Mikrobiologi Periodontal

14
MIKROBIOLOGI PERIODONTAL Dalam jaringan periodontal (gusi sekitarnya), ternyata mengandung banyak sekali kehidupan mikroorganisme didalamnya. Bakteri flora normal ataupun bakteri yang sekedar numpang lewat, ramai dan berinteraksi di dalam jaringan periodontal kita. Sehat tidaknya jaringan gusi kita sangat tergantung dari keseimbangan dan harmonisasi dari host dan bakteri. Mikrobiologi periodontal merupakan penjelasan singkat tentang kehidupan makhluk kecil di jaringan periodontal kita. Secara umum, berdasarkan hubungan dengan gingiva margin plak terbagi menjadi : 1.Plaque supra gingiva : 2.Plaque subgingiva Plak Supragingiva : Terdiri atas : plaque coronal : berkontak hanya dengan permukaan gigi plaque marginal : berkontak pada permukaan gigi bagian gingival margin. Plaque supra gingiva dapat dideteksi secara klinik bila telah mencapai ketebalan tertentu, akan tetapi dalam jumlah yang kecil tidak dapat dilihat kecuali dengan “disclosing solution”. Plaque teridiri dari : terutama MO yang berfloriferasi bersama dengan sel epitel yang tersebar, leukosit dan makrofag pada suatu matrix interseluler. Plaque mengandung 70-80% bakteri .Dalam 1 mg plaque mengandung 108 bakteri dan mempunyai susunan yang sangat kompleks. Jumlah plque supra gingiva dapat ditemukan dalam waktu 1 jam setelah gigi dibersihkan dan akumulasi dari plak berhubungan dengan kecepatan pembentukan dan akumulasi dari plaque. Dimana kecepatan pembentukannya berbeda diantara individu baik pada gingiva yang berbeda dalam satu mulut dan pada permukaan yang berbeda dalam satu gigi. Hal ini dipengaruhi oleh :

description

Mikrobiologi Periodontal

Transcript of Mikrobiologi Periodontal

Page 1: Mikrobiologi Periodontal

MIKROBIOLOGI PERIODONTALDalam jaringan periodontal (gusi sekitarnya), ternyata mengandung banyak sekali kehidupan mikroorganisme didalamnya. Bakteri flora normal ataupun bakteri yang sekedar numpang lewat, ramai dan berinteraksi di dalam jaringan periodontal kita. Sehat tidaknya jaringan gusi kita sangat tergantung dari keseimbangan dan harmonisasi dari host dan bakteri. Mikrobiologi periodontal merupakan penjelasan singkat tentang kehidupan makhluk kecil di jaringan periodontal kita.

Secara umum, berdasarkan hubungan dengan gingiva margin plak terbagi menjadi :

1.Plaque supra gingiva :2.Plaque subgingiva

Plak Supragingiva :Terdiri atas :plaque coronal : berkontak hanya dengan permukaan gigiplaque marginal : berkontak pada permukaan gigi bagian gingival margin.

Plaque supra gingiva dapat dideteksi secara klinik bila telah mencapai ketebalan tertentu, akan tetapi dalam jumlah yang kecil tidak dapat dilihat kecuali dengan “disclosing solution”. Plaque teridiri dari : terutama MO yang berfloriferasi bersama dengan sel epitel yang tersebar, leukosit dan makrofag pada suatu matrix interseluler. Plaque mengandung 70-80% bakteri .Dalam 1 mg plaque mengandung 108 bakteri dan mempunyai susunan yang sangat kompleks.

Jumlah plque supra gingiva dapat ditemukan dalam waktu 1 jam setelah gigi dibersihkan dan akumulasi dari plak berhubungan dengan kecepatan pembentukan dan akumulasi dari plaque. Dimana kecepatan pembentukannya berbeda diantara individu baik pada gingiva yang berbeda dalam satu mulut dan pada permukaan yang berbeda dalam satu gigi.

Hal ini dipengaruhi oleh :MakananUmurOral hygieneSusunan gigiPenyakit sistemikFaktor host

Bagian plaque yang bukan bakteri disebut sebagai matriks inter bakteri meliputi hampir 20-30% vol. Plaque. Bagian organik dari matriks ini adalah : protein dan polisakarida 30% dan lipid 15%. DEXTRAN : merupakan komponen karbohidrat terdapat dalam jumlah besar dalam matriks plaque supragingival. Kemudian komponen matriks lainnya adalah : levan,galaktosa dan metylpentosa dalam bentuk rhamnosa. Komponen anorganik matriks plaque supra gingival :kalsium.phosfor, dan sejumlah kecil maghnesium,potassium dan sodium.

Sebelum bakteri berkolonisasi pada permukaan gigi, didahului oleh suatu lapisan yang disebut pellicle. Pellicle merupakan struktur organik yang dapat berubah menjadi plaque dengan sangat

Page 2: Mikrobiologi Periodontal

cepat. Kolonisasi pertama adalah Coccus, dengan sejumlah kecil sel epitel dan polimorphonuclear leukosit. Mikroorganisme yang pertama membentuk lapisan monosel baik tunggal atau dalam kelompok kecil. Selanjutnya terjadi pertumbuhan bakteri bertambah dalam hal vol. Dan luas selanjutnya bergabung dengan sekitarnya.

Selama lima jam pertama bakteri melekat berproliferasi dan membentuk koloni kecil dari coccus yang disebut makro koloni yang selanjutnya plaque yang sudah sempurna ditandai dengan kompleksitasnya.Perlekatan bakteri mulut sangat berbeda-beda dalam kemampuannya untuk melekat dengan permukaan mulut. Kemampuan ini bukan di sebabkan karena perbedaan kemampuan kecepatan pertumbuhan tetapi karena perbedaan kemampuan perlekatan bakteri.

Pada perkembangan plak 2 proses adhesi yang diperlukan1.Bakteri harus melekat pada permukaan pellicle dan menjadi cukup melekat untuk menanggulangi tekanan pembersihan mulut.2.Harus tumbuh dan melekat satu sama lain untuk memungkinkan penimbunan plak.

Perlekatan bakteri terjadi interaksi antara bakteri spesifik dan pellicle pada proses interaksi ini ditunjang oleh proses kimia dan fisik yaitu :

1.Tekanan elektrostatis : perlekatan bakteri pada pellicle email dapat terjadi melalui interaksi elektrostatis.2.Interaksi hidrofobik : hubungan ini di dasarkan pada kesesuaian struktur yang dekat antara molekul-molekul.3.Organik absolut : komponen organik dalam saliva dan cairan jaringan lainnya mempunyai pengaruh terhadap adhesi dan kolonisasi.

Interaksi molekul plak pada permukaan plak sel bakteri mempunyai reseptor spesifik yang disebut ADHESIN dan reseptor ini bertindak sebagai bahan yang menyerupai LECTIN. Lectin bakteri akan mengenali struktur karbohidrat spesifik dalam pellicle. Semua mekanisme ini penting dalam perlekatan bakteri untuk tetap hidup dalam lingkungan yang kompleks.

Pertumbuhan dan Proliferasi bakteri.Bila pellicle menjadi penuh dengan tempat ikatan bakteri pertumbuhan selanjutnya akan menyebabkan pertumbuhan abkteri dan meningkatkan massa plak. Komposisi dan patogenesis plak gigi tergantung faktor bakteri, lingkungan dan hostnya.Contoh beberapa mikroorganisme :S. SanguisS. MutansS. MitisS. Salivarius

Dan beberapa spesies laktobasilus mempunyai kemampuan untuk membentuk polymer ekstra seluler dari KH dalam bahan makanan. Polisakarida ekstraseluler ini tidak larut dan menyebabkan meningkatnya adhesi bakteri salah satu polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan S. Mutans. Glucan yang sifatnya lengket dan tidak larut sehingga menyebabkan media

Page 3: Mikrobiologi Periodontal

terperangkapnya MO nonspesifik lainnya dari cairan mulut yang dapat menyebabkan peningkatan penimbunan bakteri-bakteri lainnya.

Fermentasi KH menghasilkan PH yang rendah dan lingkungan yang bersifat asam, jadi hanya bakteri yang dapat hidup dalam lingkungan seperti itu akan membentuk koloni yang banyak jumlahnya yang menyebabkan plak supra gingiva menjadi kariogenik. (terjadi karies). Oksigen yang dihasilkan merupakan ekologi penting karena mempengaruhi kemampuan bakteri plak untuk tumbuh dan bertambah banyak. Contoh streptococcus dan laktobacillus tumbuh pada keadaan fakultatif dimana menggunakan sebagian besar oksigen dan menghasilkan produk destruktif yang sangat reaktif.

Bila terjadi penimbunan bakteri seperti dalam plak yang sudah sempurna, jumlah oksigen menjadi sangat kecil yang memungkinkan pertumbuhan bakteri yang sudah didominasi oleh anaerob obligatif.Pembentukan plak supragingiva hampir semua nutrien disediakan saliva Streptococcus dan Sp. Actynomices menggunakan KH dari saliva sebagai nutrisi.Selanjutnya setelah mendapat tempat yang tetap, bakteri ini akan menghasilkan senyawa yang dapat merupakan nutrisi penting dan faktor pertumbuhan untuk MO lain. Interaksi nutrisi diantara bakteri penting untuk keberhasilan mikroba pada proses maturasi dari plaque supra gingival. Mekanisme yang lain produksi bacteriosin oleh species tertentu akan dapat mempengaruhhi ekologi bakteri dengan meningkatkan atau menghambat inflantasi bakteri tertentu.

Faktor HostMekanisme pembersihan seperti aliran saliva, pengunyahan dan gerakan lidah dan pipi, penting dalam mengontrol plak supragingival.Saliva memberikan efek utama terhadap metabolisme dan komposisi mikroba plak gigi. Selain pasokan KH sebagai nutrisi penting untuk bakteri spesifik, saliva sendiri mengandung beberapa bahan penghambat bakteri seperti :LaktoperoksidaseLaktoferinLyzosym

Semuanya untuk mencegah tetapnya organisme yang sensitif. Respon imun host juga mempengaruhi komposisi plak gigi. Komponen imun berasal dari sekresi mulut, terutama Ig.A yang di sekresi gland. Salivarius bekerja terutama mencegah perlekatan bakteri.Antibodi dalam caoran crevicular, bersama-sama dengan leukosit dan komponen imun lainnya seperti, komplemen berfungsi : terutama dalam subgingival sebagai suatu respon oleh adanya antigen dalam lingkungannya (mikro).

Makna klinis plak supragingival.Apabila kumpulan mikroba ini pada permukaan gigi dapat dicegah, maka gingiva menjadi sehat. Apabila plak dibiarkan bertumbuh maka akan mengakibatkan gingivitis. Selain itu dapat pula mengakibatkan pembentukan lingkungan MO yang memungkinkan perkembangan plak supragingival.Itulah sebabnya plak supragingival sangat mempengaruhi pertumbuhan, penimbunan patologi dari plak subgingival, khususnya tahap awal gingivitis dan periodontitis.

Page 4: Mikrobiologi Periodontal

Plak SubgingivaKolonisasi organisme subgingival dan poket periodontal , berbeda dengan organisme plak supragingival. Gambaran morfologi sulkus gingiva dan poket periodontal menyebabkan mekanisme pembersihan alami kurang terlibat didalamnya. Hal ini menyebabkan maturasi dari penimbunan plak supragingiva, yang menyebabkan perubahan inflamasi yang dimodifikasi hubungan anatomi dari gingival margin dan permukaan gigi. Menghasilkan lingkungan baru yang terlidungi supragingival dan terdapat cairan gingival. (crevicular fluid).

Epithel, sel inflamasi dan produk akhir bakteri akan mempengaruhi proporsi MO subgingival.Organisme dapat melekat pada bakteri lain, gigi, lumen poket, epitel poket. Pada lumen poket MO akan langsung berhubungan dengan nutrien yang terdapat dalam cairan gingiva. Lingkungan yang mereduksi oksigen sedikit yang dapat menyebabkan hanya MO yang anaerob dapat tumbuh dengan cepat.

Perlekatan baktei supragingival pada permukaan gigi. Pada bagian ini struktur dari plak subgingival = supragingival. Lapisan sebelah dalam yang melekat pada permukaan gigi didominasi oleh flora, garam positif bentuk batang dan cocci. S. Mitis,S.Sanguis, Eubakterium, Bifidobacterium, Bakterioma Mathruchotii dan spesies lain. MO gram negatif bentuk batang dan cocci yang selalu ditemukan pada perlekatan plak ini. Komponen dari subgingival plak berhubungan dengan deposisi dari garam mineral dan pembentukan kalkulus, karies akar. Bila organisme berlebihan pada tempat ini misalnya. A. Israelli, A.Naeslundii ditambah monokontaminan pada tikus yang bebas kuman membentuk pertumbuhan plak bakteri dan karies akar, hilangnya tulang alv. Tampak oleh adanya penekanan pada osteoblas.

Plak subgingival yang berhubungan dengan epitelium. Komponen dari plak subgingival yang tidak melekat erat terletak pada hubungan langsung dengan epitel gingiva ke gingival margin sampai ke epitel junction. Satu bagian berkontak dengan epitel dan bagian lain pada lumen poket yang mengandung bakteri gram negatif bentuk batang cocci, bakteri berflagel dan spirochaeta.Organisme ini tidak tersusun dalam pola spesifik. Berbeda dengan komponen non bakteri lainnya.

Bila organisme dari subgingival ditanam pada binatang percobaan yang bebas kuman dengan monokontaminan --> periodontitik phatik. Proporsi zona subgingival tampak berkaitan dengan sifat dan aktifitas penyakit yang ada pada tempat tertentu. Pada lesi yang berkembang cepat seperti localized juvenile periodontitis, komponen plak subgingival yang berkaitan dengan gigi tampak sedikit.

Poket periodontal ini mengandung hampir seluruh organisme gram negatif yang membentuk zona plak subgingival yang berkontak dengan epitel bertambah luas. Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa plak yang berdekatan dengan epitel sulcus dan junctional epitel merupakan bagian yang pertama lesi periodontal berkembang.Pemeriksaan lebih jauh mengenai plak subgingival sifat khas masing-masing komponen.

Merupakan hal yang penting untuk memahami hubungan kelompok MO tertentu dengan penyakit plak subgingival yang berkaitan dengan gigi --> penting dalam pembentukan kalkulus,

Page 5: Mikrobiologi Periodontal

karies akar subgingival dan destruksi periodontal yang berkembang lambat. Sedangkan komponen bakteri yang tidak melekat berkaitan dengan destruksi periodontal cepat.

Karies akar subgingival berasal dari plak subgingival yang berkontak dengan permukaan akar. Plak pada permukaan kalkulus dapat merupakan jalan masuk ke dalam jaringan periodontal karena iritasi dan trauma terhadap epitel poket tipis telah mengalami inflamasi yang disebabkan oleh kalkulus.

HALITOSISEtiologi dan patogenesis halitosis

Halitosis didefinisikan sebagai bau tidak enak yang keluar dari rongga mulut, tanpa melihat sumber bahan odorus dalam nafas baik dari oral maupun non- oral.Klasifikasi halitosis dibagi menjadi genuine halitosis, pseudo halitosis dan halitofobia. Berdasarkan penyebabnya, halitosis dapat dikelompokkan menjadi intraoral atau faktor lokal dan ekstraoral atau faktor sistemik. Dalam rongga mulut, bau mulut biasanya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, gingivitis, periodontitis, soket gigi yang terinfeksi, sisa darah post bedah, debri yang melekat pada bahan alat gigi, ulser mulut, serostomia dan tongue coating.

Secara normal, rongga mulut merupakan tempat hidup yang baik bagi banyak spesies baik bakteri, jamur, maupun virus, namun pada pasien halitosis intraoral, lebih banyak ditemukan variasi bakteri dari kokobasilus batang gram negatif dan batang gram positif. Walaupun tidak ditemukan hubungan yang pasti antara genus bakteri dengan halitosis, namun dengan adanya peningkatan diversitas spesies dalam subyek halitosis, menunjukkan bahwa interaksi dari beberapa spesies yang justru menimbulkan halitosis.Klasifikasi Bau mulut

Klasifikasi HalitosisBerdasarkan faktor etiologinya, halitosis dibedakan atasa halitosis sejati,(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia. Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis . Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan, sebaliknya halitosis patologis merupakan halitosis bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja , tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis.

1. Genuine Halitosis (halitosis sejati)Halitosis FisiologisHalitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi atau berkumur.

Halitosis PatologisHali tosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral higiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis. Adanya pertumbuhan bakteri yang dikaitkan dengan

Page 6: Mikrobiologi Periodontal

kondisi oral higiene yang buruk merupakan penyebab halitosis patologis intraoral yang paling sering dijumpai. Tongue coating, karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama halitosis berkaitan dengan kondisi tersebut.Infeksi kronis pada rongga nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil(tonsilhlith), gangguan pencernaan, tukak lambung juga dapat menghasilkan gas berbau. Selain itu, penyakit sistemik seperti diabetes ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan hati juga dapat menimbulkan bau nafas yang khas. Penderita diabetes ketoasidosis mengeluartan nafas berbau aseton. Udara pernafasan pada penderita kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung empedu seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang khas, dikenal dengan istilah foetor hepaticus.

2. Pseudo Halitosis (Halitosis Semu)Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang buruk, namun hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak dapat terdeteksi dengan tes ilmiah. Oleh karena tidak ada masalah pernapasan yang nyata, maka perawatan yang perlu diberikan pada pasien berupa konseling untuk memperbaiki kesalahan konsep yang ada (menggunakan dukungan literature, pendidikan dan penjelasan hasil pemeriksaan) dan mengingatkan perawatan oral hygiene yang sederhana.

3. HalitophobiaPada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine halitosis maupun telah mendapat konseling pada kasus pseudo halitosis, pasien masih kuatir dan terganggu oleh adanya halitosis. Padahal setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti baik kesehatan gigi dan mulut maupun kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan suatu kelainan yang berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang ada tidak menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis. Pasien juga dapat menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap komentar dan tingkah laku orang lain. Maka dari itu, diperlukan pendekatan psikologis untuk mengatasi masalah kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini yang biasanya dapat dilakukan oleh seorang ahli seperti psikiater ataupun psikolog.

Penyebab HalitosisBau mulut (Halitosis) dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.

1. Faktor fisiologis terdiri dari :a. Kurangnya aliran ludah selama tidurAir liur sangat penting untuk menjaga kesegaran nafas. Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut.b. MakananBau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bau mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti bawang putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian .c. Minuman atau alkoholAlkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut.d. Kebiasaan merokok

Page 7: Mikrobiologi Periodontal

Merokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa memicu terjadinya radang gusi dan dapat berakibat terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).e. MenstruasiWanita dalam masa haid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut (halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga halitosis sudah pasti akan terjadi

2. Faktor patologis terdiri dari :a. Oral hygiene burukKebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya halitosis, misalnya karena sisa-sisa makanan yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel.b. PlakPlak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembangbiak diatas suatu matrik yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya.c. KariesKaries gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu:Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment (lingkungan) dan Time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum.Gigi yang terserang karies (rusak atau berlubang) dapat menjadi salah satu sumber bau mulut. Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses pembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan.

d. BakteriBakteri adalah penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup dan berkembangbiak di dalam mulut dengan memakan sisa protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi.Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut ikut diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh karena mulut selalu berhubungan dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya berbagai kuman dari udara luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak adalah berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang ada dalam ludah.e. GingivitisGingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman yang berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di percepat dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik4) Rongga hidung dan sinus, baik oleh benda asing yang tertinggal di dalam maupun dari infeksi yang menghasilkan nanah. Jika infeksi dalam sinus, pernanahan dalam sinus bisa berkepanjangan, bau yang dihasilkan sebenarnya dari rongga hidung tapi bisa terkesan dari mulut. Dibutuhkan antibiotika jangka panjang, atau irigasi sinus sampai bersih.

f. Tonsil (amandel)

Page 8: Mikrobiologi Periodontal

Ada 2 tipe bau asal tonsil: @ infeksi tonsil, bau busuk; dikelola dengan antibiotika dan kumur kerongkongan dengan air garam. @ endapan di dalam celah (cekungan kecil) pada permukaan tonsil, serupa pengapuran; baunya tajam. Dikelola dengan kumur kerongkongan dengan air sirih disusul dengan air garam, dengan harapan dapat menyebabkan pengerutan mukosa tonsil dan mendesak endapan itu keluar, yang akan dibasuh air garam. Jika tak berhasil terpaksa harus dilakukan evakuasi (endapan dicungkil keluar dengan sonde). Sering bau dari endapan tonsil ini menjengkelkan karena berkali-kali timbul, sulit dikelola tuntas, dan baunya yang tajam dan khas itu bisa sampai menimbulkan rasa rendah diri. Dalam kondisi begini perlu pertimbangan pengambilan tonsil, terutama jika ada pembengkakan.

g. Esofagus (kerongkongan) dan lambung (maag)

Seharusnya antara esophagus dan maag ada klep yang mencegah asam lambung naik, tapi beberapa kasus ada kebocoran misalnya pada kasus hernia, atau fungsi klep terganggu misalnya pada kasus stres yang berkepanjangan atau adanya kelainan esophagus misalnya adanya kantong yang menahan sebagian makanan sebelum masuk lambung. Bau nafas menjadi nyata pada orang yang berpuasa atau beberapa jam tidak makan/minum karena asam lambung yang tidak teralirkan ke dalam usus. Pada kasus begini bau hilang ketika makan dan minum walau dalam porsi kecil saja. Bau petai dan bawang disebabkan karena sebagian hasil metabolismenya disekresi lewat air liur sehingga hanya bisa hilang dengan makan mentimun, yang sama-sama disekresi air liur sehingga bisa membantu menetralkan. Hanya saja mentimun harus segera dimakan (bersamaan) dengan petai dan bawangnya.Kedelai dan produk kedelai (tahu, tempe) hasil metabolismenya juga bisa menimbulkan bau jika orang tidak mempunyai ensim pemecah kedelai, seperti halnya susu dan keju pada mereka yang tidak cukup ensim pemecah susu.

h. Bau karena penyakit umum gangguan hati infeksi jalan nafas/paru, terutama pada kasus bronki-ektasis gangguan ginjal diabetes kanker gangguan penyakit lain berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan bau mulut antara lain: a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c) penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan, e) sinusitis.

Terapi Untuk mengatasi halitosis intraoral, dapat dilakukan kontrol terhadap kebersihan mulut,

kesehatan jaringan lunak dan keras mulut faktor-faktor pendukung timbulnya halitosis, penggunaan bakteri lain untuk menekan bakteri anaerob gram negatif, dan terapi antimikrobial. Upaya menghilangkan faktor lokal dapat dilakukan secara :

1) mekanis dengan cara penyikatan lidah dan gigi, dan 2) kimiawi melalui penggunaan obat kumur, pasta gigi, permen karet; dan sistemik kontrol diet dan terapi biologis dengan menggunakan probiotik.

Pembersihan gigi dan mulut secara mekanis bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba patogen dari biofilm dan tongue coating, sehingga pembentukkan karies dihambat, kadar

Page 9: Mikrobiologi Periodontal

halitosis menjadi rendah dan risiko penyakit sistemik dapat berkurang.Secara kimiawi, penggunaan obat kumur klorheksidin diglukonat juga memberikan hasil yang baik terhadap timbulnya halitosis. Bahan lain yang juga dapat memperbaiki kondisi halitosis antara lain zinc chloride dan sodium chloride, TCF (triclosan, copolimer dan NaF), oxygen release device, oxohalogen oxidant (campuran chlorite anion dan chlorine dioxide) serta minyak esensial. Kombinasi terapi mekanik dan kimiawi ternyata dapat memperbaiki kondisi halitosis oral, ditandai dengan penurunan kadar komponen sulfur volatil dan organoleptik.

Contohnya, pada pasien dengan gigi tiruan, penyikatan gigi tiruan saja ternyata tidak dapat mengurangi halitosis, tetapi penyikatan gigi yang disertai perendaman gigi tiruan dalam larutan antiseptik, ternyata jauh lebih efektif. Dahulu permen karet sering digunakan untuk menghilangkan bau mulut, tetapi ternyata permen karet tidak bergula justru akan meningkatkan kadar metil merkaptan. Rasa mint dalam permen, tidak menurunkan konsentrasi metil merkaptan, tetapi hanya menutupi malodor oral saja.

Modifikasi faktor pendukung timbulnya halitosis, dapat dilakukan dengan mengurangi diet protein. Adanya keseimbangan diet protein dan karbohidrat akan mengurangi pembentukan bahan odor. Daging yang masih berdarah, daging ikan, susu fermentasi, dapat meningkatkan metabolisme protein sehingga bahan odor yang terbentuk akan meningkat pula. Makanan yang banyak mengandung mineral sulfat, juga dapat menimbulkan halitosis. Berdasarkan penelitian, jika makanan yang banyak mengandung bahan odor dianginkan pada udara kering maka akan mengurangi jumlah mikroorganisme anaerob yang ada didalamnya. Dewasa ini, dengan banyaknya penelitian rekayasa genetik, banyak bakteri normal maupun patogen, dirancang untuk tidak lagi menimbulkan kondisi patogen bagi tubuh. Bakteri ini dapat menjadi probiotik. Penggunaan probiotik sudah lama dilakukan pada kondisi sistemik, tetapi untuk rongga mulut, hal ini masih relatif baru.

Bagaimana cara mendeteksi bau mulut?

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah bau mulut atau dalam dunia medis dikenal dengan halitosis. Wajar memang jika orang tidak menyadari punya masalah bau mulut, karena otak terbiasa dengan aroma pribadi sehingga otak mengira bau sehari-hari adalah bau yang wajar. Sebenarnya ada cara mudah untuk mendeteksi bau mulut. Agar bisa terdeteksi sejak awal Anda mendeteksi bau mulut sendiri dengan cara sebagai berikut:

- Cek lidah : Mulailah dengan mengecek lidah. Bila lidah berwarna pink atau merah muda dan mengkilap, berarti menunjukkan napas Anda segar. "Namun bila lidah berwarna putih dan bersisik, maka itu pertanda bau mulut," jelas Dr Harold Katz, seorang bakteriologi dan pendiri California Breath Clinic.

- Jilat punggung tangan : "Mencium napas sendiri di tangan bukan cara terbaik untuk memeriksa halitosis," kata Dr Katz. Menurutnya, cara terbaik adalah dengan menjilat punggung tangan atau mengusapkan sendok pada lidah, biarkan kering selama beberapa detik dan kemudian cium permukaannya. Bila berbau tak sedap, maka Anda mengalami halitosis. Dr Katz menjelaskan, bau mulut memang identik dengan kondisi kesehatan gigi yang buruk. Namun bukan berarti orang yang dengan kondisi gigi baik, tidak berlubang, tidak bisa mengalami halitosis.

Page 10: Mikrobiologi Periodontal

- Tanya sahabat yang mengasihi anda sehingga berani berterus terang apakah anda mengidap bau mulut atau tidak.