Teknologi Kontrasepsi

76
Makalah : Teknologi Kontrasepsi Dosen : Dr. dr. Mardiah Tahir KELUARGA BERENCANA ALAMI DAN METODE KONTRASEPSI SAWAR MEKANIK KELOMPOK 1 WA ODE DITA ARLIANA P1807214003 GUMALA RUBIAH P1807214005 FAJAR P1807214006 RAODAH P1807214008

description

Keluarga Berencana Alamiah dan Sawar Mekanik

Transcript of Teknologi Kontrasepsi

Makalah: Teknologi KontrasepsiDosen : Dr. dr. Mardiah Tahir

KELUARGA BERENCANA ALAMI DAN METODE KONTRASEPSI SAWAR MEKANIK

KELOMPOK 1WA ODE DITA ARLIANAP1807214003GUMALA RUBIAHP1807214005FAJARP1807214006RAODAHP1807214008

KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGAPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATPASCASARJANA UNIVERITAS HASANUDDINMAKASSAR2015KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah yang berjudul Pendidikan Seks Pada Usia Dewasa. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Infertilitas dan Pendidikan Seks. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata PengantariiDaftar IsiiiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah3C. Tujuan4BAB II PEMBAHASANA. Metode Kontrasepsi Alamiah51. Sejarah Kontrasepsi Alamiah52. Definisi Metode Kontrasepsi Alamiah63. Mekanisme Siklus Menstruasi64. Jenis-jenis Metode Kontrasepsi Alamiah8B. Metode Kontrasepsi Sawar Mekaniak211. Diafragma212. Kap Serviks263. Kondom Pria314. Kondom Wanita345. Spermisida366. Intra Uterine Device39BAB III PENUTUPA. Kesimpulan44B. Saran44DAFTAR PUSTAKA

1

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh komponen bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes RI, 2009).Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah menuju tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan penduduk. Secara garis besar masalah pokok dibidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar dengan laju petumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Winjosastro dalam Purba (2009)).Selama kurun waktu 2000-2010 jumlah penduduk Indonesia cenderung berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 222,2 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2 (BPS 2007) dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia meningkat lagi menjadi 237,6 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 124 jiwa per km2 (BPS, 2010).Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui pengendalian fertilitas yang instrument utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008).Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).Hasil proyeksi menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama 25 tahun mendatang terus meningkat secara pesat yaitu 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,3 juta jiwa pada tahun 2025. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata pertahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukan kecenderungan terus menurun. Dalam decade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49% pertahun, kemudian antara periode 2000-2025 turun menjdi 1,34% dan 0,92% pertahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh karena turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat dari pada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 dalam kurun waktu sama (BPS, 2005).Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 pemakaian kontrasepsi secara nasional meningkat dari 55,8% pada tahun 2010 meningkat menjadi 59,7% pada tahun 2013. Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi bagi seorang perempuan karena pada rentang usia tersebut kemungkinan perempuan melahirkan anak cukup besar. Semakin banyak jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) maka peluang banyaknya anak yang dilahirkan juga semakin besar. Semakin banyak jumlah anak berarti semakin banyak tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya. Dengan demikian pembatasan jumlah anak perlu diperhatikan agar tercapai keluarga yang sejahtera. Wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang menggunakan atau memakai alat atau cara KB adalah 59,7% (penggunaan kontrasepsi modern 59,3% dan kontrasepsi tradisional 0,4%). Secara nasional masih ada 24,8% perempuan pernah kawin usia reproduktif yang tidak menggunakan alat/cara KB untuk mencegah dan menunda kehamilan, dan 15,5 % yang pernah ber-KB akan tetapi sekarang tidak menggunakan (Depkes RI, 2014b). Berdasarkan data Riskesdas 2013 kelompok usia reproduksi 35-39 tahun adalah pengguna KB terbanyak yaitu 66,1%, sedangkan pada kelompok umur berisiko masih rendah yaitu pada 45-49 tahun (40,4%) dan kelompok umur 15-19 tahun (46%). 60,6%. Proporsi penggunaan alat/cara KB di perdesaan (61,6%) lebih banyak dibandingkan di perkotaan (57,9%). Jenis alat KB yang digunakan secara nasional, didominasi dengan cara suntik (46,87%), selanjutanya pil (24,54%), IUD/AKDR (11,41%), Implant (9,75%), sterilisasi wanita (3,52%), kondom (3,22%), sterilisasi pria (0,69%) (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013). Presentase perempuan kawin umur 15-49 tahun yang menggunakan alat atau cara KB menurut tempat mendapatkan pelayanan KB adalah Praktek Bidan (54,6%), Puskesmas/pustu (14,3%), Apotik/lainnya (11,7%), Rumash sakit (6,5%), Polindes/Poskesdes (4,7%), Praktek perawat (2%), Praktek Dokter dan posyandu masing-masing (1,9%), Klinik (1,6 %), dan Tim KB/ Medis Keliling (0,8%).B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka diruuskan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana sejarah Metode kontrasepsi alamiah ?2. Apa yang dimaskud dengan metode kontrasepsi alamiah ?3. Bagaimana siklus menstruasi ?4. Apa saja jenis dari metode kontrasepsi alamiah ?5. Apa yang dimaksud dengan metode kontrasepsi mekanik ?6. Apa saja jenis dari kontrasepsi mekanik itu sendiri?

C. TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah Metode kontrasepsi alamiah, pengertian serta jenis metode kontrasepsi alamiah, siklus menstruasi, pengertian dan jenis dari metode kontrasepsi mekanik.

BAB IIPEMBAHASANA. Metode Kontrasepsi Alamiah1. Sejarah Kontraspsi AlamiahMetode keluarga berencana alami sebelumnya disebut dengan pantang berkala, masa aman dan metode irama. Baru belakangan ini metode tersebut dipromosikan kepada wanita sebagai suatu metode kesadaran terhadap kesuburan, dan seiring makin wanita menunda kehamilan, metode ini menjadi pilihan yang semakin populer. Pada konstulasi awal, klinik infertilitas biasanya meminta wanita menggunakan kit kesadaran terhadap kesuburan, sebelum mereka mengunakan metode suhu tubuh untuk mengetahui terjadinya ovulasi (Everet, 2007)Pada ahun 1930, Ogino di Jepang, dan pada tahun 1930, Knaus di Austria, menemukan bahwa konsepsi berlangsung diantara siklus menstruasi, dan masa dari ovulasi ke masa menstruasi berikutnya selalu sama tanpa mempertimbangkan siklus tersebut. Dengan menggunakan informasi ini mereka mengembangkan metode kalender. Pada masa ini perubahan lendir serviks diperhatikan oleh Seguy Vimeux. Pada tahun 1947 Ferin mula-mula memperhatikan bahwa suhu tubuh seorang wanita berubah pada saat ovulasi. Namun temuan ini tidak digunakan sampai pada tahun 1964. Drs. John dan Evelyn Billings menggunakan temuan ini untuk merumuskan metode billings, saat ini dikenal dengan metode serviks (Everett, 2007).Penelitian ini semakin banyak, yang menghasikan produksi sistem kontrasepsi dan reagen urine. Metode tubuh terbantu dengan hadirnya termometer elektronik dan digital, yang meningkatkan akurasi dan mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh klien untuk mengukur suhu tubuhnya (Everett, 2007).

2. DefInisi Metode Kontrasepsi AlamiahMetode keluarga berenana alami didasarkan pada siklus masa subur dan tidak subur seorang wanita. Dasar utamanya yaitu saat terjadi ovulasi yang umumnya kira-kira 14 hari sebelum haid berikutnya, menghindari senggama selama 7 18 hari , termasuk masa subur dari tiap siklus. Sperma dapat hidup 3 hari setelah ejakulasi, maka ovulasi harus sudah dapat diramalkan sebelumnya.

3. Mekanisme Siklus MenstruasiSiklus mentruasi pada manusia paling mudah dimengerti jika proses ini dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometriuma. Fase folikulerMerupakan fase pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi sampai terjadinya ovulasi, terjadi pada 14 hari pertama pada siklus menstruasi 28 hari. Selama fase ini, sekelompok folikel ovarium akan mulai matang, walaupun hanya satu yang akan menjadi folikel de graaf. Hari pertama menstruasi di tetapkan sebagai hari pertama fase folikuler. Selama 4 5 hari pertama fase ini, perkembangan folikel ovarium awal ditandai oleh proliferasi dan aktivitas arromatase sel granulosum yang di induksi oleh FSH. FSH juga menstimulasi sintesis reseptor LH yang baru pada sel garanulosa yang kemudian mulai merespon LH. Pada hari ke 5 6 siklus menstruasi, sebuah folikel akan mendominasi dan mulai menjadi matang dan folikel yang tidak dominan akan mengalami atresia. Pada fese folikel tengah hingga akhir sekresi FSH mulai menurun namun sekresi LH dan estrogen meningkat yang menyebabkan pertumbuhan jaringan endometrium.

b. Fase ovulatoirFase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui kapsul ovarium. 2 sampai 3 hari sebelum omset lonjakan LH, estrandiol dan inhibisi B yang bersirkulasi meningkat secara cepat dan bersamaan, progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa. c. Fase lutealSetelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum. Ciri fase luteal adalah konsentrasi progesteron yang tinggi yang disekresi oleh korpus luteum. Progesteron yang meningkat mencegah estrogen untuk menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis sehingga menyebabkan sekresi FSH dan LH hanya pada garis datar. Lamanya fase luteal lebih konsisten dari pada fase folikuler biasanya 14 2 hari jika tidak terjadi kehamilan. Korpus luteum ecara spontan mengalami regresi dan perkembangan berlanjut ke siklus berikutnya.d. Fase menstruasiHari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel yang matang dan salah satunya akan berovulasi. Fenomena mentruasi merupakan peristiwa endometrial yang di picu oleh hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi.

4. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi AlamiahAda beberapa jenis metode kontrasepsi alamiah yaitu:a. Metode Kalender1. Pengertian Metode KalenderMetode kalender atau pantang berkala adlah cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Metode kalender ini merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. pencetus KBA system kalender adalah dr.Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/ menstruasi wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA system kalender.Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan system kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya. Sebelum menggunakan metode ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada setiap wanita tidaklah sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.

2. Cara Penerapan Metode KalenderPrinsipkerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali dalam sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani sperma selama 48-72 jam. Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:1. Pre Ovulatory Infertility Phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)2. Fertility Phase ( Masa subur)3. Post Ovulatory infertility Phase ( masa tidak subur setelah ovulasi)Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidaklah sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara dan menghitung masa subur:1. Bila Siklus Haid Teratur (28 hari ) Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 siklus haid.Contoh:Seorang istri mendapat haid mulai tanggal 9 januari. Tanggal 9 januari dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke-16 jatuh pada tanggal 24 januari. Jadi masa subur yaitu tanggal 20 hingga 24 januari. Pada tanggal tersebut suami istri tidak boleh bersenggama.

2. Bila Siklus Haid Tidak Teratura. Catat jumlah hari dalam siklus haid selama 6 bulan (6 siklus menstruasi). Untuk mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek.b. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurang 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Rumus: Hari pertama masa subur = jumlah hari terpendek - 18 c. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.Rumus : Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang 11Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai dari pertama haid sampai haid berikutnya).Langkah 1 : 25 18 = 7Langkah 2 : 30 11 = 19Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.

3. Manfaat Metode kalender atau pantang berkala Metode kalender dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. a. Manfaat kontrasepsi : Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.b. Manfaat konsepsi :dDapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.

4. Keuntungan dan Keterbatasan Metode kalender atau pantang berkala Metode kalender mempunyai keuntungan sebagai berikut: a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana. b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat. c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya. d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual. e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. f. Tidak memerlukan biaya.g. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi. Metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri. b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur. e. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus. f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat). g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. 5. Efektifitas Metode kalender Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah: a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri. d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.

b. Metode Suhu Basal Badan1. PengertianSuhu basal tubuh adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat. Metode suhu basal tubuh merupakan suatu cara untuk menilai kesuburan dengan menggunakan suhu tubuh saat istirahat (dalam keadaan belum melakukan aktifitas apapun) sebagai acuannya. Pengguna harus mencatat hasil pemantauannya setiap hari, sehingga dia dapat membandingkan perubahan suhu dari hari ke hari.Tujuan dari metode suhu basal tubuh ini adalah untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu tubuh seorang wanita berubah di sepanjang siklus menstruasi, bertepatan dengan perubahan hormonal yang menunjukkan tahap subur dan tidak subur dari siklus.Dengan memonitor suhu tubuhnya setiap hari, seorang wanita dapat menentukan hari-hari di mana dia subur dan tidak subur. Suhu basal tubuh di ukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, pervagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.

2. Mekanisme peningkatan suhu basalHormone progesterone yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik atau memproduksi panas dan dapat menaikkan suhu tubuh 0,05C 0,2C, dan mempertahankan sampai haid berikutnya. Ini merupakan dasar dari metode peningkatan suhu basal tubuh.

Suhu tubuh seorang wanita naik sedikit setelah ovulasi pada sekitar pertengahan siklus menstruasinya. Sebagai contoh, seorang wanita dengan siklus normal menstruasi 28 hari akan mengalami ovulasi sekitar dua minggu setelah perdarahan menstruasi terakhir dan sekitar dua minggu sebelum perdarahan menstruasi berikutnya. Ovulasi terjadi sebagai respon terhadap peningkatan kadar hormon progesteron dalam tubuh wanita. Setelah ovulasi, kadar progesteron meningkat, yang menyebabkan suhu tubuh wanita akan meningkat sedikit. Dengan demikian, seorang wanita dapat mengetahui kapan ovulasi telah berlalu dan masa suburnya berakhir dengan memonitor suhu tubuh basal setiap hari. Setelah kenaikan suhu, dia bisa yakin bahwa dia tidak subur, sampai siklus menstruasi dimulai lagi. Wanita yang menggunakan metode ini menghindari seks atau menggunakan metode kontrasepsialternatif sejak hari pertama siklus menstruasi (hari ketika perdarahan haid dimulai) sampai kenaikan suhu tubuh basal terjadi (menunjukkan ovulasi telah berlalu). Ovulasi memakan waktu sekitar 24 jam. Telur yang dilepas oleh indung telur akan bergerak melalui tuba falopi menuju rahim. Jika bertemu dengan sperma pada saat itu, wanita tersebut menjadi hamil. Jika tidak ada sperma, telur akan terus berjalan melalui pembukaan rahim dan ke dalam vagina, di mana dia akan dikeluarkan dari tubuh. Meskipun seorang wanita hanya subur dalam 24 jam setelah ovulasi (waktu telur masih berada di tubuhnya), sperma dapat bertahan dalam rahimnya sampai lima hari setelah hubungan seksual. Jadi seorang wanita juga bisa hamil jika dia berhubungan seks tanpa menggunakan kontrasepsi dalam lima hari sebelum ovulasi. Karena tidak ada perubahan suhu yang menunjukkan awal ovulasi, wanita perlu menghindari seks tanpa kontrasepsi sejak awal siklus menstruasi sampai suhu tubuh meningkat.

3. Cara penggunaan1. Mengukur suhu tubuh basal setiap hari, sebelum turun dari tempat tidur, makan atau melakukan aktivitas fisik.2. Mencatat hasil pengukuran suhu tubuh basal pada grafik setiap hari, sehingga tren suhu tubuh mudah terlihat.3. Memantau bila ada sedikit peningkatan suhu 0,2-0.5 derajat C, yang menunjukkan ovulasi telah berlalu.4. Tidak melakukan hubungan seks atau menggunakan kontrasepsi alternatifsejak hari pertama siklus menstruasi (dimulainya pendarahan menstruasi) sampai tiga hari setelah kenaikan suhu 0.2-0.5 derajat C.

4. Keuntungan dan Kerugian Metode Suhu Badan BasalKeuntungan dari metode suhu basal badan adalah sebagai berikut (Pinem,2008):a. Alami dan tidak ada efek sampingb. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terhadap masa subur.c. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi.d. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain selain lender servik.e. Berada dalam kendali wanita.f. Dapat digunakan untuk mencegah atau menghendaki kehamilan.g. Sangat efektif bila dilakukan dengan benar.

Adapun kekurangan dari metode ini adalah :a. Membutuhkan motivasi.b. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.c. Tidak cocok untuk digunakan sementara wanita memiliki kondisi kesehatan yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh, misalnya penyakit, kurang tidur, stress/tekanan emosional, dll.d. Membutuhkan pemantauan dan pencatatan harian suhu tubuh pada waktu yang sama setiap hari, jika tidak akan menyebabkan ketidakteraturan suhu basal tubuh.e. Masa subur dimulai pada awal siklus menstruasi (dibandingkan dengan metode berbasis kesadaran kesuburan lain di mana seorang wanita dapat menentukan apakah dia subur pada 5-7 hari pertama dari siklus).f. Tidak melindungi terhadap infeksi PMS

5. EfektivitasEfektivitas metode pemantauan suhu tubuh basal bisa mencapai 99% pada tahun pertama penggunaan, jika digunakan dengan benar dan konsisten. Namun, metode ini kurang efektif jika wanita tidak memonitor suhunya dengan akurat atau jika dia berhubungan seks tanpa pelindung di masa subur. Karena banyak wanita mengalami kesulitan untuk menggunakan metode ini dengan benar dan konsisten, sekitar 25% dari mereka yang menggunakan metode ini menjadi hamil dalam tahun pertama penggunaan. Angka ini juga khas pada metode kesadaran kesuburan lainnya seperti metode berbasis kalender dan metode pemantauan lendir serviks. Beberapa kesulitan penggunaan dapat disebabkan oleh pengaruh eksternal (misalnya suhu lingkungan naik) sehingga suhu wanita meningkat dan dikira bahwa ovulasi telah berlalu, padahal belum.Namun ada juga bukti bahwa banyak wanita yang merasa kerepotan untuk memantau suhu tubuh setiap hari. Efektivitas suhu basal tubuh cukup baik dengan angka kegagalan 0,3-6,6 kehamilan pada 100 wanita pertahun (Everett, 2007).

3. Metode Lendir Servikx (Billings)1. PengertianMetode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern.

2. Cara Pemeriksaan Lendir ServiksPerubahan siklus dari lendir serviks terjadi karena perubahan kadar estrogen. Pada tiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh sel-sel serviks (Hartanto, 2004),yaitu ;a. Lendir Tipe E (estrogenik) : Diproduksi pada fase akhir pra ovulasi. Sifat-sifat banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas/kelengketan rendah, elastisitas besar, bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis. Spermatozoa dapat menembus lendir ini.b. Lendir Tipe G (gestagenik) : Diproduksi pada fase awal pra ovulasi dan setelah ovulasi. Sifat-sifat kental, kelengketan tinggi, keruh (oppaque). Dibuat karena peninggian kadar progesteron.Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30 hari) :a. Fase 1 : Haid, hari 1-5, lendir bisa ada atau tidak, dan tertutup oleh darah haid, perasaan wanita terasa basah dan licin (lubrikatif).b. Fase 2 : Pasca haid, hari 6-10, tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali, perasaan wanita terasa kering.c. Fase 3 : Awal pra ovulasi, hari 11-13, lendir keruh, kuning atau putih dan liat, perasaan wanita liat dan lembab.d. Fase 4 : Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi. Hari 14-17. Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan. Dengan konsistensi seperti putih telur. Hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai gejala puncak (peak symptom). Perasaan wanita lubrikatif dan atau basah.e. Fase 5 : Pasca ovulasi, hari 18-21. lendir sedikit, keruh dan liat. Perasaan wanita liat dan atau lembab.f. Fase 6 : Akhir pasca ovulasi atau segera pra haid. Hari 27-30. lendir jernih dan seperti air. Perasaan wanita liat, lembab dan atau basah.Ada tiga defenisis berdasarkan ciri-ciri lendir serviks (Pinem, 2009), yaitu:1. Hari-hari kering: setelah darah haid besih, pada kebanyakan ibu menyusui ditemukan 1 sampai beberapa hari tidak ada lendir dan daerah vagina terasa kering, wktu ini dinamai hari-hari kering.2. Hari-hari subur: saat terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi. Ibu dianggap subur bila ada lendir, walaupun lendir itu kental dan lengket. Lendir yang basah dan licin mungkin saja sudah ada diserbiks, yang berarti hari subur sudah dimulai.3. Hari puncak: adalah hari terakhir adanya lendir serivks paling licin, liat atau mulur dan ada perasaan basah.

Gambar. Metode Lendir Serviks( Billings)

3. Indikasi Indikasi metode kontrasepsi ini daibagi menjadi dua yaitu untuk kontrasepsi dan untuk konsepsi. Adapun indikasi utnuk kontrasepsi:1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.2. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.3. Perempuan kurus atau gemuk.4. Perempuan yang merokok.5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu a.1. hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.7. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.8. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.Sedangkan untuk konsepsi, pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan (Pinem, 2009).

4. Kontra Indikasi1. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB.3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB (Metode Ovulasi Billings).4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

5. EfektivitasKeberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 0,4 39,7 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Hartanto, 2004; Pinem, 2009). Uji coba yang dilakukan Indian Council of Medical Research Task Force on Natural Family Planning, 1996 dalam Everett, 2007 yang meneliti metode lendir serviks menunjukan angka kegagalan metode ini 1,5 per 100 pengguna dan angka kegagalan metode 15,9 per 100 pengguna dalam 21 bulan. Angka ini tampaknya menggambarkan betapa penting pelatihan dan motivasi klien dan pasangannya dalam memastikan efektivitas.

6. Keuntungan dan KerugianKeuntungan dari penggunaan metode kontrasepsi ini adalah sebagai berikut (Pinem, 2009):1. Dalam kendali wanita2. Memberi izin kepada pasangan menyentuh tubuhnya.3. Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh4. Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan.5. Dapat digunakan menccegah kehamilan.Adapun kerugian dari penggunaan metode kontrasepsi ini adalah sebagai berikut (Pinem, 2009):1. Membutuhkan komitmen2. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami3. Dapat membutuhkan 2 sampai 3 siklus untuk mempelajari metode4. Impeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur5. Beberapa obat yang digunakan mengobati flu dan sebagainya dapat menghambat produksi lendir serviks.6. Melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak disukai beberapa wanita.7. Membutuhkan pantangan.

B. Metode Kontrasepsi Mekanik

Disebut kontrasepsi mekanik, karena memiliki fungsi melindungi. Kontrasepsi mekanik bekerja dengan cara mencegah pertemuan antara sel sperma dan sel telur yang ada didalam rahim. Yang termasuk kontrasepsi ini adalah:1. Diafragmaa. SejarahDimasa lalu, wanita menggunakan berbagai bahan sebagai metode kontrasepsi sawa, seperti kain berminyak, spons, dedaunan, dan buah-buahan yang seringkali direndam dengan cuka atau jus lemon. Seseorang dokter asal Jerman bernama Hasse, yang menggunakan pseudonim Mesinga, diberi penghargaan atas keberhasilannya mnemukan diafragma pada tahun 1882, yang memberi wanita kebebasan lebih besar terhadap tubuh mereka. Bsru pada tahun 1974 semua kontrasepsi tidak diberikan Cuma-Cuma bagi pria dan wanita. Sebelum itu wanita harus mempelihatkan surat nikah, karena kontrasepsi tidak tersedia untuk wanita yang belum menikah sampai akhir tahun 1960-an (Everett, 2007).

b. PengertianDiafragma adalah karet lateks berbentuk kubah yang diinsersi kedalam vagina. Kubah ini menutupi serviks, yang berfungsi sebagai sawar sperma sehingga membantu mencegah kehamilan (Everett, 2007). Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung (mangkok), terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan meutupi serviks (Pinem,2009). Diafragma merupaka suatu alat yang berfungsi untuk menutup seviks dari bawah sehingga sel mani tidak dapat memasuki saluran serviks, biasanya dipakai dengan spermicida (Suratun dkk, 2008).Metode kontrasepsi ini kurang populer dinegara-negara sedang berkembang, karena memerlukan tingkat motivasi yang tinggi untuk memakai dengan benar dan tepat. Tetapi metode ini masih merupakan alternatif yang baik untuk wanita dengan kontra-indikasi pemakaian Pil oral, IUD atau suntikan ataupun implant. Dan sebelum adanya metode kontrasepsi modern, diafragma merupakan metode kontrasepsi paling efektif yang tersedia untuk wanita. Metode ini juga baik untuk wanita yang sedang menyusui,wanita yang jarang bersenggama sehingga tidak memerlukan perlindungan yang terus menerus (Hartanto,2004).

c. Cara Kerja DiafragmaDiafragma berfungsi sebagai penghalang fisik selama berhubungan seksusal, untuk mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Syarat-syarat penggunaan diafragma yaitu:1. Tidak ada prolaps uteri yang berat,2. Tonus vagina baik,3. Akseptor harus dapat meraba serviknya.

d. Jenis-Jenis DiaframaAda tiga tipe utama diafragma menurut Everett tahun 2007, yaitu:1. Diafragma berpegas datarTipe diafragma ini memiliki pegas datar dibagian pinggir diafragma dan ukuran yang tersedia adalah 55-95 mm (ukuran meningkat setiap 5 mm). Tipe ini cocok untuk wanita yang posisi serviksnya kedepan atau ketengah.2. Diafragma berpegas gelungTipe diaframa ini memiliki pegas lentur dibagian pinggir diafragma dan ukuran yang tersedia adalah 55-95 mm (ukuran meningkat setiap 5 mm). Tipe diafragma ini ocok untuk wanita yang merasa diafragma berpegas datar tidak nyaman atau jika merek memiliki otot vagina yang kuat atau peka terhadap tejkanan pada vagina. Selain itu tipe ini juga dianjurkan bagi wanita simfisis pubisnya dangkal.3. Diafragma berpegas melengkungTipe diafragma ini tersedia dalam ukuran 55-95 mm (ukuran meningkat setiap 5 mm. Tipe ini cocok untuk wanita yang posisi serviksnya dibelakang atau bagi wanita yang kesulitan meraba serviksnya.Untuk menentukan ukuran diafragma yang tepat dilakukan dengan pemeriksaan dalam, sekaligus mengukur panjang diagonal dari sluran vagina mulai dari bagian belakang symphysis pubis sampai fornix posterior (Hartanto, 2004). Ini dilakukan dalam 3 langkah, yaitu:1. Jari telunjuk dan jari tengah dimasukan kedala vagina sampai ujung jari tengah menyentuh dinding fornix posterior.2. Titik dimana jari telunjuk mnyentuh symphysis pubis ditandai dengan ujung ibu jari tagan yang sama, kemudian kedua jari dikeluarkan dari dalam vagina.3. Pinggir alas dalam diafragma diletakkan pad ujung jari tengah, dan pinggir alas yang berlawanan diletakan didepan ibu jari, maka akan diperoleh diameter diafragma yang tepat.

e. Cara Pemasangan DiafragmaMenurut Pinem, tahun 2009, instruksi yang perlu diberikan kepada klien adalah:1. Kosongkan kandung kemih2. Pastikan diafragma tidak tidak berlubang (Tes dengan mengisi diafragma dengan air atau melihat menembus cahaya)3. Taruh spermicide didalam kubah atau pada kedua sisi kubah dan disekeliling pinggir alas diafragma. Untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelly, remas bersamaan dengan pinggirnya.4. Posisi klien saat pemasanagn: sambil jongkok, atau satu kaki diangkat keatas kursi atau dudukkan ketoilet atau sambil berbaring.5. Lebarkan kedua bibir vagina.6. Masukan diafragma kedalam vagina jauh kebelakang, dorong bagian depan pinggiran keatas dibakik tulang pubis.7. Pindahkan jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, kemudian sarungkan karet diafragma pada servks. Pastikan serviks telah terlindungi seluruhnya.8. Diafragma dipasang 6 jam sebelum bersenggama. Jika senggama dilakukan lebih dari 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermiside ke dalam vagina.9. Setelah melakukan hubungan seksual diafragma tetap harus tetap berada didalam vagina paling sedikit 6 jam. Jangan tinggalan diafragma didalam vagina lebih dari 24 jam.10. Pencucian vagina bisa dilakukan 6 jam kemudian setelah bersenggama.11. Mengangkat diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.12. Cuci diafragma dengan air dan sabunn, keringkan dan impan kembali dalam tempatnya.

f. EfektivitasMenurut Everett pada tahun 2007, pada pemakaian yang saksama dan konsisten, diafragma 92 96% efektif jika digunakan bersama spermiside untuk mencegah kehamilan pada tahun pertama. Pada pemakaian yang lazim, yaitu pada saat wanita tidak memakai kontrasepsi ini dengan saksama, efektivitasnya 82 90% jika digunakan bersma spermisida untuk mencegah kehamilan pada tahun pertama (Bounds, 1994 dalam Everett, 2007). Angka kegagalan diafragma tergantung pada seberapa efektive wanita memakainya. Menurut Suratun dkk, 2008, bila digunakan dngan benar dan dikombinasikan dengan spermisisda, maka angka kegagalam diafragma adalah 4 8% kehamilan. Penyebab kegagalan, selain motivasi yang kurang adalah pemasanagan atau pelepasan yang tidak tepat, terlepas saat berhubungan intim dan adanya cacat pada diafragma yang tidak diketahui. Menurut Hartanto tahun 2004, angka keggalan teoritis metode kontrasepsi ini adalah 2 3 kegagalan per 100 wanita per tahun, sedangkan angka kegagalan praktek adalah 6 25 kegagalan per 100 wanita per tahun.

g. Keuntungan dan KerugianKeuntungan dari penggunaan diafragma adalah sebagai berikut (Pinem, 2009) :1. Sangat efektif bila dipakai dengan benar danbila digunakan dengan spermisida.2. Aman, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh sistemik.3. Diawasi sendiri oleh pemakai.4. Tidak mengganggu hubungan seksual karena terpasang sampai 6 jam sebelumnya.5. Hanya dipakai bila diperlukan.6. Tidak mempengaruhi laktasi.7. Dapat dipakai selama haid (Tetapi sangat tidak dianjurkan).8. Mempunyai efek perlindungan terhadap IMS/HIV dn Aids bila digunakan dengan spermisida.Adapun kerugian dari penggunaan kontrasepsi ini adalah (Pinem, 2009):1. Efektivitas: angka kegagalan 6 16 kehamilan per 100 permpuan pertahun.2. Kurang populer karena memerlukan tingkat motivasi tinggi dari pemakainya.3. Perempuan perlu memanipulasi genitalianya sendiri.4. Untuk pemakaian awal perlu bimbingan/ instruksi cara pemasanagan oleh tenaga klinik yang terlatih.5. Menjadi mahal bila sering diapakai, karena perlu biaya untuk pembelian spermisida.6. Insersinya relatif sulit.7. Pada kasus tertentu dapat terasa oleh suami saat bersenggama.8. Beberapa perempuan mengeluh basah/becek disebabkan spermisidanya.9. Pada beberapa pemakai dapat menyebabkan infeksi uretra.10. Keungkinan timbulnya Sindrom Syok Toksik (TSS). Syok yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan bakteri staphylococcus aureus.

2. Kap Serviksa. PengertianKap serviks adalah suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan diafragma, kap seviks lebih tinggi kubahnya (lebih dalam) tetapi lebih kecil diameterny, lebih kaku dan menutupi serviks karena hisapan, bukan karena pegas (Pinem, 2009).

b. Cara kerja

Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks .

c. Jenis-Jenis Kap ServiksMenurut Hartanto tahun 2004, kap serviks itu dibagi dalam tiga jenis, yaitu:1. Prentif Cavity Rim Capa) Paling sering dipakai.b) Tersedia dalam 4 ukuran, dengan diameter-dalam 22, 25, 28, dan 31 mm.2. Dumas atau Vault Capa) Relatif dangkal, berbentuk mangkok dengan pinggir alas yang tebal dan bagiantengah yang tipis.b) Tersedia dalam 5 ukuran dari 50-75 mm.c) Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus otot-otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan servis yang terlalu pendek3. Vimule Capa) Berbentuk lonceng yang panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) untuk memperkuat hubungan dengan sekitarnya.b) Cocok untuk wanita dengan: Tonus otot-otot vagina yang kurang baik. Sistokel. Serviks yang lebih panjang dari rata-rata.

d. Cara PemasanganCara pemasangan kap serviks menurut Pinem, 2009 adalah sebagai berikut:1. Posisi tubuh perempuan jongkok atau setengah tidur/duduk.2. Isi kap serviks kurang lebih 1/3 bagian dengan permisida (jangan terlalu banyak karena akan sukar mendapatkan hisapan atau suction yang diperlukan).3. Pegang kap serviks dengan jari telunjuk dan ibu jari dengan kubah menghadap kebawah sambil memijat pinggir alas kap serviks bila terbuat dari karet.4. Tangan yang lain membuka bibir kemaluan.5. Kap serviks dimasukan sepanjang dinding belakang vagina sampai mencapai serviks.\dengan jari telunjuk, pinggir alas kap serviks ditekan disekeliling serviks sampai kubah kap serviks menutupi pstium uteri dan ujung serviks dapat teraba dibawah kubah.6. Kap serviks harus berada disitu selama minimal 6 jam setelah senggama selelsai. Meskipun kap serviks dapat dibiarkan disitu selama 24 jam, tetapi tidak dianjurkan.

e. EfektifitasMenurut Everett tahun 2007, pada pemakaian yang cermat dan konsisten, kap serviks sama seperti diafragma, 92 96% efektif jika digunakan bersama spermiside untuk mencegah kehamilan pada tahun pertama. Pada pemakaian yang biasa, yaitu pada saat wanita tidak memakai kontrasepsi ini dengan hati-hati, efektivitasnya 82 90% jika digunakan bersma spermisida untuk mencegah kehamilan pada tahun pertama (Bounds 1994 dalam Everett, 2007). Sedangkan menurut Hartanto tahun 2004 efektivitas dibagi menjadi dua yaitu keslahan metode (2 per 100 wanita pertahun) dan kegagalan pengguna (8 20 per 100 wanita per tahun).

f. KontraindikasiKontraindikasi dalam pemakaian kontrasepsi ini adalah sebagai berikut (Everett, 2007):1. Ketidakmampuan klien dalam menemukan serviksnya.2. Kelainan bentuk serviks.3. Kehamilan.4. Pendarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis harus diselidiki terlebih dahulu.5. Kelainan kongenital, seperti kelainan dua dinding serviks atau septum (tempat vagina dipisahkan menjadi dua oleh sebuah dinding).6. Alergi terhadap karet atau spermisisda.7. Infeksi pada vagina, serviks, atau panggul yang harus diselediki dan diobati terlebih dahulu.8. Riwayat sindrom syok toksik.9. Wanita yang merasa tidak mampu menyentuh area genitalnya karena alasan pribadi atau agama.

g. Keuntungan dan KerugianKeuntungan dari penggunaan kap serviks itu sendiri adalah (Pinem, 2009):1. Kaps serviks bersifat reversible. Kap servik dapat digunakan lagi setelah dipakai dengan mencucinya menggunakan air hangat dan sabun yang lembut/ tidak bersifat asam. Selain itu, kap serviks tidak mempunyai efek yang berbahaya terhadap fungsi reproduksi baik wanita ataupun pria. Jika kap serviks tidak digunakan lagi, kemungkinan untuk hamil tetap ada.2. Harganya tidak terlalu mahal, namun tidak dijual disembarang tempat.3. Ukurannya kecil dan ringan, sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana.4. Hanya membutuhkan sedikit spermicide (jika dibandingkan dengan diafragma).5. Kap serviks dapat dipakai selama 48 jam karena ukurannya yang kecil sehingga tidak menyebabkan tekanan pada VU dan tambahan ulang spermicide juga tidak dibutuhkan.6. Kap serviks merupakan metode non-hormonal barrier.7. Metode kap seviks ini dapat tetap digunakan pada Ibu yang sedang menyusui.8. Kap serviks aman dan dapat digunakan pada wanita yang merokok. Hal ini dikarenakan wanita yang merokok akan berisiko terganggu kesehatannya jika menggunakan kontrasepsi hormonal.9. Membantu para wanita untuk lebih mengetahui dan mempelajari anatomi tubuh wanita, khususnya organ reproduksi.10. Tidak mempengaruhi siklus mentruasi11. Tidak mempengaruhi kesuburan untuk ke depannya.Adapun kerugian dari penggunaan kap serviks adalah sebagai berikut (Pinem, 2009):1. Dapat menyebabkan cervicitis2. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan yang signifikan > 20lbs (naik/ turun)3. Membuat infeksi pada saluran perkemihan4. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi.5. Penggunaannya cukup sulit. Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam memasang/memasukkan cervical caps ke dalam vagina dengan benar.6. Beberapa wanita akan merasa nyeri dan pasangannya akan merasa tidak nyaman ketika sedang melakukan hubungan intim.7. Cervical caps dapat terlepas sewaktu-waktu dari dalam vagina ketika sedang melakukan hubungan intim ataupun sedang defekasi.8. Tidak bebas dijual di sembarang tempat dan penggunaannya pun harus sesuai dengan petunjuk dokter.9. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual)10. Tidak dapat mencegah penyebaran HIV dan Aids

3. Kondom Priaa. SejarahKondom adalah bentuk kontrasepsi yang pertama kali ditemukan. Kondom dibuat dari banyak bahan yang tidak lazim dan pada awalnya lebih dianggap sbagi pelindung terhadap penyakiy menular seksual daripada sebagai pencegahan kehamilan. Pria mesir yang dilaporkan pertama kali memakai kondom untuk melindungi dirinya sendiri terhadap infeksi pada tahun 1350-1220 SM. Selanjutnya pada tahun 1564, seorang ahli anatomi berkebangsaan Italia bernama Gabrielle Fallopius sebagai penemu kondom yang terbuat dari linen sebagai pelidung terhadap sifilis. Selama masa Casanova pada tahun 1700-an, kondom dipakai tidak hanya untuk melindungi diri terhadap infeksi tetapi juga kehamilan. Dimasa lalu kondom dibuat dari kandungan kemih hewan, sutraberminyak, kertas dan kulit (Durex, 1993 dalam Everett, 2007).

b. PengertianKondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (Saifuddin, 2003 dalam Lubis, 2008).Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu. Kondom berfungsi sebagai barrier yang membungkus penis untuk melindungi dari penyakit yang telah digunakan sejak 1350 sebelum masehi dan digunakan untuk mencegah kehamilan sekitar abad ke-16 (Lubis, 2008).Kondom Pria adalah meruapak selubung/ sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat bersenggamansehingga tidak tercurah pada vagina (Suratun dkk, 2008).

c. Cara KerjaCara kerja kondom pada dasaranya adalah mencegah masuknya spermatozoa ke traktus genitalia interna perempuan. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan spermatozoa dan ovum dengan cara menampung sperma diujung kondom, sehingga sperma tersebut tidak masuk kedalam vagina perempuan (Pinem, 2009).d. Cara PemakaianLangkah-langkah pemakaian kondom menurut Pinem, 2009 adalah sebagai berikut:1) Gunakan kondom setiap kali akan melakukan hubungan seksual (gunakan kondom untuk satu kali pakai).2) Jangan menggunakan gigi atau benda tajam lainnya saat membuka kemasan. Jangan gunakan kondom jika kemasannya robek atau kondom tampak lapuk atau kusut.3) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida kedalam kondom.4) Pasang kondom pada saat pnis ereksi, tempelkan ujung pada glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karet dengan cara menggeser gulungan tersebut kearah pangkal penis.5) Bila kondom tidak mempunyai bagian penampung sperma pada ujungnya, longgarkan sedikit pada bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.6) Sebelum mencabut penis, pegang bagian pangkal kondom sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabit. Lepaskan kondom diluar vagina sebelum penis lembek, kemudian buang ditempat yang aman.7) Simpan persediaan kondom dirumah, jangan disimpan ditempat yang panas karena dapat menyebabkan kondom rusak. Jangan gnakan minyak goreng atau minyak mineral atau peumas dari bahan petrolatum karena dapat merusak kondom.

e. EfektivitasEfektivitas kondom bervariasi, pada pemakaian yang cermat dan konsisten efektivitasnya dapat mencapai 98% atau serendah-rendahnya 85%. Efektivitas yang rendah cenderung terjadi pada pria dan wanita yag berusia muda dan lebih subur dan kurang pengalaman dalam menggunakan metode ini (Trussell dkk, 1994 dalam Everett, 2007)

f. KontraindikasiKontraindikasi penggunaan kontrasepsi pria adalah (Everett, 2007):a. Alergi terhadap lateks atau spermisidab. Masalah ereksi seperti gagal mempertahankan ereksi

g. Keuntungan dan KerugianAdapun keuntungan dari penggunaan kondom pria menurut Suratun dkk tahun 2008 adalah sebagi berikut:a. Murah dan dapat dibeli secara umum.b. Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasic. Tidak memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan.d. Mudah cara pemakaiannya.e. Pria secara aktif ikut dalam program KB, pasangan saling interaksif. Tingkat proteksi yang sangat cukup tinggi terhadap infeksi menular seksual.g. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten.h. Tidak mengganggu produksi ASI.Adapun kekurangan/keterbatasan dari kontrasepsi ini adalah:a. Efektivitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun).b. Cara penggunaan mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.c. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).d. Pada beberapa klien dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.e. Perlu menghentikn sementara aktivitas dan spontanitas dalam hubungan seks untuk memakai kondom.f. Harus diapakai setiap kali bersenggama sehingga harus selalu bersedia.g. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.h. Diposibel sehingga pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

4. Kondom Wanita1. PengertianKondom wanita adalah suatu sarng poliuretan dengan panjang 15 cm dan garis 7 cm yang ujungnya terbuka melekat kesuatu cincin poliuretan lentur. Cincin poliuretan ini berfungsi sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom divagian. Kondom wanita mengandug pelumas berbahan dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai.

2. EfektivitasMenurut Suratun dkk tahun 2008, efektivitas kondom wanita sama dengan efektivitas dari penggunaan diafragma. Dengan angka kegagalan 5 21 %. Menurut Trussell, 1994 dalam Everett 2007, Efektivitas kondom wanita sama dengan kondom laki-laki dalam mencegah kehamilan. Baru ada sedikit studi yang meneliti efektivitas kondom wanita, tetapi ini mengindikasikan bahwa efektivitas sama dengan efektivitas kondom laki-laki dari 85% pada penggunaan biasa sampai 98% untuk penggunaan yang sempurna.

3. Cara PenggunaanCara penggunaan kondom wanita menurut Suratun dkk (2008) adalah sebagai berikut:a. Cuci tangan dengan sabun sebelum menggunakan kondom.b. Tentukan posisi apakah dengan berbaring, jongkok, atau dengan satu kaki diatas kursi.c. Tekan cincin bagian dalam yang ditutupi oleh sarung diantara jempol dan jari lain, dan masukan kondom ke dalam vagina seperti memasukan tampon.d. Setelah kondom berada didalam vagina, dorong cincin dalam stinggi mungkin, sehingga cincin tersebut akan tetap diposisi tersebut selama berhubungan intim.e. Cincin luar harus melekat erat di vulva.f. Segera setelah hubungan intim, pegang cincin luar dan tarik kondom secara hati-hati.g. Buang ke tong sampah dan jangan dimasukan kedalam toilet.

4. KontraindikasiKontraindikasi penggunaan kondom wanita menurut Everett (2007) adalah sebagai berikut:a. Terjadi inveksi vagina, serviks atau pelvis harus diselidiki dan diobati terlebih dahulu.b. Ketidakmampuan klien untuk menyentuh area genital.

5. Keuntungan dan KerugianKeuntungan dari penggunaan kontrasepsi menurut Suratun dkk (2008) adalah sebagai berikut:1. Dapat dibeli tanpa resep disebagian besar apotik.2. Memberikan perlindungan yang tinggi terhadap infeksi Menular Seksual (IMS).3. Lebih kuat daripada kondom laki-laki.4. Bagai pasangan pria, penurunan kenikmatan seks lebih kecil dibanding kondom laki-laki.5. Dapat dipasang jauh sebelum hubungan intim (yaitu beberapa jam) dan dapat dibiarkan beberapa waktu setelah ejakulasi, sehingga proses hubungan intim tidak terganggu.Adapun keterbatasan/kerugian dari penggunaan kontrasepsi ini adalah:1. Kenikmatan bisa terganggu karena timbul suara gemerisik saat berhubungan intim.2. Penampilan kurang menarik.3. Pada awal penggunaan alat ini, proses pemasangannya mungkin agak sulit.4. Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya kedalam vagina.5. Harganya mahal.

5. Spermisidaa. PengertianSpermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma didalam vagian sebelum spermatozoa bergerak kedalam traktus genitalia (Pinem, 2008).

b. Jenis SpermisidaAdapun jenis dari spermisida adalah (Hartanto,2004):1. Tablet VaginaTablet ini berbentuk cairan pil atau tablet yang kan membentuk busa apabila kontak dengan mukosa vagina dengan bantuan gerakan-gerakan pada saat senggama.2. Kream dan JellyKream dan jelly adalah bahan kimia yang mudah mencair pada suhu tubuh dan mudah menyebar kedalam liang vagina.3. Aerosol (Foam atau Busa)Aerosol dikemas dalam kaleng/container bersamaan dengan alat untuk memasukannya. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi seperti kondom, diafragma. Kegagalan teoritis 3%, praktis berkisar 10- 30%.4. Tissu KB (Intravag)Tissu KB adalah alat kontrasepsi wanita yang digunakan dalam vagina sebelum bersenggama yang berbentuk kertas tipis dan mengandung obat spermisida. Efektifitas selama 4 jam dalam vagina setelah bersenggama, namun harus memakai satu buah lagi bila senggama diulang, agar menjadi lebih aman dan pasti hasilnya.

c. Cara KerjaCara kerja spermisida adalah menyebabkan sel membran sperma pecah, memperlambat gerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Pinem, 2008).

d. EfektivitasMenurut Pinem (2008), efektivitasnya kurang (18 19 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Umumnya kegagalan karena pemakaian yang tidak konsisten.

e. Cara PemakaianMenurut Hartanto (2004) agar mendapatkan efektivitas yang sebesar-besarnya, spermisisd harus digunakan dengan benar setiap senggama.1. Letakan spermisisdnya setinggi/sedalam mungkin di dalam vagina sehingga akan menutup serviks.2. Tunggulah waktu yang ditentukan/diperlukan sebelum mulai bersenggama, agar spermisidanya telah tersebar dengan baik didalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi senggama pada saat yang sama.4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) paling sedikit 6 8 jam setelah senggama).

f. KontraindikasiKontraindikasi mutlak dari penggunaan spermisida adalah raksi alergi terhadap spermisida (Everett, 2007).

g. Keuntungan dan KerugianKeuntungan dalam pemakaian spermicida menurut Pinem, 2009 adalah:1. Efektif seketika (bentuk busa dan krim).2. Tidak mengganggu produksi ASI.3. Bisa digunakan untuk mendukung metode lain.4. Aman, tidak mengganggu kesehatan klien.5. Tidak mempunyai pengaruh sistematik.6. Mudah digunakan.7. Meningkatkan lubrikasi selama senggama.8. Tidak perlu pemeriksaan kesehatan khusus dan resep dokter.9. Sebagai salah satu pelindung terhadap IMS termasuk HBV dan HIV dan AIDS.Adapun kekurangan/keterbatasan dari kontrasepsi ini menurut Pinem, 2008 adalah:1. Efektivitasnya kurang (18 19 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Umumnya kegagalan karena pemakaian yang tidak konsisten.2. Efektivitas hanya 1 2 jam.3. Karena harus diletakan dalam-dalam/tinggi di dalam vagina, ada perempuan yang segan menggunakannya.4. Pengguna harus menunggu 10 15 menit setelah aplikasi sebelum bersenggama (tablet busa, suppositoria, filem).5. Dapat menimbulkan iritasi atau perasaan terbakar/panas pada beberapa perempuan atau iritasi penis.6. Harus diberikan berulang kali untuk senggama yang berturut-turut.

6. Intra Uterine Devicea. PengertianAKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Handayani, 2010 dalam Setian, 2012). Intra Uterine Device adalah suatu alat kontrasepsi yang dimaksukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polietiline). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, tetapi adapula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag) (BKKBN).

b. Cara KerjaCara kerjanya menurut BKKBN adalah sebagai berikut:1. Meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap untuk menerima nidasi hasil konsep (blastokista).2. Menimbulkan reaksi jasringan, sehingga terjadi serbukan sel darah putih (lekosit), yang melarutkan blastokista.3. lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.

c. Jenis-Jenis IUDMneurut Setian, 2012 pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan.Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang ditambah obat ataupun tidak. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 : 1. Bentuk terbuka (oven device), Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T. 2. Bentuk tertutup (closed device), Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring. Sedangkan menurut tambahan atau metal dibagi menjadi:1. Medicatet IUD, Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu- 7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).2. Un Medicated IUD, Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi lippes loop : Push Out

d. Cara Pemakaian AKDR/IUDCara pemakaian AKDR secara umum menurut suratun dkk (2008) adalah sebagai berikut:1. Akseptor diberi penjelasan bahwa pemasangan AKDR akan dilaksanakan.2. Akseptor dipersilahkan BAK terlebih dahulu.3. Akseptor dipersilahkan berbaring dalam posisi litotomi untuk mempermudah pemasangan AKDR.4. Bila akseptor belum/ tidak bisa BAK, sebaiknya dianjurkan buang air kecil dahulu.5. Lakukan pemeriksaan dalam (PD), untuk menentukan besar rahin dan bentuk rahim.6. Masukan spekulum, bersihkan dinding vagina dan mulut rahim dengan kapas desinfektan. Perhatikan dinding vagina dan mulut rahim apakah terdapat kelainan atau tidak.7. Bersihkan portio dengan larutan antiseptik.8. Kait bibir depan portio serviks dengan tenakulum tepat pada sebelah atas portio.9. Masukan sonde sesuai dengan arah rahim, untuk menentukan dalamnya rahim.10. Siapkan AKDR steril. Biasanya AKDR generasi II atau III telah dikemas dalam keadaan suci hama (bila bungkusnya tidak rusak). Sedangkan Lippes loop perlu disterilkan lebih dulu.11. Masukan AKDR sesuai dengan arah dan dalamnya sonde. Terdapat dua cara melepaskan AKDR dari tabungnya. Cara pertama adalah dengan mendorong flunger (bagi tipe lippes loop). Cara kedua adalah dengan menahan flunger penahan dan menarik tabung kearah pemasang AKDR (bagi AKDR generasi II dan III)12. Potong benang jangan panjang dan juga jagan terlalu pendek agar tidak menyebabkan sakit pada waktu senggama.

e. EfektivitasEfektivita AKDR menurut Suratun dkk (2008) tinggi, angka kegagalan berkisar 1%.

f. Indikasi dan KontraindikasiIndikasi dalam penggunaan kontrasepsi ini adalah (Saifudin, 2003):1. Usia reproduktif.2. Keadaan nulipara.3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.6. Setelah mengalami abortus dantidak terlihat adanya adanya infeksi.7. Resiko rendah IMS.8. Tidak menghendaki metode hormonal.9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.Adapun kontraindikasi menurut Saifudin (2003) adalah sebagai berikut:1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.3. Sedang menderita infeksi alat genital.4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.6. Penyakit trofoblas yang ganas.7. Diketahui menderiata TBC pelvic.8. Kanker alat genital.9. Ukuran rahim yang kurang 5 cm.

g. Keuntungan dan KerugianKeuntungan dari penggunaan IUD menurut Handayani, 2010 dalam Setian 2012 adalah sebagai berikut1. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.2. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti).3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.6. Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)7. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (Apabila tidak terjadi infeksi).9. Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)10. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.11. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik.Adapun kerugian dari penggunaan kontrasepsi ini menurut Handayani (2010) dalam Stian (2012) adalah:1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).2. Haid lebih lama dan banyak.3. Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi4. Saat haid lebih sakit.5. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.6. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering ganti-ganti pasangan. 7. Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.8. Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.9. Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.10. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melakukanya.11. Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).12. Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu kewaktu,untuk melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya kedalam vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau melakukanya.

BAB IIIPENUTUPB. Kesimpulan1. Sejarah kontrasepsi alamiah dimulai ketika pada ahun 1930, Ogino di Jepang, dan pada tahun 1930, Knaus di Austria, menemukan bahwa konsepsi berlangsung diantara siklus menstruasi, dan masa dari ovulasi ke masa menstruasi berikutnya selalu sama tanpa mempertimbangkan siklus tersebut. Dengan menggunakan informasi ini mereka mengembangkan metode kalender. 2. Pengertian metode kontrasepsi alami adalah metode kontrasepsi yang didasarkan pada siklus masa subur dan tidak subur seorang wanita.3. Adapun mekanisme siklus menstruasi terbagi atas beberapa fase yaitu fase folikuler, fase ovulatoir, fase luteal dan fase menstruasi.4. Jenis dari metode keluarga berencana alami adalah metode kalender, suhu basal badan, dan metode lendir serviks.5. Matode kontrasepsi mekanik adalah metode kontrasepsi yang memiliki fungsi melindungi. Kontrasepsi mekanik bekerja dengan cara mencegah pertemuan antara sel sperma dan sel telur yang ada didalam rahim6. Jenis dari metode kontrasepsi mekanik yaitu diafraghma, kap serviks, kondom pria dan kondom wanita, spermisida dan AKDR/IUD.C. SaranPerlunya pemahaman lebih bagi klien dalam hal cara pemakaian kontrasepsi dan peningkatan motivasi, sehingga efektivitas kontrasepsi dapat tercapai dengan baik. Dan bagi petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi ini kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKABKKBN. - . Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/akdr.htm. Diakses tanggal 27 Maret 2015BKKBN. 2008. Jumlah Peserta KB Aktif (PA) Terhadap PPM-PA Per Propinsi Tahun 1999-2008. Jakarta: BKKBN Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaDepkes RI. 2014a. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaDepkes RI. 2014b. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik IndonesiaEverett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar HarapanLubis, Ramona Dumasari. 2008. Penggunaan Kondom, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3422/1/08E00890.pdf. Diakses tanggal 27 Maret 2015.Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarat: Trans Info Media Purba, Junita Tatarini. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008. Medan: Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera UtaraSaifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSetian, Siti. 2008. Perilaku Wanita Usia Subur Sebelum Menikah tentang AKDR. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-sitisetian-5889-2-babii.pdf. Diakses tanggal 27 Maret 2015.Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media