun saluran sperma
pada seorang pria. Penggunaan metode ini masih sangat terbatas, sehingga
efektivitas dan reversibilitas metode ini masih belum diketahui.5
7
Operasi
Metode ini menggunakan prinsip memotong, mengikat, menjepit, ataupun
menggunakan bahan kimia untuk memutuskan saluran telur pada wanita
(tubektomi), atau saluran sperma pada pria (vasektomi). Angka kegagalan
untuk wanita sekitar 0-0,4 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya,
sedangkan untuk pria 0-2,2 kehamilan tiap 100 wanita pertahunnya.5,6
Cincin vagina dengan hormon
Metode ini menggunakan cincin atau gelang yang diletakkan di dalam vagina
seorang wanita. Cincin atau gelang ini melepaskan hormon kelamin yang
bertujuan mencegah masa subur pada seorang wanita. Angka kegagalan
metode ini sekitar 3,5 kehamilan tiap 100 wanita setiap tahunnya.1,6
Vaksin kontrasepsi
Vaksin kontrasepsi adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan vaksin
anti-hCG (human chorio gonadotropin). hCG adalah hormon dikeluarkan saat
terjadi pembentukan plasenta. Bila akseptor KB disuntik dengan vaksin anti-
hCG, maka kemungkinan menjadi hamil menjadi sangat kecil karena plasenta
tidak dapat terbentuk. Penggunaan vaksin ini masih dalam taraf ujicoba
penelitian.5
Bedah kriogenik
Metode ini menggunakan teknik bedah beku untuk menyumbat saluran telur
atau saluran sel sperma pada akseptor KB sehingga pertemuan antara sel
sperma dan sel telur dapat dicegah.5
Gossipol
8
Metode ini menggunakan obat nonhormonal yang terbuat dari minyak biji
kapas yang dikonsumsi oleh akseptor pria. Obat efektif untuk menekan jumlah
sel sperma sehingga kemungkinan untuk terjadi pembuahan dengan sel telur
sangat minimal. Metode ini kurang berkembang karena banyak efek samping
yang ditimbulkan oleh obat ini.5
Analog LHRH
Metode ini menggunakan senyawa hormonal (Luteinizing hormon releasing
hormones) yang disuntikan atau ditanam dibawah kulit akseptor KB pria.
Mekanisme kerja obat ini dengan cara menekan produksi hormon
pembentukan sel sperma sehingga kadar sel sperma tersebut berkurang.5
Hormon-hormon steroid
Penggunaan hormon-hormon kelamin yang berbentuk salep yang dioleskan
pada dada dan perut akseptor KB pria, ataupun yang berbentuk suntikan untuk
mengurangi kadar sel sperma masih dalam taraf pengembangan untuk
dijadikan suatu metode kontrasepsi.5
Inhibin
Penggunaan senyawa hormon inhibin masih dalam taraf penelitian mengenai
efektivitasnya dalam menekan produksi sel sperma, sehingga inhibin dimasa
depan kemungkinan dapat menjadi sebuah metode kontrasepsi.5
Cara Memilih Metode Kontrasepsi
Mengambil keputusan yang tepat untuk sebuah keluarga yang terencana
bukanlah hal mudah. Seyogyanya, pasangan harus mengetahui fakta dan
informasi yang benar seputar kontrasepsi, termasuk plus minusnya agar semakin
mantap membuat keputusan yang tepat.5
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah 5,6 :
1. Aman dan tidak berbahaya
9
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana dan mudah diaplikasikan oleh akseptor
4. Murah
5. Dapat diterima orang banyak
6. Pemakaian dalam jangka lama
7. Sesuai kebutuhan
Saat ini belum tersedia suatu metode kontrasepsi yang benar-benar 100 % ideal.
Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya
masih memilih sendiri alat-kontrasepsi yang akan digunakannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode kontrasepsi 5,6 :
1. Faktor pasangan :
Umur
Umur merupakan faktor yang berperan dalam menentukan jenis
kontrasepsi permanen yang akan diambil atau tidak.
Gaya hidup
Gaya hidup merupakan faktor yang perlu diperhitungkan saat hendak
memilih metode KB.
Frekuensi sanggama
Sanggama merupakan faktor aktivitas yang perlu diperhitungkan untuk
kemudahan aplikasi dan segi biaya.
Jumlah keluarga yang diinginkan
Tercapainya jumlah anggota keluarga yang diinginkan atau tidak harus
dipertimbangkan sebelum memilih metode kontrasepsi yang akan
digunakan.
Pengalaman dengan alat kontrasepsi sebelumnya
Adanya ketidakcocokan dalam penggunaan metode KB yang digunakan
sebelumnya harus dipertimbangkan bila hendak memilih suatu metode
kontrasepsi lain.
Sikap kewanitaan/ sikap kepriaan
Penerimaan terhadap suatu metode KB menurut akseptor juga harus
dipertimbangkan saat akan memilih metode yang akan digunakan.
10
2. Faktor kesehatan :
Status kesehatan
Penggunaan metode KB yang bersifat hormonal sangat tergantung dengan
status kesehatan seorang akseptor KB. Terdapat dua tipe kontraindikasi
dalam menggunakan kontrasepsi yang menggunakan hormon, yaitu :
Kontraindikasi mutlak (sama sekali tidak boleh diberikan) :
kehamilan, gejala thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak,
gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.
Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif
oleh dokter) : penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan
vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
Riwayat haid
Adanya riwayat haid yang tidak teratur, dapat pula menjadi dasar
pertimbangan seorang akseptor KB untuk memilih jenis kontrasepsi yang
akan digunakannya.
Riwayat keluarga
Riwayat tentang penyakit-penyakit yang diderita oleh pasangan akseptor
harus menjadi pertimbangan dalam menentukan metode KB yang akan
digunakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik seorang akseptor perlu dilakukan untuk mencari apakah
ada penyakit yang mungkin akan berpengaruh terhadap penggunaan
metode-metode KB.
Pemeriksaan panggul
Adanya infeksi dalam rongga panggul, terutama pada seorang wanita
memerlukan penanganan dan perlu dipertimbangkan sebelum memilih
suatu metode kontrasepsi.
3. Faktor metode kontrasepsi :
Efektivitas
11
Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan dengan angka z
(PI). Angka ini menunjukkan jumlah kehamilan yang terjadi pada 100
wanita bila menggunakan metode kontrasepsi tersebut selama 1 tahun.
Angka PI yang semakin kecil menandakan semakin efektifnya metode
kontrasepsi tersebut.5
Tabel efektivitas metode KB
Metode Kegagalan per 100 wanita setiap
tahun
Teori (%) Praktek (%)
Kontap wanita
Kontap pria
Suntikan
Pil oral kombinasi
Pil mini
AKDR
Kondom
Diafragma + spermisida
Spons + spermisida
Kap serviks
Krim, jelly, Supositoria vagina
Kitus interuptus
KB alamiah
Pembilasan vagina
Laktasi
Tanpa kontrasepsi
0,04
0,15
0,25
0,5
1
1-3
2
2
*
2
3-5
16
2-20
-
15
90
0,1-0,5
0,2-0,6
3-5
4-10
5-12
5-6
10-20
19
10-20
13
18
20-40
20-40
40
40-50
90
* tidak ada data akurat
Efek samping
12
Penggunaan metode kontrasepsi tertentu memiliki efek samping tertentu,
sehingga riwayat tentang penggunaan alat kontrasepsi sebelumnya perlu
ditanyakan kepada seorang calon akseptor KB.
Kerugian
Kerugian dalam penggunaan suatu metode kontrasepsi perlu pula
diketahui oleh seorang calon akseptor KB untuk memilij metode KB apa
yang akan digunakan.
Komplikasi potensial
Penggunaan metode KB tidak sepenuhnya aman dalam aplikasinya.
Walaupun keadaan berbahaya ini jarang terjadi, namun seorang akseptor
KB sudah seharusnya waspada bila mengalami keadaan-keadaan yang
disebutkan dibawah ini.
Tanda bahaya penggunaan pil oral yaitu :
1. Sakit perut yang hebat
2. Sakit dada yang hebat
3. Sakit kepala hebat
4. Keluhan mata (kabur, tidak dapat melihat)
5. Sakit tungkai bawah yang hebat
Tanda bahaya penggunaan AKDR yaitu 5 :
1. Terlambat haid
2. Sakit perut
3. Demam tinggi, menggigil
4. Keputihan yang banyak dan berbau
5. Perdarahan dari jalan lahir
Tanda bahaya penggunaan suntikan yaitu 5 :
1. Pertambahan berat badan berlebihan
2. Sakit kepala yang hebat
3. Perdarahan jalan lahir
4. Depresi
5. Banyak kencing
13
Biaya
Kemampuan ekonomi seorang calon akseptor KB perlu diketahui untuk
menjamin kontinuitas penggunaan suatu metode KB.
Indikasi Dan Kontraindikasi Metode Kontrasepsi
KB alamiah
Indikasi penggunaan KB alamiah, yaitu adanya kelainan fisik, hormonal, atau
anatomis sehingga metode KB lainnya tidak dapat digunakan, serta adanya
kalangan-kalangan tertentu yang belum menerima keberadaan penggunaan alat-
alat kontrasepsi.5
Kontraindikasi penggunaan KB alamiah adalah siklus haid yang tidak teratur,
serta kurva suhu badan yang tidak teratur.
Sanggama terputus
Metode ini diindikasikan untuk akseptor yang menghendaki metode KB tanpa
alat, murah, tanpa zat kimia, selalu tersedia setiap saat, dan tidak memiliki efek
samping.1,3
Kontraindikasi untuk metode ini adalah ejakulasi prematur pada seorang pria.
Metode laktasi berlanjut
Metode ini diindikasikan untuk akseptor KB pasca persalinan, dimana produksi
susu ibu sedang dalam keadaan maksimal.
Kontraindikasi untuk metode ini adalah ibu memiliki puting susu yang terputar ke
dalam (invers of the nipple), adanya penyakit pada payudara dan putting susu ibu,
atau ibu sedang mengkonsumsi obat-obat yang berbahaya untuk anak.1,5
Kondom pria
14
Indikasi pemakaian kondom untuk pria adalah penyakit genital, sensitivitas penis
terhadap lendir vagina, dan ejakulasi prematur, sedangkan untuk wanita adalah
adanya infeksi, kontraindikasi terhadap pemakaian AKDR, diafragma, atau kap
serviks, untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan ke dalam
vagina, serta sanggama yang bersifat temporer.
Kontraindikasi absolut pemakaian kondom adalah pria dengan ereksi yang tidak
baik, riwayat tidak sadar akibat pemakaian kondom, tidak bertanggung jawab
secara seksual, kondom menghalangi minat seksual, dan alergi terhadap karet
kondom. Kontraindikasi relatif untuk pemakaian kondom adalah terganggunya
ekspresi seksual.5
Diafragma
Diafragma diindikasikan untuk akseptor yang frekuensi sanggamanya bersifat
temporer.
Kontraindikasi untuk penggunaan alat ini adalah adanya kelainan anatomis dari
organ kelamin wanita, infeksi saluran kemih yang berulang-ulang, alergi terhadap
bahan penyusun diafragma, nyeri alat kelamin oleh sebab apapun, pasca bersalin,
tidak mampu untuk memasang diafragma dengan benar.5
Kap serviks
Indikasi pemakaian kap serviks sama dengan penggunaan diafragma.
Kontraindikasi untuk penggunaan alat ini adalah adanya luka pada daerah leher
rahim, kelainan bentuk leher rahim, riwayat infeksi saluran kemih berulang,
adanya kegansan leher rahim, alergi terhadap bahan penyusun kap serviks, hasil
pap smear yang abnormal, pasca bersalin kurang dari 6 minggu, riwayat pernah
tidak sadar akibat pemakaian kap serviks, dan ketidakmampuan untuk memasang
dan memakai kap serviks.5,6
Spons
15
Spons diindikasikan untuk akseptor yang frekuensi sanggamanya bersifat
temporer.
Kontraindikasi penggunaan spons adalah riwayat tidak sadar akibat pemakaian
spons, alergi terhadap bahan penyusun spons, ketidakmampuan untuk memasang
spons, dan adanya kelainan anatomi genital seorang wanita.5
Kondom wanita
Indikasi pemakaian kondom wanita adalah adanya infeksi genital, untuk
membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan ke dalam vagina, serta
sanggama yang bersifat temporer.
Kontraindikasi penggunaan kondom wanita adalah riwayat tidak sadar akibat
pemakaian alat ini, alergi terhadap bahan penyusun kondom wanita,
ketidakmampuan untuk memasang, dan adanya kelainan anatomi genital seorang
wanita.6
Spermisida vagina (krim, busa, jelly, suppositoria, tablet, lapisan film larut)
Indikasi pemakaian spermisida adalah sebagai tambahan pada metode penghalang
dalam vagina, metode KB alamiah, AKDR, kontrsepsi hormonal, sebagai metode
temporer sebelum memakai metode sistematik, maupun sanggama yang jarang
atau temporer.3
Pil oral
Metode ini diindikasikan untuk akseptor dengan siklus haid tidak teratur,
keinginan menggunakan metode kontrasepsi yang bersifat reversibel, adanya
kontraindikasi dalam pemakaian metode penghalang dalam vagina, dan akseptor
yang dapat sanggup menaati jadwal minum pil KB.
Kontraindikasi absolut pemakaian metode ini adalah adanya penyakit pembuluh
darah, gangguan fungsi hati, keganasan payudara, keganasan akibat pengaruh
hormon estrogen, perdarahan abnormal jalan lahir, kehamilan atau diduga hamil,
kuning pada kulit (ikterus), dan kadar lemak darah yang tinggi. Sedangkan
kontraindikasi relatif penggunaan metode ini adalah sakit kepala atau migrain,
16
hipertensi, mioma, epilepsi, varises, diabetes, pembedahan, dan wanita berusia >
35 tahun.5
Kontrasepsi injeksi
Metode ini diindikasikan untuk akseptor dengan keinginan menggunakan metode
kontrasepsi yang bersifat reversibel, adanya kontraindikasi dalam pemakaian
metode penghalang dalam vagina, dan akseptor yang menginginkan pemberian
metode KB tunggal untuk jangka kerja panjang.
Kontrasepsi ini memiliki kontraindikasi berupa kehamilan, keganasan payudara,
keganasan alat kelamin, perdarahan abnormal jalan lahir, dan penyakit diabetes.5
Implan
Metode ini diindikasikan untuk akseptor dengan keinginan menggunakan metode
kontrasepsi yang bersifat reversibel, adanya kontraindikasi dalam pemakaian
metode penghalang dalam vagina, dan akseptor yang menginginkan pemberian
metode KB tunggal untuk jangka kerja panjang.
Kontraindikasi pemakaian metode ini adalah kehamilan atau diduga hamil,
perdarahan jalan lahir yang tidak diketahui sebabnya, penyakit pembuluh darah,
penyakit hati, tumor hati, keganasan payudara, keganasan alat kelamin, penyakit
jantung, hipertensi, dan diabetes.5
Alat kontrasepsi dalam rahim
Metode ini diindikasikan untuk akseptor dengan keinginan menggunakan metode
kontrasepsi yang bersifat reversibel, dan akseptor yang menginginkan pemakaian
metode KB tunggal untuk jangka kerja panjang.
Kontraindikasi absolut pemakaian metode ini adalah infeksi rongga panggul, atau
kehamilan. Kontraindikasi relatif kuat berupa pasangan seksual yang banyak,
kesulitan memperoleh pertolongan bila mengalami keadaan gawat darurat akibat
pemakaian metode ini, pernah mengalami infeksi rongga panggul sebelumnya,
kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya, riwayat kehamilan diluar
kandungan, gangguan respons tubuh terhadap infeksi, kelainan pembekuan darah,
17
penyakit katub jantung, keganasan rahim, mulut rahim yang tersumbat, rahim
yang berukuran sangat kecil, adanya jaringan rahim diluar rahim (endometriosis),
mioma, polip, perdarahan haid yang sangat banyak, alergi terhadap tembaga,
anemia, ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya pemakaian
AKDR, ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor AKDR, penyakit menular
seksual, penyakit jamur alat kelamin bagian dalam, reaksi alergi, adanya riwayat
AKDR yang terdorong keluar dari rahim, riwayat operasi panggul, dan adanya
keinginan untuk mendapatkan anak dimasa depan.5,6
Kontrasepsi mantap
Indikasi pemakaian berbagai jenis metode kontrasepsi ini adalah pasangan yang
atas saran dokter dengan alasan apapun, dianjurkan untuk tidak menjadi hamil
lagi, sedangkan kontraindikasi untuk metode ini adalah keinginan untuk memiliki
anak dimasa depan.5
Cincin vagina dengan hormon
Metode ini diindikasikan untuk akseptor dengan keinginan menggunakan metode
kontrasepsi yang bersifat reversibel, dan akseptor yang menginginkan pemakaian
metode yang mudah diaplikasikan.
Kontraindikasi untuk penggunaan alat ini adalah adanya kelainan anatomis dari
organ kelamin wanita, infeksi saluran kemih yang berulang-ulang, alergi terhadap
bahan penyusun cincin, nyeri alat kelamin oleh sebab apapun, pasca bersalin,
adanya penyakit pembuluh darah, dan tidak mampu untuk memasang cincin
dengan benar.5
Metode kontrasepsi baru
Metode seperti vaksin kontrasepsi, bedah kriogenik, pemakaian gossipol, analog
LHRH, hormon-hormon steroid, dan inhibin masih memerlukan penelitian yang
lebih dalam mengenai indikasi dan kontraindikasi pemakaiannya.3,4
Manfaat Non Kontrasepsi Penggunaan Pil Kombinasi
18
Selain berfungsi sebagai alat kontrasepsi, pil kombinasi ternyata juga memberikan
manfaat yang tidak langsung berhubungan dengan efek kontrasepsi (non-
contraceptive benefits) yaitu menyembuhkan atau mengurangi resiko terjadinya
beberapa kelainan atau keluhan tertentu seperti 3,6 :
Menyembuhkan kelainan menstruasi
Pil kontrasepsi dapat menyembuhkan beberapa kelainan menstruasi umum
antara lain:
Siklus menstruasi yang tidak teratur (irregular cycle)
Darah yang keluar pada saat menstruasi terlalu banyak (hiper-menore)
Sindroma sebelum haid (premenstrual syndrome / PMS)
Haid dengan rasa nyeri hebat di perut (dismenore).
Dengan mengkonsumsi pil kombinasi, siklus haid menjadi teratur dan lebih
ringan sehingga resiko terkena anemia dan defisiensi besi berkurang s/d 50%.
Mengatasi masalah hiper-androgenisme
Dalam tubuh wanita diproduksi hormon reproduksi estrogen, progesteron,
dan androgen. Hormon androgen (testosteron) yang umum disebut hormon
reproduksi pria dibutuhkan oleh wanita dalam jumlah sangat sedikit (± 0,5
mg / liter darah) untuk daya tahan tubuh dan gairah seksual (libido). Wanita
usia reproduktif (± 15 - 40 tahun) sering mengalami ketidakseimbangan
hormonal dimana produksi hormon androgennya akan meningkat sehingga
terjadi hiper-androgen yang bisa menyebabkan :
Masalah pada kulit dan rambut : kulit berminyak, komedo, jerawat,
ketombe (yang bisa menyebabkan kebotakan) atau hirsutisme (pola
tumbuh rambut pada yang wanita yang menyerupai pria / male hair
pattern)
Masalah ginekologis : gangguan siklus haid, PCOS (poly-cystic-ovarian-
syndrome) yang bisa menyebabkan sulit punya anak, kegemukan
(obesitas) dan abnormalitas metabolisme tubuh.
19