Masa Nifas

16
Masa Nifas / Post Partum BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Masa nifas dinyatakan sebagai masa 6 minggu setelah melahirkan, dan merupakan periode penyesuaian setelah kehamilan yang memungkinkan ibu untuk menyusui dan tubuh ilbu dapat kembali ke keadaan sebelum hamil (Benson, Ralph, 2008, hlm.273). Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2002, hlm.122). Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007, hlm.958). Periode pascapartum ialah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Irene M, Bobak, 2004:492 ). Jadi, masa nifas atau puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk memulihkan kembali alat kandungan seperti keadaan belum hamil yang lamanya 6 minggu. B. Tahapan masa nifas Adapun tahapan dalam masa nifas menurut Marmi (2012), yaitu : 1. Puerperium dini Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan- jalan.

description

masa nifas

Transcript of Masa Nifas

Page 1: Masa Nifas

Masa Nifas / Post Partum

BAB II

KONSEP DASAR

A.     Pengertian

Masa nifas dinyatakan sebagai masa 6 minggu setelah melahirkan, dan merupakan periode penyesuaian setelah kehamilan yang memungkinkan ibu untuk menyusui dan tubuh ilbu dapat kembali ke keadaan sebelum hamil (Benson, Ralph, 2008, hlm.273).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2002, hlm.122).

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007, hlm.958).

Periode pascapartum ialah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Irene M, Bobak, 2004:492 ).

Jadi, masa nifas atau puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk memulihkan kembali alat kandungan seperti keadaan belum hamil yang lamanya 6 minggu.

B.     Tahapan masa nifas

Adapun tahapan dalam masa nifas menurut Marmi (2012), yaitu :

1.      Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2.      Puerperium intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.

3.      Remote pueperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Page 2: Masa Nifas

C.     Tujuan asuhan keperawatan post partum

Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kesehatan, keperawatan maupun di bidang lainnya pasti mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut selalu terarah. Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk :

1.      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2.      Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4.      Memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002, hlm.122).

D.    Perubahan fisiologis dan adaptasi psikologis post partum

1.      Perubahan fisiologis post partum

a.       Sistem reproduksi pada masa post partum

1)      Involusi uterus

Involusi adalah perubahan alat-alat genital dalam keseluruhannya. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum adalah sebagai berikut :

a)      Pada saat plasenta lahir, TFU setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gram dan berdiameter 12,5 cm.

b)      Pada 7 hari atau seminggu setelah plasenta lahir, TFU berada di pertengahan pusat dan simpisis. Dengan berat uterus 500 gram dan diameter 7,5 cm.

c)      Pada 14 hari atau 2 minggu setelah plasenta lahir, TFU tidak teraba. Dengan berat uterus 350 gram dan diameter 5 cm.

d)      Pada 6 minggu setelah plasenta lahir, TFU kembali normal. Dengan berat uterus 60 gram dan diameter 2,5 cm (Marmi, 2012, hlm.85-86).

2)      Endometrium

Pada tahap involusi, kontraksi miometrium menekan pembuluh darah yang melalui decidua dan pada pelekatan plasenta menimbulkan terjadinya hemostasis (penghentian perdarahan). Kontraksi pada dinding arteriolar setelah persalinan mempercepat proses hemostasis. Vena dan arteriolar pada tempat pelekatan plasenta mengalami hialinisasi.

Page 3: Masa Nifas

Oklusi pada pembuluh darah decidua menimbulkan nekrosis pada bagian superficial yang akhirnya mengelupas dan menjadi bagian dari lochea (Novita, 2011, hlm.64).

3)      Serviks

Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama, ostium externum hanya dapat dilalui oleh 1 jari, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicis uteri.

Pada serviks, terbentuk sel-sel otot baru. Karena hiperplasia dan retraksi serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan pada pinggirannya, terutama pada pinggir sampingnya. Robekan ke samping ini membentuk bibir depan dan bibir belakang serviks (Wirakusumah, 2010, hlm.188).

4)      Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut dengan lochea, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lochea yang keluar harus semakin berkurang.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri dari:

a)      Lochea rubra

Mengandung darah dan debris desidua serta debris trofoblastik. Lochea berubah menjadi merah tua atau coklat setelah 3 sampai 4 hari pascapartum.

b)      Lochea serosa

Terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih.

c)      Lochea alba

Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004, hlm.494).

5)      Vagina dan perineum

Segera setelah melahirkan, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum. Ruang vagina selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan pengencangan otot perineum akan mengembalikan tonus otot dan memungkinkan wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari (Varney, 2007, hlm.960).

Page 4: Masa Nifas

6)      Payudara

Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Wanita dapat mengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi. Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis potensial (Varney, 2007, hlm.960).

b.      Sistem kardiovaskuler

1)      Tekanan darah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Petugas kesehatan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsia pasca partum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius.

2)      Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100x/menit selama puerpenium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.

3)      Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.

4)      Pernafasan

Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma, dan embolus paru (Varney, 2007, hlm.961).

c.       Sistem hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematrokit, dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika hematrokit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah (Marmi, 2012, hlm.106).

d.      Sistem muskuloskeletal

Page 5: Masa Nifas

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan (Bobak, 2004, hlm.501).

e.       Sistem gastrointestinal

Tonus dan motilitas gastrointestinal menurun selama periode pascapartum. Tonus abdomen yang lembek disertai penurunan motilitas dapat menimbulkan distensi gas 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. Penurunan aktivitas usus, terutama setelah pembatasan asupan diet selama 24 sampai 36 jam sebelumnya dapat menghambat defekasi selama 1 atau 2 hari pertama setelah kelahiran. Rasa takut terhadap nyeri pada sisi laserasi, episiotomi, atau hemoroid dapat memperberat konstipasi pada minggu pertama setelah melahirkan. Pola defekasi normal ibu harus terjadi selama 1 minggu pascapartum (Walsh, 2007, hlm.344).

f.        Sistem perkemihan

Dinding kandung kemih memperlihatkan edema dan hiperemia. Terkadang edema trigonum menimbulkan obstruksi uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kemih penuh atau masih tertinggal sisa urine sesudah kencing. Sisa urine ini dan trauma pada dinding kandung kemih sewaktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum kembali normal dalam waktu 2 minggu (Wirakusumah, 2010, hlm.189).

g.       Sistem urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya kembali ke keadaan sebelum hamil (Marmi, 2012, hlm.95)

h.       Sistem endokrin

1)      Hormon plasenta

Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinasemembalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.

Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembekakan payudara dan diuresis cairan ekstraselular berlebih yang terakumulasi selama masa hamil (Bobak, 2004, hlm.496).

2)      Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadarfollicle stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.

Page 6: Masa Nifas

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Setelah melahirkan, wanita tidak menyusui mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam dua minggu.

Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari. Diantara wanita yang menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui, 80% siklus menstruasi pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui 50% siklus pertama tidak mengandung ovum (Bobak, 2004, hlm.496-497).

i.         Sistem integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya (Bobak, 2004, hlm.501).

j.        Ambulasi dini

Menurut Wirakusumah (2010), ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita turun dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Saat ini, menahan penderita telentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan tidak dianggap perlu lagi. Penderita sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 6 jam pascapartum. Keuntungan ambulasi dini ialah sebagai berikut :

1)      penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan ambulasi dini

2)      fungsi faal usus dan kandun kencing lebih baik

Menurut Novita (2011), ambulasi sederhana dapat dilakukan dengan cara :

1)      fleksi dan ekstensi pada telapak kaki

2)      rotasikan telapak tangan

3)      fleksi dan ekstensi pada kaki

4)      tekan lutut di atas tempat tidur

Human sign, thrombus dikatakan positif apabila tanda human sign positif. Human sign positif, apabila ada rasa nyeri pada saat kaki dilakukan dorsofleksi, kemerahan, hangat pada kaki, sebaiknya dicatat. Kaki dapat dinaikkan di atas bantal. Untuk seksio sesaria abdominal exercise dapat dilakukan setelah 4 minggu pascapartum.

Orthostatic hypontension, keadaan dimana tekanan darah cenderung untuk menurun setelah aktivitas. Dapat terjadi pada wanita yang mengalami proses melahirkan dalam posisi duduk/berdiri. Hal ini terjadi karena penurunan tekanan intra abdominal setelah melahirkan yang mengakibatkan dilatsinya pembuluh darah yang mensuplai usus, dimana diketahui sebagai splancinc engorgement. Yang menyebabkan darah akan berkumpul di daerah rongga abdomen. Perwata perlu mengkaji tekanan darah, kehilangan darah dan jumlah dan waktu anestesi.

Page 7: Masa Nifas

2.      Adaptasi psikologis postpartum

Adanya peran, tugas dan tanggung jawab baru pada keluarga membuat semua anggota keluarga harus mampu beradaptasi. Perawat hendaknya dapat membantu keluarga pada masa transisi tersebut.

a.       Komponen menjadi orang tua

Proses menjadi orang tua terkait 2 komponen, yaitu :

1)      Keahlian kognitif-motor, yaitu keahlian fisik yang berhubungan dengan mental. Keahlian ini harus dipelajari, contohnya memandikan bayi.

2)      Keahlian kognitif-afektif, yaitu proses mental dengan perasaan atau emosi, contohnya dalam merawat anak dengan menunjukkan sikap peduli dan cinta.

b.      Fase adaptasi ibu

1)      Taking In (dependent phase) 1-2 hari pascapartum

Pada fase ini, biasanya sangat tergantung dalam segala hal, termasuk kebutuhan dasar. Oleh karena itu, klien selalu fokus pada diri sendiri, klien mungkin tidak berinisiatif untuk bertemu dengan bayinya. Klien akan bercerita banyak tentang proses kelahirannya.

2)      Taking Hold (dependent-interdependent phase) 3-8 minggu pascapartum

Pada fase ini, klien mulai mencoba menerima dirinya sendiri dan melakukan peran mandirinya sebagai seorang ibu. Klien mulai memikirkan pemberian susu melalui payudaranya, eliminasi, dan merawat bayinya. Klien akan berusaha untuk meningkatkan keahliannya dalam merawat bayinya, tetapi hal ini terkadang sulit bagi klien yang tidak merasa nyaman dan belum mampu.

3)      Letting Go (interdependent phase)

Semakin meningkat kepercayaan diri dalam melakukan perawatan bayinya, serta bertingkah laku sebagaimana peran ibu sesungguhnya. Oleh karena itu, maka berkurangnya rasa ketergantungan dengan orang lain.

c.       Transisi ayah

1)      Tahap 1 (expectation)

Ayah membayangkan kejadian seperti apa setelah bayi dirumah.

2)      Tahap 2 (reality)

Ayah menyadari dugaan/harapan menjadi kenyataan. Perasaan dapat timbul sedih, ambivalen, cemburu, dan frustasi.

3)      Tahap 3 (transition to mastery)

Ayah membuat suatu keputusan untuk mengontrol dan menjadi terlibat dengan infant.

d.      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adaptasi orang tua

Page 8: Masa Nifas

1)      Usia ibu

2)      Aspirasi personal, keinginan pribadi kadang menghambat dalam proses menjadi orang tua, contohnya wanita mendapat konflik dimana harus memilih karier atau menjadi seorang ibu.

3)      Dukungan sosial, kemampuan adaptasi dari orang tua, saudara kandung, kakek-nenek, dan lainnya (Novita, 2011, hlm.69-70).

e.       Sibling rivalry

Sibling rivalry adalah persaingan antara saudara kandung dalam memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua. Sibling rivalry menjadi momen untuk mempelajari kebersamaan, keadilan, dan kelapangan hati untuk memaafkan.

Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan kehadiran anggota baru (Marmi, 2012, hlm.78 dan 81).

D.    Konsep asuhan keperawatan

1.      Pengkajian klien pada 4 jam sampai 3 hari pascapartum

a.    Aktivitas/istirahat

Insomnia mungkin teramati

b.   Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari

c.    Integritas ego

Peka rangsang, takut/menangis (postpartum blues sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan)

d.   Eliminasi

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5

e.    Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3

f.     Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai hari ke-5 pascapartum

g.    Seksualitas

Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah melahirkan, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.

Page 9: Masa Nifas

Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-2 sampai ke-3, berlanjut lochea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal, rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal, menyusui).

Payudara memproduksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3 mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.

Pengkajian Ibu Post Partum 2 sampai 4 jam (hari pertama) :

a.       Riwayat kehamilan dan persalinan GPA

b.      Suhu : 36,2ºC - 38ºC

c.       Nadi : 50-70 denyut/menit

d.      Tekanan darah : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg

e. Tingkat energi : euphoria, senang atau letih, dapat memperlihatkan kebutuhan untuk tidur

f.        Rahim : setinggi umbilicus atau sedikit dibawahnya, padat

g.       Lochea : rubra, moderat, sedikit bekuan, tercium bau seperti cairan menstruasi normal

h.       Perineum : edema, bersih, utuh, tepi episiotomi

i.         Tungkai : edema pretibial atau di telapak kaki, tanda Homan negative

j.        Payudara : tetap lunak jika dipalpasi, kolostrum dapat dikeluarkan

k.      Nafsu makan : baik, dapat minta tambah, makanan ringan

l.         Eliminasi : BAK mencapai 300ml, BAB biasanya belum

m.  Rasa tidak nyaman : rasa sakit yang menyeluruh didaerah perineum, hemoroid, nyeri pasca melahirkan (Bobak, 2004, hlm.524).

2.      Diagnosa dan Intervensi

a.    Nyeri (akut/ketidaknyamanan) berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

Tujuan : nyeri dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

KH : mengidentifikasikan dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat

Intervensi :

1)      Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran

2)      Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jahitan

Page 10: Masa Nifas

3)      Berikan kompres panas lembab selama 20 menit setelah 24 jam pertama pascapartum

4)      Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi di atas perbaikan episiotomi

5)      Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain

6)      Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah abdomen.

7)      Inspeksi payudara dan jaringan puting, kaji adanya pembesaran atau puting pecah-pecah

8)      Kolaborasi pemberian analgetik

b.   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit, penurunan hb, prosedur invasif, peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, dan malnutrisi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak tejadi pada klien

KH : mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan risiko atau meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari\ infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lochea dan karakter normal

Intervensi :

1)      Kaji catatan pranatal dan intranatal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta

2)      Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-tanda menggigil, anoreksia, atau malaise

3)      Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem

4)      Catat jumlah dan bau rabas lochea atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa

5)      Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan, atau nyeri tekan

6)     Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi

7)      Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih

8)      Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih atau sistitis (misalnya, peningkatan frekuensi, dorongan, atau disuria)

9)      Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari

c.       Resiko gangguan laktasi berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan laktasi tidak terjadi

KH : mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui

Page 11: Masa Nifas

mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui

menunjukkan keputusan rebuman menyusui satu sama lain

Intervensi :

1)      Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya

2)      Temukan sistem pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan keluarga

3)      Berikan informasi ferbal dan tertulis mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui. Perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khusus dan faktor-faktor yang memudahkan atau menganggu keberhasilan menyusui

4)      Demostrasikan dan tinjau ulang teknik menyusui, perhatikan posisi bayi selama menyusu dan lama menyusu

5)      Kaji putting klien, anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui

6)      Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20-30 menit setelah menyusui

7)      Instruksikan : klien menghindari penggunaan sabun / pengunaan bantal, bra berlapis plastik dan mengganti pembalut bila basah / lembab

8)      Instruksikan klien menghindari penggunaan pelindung putting kecuali secara khusus diidentifikasi

9)      Berikan pelindung puting payudara khusus (misalnya : pelindung eschmann) untuk klien menyusi dengan puting masuk / datar. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan latihan putting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah mengunakan teknik hoffman

d.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastesis rekti) efek-efek progesterone, dehidrasi, kelebihan analgesia / anestesi, diare persalinan, kurang masukan, nyeri personal irektal

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami gangguan eliminasi konstipasi

KH : melakukan kembali defekasi yang biasa optimal dalam 4 hari setelah kelahiran

Intervensi :

1)      Auskultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastatis rekti

2)      Kaji terhadap adanya hemoroid

3)      Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan dan upata membuat pengosongan normal

4)      Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi

5)      Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan

e.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai perawatan dari dan perawatan bayi) berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : pengetahuan klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan

Page 12: Masa Nifas

KH : mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan belajar individu,

mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis kebutuhan individu dan bayi

Intervensi :

1)      Tentukan persepsi klien tentang masalah dan kebutuhan

2)      Pastikan pemahaman tentang perubahan fisik normal dalam 1 minggu setelah pulang. Berikan informasi tentang tindakan-tindakan yang tepat yang diambil bila masalah timbul

3)      Berikan informasi sesuai kebutuhan tentang tanda dan gejala berkenaan dengan endoptritis, mastitis, infeksi insisi dan saluran kemih dan kebutuhan untuk memberitahu pemberi layanan kesehatan

4)      Mengenali kembali siklus menstruasi ovulasi dan koitus sexual

5)      Diskusikan rencana penggunaan kontrasepsi

6)      Berikan informasi mengenai perubahan fisiologi pada respon sexual post partum

7)      Kuatkan informasi sesuai kebutuhan untuk klien menyusui mengenai fisiologis laktasi, masalah diet, perawatan puting dari buku atau bahan tulis lainnya

8)      Tinjau ulang kebutuhan nutrisi untuk klien menyusui atau tidak menyusui termasuk informasi akan kebutuhan kalori, protein, zat besi dan vitamin C (Doenges, 2001, hlm.387-410).