materi KEGAWATDARURATAN NEONATUS

42
KEGAWATDARURATAN NEONATUS A. PENANGANAN HIPOGLUKEMI a. Bila gadar gula darah < 25 mg Pasang jalur IV bila belum terpasang Beri glukosa 10% 2 ml IV bolus pelan dalam 5 menit Kalau Jalur IV tidak cepat, berikan melaui NGT dengan dosis sama Infuse glukosa 10% Cek kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus, kemudian per 3 jam Lanjutkan infus b. Bila kadar darah 25-45 mg Lanjutkan infuse Cek glukosa dalam per 3 jam hingga 45 mg/dl atau lebih c. Kadar gula darah ≥ 45 mg Jika bayi mendapat cairan IV : cek per 12 jam Jika bayi tidak mendapat cairan IV cek per 12 jam, 2x - Jika turun : tangani - Jika normal : hentikan pengukuran B. KLASIFIKASI SUHU TUBUH ABNORMAL DAN GEJALANYA a. Hipotermi sedang : dimana suhu BBL 36-36 4 0 C Gejala : Suhu 36-36 4 0 C Akral dingin Gerakan bayi kurang normal Kemampuan menghisap lemah Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata) Tangisan lemah Aktivitas berkurang latarghi Penanganan : Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat Bila ada ibu/pengganti ibu, KMC/perawatan bayi lekat bila tidak ada ibu Hangatkan dengan alat pemancar panas/incubator Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, berikan ASI peras Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi ASI lebih sering Minta ibu mengenalai kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada b. Hipotermi berat : dimana suhu BBL < 36 0 C Gelaja : Suhu < 36 0 C Seluruh tubuh teraba dingin Mengantuk/letargis Sklerema (ada bagian tubuh yang mengeras dan berwarna merah) Bibir dan kuku kebiruan Pernapasan lambat Pernapasan tidak teratur Bunyi jantung lemah/lambat Mungkin timbul hipoglukemia dan asidosis metabolik Penanganan : Hangatkan tubuh bayi Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera Pertahankan kadar gula darah Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan Lakukan rujukan segera c. Hipertermi : dimana suhu bayi > 37 5 0 C Gejala : Suhu > 37 5 0 C Terdapat tanda-tanda dehidrasi - Elastisitas kulit menurun

description

kumpulan web

Transcript of materi KEGAWATDARURATAN NEONATUS

KEGAWATDARURATAN NEONATUS

A.     PENANGANAN HIPOGLUKEMI

a.        Bila gadar gula darah < 25 mg  Pasang jalur IV bila belum terpasang

  Beri glukosa 10% 2 ml IV bolus pelan dalam 5 menit

  Kalau Jalur IV tidak cepat, berikan melaui NGT dengan dosis sama

  Infuse glukosa 10%

  Cek kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus, kemudian per 3 jam

  Lanjutkan infus

b.       Bila kadar darah 25-45 mg  Lanjutkan infuse

  Cek glukosa dalam per 3 jam hingga 45 mg/dl atau lebih

c.        Kadar gula darah ≥ 45 mg  Jika bayi mendapat cairan IV : cek per 12 jam

  Jika bayi tidak mendapat cairan IV cek per 12 jam, 2x-   Jika turun : tangani

-   Jika normal : hentikan pengukuran

B.     KLASIFIKASI SUHU TUBUH ABNORMAL DAN GEJALANYA

a.        Hipotermi sedang : dimana suhu BBL 36-364 0C

Gejala :  Suhu 36-364 0C

  Akral dingin

  Gerakan bayi kurang normal

  Kemampuan menghisap lemah

  Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

  Tangisan lemah

  Aktivitas berkurang latarghi

Penanganan :  Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat

  Bila ada ibu/pengganti ibu, KMC/perawatan bayi lekat bila tidak ada ibu

  Hangatkan dengan alat pemancar panas/incubator

  Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, berikan ASI peras

  Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi

  ASI lebih sering

  Minta ibu mengenalai kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada

b.       Hipotermi berat : dimana suhu BBL < 36 0C

Gelaja :  Suhu < 36 0C

  Seluruh tubuh teraba dingin

  Mengantuk/letargis

  Sklerema (ada bagian tubuh yang mengeras dan berwarna merah)

  Bibir dan kuku kebiruan

  Pernapasan lambat

  Pernapasan tidak teratur

  Bunyi jantung lemah/lambat

  Mungkin timbul hipoglukemia dan asidosis metabolik

Penanganan :  Hangatkan tubuh bayi

  Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera

  Pertahankan kadar gula darah

  Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan

  Lakukan rujukan segera

c.        Hipertermi : dimana suhu bayi > 375 0C

Gejala :  Suhu > 375 0C

  Terdapat tanda-tanda dehidrasi-   Elastisitas kulit menurun

-   Mata dan ubun-ubun besar cekung

-   Lidah dan membrane mukosa kering

-   BB menurun

-   Banyaknya air berkemih berkurang

  Malas minum

  RR > 60 x/menit

  Letarghi

  Irritable

Penanganan :  Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 26-280C

  Tubuh bayi di seka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal

C.     HIPERTERMI KARENA PAPARAN PANAS DAN BUKAN PAPARAN PANAS

Karena paparan panas  Letakkan pada suhu ruangan (25-280C)

  Lepaskan sebagian/seluruh pakaian

  Cek suhu aksila /jam

  Bila > 390C kompres/mandikan dalam air yang suhunya 40C lebih rendah dari tubuh bayi

  Jangan gunakan air dingin

  Turunkan suhu penghangat

  Buka inkubator sampai dengan suhu normal

  Lepaskan sebagian /seluruh pakaian dalam 10 menit

  Cek suhu/jam sampai dengan normal

  Cek suhu inkubator /jam sampai dengan normal

Bukan kerena paparan panas  Tepai untuk suspect sepsis

  Letakkan pada suhu ruangan (25-280C)

  Lepaskan sebagian seluruh pakaian

  Cek suhu aksila/jam

D.     PENANGANAN HIPOTERMI SEDANG DAN BERAT

Penanganan hipotermi sedang  Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat

  Bila ada ibu/penggati ibu, KMC/perawatan bayi lekat

  Bila tidak ada ibu

  Hangatkan dengan alat pemancar panas/inkubator

  Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras

  Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi

  ASI lebih sering

  Minta ibu mengenali kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada

Penanganan hipotermi berat  Hangatkan tubuh bayi

  Bila 1 jam suhu tubuh tidak naik, segera rujuk

  Pertahankan kadar gula darah

  Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan

  Lakukan rujukan segera

E.     CARA MENGHANGATKAN BAYI  Kontak kulit dengan kulit

  KMC/kangaroo mother care

  Pemancar panas

  Inkubator

  Ruangan yang hangat

  Tempatkan bayi diruangan yang hangat, jangan ber AC

  Menyusui juga bisa membuat si kecil merasa hangat

  Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru lahir melalui kepala

  Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki seperti kodok serta kepala menoleh ke suatu sisi

  Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak/anggota keluaraga dewasa lainnya

(Sudoyo, Ari. W dkk,             )

Kontak Kulit dengan kulit

Kontak kulit bayi dengan ibu dapat mempertahankan suhu bayi dan mencegah bayi kedinginan. Keuntungan selain bisa memberikan kehangatan

bayi juga akan lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan BB lebih cepat.

KMC (perawatan bayi lekat/PBL)-   Kontak kulit ibu-bayi secara dini terus menerus dikombinasi ASI ekslusif

-   Untuk menstabilkan bayi hingga BB 2500 gr

-   Tidak untuk ibu yang memiliki penyakit berat

-   Tidak untuk bayi sehat (sepsis atau gangguan napas berat)

-   Dirokemndasikan pada bayi dengan BB < 1800 gr

Pemancar panas  Untuk bayi sakit dengan BB ≥ 1500 gr

  Untuk pemeriksaan awal bayi

  Selama dilakukan tindakan

  Menghangatkan kembali bayi hipotermi

  Suhu ruangan minimal 220C

  Atur suhu (36-370C)

Inkubator

        Penghangatan berkelanjutan dengan BB < 1500 gr

        Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat)

Ruangan Yang Hangat

        Untuk merawat bayi dengan BB < 2500 gr yang tidak memerlukan tindakan diagnostic/prosedur pengobatan

        Tidak untuk bayi sakit berat

        Paling rendah 26oC

        BBl 1500 – 1000 suhu ruangan 28 – 30oC

        BBl > 2000 suhu ruangan 26 – 28oC

F.     IKTERUS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS  Ikterus Fisiologis

        Ikterus yang timbul pada hari ke 2 dan ke 3

        Tidak mempunyai dasar patologis

        Keadaannya tidak melampaui kadar kadar yang membahayakan

        Tidak mempunyai potensi menjadi Kern Ikterus

        Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

        Umumnya terjadi pada BBL, kadar Bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula kadar

bilirubin akan mencapai puncak sekitar 6 -8 mg/dl pada hari ke 3, kemudian akan menurun cepat selama 2 – 3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat

sebesar 1 mg/dl selama 1 – 2 Minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar Bilirubin akan mencapai kadar yang lebih tinggi (7 – 14 MS/dl)

dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2 – 4 Minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu.

        Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam

        Setiap peningkatan kadar Bilirubin serum yang memerlukan Fototweraphy

        Peningkatan kadar Bilirubin total serum 0,5 mg/dl/jam

        Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah, lerargis, malas menetek, penurunan BB yang cepat, apnea, Takipnea/suhu yang

tidak stabil)

        Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan/setelah 14 hari pada bayi kurang bulan

        Ikterus disertai BB < 2000 gr, massa sestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom yang pernafasan, infeksi.  Ikterus Patologis

        Ikterus yang mempunyai dasar Patologis

        Kadar Bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia

MACAM-MACAM IKTERUS

a.       Ikterus Hemolitik

b.      Ikterus Berkepanjangan

c.       Ikterus Prematuritas

d.      Kern Ikterus

  

IKTERUS HEMOLITIK DAN PENANGANANNYA

Ikterus Hemolitik : Ikterus ikterus yang timbul saat Bayi Baru Lahir yang timbul < 24 jam

Tanda-tandanya

         Pucat saat lahir

         HB < 13 g/dl

         Test Comb (-)

Penanganan

         Terapi sinar bila kadar Bilirubin sesuai indikasi

         Rujuk untuk transfusi tukar

         Hindari obat Antimalaria, golongan sulfa, Aspirin untuk mencegah krisis hemolisis

         Transfusi darah bila HB < 12 g/dl

Setelah terapi sinar dihentikan

         Observasi 24 jam, cek kadar bilirubin

         Bila ikterus lagi, lihat kadar bilirubin apakah perlu terapi sinar lagi

         Ulangi terus sampai kadar bilirubin normal

         Bila kencing gelap, feces pucat tangani sebagai prolonged jaundice

         Follow up cek Hb/mg selama 4 mgg

         Bila Hb < 19 gr beri transfusi darah

PROLONGED JAUNDICE DAN PENANGANANNYA

Prolonged Jaundice : Jika > 2 minggu masih Ikterus/terus berlanjut

Tanda-tandanya

          Aterm 2 minggu masih Ikterus

          Urobilin : urin yang pekat  → Bilirubin ↑

          Feses pucat

          Bilirubin Direct

Penanganan

          Hentikan terapi sinar

          Bila feses pucat, kencing kuning gelap, rujuk ke RS rujukan tingkat III atau dengan fasilitas pelayanan specialis untuk pemantauan selanjutnya

          Bila ibu dengan tes sifilis (+) berikan terapi pada bayi untuk sifilis congenital

KERN IKTERUS DAN PENANGANANNYA

  Kern Ikterus : Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin indirek pada otak. Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan

dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsyditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern

Ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik.

Usia bayi (jam) Pertimbangan terapi

sinar

Terapi sinar Transfuse tukar bila

terapi sinar intensif

gagal

Transfuse tukar

dan terapi sinar

intensif

Kadar Bilirubin Indirek serum Mg/dl

< 24

25 – 48 > 9 > 12 > 20 > 25

49 – 72 > 12 > 15 > 25 > 30

> 72 > 15 > 17 > 25 > 30

Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika :

Usia (Jam) Berat lahir < 1500 g kadar

bilirubin

BL 1500 – 2000 g kadar

bilirubin

BL > 2000 g kadar

bilirubin

< 24 > 4 > 4 > 5

25 – 48 > 5 > 7 > 8

49 – 72 > 7 > 8 > 10

> 72 > 8 > 9 > 12

       Tanda-tandanya

         Tidak mau menghisap

         Letarghi

         Mata berputar

         Gerakan tidak menentu (involuntary movements)

         Kejang

         Tonus otot meninggi

         Leher kaku dan akhirnya opistotonus

       Penanganan

         Tangani kejang

         Lanjutkan terapi sinar sampai dengan kadar Bilirubin Normal dengan menggunakan lampu, tidak lebih 500 jam (untuk menghindari turunnya energy yang

dihasilkan lampu.

Tekniknya Dalam Melakukan Fototeraphy

         Buka pakaian bayi agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar

         Tutup kedua mata dan gonad dengan penutup yang memantulkan cahaya

         Jarak bayi dengan lampu + 40 cm

         Ubah posisi tiap 6 jam

         Periksa kadar bilirubin tiap 8 jam/min 1 x 24 jam

         Lakukan cek Hb berkala

         Lakukan observasi dan catat lama Fototeraphy

         Sediakan lampu 20 watt (8 – 10 bulan) di susun paralel

         Beri cukup ASI demngan mengeluarkan dari tempat dan membuka tutup mata, serta observasi ada tidaknya iritasi

         Pemeriksaan tonus otot atau tingkat kesadaran

IKTERUS PREMATUS DAN PENANGANANNYA

Ikterus Prematur : Ikterus yang timbul pada hari ke 2 – 5 yang terjadi pada bayi kecil < 2500 gr dengan UK < 37 Mingu

       Penanganan

         Terapi sinar bila kadar bilirubin sesuai

         Bila usia < 3 hari saat terapi sinar dihentikan, pantau Ikterus selama 24 jam berikutnya

         Bila > 3 minggu, kencing gelap, feses pucat tangani sebagai prolonged jaundice

G.     TRANSFUSI TUKAR

       Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengambilan darah dari donor dalam jumlah yang sama

yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar

       Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah, terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dan sirkulasi. Pada

bayi dengan isoimunisasi, transfuse tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibody maternal dari sirkulasi karena membantu

mengeluarkan antibodi maternal dan sirkulasi bayi sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia.

       Teknik Transfusi Tukar

         Simple Double volume push – pull Tehnique jarum infus dipasang melalui kateter vena umbilikalis/vena saphena magna. Darah dikeluarkan dan

dimasukkan bergantian

         Isovolumetric : Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri umbilikalis dan dimasukkkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang

sama

         Partial Exchange Transfusion : Transfusi Tukar sebagian, dilakukan biasanya pada bayi dengan polisitemia di Indonesia. Untuk kedaruratan, Transfusi

Tukar pertama menggunakan golongan darah orhesus positif. (Sukardi, Abdurrahman dkk. 2000)

       Transfusi Tukar harus dihentikan apabila :

         Emboli (emboli, bekuan darah), Trombosis

         Hiperkalemia, Hipernatremia, hipokalsemik, Asidosis, Hipoglikemia

         Gangguan pembekuan karena pemakaian Heparin

         Perforasi pembuluh darah

       Komplikasi Transfusi Tukar

         Vaskular : Emboli udara/Trombus, Trombosis

         Kelainan jantung : aritmia, overload, henti jantung

         Gangguan Elektrolit : Hipo/Hiperkalsemia, Hipernatrem dan Asidosis

         Koagulasi : Trombositopenia, hepatinisasi berlebih

(Sukardi, Abdurrahman dkk. 2000)

H.     MASALAH YANG DIHADAPI PADA BAYI LETARGHI

       Iri Table mudah terangsang, sering menangis tanpa seba

       Mengantuk

       Aktivitas berkurang

   Tidak sadar : Tidur yang dalam tidak merespons stimuli, tidak bereaksi terhadap rangsangan sakit

LETARGHI KARENA SEPSIS  Beri cairan IV

  Puasakan 12 jam

  Ambil sample darah lab. Kultur dan Hb

  Bila kejang dan ubun-ubun besar menonjol-   Lumbal pungsi : lab. Tx meningitis

  Bila Hb < 10 gr%, Hematokrit < 30%-   Tranfusi

  Beri antibiotic yang sesuai

  Beri ASI setelah 12 jam/mulai membaik

  Obs. 24 jam, bila membaik pulang

  Ulang bila masih ada tanda inf

  Cek Hb dan Hematokrit 2xselama perawatan dan akan pulang

LETARGHI KARENA ASFIKSIAAnamnesisi      :  -    Resusitasi waktu lahir/tidak ada nafas spontan paling tidak menit setelah terakir

-   Riwayat ibu infeksi intia uteri, demam curiga infeksi berat/KP

-   Malas minum/tidak mau minum

Pemeriksaan    :  -    Bayi tampak sakit

-   Mengantuk/aktivitas menurun

-   Iritable/gelisah

-   Latergi/rapuh

-   Gemetar

-   Tiba-tiba kondisi memburuk

-   Tanda-tanda progresif (suhu labil dan atau apnea)

I.        MANAGEJEMENT UMUM LATERGHI KARENA OBAT  Bila RR < 30 x/menit, beri O2

  Bila bayi tidak bernapas/megap-megap CER < 20 x/menit lakukan resusitasi dengan balon dan sungkup)

  Bila masih letarghi setelah 6 jam, tangani sesuai dengan dugaan sepsis/asfiksia

Managejement umum laterghi  Ambil sampel darah, cek kadar glukosa darah, bila < 45 g/dl (2,6 µmol/l) tangani untuk hipoglukemia

  Beri dukungan pada ibu untuk menyusui

  Nilai tonus dan aktivitas bayi minimal 1x/hari

  Bila tampak layuh/letarghi, hari-hari saat mengangkat dan mangubah posisi bayi, tahan seluruh tubuh, terutama kepala

  Tentukan kemungkinan diagnosis

Letarghi  :  keadaan lemah badan dan tidak ada dorongan untuk melakukan kegiatan nafsu tidur berlebihan (apabila dibangunkan langsung tertidur kembali, muncul pada

penderita penyakit otak/keracunan (Surasmin, 2003).

Management umum letarghi karena suspect sepsis  Beri cairan IV

  Puasakan 12 jam

  Ambil sample darah : lab. Kultur dan Hb

  Bila kejang dan ubun-ubun besar menonjol : lumbal pungsi : lab Tx meningitis

  Bila Hb < 10 gr % Hematokrit < 30 % : tranfusi

Management umum letarghi karena hipoglukemi  Beri antibiotik yang sesuai

  Beri ASI setelah 12 jam/mulai membaik

  Observasi 24 jam, membaik pulang

  Ulangi bila masih ada tanda infeksi

  Cek Hb dan Hematokrit selama perawatan dan akan pulang

penanganan dehidrasi berat pada bayi usia < 12 bulan, jika jarak ke RS 1 jam, bidan punya NGT.  Beri rehidrasi dengan orait melalui NGT 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg BB)

  Periksa tiap 1-2 jam

  Bila muntah terus dan perut semakin kembung, beri cairan leboh lambat

  Jika dalam 3 jam tidak membaik, rujuk untuk pengobatan intravena

  Periksa bayi setelah 6 jam/anak setelah 3 jam, klasifikasi lagi derajat dehidrasi, pilih rencana terapi

J.       VENA SECTION

Suatu prosedur untuk mendapatkan akses memasukkan cairan infuse melalui intravena. Apabila dengan pemasangan infuse intravena yang

langsung mengalami kegagalan/membutuhkan waktu yang lama. Maka salah satu alternatifnya adalah dengan vena section (Ilmu Kesehatan Anak).

Bagaimana penanganan dehidrasi berat

a.        Bila dapat memberikan cairan IV  Beri cairan IV secepatnya (100 ml/kg BB ; RL/NaCl)

usia

< 12 bulan

1-5 tahun

1 jam

(30 tetes mikro/menit)

30 menit

5 jam

(5 tetes makro/menit)

(14 tetes mikro/menit)

2,5 jam

Ulangi bila belum membaik  Beri oralit bila masih bisa minum

  Periksa tiap 1-2 jam

  Jika belum membaik beri tetesan cairan IV lebih cepat hingga nadi lebih kuat

  Beri oralit 5 ml/kg BB segera setelah anak mau minum

Bayi : 3-4 jam

Anak : 1-2 jam  Periksa bayi setelah 6 jam/ anak setelah 3 jam, klasifikasikan lagi derajat dehidrasi, pilih rencana terapi

  Membaik/tidak lakukan rujukan segera

Bila tidak dapat memberikan cairan IV

b.        Apakah ada fasilitas pemberian cairan IV terdekat? (30 menit)

Ya  Rujuk segera untuk mendapatkan cairan IV

  Jika anak masih bisa minum bekali oralit untuk diminum selama dalam perjalanan

Bila tidak ada fasilitas pemberian cairan terdekat

c.        Apakah anda terlatih memasang pipa NGT?

Ya (dan anak bisa minum)  Beri rehidrasi dengan oralit melalui NGT 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg BB)

  Periksa tiap 1-2 jam

  Bila muntah terus dan perut semakin kembung, berarti cairan lebih lambat

  Jika dalam 3 jam tidak membaik, rujuk untuk pengobatan intravena

  Periksa bayi setelah 6 jam/anak setelah 3 jam

Klasifikasi lagi derajat dehidrasi, pilih rencana terapi

Komplikasi Dehidrasi Berat  Hipernatremia

  Hiponatremia

  Demam

  Oedem

  Asidosis

  Hipokalemia

  Kejang

  Mal absorbsi dan intoleransi laktosa

  Mal absorbsi glukosa

  Muntah

  Gagl ginjal akut (GGA)

Tanda-tanda dehidrasi berat  Gelisah, bingung/mengantuk

  Mulut, kulit dan membran lendir yang sangat kering

  Tidak/kurang berkeringat

  Sedikit/tidak berkemih dan urin yang keluar berwarna gelap

  Mata cekung

  Kulit kering dan berkurang kekenyalannya

  Pada bayi ubun-ubunnya bila diraba akan terasa cekung

  Tekanan darah rendah

  Detak jantung cepat

  Demam

  Terjadi hilangnya kesadaran

(Khosim, M. Sholeh, dkk, 2008).

KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN KEGAWATDARURATAN NEONATUS

1. Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.

Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.

Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin.

Penanganan hipotermia ditujukan pada: 1) Mencegah hipotermia, 2) Mengenal bayi dengan hipotermia, 3) Mengenal resiko hipotermia, 4) Tindakan pada hipotermia. Tanda-tanda klinis hipotermia:

a. Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C – <360C ), tanda-tandanya antara lain : kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.

b. Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C ), tanda-tandanya antara lain : sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosisi metabolik.

c. Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)

2. Hipertermia

Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.

Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat. Heat stroke adalah kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu lama dengan benda yang mempunyai panas berlebihan. Sehingga mekanisme penganturan panas tubuh menjadi tidak terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali. Hipertermia karena reaksi negative obat jarang terjadi. Salah satu hipertermia karena reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang merupakan komplikasi yang terjadi karena beberapa jenis anestesi umum.

Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait dengan

serangan panas dapat menghasilkan mual, muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.

3. Hiperglikemia

Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.

Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan / atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnyanya membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah. Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi (sering haus), poliuri (sering buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan, berat badan menurun, sulit terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau gatal, impotensi (pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi,arrhythmia, pingsan, koma.

4. Tetanus neonaturum

Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani.

Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan : bersihkan jalan napas, longgarkan atau buka p akaian bayi, masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi, ciptakan lingkungan yang tenang dan berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.

5. Penyakit-penyakit pada ibu hamil

Kehamilan Trimester I dan II, yaitu : anemia kehamilan, hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik terganggu (implantasi diluar rongga uterus), molahidatidosa (proliferasi abnormal dari vili khorialis).

Kehamilan Trimester III, yaitu : kehamilan dengan hipertensi (hipertensi essensial, pre eklampsi, eklampsi), perdarahan antepartum (solusio plasenta (lepasnya plasenta dari tempat

implantasi), plasenta previa (implantasi plasenta terletak antara atau pada daerah serviks), insertio velamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkumvalata).

Hipoglikemia Pada Bayi Baru LahirFatimah Indarso

 BATASANHipoglikemi  adalah  keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). PATOFISIOLOGI        Hipoglikemi sering terjadi pada  BBLR, karena cadangan glukosa rendah.        Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin

juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

        Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. 

        Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.        Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses

persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.        Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan

penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

DIAGNOSISAnamnesis        Riwayat bayi  menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan        Riwayat bayi prematur        Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)        Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)        Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus        Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan        Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

-         Bayi dari ibu diabetes (IDM)

-         Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

-         Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

-         Bayi prematur dan lewat bulan

-         Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

-         Bayi puasa

-         Bayi dengan polisitemia

-         Bayi dengan eritroblastosis

-         Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta blocker

GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisik

Gejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas

        Jitteriness

        Sianosis

        Kejang atau tremor

        Letargi dan menyusui yang buruk

        Apnea

        Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

        Hipotermia

        RDS

 DIAGNOSIS BANDINGinsufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia, abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).

 Penyulit - Hipoksia otak

- Kerusakan sistem saraf pusat

TATALAKSANAa. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :

o Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam

o Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan

Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

o

o Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala : Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit

Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).

Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.

Atau cara lain dengan GIR

Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral

     Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion RateGIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)                                                                6 x berat (Kg)Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari               Kebutuhan 80 cc/jam/hari  = 80 x 3 = 240 cc/hari  = 10 cc/jamGIR = 10 x 10 (Dextrose 10%)   = 100 = 6 mg/kg/min                  6 x 3                             18

Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam

Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas

Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :

- Infus D10 diteruskan

- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam

- ASI diberikan bila bayi dapat minum

Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan

 -       Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad d)-       ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan-       Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba

c. Kadar  glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :      ASI teruskan      Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas      Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :

-  Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi (lihat ad b)  - Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum

    - Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normald. Kadar glukosa normal IV teruskan

     IV teruskan     Periksa kadar glukosa tiap 12 jamBila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas

      Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali

pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan

Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)   konsultasi endokrin   terapi : kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari

per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.   bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide,

human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)DAFTAR PUSTAKA1.    Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management, procedures,

on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004; 262-66.

2.    Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 56-7.

3.    Wilker RE. Hypoglycemia and hyperglycemia Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 569-76.

4.    Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI, MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 35-6.

Penanganan Terkini Hipoglikemia Pada BayiHipoglikemi  adalah  keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang

dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). Hipoglikemia adalah masalah metabolik paling

umum pada neonatus. Pada anak-anak, sebuah glukosa darah nilai kurang

dari 40 mg / dL (2,2 mmol / L) merupakan hipoglikemia. Sebuah glukosa

plasma tingkat kurang dari 30 mg / dL (1,65 mmol / L) dalam 24 jam pertama

kehidupan dan kurang dari 45 mg / dL (2,5 mmol / L) setelahnya merupakan

hipoglikemia pada bayi baru lahir.

Pasien dengan hipoglikemia mungkin asimtomatik atau mungkin hadir dengan sistem saraf yang

parah pusat (SSP) dan gangguan cardiopulmonary. Manifestasi klinis yang paling umum dapat

mencakup tingkat kesadaran yang berubah, kejang, muntah, unresponsiveness, dan kelesuan.

Setiap anak sakit harus dievaluasi untuk hipoglikemia, terutama ketika sejarah mengungkapkan

asupan oral berkurang. (Lihat Sejarah dan Pemeriksaan Fisik.)

Hipoglikemia berkelanjutan atau berulang pada bayi dan anak-anak memiliki dampak yang besar

pada perkembangan otak normal dan fungsi. Bukti menunjukkan bahwa hipoksemia dan iskemia

mempotensiasi hipoglikemia, menyebabkan kerusakan otak yang permanen dapat mengganggu

perkembangan neurologis.

PENYEBAB

Penyebab hipoglikemia pada neonatus berbeda sedikit dari pada bayi yang lebih tua dan anak-anak.

Penyebab pada neonatus meliputi berikut

Perubahan sekresi hormon

Berkurangnya Substrat cadangan dalam bentuk glikogen hati

Berkurangnya cadangan Otot sumber asam amino untuk glukoneogenesis

Berkurangnya cadangan Lipid  untuk pelepasan asam lemak

Patofisiologi

Hipoglikemi sering terjadi pada  BBLR, karena cadangan glukosa rendah.

Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon

insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus

maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient

hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat

menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola

dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan

sampai kematian.

Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes

melitus.

Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama

proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.

Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena

meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya  pada asfiksia,

hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

DIAGNOSIS

Presentasi e klinis hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa untuk SSP serta

stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula. Selama hari pertama

atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke SSP dan gangguan cardiopulmonary.

Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk hipoglikemia pada satu jam pertama

kehidupan meliputi

Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg

Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk

usia kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, [4] dan bayi dengan

pembatasan pertumbuhan intrauterin

Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan

diabetes gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)

Usia kehamilan kurang dari 37 minggu

Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga

menderita korioamnionitis

Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness,

tachypnea, hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur,

kejang, dan kelesuan

Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang

signifikan, gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi

hepatomegali (mungkin glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis

tengah anterior, gigantisme, Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin

Beckwith-Wiedemann Syndrome), atau kemungkinan kesalahan metabolisme

bawaan atau ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau agen hipoglikemik oral

Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi

insulin yang tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan.

Hiperinsulinisme neonatal Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu

diabetes (yang telah berkurang sekresi glukagon dan siapa produksi glukosa

endogen secara signifikan dihambat). Secara klinis, bayi ini makrosomia dan

memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten,

jitteriness, dan kejang jujur.

Bayi dengan hiperinsulinisme neonatal berkepanjangan dapat digambarkan sebagai berikut:

SGA

Memiliki asfiksia perinatal

Lahir dari ibu dengan toksemia

Memiliki tingkat penggunaan glukosa dan sering membutuhkan infus dextrose

untuk jangka waktu lama

Hipoglikemia ketotik merupakan suatu penyakit, jarang, tapi dramatis. Hal ini

diamati pada anak-anak muda dari usia 5 tahun, yang biasanya menjadi gejala

setelah puasa semalam atau berkepanjangan, terutama dengan penyakit dan

asupan mulut yang buruk. Anak-anak sering hadir sebagai misterius lesu atau

terus terang koma, setelah hanya ditandai dengan hipoglikemia ketonuria.

Anamenesis

Riwayat bayi  menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasa

Riwayat bayi prematur

Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus

Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan

Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

Bayi dari ibu diabetes (IDM)

Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

Bayi prematur dan lewat bulan

Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

Bayi puasa

Bayi dengan polisitemia

Bayi dengan eritroblastosis

Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan

beta blocker

Pemeriksaan Fisik

Manifestasi klinis yang luas dan dapat hasil dari stimulasi adrenergik atau dari

penurunan ketersediaan glukosa untuk SSP. Tidak seperti anak-anak, bayi tidak

dapat memverbalisasi gejala mereka dan sangat rentan terhadap hipoglikemia.

Bayi pada hari pertama atau kedua kehidupan mungkin asimtomatik atau

memiliki mengancam jiwa SSP dan gangguan cardiopulmonary. Gejala dapat

meliputi: hpotonia, lesuan, apatis, malas minum, kejang, gagal jantung kongestif,

sianosis, apnea, hipotermi

Manifestasi klinis yang terkait dengan aktivasi sistem saraf otonom meliputi:

Kecemasan, tremulousness,Diaphoresis, takikardi, anemia, mual, dan muntah

Manifestasi klinis dari hypoglycorrhachia atau neuroglycopenia meliputi:Sakit

kepala,Mental kebingungan, menatap, perubahan perilaku, sulit berkonsentrasi

Gangguan visual (misalnya, penurunan ketajaman, diplopia)Dysarthria, kejang,

Ataksia, mengantuk, koma, stroke(hemiplegia, aphasia), parestesia, pusing,

amnesia, decerebrate atau mengulit sikap

Manifestasi klinis

jittery

keringat dingin

letargi

distress nafas

Sianosis

Kejang atau tremor

Letargi dan menyusui yang buruk

Apnea atau henti napas

Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

Hipotermia

RDS

Diagnosis banding

Insufisiensi adrenal

Kelainan jantung

Gagal ginjal

Penyakit SSP

Sepsis, asfiksia

Abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia,

hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).

Fasting

Malnutrition

Diarrhea

Enzymatic defects of glycogen synthetic pathways

Enzymatic defects of glycogenolytic pathways

Enzymatic defects of gluconeogenic pathways

Glucagon deficiency

Congenital hyperinsulinism (eg, nesidioblastosis, leucine sensitive hypoglycemia)

Defects of beta cell regulation

Large tumors

Decreased or absent fat stores

Enzymatic defects in fatty acid oxidation

Penyulit

Hipoksia otak

Kerusakan sistem saraf pusat

PENANGANAN

Monitor Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu

dimonitor dalam 3 hari pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3

jam. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal

dalam 2 kali pemeriksaan. Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani

hipoglikemia

Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan

hipoglikemia selesai

Hipoglikemia harus diperlakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi

kerusakan neurologis. Awal makan bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu

formula dianjurkan. Bagi mereka yang tidak mampu untuk minum, selang

nasogastrik dapat digunakan. Andalan terapi untuk anak-anak yang waspada

dengan perlindungan jalan nafas utuh termasuk jus jeruk pada 20 mL / kg.

Bagi mereka yang tidak bisa melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat

minum, rute nasogastrik, intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan

untuk obat berikut digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa,

glukagon, diazoxide, dan octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa

nifedipin dapat membantu untuk mempertahankan normoglikemia pada anak

dengan PHHI.

Kortisol tidak boleh digunakan, karena memiliki manfaat akut minimal dan dapat

menunda diagnosis penyebab hipoglikemia. Kortisol merangsang

glukoneogenesis dan menyebabkan penurunan penggunaan glukosa, yang

mengarah ke peningkatan glukosa darah secara keseluruhan dan dapat

menutupi penyebab sebenarnya dari hipoglikemia.

Anti-hipoglikemik : Obat ini meningkatkan kadar glukosa darah

Dekstrosa Dextrose adalah pengobatan pilihan. Hal ini diserap dari usus,

mengakibatkan peningkatan pesat dalam kadar glukosa darah bila diberikan

secara oral. Berikan IV dekstrosa untuk bayi dari ibu diabetes dengan

hiperinsulinemia neonatal sementara selama beberapa hari sampai

hiperinsulinemia mereda. Hindari hiperglikemia membangkitkan pelepasan

insulin cepat, yang bisa menyebabkan hipoglikemia rebound. Bayi SGA dan

mereka dengan toksemia ibu atau asfiksia perinatal memerlukan tingkat

dextrose infus IV lebih dari 20 mg / kg / menit untuk mengontrol tingkat.

Pengobatan mungkin diperlukan untuk 2-4 minggu.

Diazoxide (Proglycem) Diazoxide meningkatkan glukosa darah dengan

menghambat pelepasan insulin pankreas dan mungkin melalui efek

extrapancreatic. Efek hiperglikemia dimulai dalam waktu satu jam dan biasanya

berlangsung maksimal 8 jam dengan fungsi ginjal normal. Diazoxide dilaporkan

efektif pada bayi SGA dan pada mereka dengan toksemia ibu atau asfiksia

perinatal.

Octreotide (Sandostatin)Octreotide adalah analog long-acting dari

somatostatin yang menekan sekresi insulin untuk pengelolaan jangka pendek

hipoglikemia.

Glukagon (Glukagon Darurat Kit, GlucaGen) Glukagon dapat digunakan

untuk mengobati hipoglikemia sekunder untuk hiperinsulinemia dan dapat

diberikan kepada pasien tanpa akses IV awal. ML masing-masing berisi 1 mg

(yaitu, 1 U). Konsentrasi glukosa maksimal terjadi antara 5-20 menit setelah

pemberian IV dan sekitar 30 menit setelah intramuskular (IM) administrasi.

Penanganan hipoglikemia dengan gejala :

·     Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit

·     Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8

mg/kg/menit).

Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920

mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau

25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.

Atau cara lain dengan GIR

Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari

12,5% digunakan vena sentral.

·     Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan

GIR.

Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)

6 x berat (Kg)

Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari

Kebutuhan 80 cc/jam/hari  = 80 x 3 = 240 cc/hari  = 10 cc/jam

GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min

6 x 3                             18

·     Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam

·     Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi

seperti diatas

Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :

-       Infus D10 diteruskan

-       Periksa kadar glukosa tiap 3 jam

-       ASI diberikan bila bayi dapat minum

Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan

-       Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad d)

-       ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan

-       Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba

Kadar  glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :

·      ASI teruskan

·      Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas

·      Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :

Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi

Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum

Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal

Kadar glukosa normal IV teruskan

·     IV teruskan

·     Periksa kadar glukosa tiap 12 jam

Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas

Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali

pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.

Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)

·   konsultasi endokrin

·   terapi : kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2

mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.

·   bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon,

diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)

DAFTAR PUSTAKA

Wilker RE. Hypoglycemia and hyperglycemia Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds.

Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;

569-76

Raghuveer TS, Garg U, Graf WD. Inborn errors of metabolism in infancy and early

childhood: an update. Am Fam Physician. Jun 1 2006;73(11):1981-90.

Ishiguro A, Namai Y, Ito YM. Managing “healthy” late preterm infants. Pediatr Int.

Oct 2009;51(5):720-5.

Newborn Nursery QI Committee. Portland (ME): The Barbara Bush Children’s

Hospital at Maine Medical Center; 2004 Jul. Neonatal hypoglycemia: initial and

follow up management. National Guideline Clearinghouse. 2004

Narchi H, Skinner A, Williams B. Small for gestational age neonates–are we

missing some by only using standard population growth standards and does it

matter?. J Matern Fetal Neonatal Med. Jan 2010;23(1):48-54.

Pengertian Dan Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

A. Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

B. Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam

rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

Lilitan tali pusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor

risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

Warna kulit kebiruan

Kejang

Penurunan kesadaran

D. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

Penafasan

Denyut jantung

Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

F. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

1. 2 helai kain / handuk.

2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

5. Kotak alat resusitasi.

6. Jam atau pencatat waktu.

(Wiknjosastro, 2007).

G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara- Kompresi dada.- Pengobatan

Detail Cara Resusitasi

Langkah-Langkah Resusitasi

1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.

2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.

3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.

5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.

6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.

1. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.

2. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.

3. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.

1. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.

2. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.

3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.

4. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.

5. Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :

a         Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.

b        Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.

7.   Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.

8.  Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.

9.  Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.

10.  Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.

11.  Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.

12.  Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

Persiapan resusitasi

Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :- Alat pemanas siap pakai – Oksigen- Alat pengisap- Alat sungkup dan balon resusitasi- Alat intubasi- Obat-obatan

Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :

1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

(Dari berbagai sumber)

AGUSTUS 10, 2012  BY GROWUP CLINIC

Penanganan Terkini Asfiksia Pada Bayi Baru LahirAsfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur  pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

PatofisiologiPenyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan Tekanan Darah.Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.

Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

PenyebabBeberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

Faktor ibu:  Preeklampsia dan eklampsia. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), Partus lama atau partus macet, Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) atau Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

Faktor Tali Pusat: Lilitan tali pusat, Tali pusat pendek, Simpul tali pusat atau Prolapsus tali pusat

Faktor Bayi: Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), Kelainan bawaan (kongenital), Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau sepengetahuan penolong tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

Manifestasi Klinis Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap

Denyut jantung kurang dari 100 x/menit Tonus otot menurun, Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat, Kejang Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Diagnosis Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis. Pemeriksaan fisik : Nilai Apgar

Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata “Apgar” belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration(warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.Kriteria Penilaian Skor Apgar:

NILAI 0 NILAI 1 NILAI 2

AKRONI

M

WARNA

KULIT

seluruhnya biru

warna kulit tubuh normal merah muda, tetapi tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis)

warna kulit tubuh, tangan, dan kaki normal merah muda, tidak ada sianosis

Appearance

DENYUT

JANTUNG tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

RESPONS

REFLEKS

tidak ada respons terhadap stimulasi

meringis/menangis lemah ketika distimulasi

meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas Grimace

TONUS

OTOT

lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif Activity

PERNAPASA

N tidak adalemah atau tidak teratur

menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Respiration

Interpretasi skorTes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.

JUMLAH

SKOR

INTERPRETA

SI CATATAN

7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendah

Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas.

0-3 Sangat rendahMemerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.

Sekitar sepuluh tahun setelah diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim APGAR dibuat di Amerika Serikat sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan). Alat bantu hafal ini diperkenalkan pada tahun 1963 oleh dokter anak Dr. Joseph Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan di Jerman, Spanyol, dan Perancis. Kata Apgar juga dibuatkan kepanjangan American Pediatric Gross Assessment Record.

Tes ini juga telah direformulasikan dengan singkatan yang berbeda How Ready Is ThisChild, dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate, Respirotary effort, Irritability,Tone, dan Color (denyut nadi, pernapasan, reaksi refleks, sikap, dan warna).Nilai Apgar

Nilai 0-3   : Asfiksia berat Nilai 4-6   : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasikarena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

Pemeriksaan penunjang : Foto polos dada, USG kepala, Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Penyulit Meliputi berbagai organ yaitu : Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan

paru, edema paru. Gastrointestinal : enterokolitis  nekrotikans. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH. Hematologi : DIC

Penatalaksanaan Resusitasi Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar . Baca

juga :  “Penanganan Terkini Resusitasi Bayi Baru Lahir”.    Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka:  Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. – Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. – Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan : Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan – Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi :Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara – Kompresi dada.

Langkah-Langkah Resusitasi Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan

selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang

datar. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.

Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.

Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.

Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag

atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.

Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Bila: 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung. Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung : Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.

Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.

Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.

Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

Persiapan resusitasiAgar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah : 1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain : – Alat pemanas siap pakai – Oksigen – Alat pengisap – Alat sungkup dan balon resusitasi – Alat intubasi – Obat-obatan

Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif : Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus

rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang

harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai

suatu tim yang terkoordinasi. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan

berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

Terapi medikamentosa : Epinefrin : Indikasi : Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik

dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. Asistolik. Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000   (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander : Indikasi : Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Jenis cairan : Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat). Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak. Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai  menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat : Indikasi : Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis :  1-2 mEq/kg BB  atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%). Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.

Nalokson : Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil. Indikasi : Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi. Dosis :   0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml). Cara :  Intravena,  endotrakeal atau bila perpusi baik  diberikan i.m atau s.c

Suportif: Jaga kehangatan. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)