(master)Daster-Data Skrining fitokimia.docx

download (master)Daster-Data Skrining fitokimia.docx

of 24

description

daster

Transcript of (master)Daster-Data Skrining fitokimia.docx

SKRINING FITOKIMIA

I. TUJUAN PRAKTIKUMSebelum melakukan praktikum ini, praktikan wajib memahami berbagai golongan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan, terutama yang disebut metabolit sekunder.Setelah melakukan praktikum ini, dengan menggunakan metode tabung dan metode KLT, mahasiswa mampu mengidentifikasi:a. b. Senyawa golongan flavanoidc. Senyawa golongan antrakinond. Senyawa golongan saponin (steroid dan triterpenoid)e. Senyawa golongan alkaloidf. Senyawa golongan fenolik dan polifenolik

II. DASAR TEORISalah satu cara dalam mencari tumbuhan atau senyawa yang memiliki kandungan aktifitas biologi adalah dengan melakukan skrining fitokomia. Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenol), minyak atsiri (terpenoid), iridoid dan sebagainya. Adapun tujuan utama dari pendekatan skrining fitokimia adalah untuk meneliti tumbuhan guna mendapatkan gambaran kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Farnsworth, 1966).Metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :1. sederhana2. cepat3. dapat dilakukan dengan peralatan yang minimal4. selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari5. bersifat semikuantitatif, yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang bersangkutan6. dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajariUntuk analisis fitokimia, sebaiknya digunakan jaringan tumbuhan segar yang diberi perlakuan dengan mencelupkan dalam alkohol mendidih beberapa menit setelah dikumpulkan atau dapat juga digunakan tumbuhan yang dikeringkan sebelum analisis. Pengeringan harus dilakukan dalam keadaan dikontrol untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak.

1.FlavonoidFlavonoid merupakan senyawa yang memiliki 15 asam karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6C3C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang dapat atau tidak membentuk cincin. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, C, atom karbon dinamai menurut sistem penamaan yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka beraksen untuk cincin B. Kerangka dasar tersebut adalah sebagai berikut:Senyawa yang hanya larut sedikit dalam air juga masih dapat diekstraksi dengan menggunakan metanol, etanol, atau aseton (Robinson, 1991).Senyawa flavonoid tersebar luas dalam dunia tanaman dan dapat ditemukan dalam bagian-bagian tertentu dari tanaman, lazimnya ditemukan sebagai campuran dari beberapa turunannya dan jarang ditemukan sebagai senyawa tunggal (Markham, 1988).Penggolongan flavonoid didasarkan pada substituen cincin heterosiklik yang mengandung oksigen dan perbedaan distribusi gugus hidroksil, perbedaan di bagian rantai C3 akan menentukan senyawa flavonoid yaitu flavon, flavonol, flavanon, flavanolol, isoflavon, auron, dan kalkon.Identifikasi adanya flavon dan flavonol dapat digunakan uap amoniak. Flavon dan flavonol akan menunjukkan warna kuning, sedangkan kalkon dan auron berubah warna dari kuning menjadi merah (Robinson, 1991).Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada dasar spektrum UV, dan spektrum tampak. Flavonoid pada tanaman umumnya terikat gula sebagai glikosida dengan aglikon flavonoid yang bervariasi. Fenol menyerap sinar UV gelombang pendek sehingga bila dideteksi pada plat silika gel GF254 terlihat sebagai bercak gelap dengan latar belakang fluoresensi (Harborne, 1987).

2.SaponinSaponin mempunyai rasa pahit menusuk, biasanya menyebabkan bersin atau iritasi terhadap selaput lendir, bersifat toksik terhadap binatang berdarah dingin seperti ikan, bersifat hemolitik dan dapat membentuk larutan koloidal. Dalam air membentuk busa yang mantap pada penggojokan, sering digunakan sebagai deterjen, selain itu meningkatkan adsorpsi dieretikum, serta merangsang kerja ginjal. (Claus dkk, 1970; Harborne, 1987).Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol sebagai glikosida, saponin bisa dihidrolisis oleh asam menghasilkan aglikon atau sapogenin dan macam-macam gula serta asam uronat yang berkaitan. Berdasarkan struktur aglikon atau sapogenin, saponin dibedakan menjadi saponin tipe steroid dan terpenoid. Keduanya mempunyai hubungan glikosidal pada C3. (Treane dan Evans, 1976). Kerangka dasar tersebut adalah sebagai berikut:3.TaninDi dalam tumbuhan letak tannin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, maka reaksi penyamakan dapat terjadi (misal bila hewan memakan tanaman tersebut). Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Tumbuhan dengan jumlah tanin yang cukup banyak cenderung dihindari oleh hewan herbivora karena rasanya sepat. Tannin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae, terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tannin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industri, tannin adalah senyawa yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.Secara kimia terdapat dua jenis tannin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tannin terkondensasi hamoir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhabn berkayu. Nama lain untuk tannin terkondensaasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan daengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosinidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan mengjasilkan sianidin.Tannin terhidrolis terutama terdiri atas dua kelas yang paling sedergana yaitu galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berua glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksa hidroksisidifenat, disinipun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin inti menghasilkan asam elagat. Senyawa dalam kedua golongan ini dapt dipilih lebih lanjut berdasarkan asal usul biogenesisnya.Tannin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Struktur polimer tanin adalah sebagai berikut:

4.AlkaloidAlkaloid adalah senyawa nitrogen yang biasanya tedapat dalam tumbuh-tumbuhan. Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang banyak terdapat dalam tanaman angiospermae. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Atom nitrogen dalam alkaloid terdapat sebagai amina primer, amina sekunder, amina tersier dan amina kuarterner.Pada umumnya alkaloid terdapat dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik dan bersifat fisiologis aktif pada manusia dan hewan (Harborne, 1987; Treane dan Evans, 1976).Berdasarkan struktur kimianya alkaloid dapat digolongkan sebagai: Golongan piridina, misalnya arekolina, dan nikotina Golongan tropan, misalny hiosiamin, dan skopolamin Golongan kinolin, mialnya kinin, dan kinidin Golongan iso-kinolin, misalnya hidrastin, morfin, dan kodein Golongan indol, misalnya ergotamin dan reserpin Golongan amina, misalnya efedrin daan kolkisin Golongan steroid, misalnya akonitin Golongan purin, misalnya kofein dn teobrominIdentifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi pengendapan dan reaksi warna. Sebelum dilakukan reaksi tersebut, diadakan isolasi, antara lain dengan cara:a. Penyekatan dengan pelarut organikb. Penyekatan air-asam c. Mikrosublimasid. Mikrodestilasi dengan alat tanur TAS, dilanjutkan dengan kromatografiAlkaloid seringkali bersifat racun pada manusia tapi sebagian besar memiliki aktifitas fisiologis.Kebanyakan alkaloid diendapkan dari larutan netral atau sedikit asam oleh pereaksi Mayer (kalium iodida dan merkuri klorida), Wagner (larutan iod dalam KI), larutan asam tanat, Hager (larutan jenuh asam pikrat) atau oleh pereaksi Dragendorf (larutan iodium bismut iodida). Endapan dapat berbentuk amorf, maupun kristalin dengan warna yang bervariasi yaitu krem (Mayer), coklat kemerahan (Wagner dan Dragendorf), kecuali alkaloid golongan yang tidak diendapkan, reaksi [engendapan dapat diganggu oleh adanya protein (Claus dkk, 1970).Dalam tanaman alkloid mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai pertahanan terhadapn insektisida dan herbivora, merupakan hasil akhir dari proses detoksifikasi, mengatur pertumbuhan dan merupakan elemen penting dalam tanaman untuk mengatur suplai nitrogen (Claus dkk, 1970).

5.KumarinKumarin adalah lakton asam o-hidroksisinamat. Inti dasar dengan penomoran cincinnya. Hampir semua kumarin alam mempunyai oksigen (hidroksil atau alkoksil) pada C-7. Posisi lain dapat pula teroksigenasi, dan sering pula terdapat rantai samping alkil. Rantai samping isoprenoid merupakan hal biasa. Kumarin sering dijumpai sebagai glikosida. Kumarin mungkin juga berupa senyawa jadian yang terbentuk karena hidrolisis asam glikosil-o- hidroksisinamat secara enzimatik dan kemudian segara terjadi siklisasi menjadi lakton. Cincin lakton kumarin dapat terbuka karena hidrolisis dengan basa hangat, tetapi segera terbentuk kembali jika diasamkan. Peleburan dengan basa memutuskan gugus alkil sehingga terbentuk fenol sederhana. Kumarin dialam tersebar luas didunia tumbuhan tetapi terutama terdapat dalam rumput-rumputan (Graminae), anggrek (Orchidaceae), buah jeruk (rutaceae), dan polong-polongan (leguminosae). Kumarin yang terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi adalah skopoletin.

6.BufadienolMerupakan satu jenis glikosida jantung yang ditemukan pada skresi beracun kodok genus bufo, sehingga senyawa seperti ini dinamakan Bufodienolida.

7.KardenolinSering juga disebut kardenolida atau strukturnya merupai struktur saponin steroid dan mempunyai kelarutan dan pembentukan busa yang sama. Kardenolida dapat dibedakan dari glikosida steroid lain oleh cincin lakton tak jenuh yang terikat pada C-17. Senyawa glikosida jantung sering terdapat pada, Apocynaceae, Liliaceae, Moraceae, dan Ranunculaceae. Keluarga ini tidak berkaitan satu sama lain.

8.AntrakuinonGolongan kuinon di alam terbesar terdiri atas antrakuiNon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan lainnya sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.Kebanyakan antrakuinon dari tumbuhan tingkat tinggi dihidroksilasi pada C-1, meskipun antrakuinon sendiri diketahui terdapat dalam berbagai ekstrak tannin tumbuhan, dan 2-metilantrakuinon diketahui merupakan kandungan pada kayu jati. Antrakuion berupa senyawa Kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organic biasa, senyawa ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat. Mereka larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah.

Analisis kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang bioaktif dapat dilakukan dengan uji tabung atau uji kualitatif secara KLT. Kedua metode ini dapat digabungkan dan dapat dilakukan untuk melakukan survei tumbuhan di lapangan.Kromatografi adalah suatu metode pemisahan secara analitik dan preparatif yang mana senyawa-senyawa yang dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi senyawa-senyawa tersebut dalam sistem 2 fase yaitu fase gerak dan fase diam.Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu metode kromatografi cair yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sangat berbeda seperti senyawa organik sintesis, kompleks anorganik maupun ion anorganik. KLT dapat digunakan sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif maupun preparatif. KLT melibatkan 2 sifat yaitu sifat lapisan atau fase diam dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair pada kromatografi cair-cair (Gritter et al, 1991).Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri dari bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan pada penyangga berupa pelat logam, gelas atau lapisan lain yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).Kondisi baku dalam pemeriksaan KLT adalah sebagai berikut:a. Fase DiamPenjerap untuk KLT adalah silika gel, alumina, kiselgur, dan selulosa. Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak digunakan. Pada umumnya ditambahkan dengan bahan pengikat untuk memberikan kekuatan perlekatan pada pendukungnya. Bahan pengikat yang sering digunakan adalah kalsium sulfat hidrat yang ditambahkan ke dalam penjerap sampai 10-15%. Silika gel yang diberi tambahan senyawa ini dikenal dengan silika gel G. Kadang untuk memudahkan identifikasi ditambah lagi dengan zat berfluorosensi yang dikenal sebagai silika gel GF. Indikator fluorosensi adalah senyawa yang memancarkan sinar tampak apabila disinari dengan sinar dengan panjang gelombang lain, biasanya sinar uv. Jadi lapisan yang mengandung indikator fluorosensi akan bersinar jika disinari dengan panjang gelombang yang tepat. Jika senyawa pada bercak yang akan ditampakkan mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatik. Sinar uv yang mengeksitasi tidak dapat mencapai indikator fluorosensi dan tidak ada cahaya yang dipancarkan. Hasilnya adalah bercak gelap dengan latar belakang bersinar. Cara ini sangat peka dan tidak merusak senyawa yang diteliti (Gritter et al, 1991).b. Fase GerakFase gerak adalah medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak ini bergerak di dalam fase diam yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat analitik dan bila diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa campuran sesederhana mungkin yang maksimum terdiri atas tiga komponen (Stahl, 1985).c. Bejana Pemisah, Penjenuhan, Aras PengisianBejana harus dapat menampung pelat yang akan dimasukkan dan harus dapat tertutup rapat. Aras pengisian fase gerak sesuai dengan kedalaman lapisan terendam. Tingkat kejenuhan bejana dengan uap pelarut pengembang menpunyai pengaruh yang nyata pada pemisahan dan letak bercak pada kromatogram. Jika pelarut pengembang naik di dalam lapisan, sebagian menguap di daerah garis depan pelarut pengembang itu. Jadi untuk jarak pengembang sama, laju aliran pelarut pengembang lebih cepat di dalam bejana tanpa dijenuhkan dulu, demikian pula letak bercak lebih tinggi dibanding bercak yang terbentuk pada bejana yang dijenuhkan sempurna dengan uap pelarut pengembang (Stahl, 1985).d. Awal dan Jumlah PencuplikanBercak ditotolkan pada jarak tertentu dari tepi bawah lapisan. Jarak suatu bercak awal ke bercak awal lainnya dan jarak antara bercak paling pinggir dengan tepi samping sekurang-kurangnya 1 cm dan lapisan tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan. Biasanya ditotolkan 1-10 L larutan cuplikan 0,1-1%. Larutan yang ketasiriannya rendah atau jumlahnya besar, ditotolkan sebagian-sebagian, dalam hal ini pelarut dibiarkan menguap dahulu sebelum penotolan berikutnya dilakukan (Stahl, 1985).e. PengembanganPengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Ada beberapa macam pengembangan yaitu pengembangan sederhana, pengembangan ganda, dan pengembangan landaian. Pengembangan sederhana yaitu perambatan satu kali sepanjang 10 cm ke atas. Pengembangan ganda yaitu 2 kali merambat 10 cm ke atas berturut-turut sedangkan pengembangan landaian merupakan 2 pengembangan dengan jarak yang berbeda (Stahl, 1985).f. Larutan PembandingDi samping larutan cuplikan, selalu ada campuran pembanding yang di kromatografi pada waktu bersamaan. Campuran ini terdiri atas 1-5 senyawa yang diketahui, dengan konsentrasi yang telah diketahui pula. Bila mungkin, senyawa pembanding ini sama dengan senyawa yang terdapat di dalam larutan cuplikan. Tetapi boleh juga senyawa lain yang berbeda, yang mempunyai sifat rambat serupa dengan senyawa cuplikan (Stahl, 1985).g. Larutan CuplikanMembuat larutan cuplikan secepat-cepatnya dan sesederhana mungkin adalah penting. Waktu yang dipakai jangan sampai melebihi waktu kromatografi. Angka banding kuantitatif komponen obat yang diteliti di dalam sediaan obat dan di dalam larutan cuplikan harus sama (Stahl, 1985).h. Deteksi Senyawa yang DipisahTerdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah uv gelombang pendek (radiasi utama pada 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluorosensi radiasi uv gelombang pendek atau gelombang panjang (366 nm). Jika dengan kedua cara tersebut senyawa tidak dapat dideteksi, harus dicoba dengan reaksi kimia (Stahl, 1985).Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dengan angka Rf atau hRf.Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal penotolanJarak garis akhir pengembangan dari titik awal penotolanAngka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100. Jika dipilih 10 cm sebagai jarak pengembangan maka jarak rambat suatu senyawa (titik awal penotolan pusat bercak dalam cm) x 10 menghasilkan angka hRf. Akan tetapi, karena Rf merupakan fungsi sejumlah faktor, angka ini harus dianggap sebagai petunjuk. Inilah yang menjadi alasan mengapa angka hRf-lah yang dicantumkan untuk menunjukkan letak suatu senyawa pada kromatogram (Stahl, 1985).

III. ALAT DAN BAHANAlat

1. Gelas ukur2. Penangas air3. Kapas4. Tabung reaksi5. Labu Erlenmeyer6. Flakon7. Kertas saring8. Gelas arloji9. Indicator pH universal10. Cawan Petri11. Corong12. Sinar UV 254, 366 nm13. Gelas pengaduk14. Corong pisah15. Silika GF 25416. Pipet tetes17. Plastik+karet18. Pipa kapiler19. Bejana elusi20. Aluminium foilBahan

1. Serbuk simplisia Buah Mahkota Dewa (SK14)2. NH3 encer, NH3 25%3. Petroleum-eter4. Kloroforn5. Eter P6. NaOH 10%7. KOH 0,5 N8. Etanoat 70%9. Aquadest10. NaCl padat11. Pereaksi Liberman-Burchard12. Na2SO4 anhidrat13. Pereaksi Carr-price (larutan jenuh SbCl3 dalam kloroform p)14. Pereaksi Molisch15. Lugol LP16. HCl 2%, HCl 10%17. Metanol18. Dragendroff LP19. FeCl320. Mayer Lp21. K4(CN)622. Anhidrida asam asetat23. H2SO4 pekat24. Natrium sulfat anhidrat

Fase gerak untuk KLT : Toluena-etilasetat-dietilamina (7:2:1) Etilasetat-metanol-air (100:13,5:10) Etil asetat-asam format-asam asetat glacial-air (100:11:11:27) Kloroform-metanol-air (64:50:10)

Pembanding untuk KLT : Kinina saponin Asam galat RutinDeteksi : Dragendroff-Natrium Nitrit FeCl3 Anisaldehid-asam sulfatIV.

V. CARA KERJAUji TabungA. Sari Dalam Petroleum Eter20 gram serbuk simplisia disari dengan petroleum eter (sampai serbuk terendam)

dikocok berkali-kali hingga larutan penyari jernih

sari petroleum eter dipekatkan hingga kira-kira sampai 10 mL

disisihkan sebanyak 1 mL untuk uji KLT1. Steroid dan Triterpenoid2. Karotenoid

8 mL sari petroleum eter diuapkan 5 mL sari eter pada uji steroid dan sampai kering terpenoid diuapkan sampai kering

ditambahkan 5 mL KOH 0,5 N dalam ditambah 2 3 tetes larutan jenuh SbCl3ethanoldalam kloroform P

direfluks dalam penangas air, dipanaskan warna mula-mula biru kemudiandalam suhu 80 C diatas penangas airmenjadi merah

didinginkanada karotenoid

disari dengan eter di corong pisah berkali-kali setiap kali dengan 10 mL eter

5 mL sari eter diuapkan sampai kering

sisa dilarutkan dalam 0.5 mL anhidrida asam asetat P

ditambah 0.5 mL kloroform P, larutan dituang ke tabung reaksi

ditambah asam sulfat pekat terbentuk cincin coklat kemerahan atau ungu

ada steroid atau triterpenoid

B. Sari Dalam Eterserbuk sisa penyarian dengan PE disari kembali dengan eter P,dikocok berkali-kali

diuapkan sampai tidak meninggalkan sisa

sari dalam eter dipekatkan sampai 30 mL

disisihkan sebanyak 5 mL untuk KLT

a. Senyawa alkaloid10 mL sari dalam eter diuapkan

sisa dilarutkan dalam 1.5 HCL 2%

dibagi menjadi 3 tabung reaksi

tabung 1 sebagai pembanding

tabung 2 direaksikan dengan 3-4 tetes pereaksi dragendorff

tabung 3 direaksikan dengan pereaksi mayer

adanya endapan pada tabung 2 dan 3 menunjukkan adanya kandungan alkaloidb. Senyawa Fenolik1 mL sari dalam eter diuapkan

ditetesi larutan FeCl3

warna hijau, ungu, biru, sampai hitam menunjukkan adanya senyawa fenolik terutama fenolik bebas

c. Senyawa Fenol-fenol1 mL sari dalam eter diuapkan

ditetesi dengan campuran kalium heksasianoferat (III) dan larutan FeCl3

warna biru sampai hitam menunjukkan adanya fenol-fenol

d. Senyawa Fenil Propanoid3 mL sari dalam eter diuapkan

sisa dilarutkan dalam air panas

didinginkan

larutan dibagi dalam dua tabung reaksi

tabung 1 untuk pembanding

tabung 2 diberi amonia encer hingga alkalis

bila terjadi fluorosensi biru atau hijau dibawah sinar UV menunjukkan adanya kumarin atau derivatnya

e. Senyawa Antarkuinon3 mL sari dalam eter dituang dalam tabung reaksi

ditambah 1 mL amonia 25% atau NaOH 10%

larutan berubah menjadi berwarna merah menunjukkan adanya antrakuinon

C. Sari Dalam Etanol-Airserbuk sisa penyarian dengan eter disari dengan etanol 70% hingga pelarut hampir jernih

sari dipekatkan hingga 40 mL

disisihkan 5 mL, dipekatkan, digunakan sebagai larutan percobaan KLT

a. Garam Alkaloid10 mL sari dalam etanol-air diuapkan

sisa ditambah HCL 10% sambil dipanaskan dan diaduk

larutan dibagi menjadi dualarutan tabung 1 ditambah amonia encer larutan pada tabung 2 ditambah sedikit NaCl hingga pH 8-9 padat, diaduk

disari dengan kloroform disaring

diuapkan sampai kering kertas saring dicuci dengan HCL 10 %

sisa dilarutkan dalam HCL 2% disisihkan 0.5 mL untuk KLT

disisihkan 0.5 mL untuk KLT alkaloid sisa larutan diuji dengan mayer/dragendorff

sisa larutan dibagi 3 bagian adanya kekeruhan

tabung A sebagai pembanding menunjukkan adanya basa kuartener atau amina teroksidasitabung B direaksikan dengan mayer

tabung C direaksikan dengan dragendorff

adanya alkaloid ditunjukkan dengan timbulnya endapanpada tabung B dan C

b. AntosianJika sari dalam etanol air bereaksi asam maka warna larutan merah

jika pH netral berwarna ungu

suasana alkalis membuat warna larutan menjadi biru

perubahan itu menunjukkan adanya antosian

c. Glikosida20 mL sari dalam etanol air ditambah 15 mL HCL 10% LP

direfluks selama 30 menit

didinginkan, larutan disari 3 x masing masing dengan 8 mL eter P dalam corong pisah

lapisan eter dipisahkan ditambah dengan NaSO4 anhidrat

disisihkan sebagian untuk KLT

sisa sari eter digunakan untuk uji aglikon steroid , triterpenoid , kumarin (seperti pada sari eter)

fase air asam dinetralkan

digunakan untuk uji gula dengan reaksi molisch

d. Saponin2 mL sari etanol air diuapkan hingga separuhnya

sisa diencerkan dengan air sama banyak, dikocok selama 15 menit

terbentuk buih stabil menunjukkan adanya saponin

dapat pula ditunjukkan dengan reaksi Lieberman-burchard yang didasarkan atas reaksi terhadap aglikon triterpenoid atau steroid penyusunnya

pada batas dua larutan terbentuk cincin coklat kemerahan atau ungusedangkan larutan bagian atas menjadi berwarna hijau atau ungu

e. Tanin1 mL sari etanol air diencerkan dengan 2 mL air

ditambah FeCl3 P

warna biru, hijau, kehitaman menunjukkan adanya tanin

f. Karbohidrat2 mL sari etanol air diuapkan hingga hampir kering

diberi pereaksi molisch

ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding

warna merah ungu menunjukkan adanya karbohidrat

1 mL sari dienap tuangkan

ditambah lugol LP

warna biru menunjukkan pati

Uji Kualitatif Secara KLTA. Penyediaan larutan percobaan 1. Alkaloid a. diuapkan 2 mL sari eter dibasahi dengan sedikit HCL dan metanol b. diambil sedikit larutan untuk identifikasi garam alkaloid dan garam alkaloid basa kuaterner pada sari etanol air 2. Antrakuinon, glikosida, flavonoid dan kumarinGunakan sari eter yang telah dipekatkan 3. Saponin dan TaninGunakan sari etanol air yang telah dipekatkan4. Minyak AtsiriGunakan sari petroleum eter yang telah dipekatkan5. Glikosida JantungGunakan sari eter hasil hidrolisis sari etanol air yang digunakan untuk uji glikosida pekatkan larutan B. Lempeng KLTLempeng yang digunakan adalah Silika Gel F254 C. Fase gerakGunakan fase gerak yang sesuai D. Pereaksi penampak atau cara deteksi Gunakan pereaksi penampak bercak yang sesuaiTanin dan senyawa fenolik lain

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakEtil asetat : Metanol : Air ( 100 : 13,5 : 10 )

Sampel

DeteksiFeCl3

Pembanding

KeteranganDibawah sinar tampak senyawa fenolik akan

berwarna hijau hingga biru kehitaman

Alkaloid

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakToluene : Etilasetat : dietilamina ( 7 : 2 : 1)

Sampel

DeteksiDragendorff dilanjutkan natrium nitrit

Pembanding

KeteranganBercak berwarna jingga sampai merah tua

Dibawah sinar tampak

Glikosida Jantung

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakEtilasetat : metanol : air ( 100 : 13,5 : 10)

Sampel

DeteksiSbCl3

Pembanding

KeteranganDibawah sinar tampak

Kumarin

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakDietileter : Toluen (1 : 1) dijenuhkan dengan asam asetat 10%

Sampel

DeteksiKOH 5% etanolik

Pembanding

Keteranganbiru muda atau sawo matang

Saponin

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakKloroform : Metanol : Air ( 64 : 50 : 10)

Sampel

DeteksiAnisaldehida asam sulfat, dipanaskan 100oC

Pembanding

Keteranganbercak berwarna biru dibawah sinar tampak

Antrakinon

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakEtilasetat : metanol : air

Sampel

DeteksiKOH 5% etanolik

Pembanding

KeteranganBercak dibawah sinar tampak berwarna merah

menunjukkan adanya antrakinon

Flavonoid

Fase DiamSilika Gel F254

Fase GerakEtilasetat : asam format : as.asetatglasial : air

Sampel

DeteksiAlCl3

Pembanding

KeteranganDi bawah UV 365 berpendar kuning intensif

hijau atau jingga

VI. HASIL PERCOBAAN1. Uji TabungNo.UjiKeteranganHasil pengamatan

1.

2.

3.

2. Sari Dalam Petroleum Etera. Uji Steroid dan Triterpenoid

b. Uji Karotenoid

Sari Dalam Etera. Uji Alkaloid

b. Senyawa Fenolik Fenol bebas

Fenol-fenol

Fenil Propanoid

Antrakuinon

Sari Dalam Etanol-Aira. Garam Alkaloid Garam Alkaloid

Basa kuartener atau amina teroksidasi

b. Antosian

c. Glikosida Steroid dan Triterpenoid

Kumarin

Gula

d. Saponin

e. Tanin

f. KarbohidratReaksi Lieberman-Burchard: Positif bila terbentuk cincin merah coklat, larutan bagian atas berwarna hijau atau ungu

Reaksi Carr Price: Positif bila warna mula-mula biru kemudian menjadi merah

Positif bila ada endapan setelah ditambahkan Mayer LP atau Dragendorff LP

Positif bila muncul warna hijau, ungu,biru sampai hitamPositif bila muncul warna biru sampai hitamPositif bila ada fluorosensi biru atau hijau di bawah UVPositif bila larutan berubah warna menjadi merah

Positif bila timbul endapan pada larutan percobaan setelah ditambah Mayer LP atau Dragendorff LP

Positif bila timbul kekeruhan pada larutan percobaan setelah ditambah Mayer LP atau Dragendorff LP

Sari etanol air dalam suasana asam = merahSari etanol air dalam suasana netral = unguSari etanol air dalam suasana basa = biru atau hijau

Positif bila terbentuk cincin merah-coklat, tidak ada warna biru/hijau

Positif bila warna mula-mula biru kemudian menjadi merah

Positif bila sari asam + Molisch terbentuk cincin warna merah ungu pada perbatasan kedua cairanPositif bila terbentuk buih yang stabilRekasi Lieberman Burchard = positif bila pada batas dua larutan terbentuk cincin coklat kemerahan atau ungu dan larutan bagian atas menjadi hijau atau ungu

Positif bila muncul warna biru, hijau kehitaman

Uji Molisch = positif bila terbentuk warna merah unguUji Lugol = positif bila terbentuk warna biruNegatif

Negatif

Mayer LP = NegatifDragendorff LP = Positif

Positif (warna hitam)

Positif (warna biru kehitaman)Negatif

Negatif

Mayer LP = NegatifDragendorff LP = Positif

Mayer LP = NegatifDragendorff LP = Negatif

Asam = Negatif (warna tetap)Netral = Negatif(warna tetap)Basa = Negatif(warna tetap)

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif (tidak terbentuk buih)Liebermann Burchard= Negatif (terbentuk cincin coklat kemerahan, larutan bagian atas tidak berwarna hijau atau ungu)

Positif (warna biru kehitaman)

Negatif

Negatif

2. Uji Kromatografi Lapis TipisAlkaloid dan Garam AlkaloidFase diam: silica gel GF254Fase gerak: toluena : etil asetat : dietilamin (7 : 2 : 1)Sampel: SK14Jumlah sampel: 1Jarak pengembangan: 8cmDeteksi: Dragendorf dan NaNO2

No.SenyawaRfSebelum DisemprotSetelah Disemprot

UV 254TampakUV 366UV 366TampakUV 254

1.

2.

3. Sari dalam eter

Sari etanol-air

Quinin (pembanding)

0,38

0

0,38Pemadaman ungu muda

-

Pemadaman ungu-

-

--

-

--

-

--

-

CoklatPemadaman ungu

-

Pemadaman ungu

Sebelum disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

123123123

Setelah disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

123123123

Flavonoid Fase diam: silika gel GF254Fase gerak: etil asetat:asam format:asam asetat glasial:air (100:11:11:27)Sampel: SK14Jumlah sampel: 1Jarak pengembangan: 8 cmDeteksi: Di bawah UV 366 berpendar kuning intensif, hijau atau jingga

No.SenyawaRfSebelum DisemprotSetelah Disemprot

UV 254TampakUV 366UV 366TampakUV 254

1.

2. Sari eter

Rutin (pembanding)

0,65

0,45Pemadaman ungu muda

Pemadaman unguKuning

Kuning-

--

CoklatKuning

KuningPemadaman ungu

Pemadaman ungu

Sebelum disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

121212

Setelah disemprot:

UV 254UV 366 Tampak

121212

Tanin dan Senyawa Fenolik Fase diam: silika gel GF254Fase gerak: etil asetat : methanol : air (100 : 13,5 : 10)Sampel: SK14Jumlah sampel: 1Jarak pengembangan: 8cmDeteksi: FeCl3

No.SenyawaRfSebelum DisemprotSetelah Disemprot

UV 254TampakUV 366UV 366TampakUV 254

1.

2. Sari dalam eter

Asam Gallat (pembanding)

0,64

0,64Pemadaman ungu

Pemadaman ungu-

--

--

-Biru Hitam

Biru hitamPemadaman ungu

Pemadaman ungu

Sebelum disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

121212

Setelah disemprot:

UV 254UV 366 Tampak

121212

TaninFase diam: silica gel GF254Fase gerak: etil asetat : methanol : asam galat (100 : 13,5 : 10)Sampel: SK14Jumlah sampel: 1Jarak pengembangan: 8cmDeteksi: FeCl3

No.SenyawaRfSebelum DisemprotSetelah Disemprot

UV 254TampakUV 366UV 366TampakUV 254

1.

2. Sari etanol-air

Asam Gallat (pembanding)

0,58

0,65Pemadaman ungu

Pemadaman ungu-

--

--

-Biru Hitam

Biru hitamPemadaman ungu

Pemadaman ungu

Sebelum disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

121212

Setelah disemprot:

UV 254UV 366 Tampak

121212

SaponinFase diam: silica gel GF254Fase gerak: kloroform : methanol : air (64 : 50 : 10)Sampel: SK14Jumlah sampel: 1Jarak pengembangan: 8 cmDeteksi: Anisaldehid-asam sulfat dipanaskan 100

No.SenyawaRfSebelum DisemprotSetelah Disemprot

UV 254TampakUV 366UV 366TampakUV 254

1.

2. Sari etanol-air

Saponin (pembanding)

0,81

0,81Pemadaman ungu

Pemadaman unguKuning coklat

Kuning coklat

-

--

-Kuning coklat

Kuning coklat

Pemadaman ungu

Pemadaman ungu

Sebelum disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

121212

Setelah disemprot:

UV 254 UV 366 Tampak

121212