Psikologi Masa Nifas

23
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partum Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali seperti sebelum hamil, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti kembali sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, R. 1998). Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan kekuatan ibu tanpa anjuran ataupun obat (Prawiroharjo, 2001). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2001). Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih bila partus berlangsung agak lama. Karenanya, harus cukup istirahat, delapan jam post partum wanita harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum. Setelah delapan jam boleh miring ke kiri atau ke kanan, untuk mencegah adanya trombosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar bersama disebut rooming in, atau pada kamar yang berpisah. Pada hari kedua bila perlu telah dapat dilakukan latihan-latihan senam. Umumnya pada hari ketiga sudah bisa duduk, pada hari keempat berjalan, dan pada hri kelima dapat dipulangkan. Ibu postpartum primipara adalah seorang wanita yang pernah hamil satu kali, dimana wanita tersebut melahirkan satu atau dua anak yang hidup. Ibu

description

psikologi yang terkait dengan masa nifas

Transcript of Psikologi Masa Nifas

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Post Partum

    Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali seperti sebelum

    hamil, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

    seperti kembali sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar,

    R. 1998). Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

    pada kehamilan cukup bulan dengan kekuatan ibu tanpa anjuran ataupun obat

    (Prawiroharjo, 2001). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan

    berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

    Masa nifas kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2001).

    Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih bila partus

    berlangsung agak lama. Karenanya, harus cukup istirahat, delapan jam post

    partum wanita harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan

    post partum. Setelah delapan jam boleh miring ke kiri atau ke kanan, untuk

    mencegah adanya trombosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu

    kamar bersama disebut rooming in, atau pada kamar yang berpisah. Pada hari

    kedua bila perlu telah dapat dilakukan latihan-latihan senam. Umumnya pada

    hari ketiga sudah bisa duduk, pada hari keempat berjalan, dan pada hri kelima

    dapat dipulangkan.

    Ibu postpartum primipara adalah seorang wanita yang pernah hamil satu

    kali, dimana wanita tersebut melahirkan satu atau dua anak yang hidup. Ibu

  • 8

    postpartum multipara adalah seorang wanita yang telah hamil dua kali atau

    lebih yang menghasilkan janin hidup, tanpa memandang anak itu hidup saat

    lahir (Ramali, 1997).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman postpartum (Barbara. S,

    2004) :

    1. Sifat persalinan dan kelahiran, serta tujuan kelahiran.

    2. Persiapan persalinan, kelahiran, dan peran menjadi orang tua.

    3. Transisi menjadi orangtua yang mendadak.

    4. Pengalaman keluarga secara individual atau bersama terhadap

    kelahiran anak dan membesarkan anak.

    5. Harapan peran anggota keluarga.

    6. Kepekaan dan efektivitas asuhan keperawatan dan perawatan

    profesional lainnya.

    7. faktor-faktor resiko pada komplikasi pascapartum, faktor-faktor

    resiko tersebut meliputi :

    a. Preeklampsia atau eklampsia

    b. Diabetes

    c. Masalah jantung

    Adapun tujuan perawatan pada postpartum antara lain (Barbara. S, 2004) :

    1. Meningkatkan involusi uterus normal dan kembali ke keadaan sebelum

    hamil.

    2. Mencegah atau meminimalkan komplikasi postpartum.

  • 9

    3. Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvik, jaringan

    perianal dan perineal.

    4. Membantu pemulihan fungsi tubuh normal.

    5. Meningkatkan pemahaman terhadap perubahan-perubahan fisiologis

    dan psikologis.

    6. Memfasilitasi perawatan bayi baru lahir dan perawatan mandiri oleh

    ibu baru.

    7. Meningkatkan keberhasilan integrasi bayi baru lahir ke dalam unit

    keluarga.

    8. Menyokong keterampilan peran orangtua dan pelekatan orangtua-bayi.

    B. Adaptasi Fisiologis ibu setelah persalinan

    Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal,

    dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Perubahan fisiologi

    yang terjadi antara lain :

    1. Sistem reproduksi

    a. Uterus

    Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

    melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

    keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

    Subinvolusi ialah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak

    hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering ialah tertahannya

    fragmen plasenta dan infeksi.

  • 10

    Pada primipara tonus uterus meningkat sehingga fundus pada

    umumnya kencang, relaksasi dan kontraksi yang periodik sering

    dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan

    sepanjang masa awal puerperium.

    b. Serviks

    Serviks menjadi lunak segera setelah melahirkan. Delapan belas (18)

    jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih

    padat dan kembali kebentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah

    uterus tetap endematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah

    ibu melahirkan.

    Perubahan-perubahan yang terjadi pada serviks ialah segera

    postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Warna

    serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

    c. Vagina

    Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam pemisahan

    mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya

    sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum

    hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

    2. Sistem endokrin

    a. Hormon plasenta

    Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar.

    Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-

    hormon yang diproduksi organ tersebut.

  • 11

    b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

    Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan

    tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada

    wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena

    kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita

    menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons

    terhadap stimulasi FSH ketika prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

    3. Sistem urinarius

    a. Komponen urine

    Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang.

    Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.

    BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama masa

    pascapartum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.

    b. Diuresis pascapartum

    Diuresis pascapartum yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen,

    hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan

    hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan

    mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.

    c. Uretra dan Kandung kemih

    Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama

    melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung

    kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai

    daerah-daerah kecil hemoragi. Kombinasi trauma akibat kelahiran,

  • 12

    peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek

    konduksi anastesi menyababkan keinginan untuk berkemih menurun.

    4. Sistem cerna

    a. Nafsu makan, motilitas, dan defekasi

    Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

    mengkonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek

    analgesia, anestesia, dan keletihan ibu merasa sangat lapar.

    Secara khas penurunan tonus dan motalitas otot traktus cerna menetap

    selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

    anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motalitas ke

    keadaan normal.

    Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga

    hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus

    otot usus menurun selama proses persalinan dan pada masa awal pasca

    partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang

    makan, dan dehidrasi.

    b. Payudara

    Ibu tidak menyusui

    Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak

    menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan

    cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari

    pertama setelah wanita melahirkan.

  • 13

    Ibu yang menyusui

    Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu masa (benjolan), tetapi kantong

    susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi

    dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni

    kolostrum, dikeluarkan dari payudara.

    5. Sistem kardiovaskuler

    a. Volume darah

    Penyesuaian pembuluh darah maternal stelah melahirkan berlangsung

    dramatis dan cepat. Respon wanita dalam menghadapi kehilangan

    darah selama masa pascapartum dini berbeda dari respon wanita tidak

    hamil. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita

    1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran

    pembuluh darah maternal 10% sampai 50%.

    2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus

    vasodilatasi.

    3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama

    wanita hamil.

    b. Curah jantung

    Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat

    sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini

    akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena

    darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali

    ke sirkulasi umum.

  • 14

    6. Sistem neurologi

    Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi

    neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang

    dialam wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis

    yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.

    7. Sistem muskuloskeletal

    Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil

    berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini

    mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan

    perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.

    8. Sistem integumen

    Klaosma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat

    kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak

    menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita,

    pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada

    payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak

    hilang seluruhnya.

    C. Adaptasi Psikososial ibu setelah persalinan

    1. Adaptasi psikologis

    Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berkelanjutan yang

    membutuhkan perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga

    seseorang lebih sesuai dengan suatu lingkungan tertentu. Proses ini

    melibatkan interaksi individu dan lingkungan. Hasil akhirnya tergantung

  • 15

    pada tingkat kesesuaian antara keterampilan dan kapasitas seseorang dan

    sumber dukungan sosialnya di satu sisi dan jenis tantangan atau stresor

    yang dihadapi disisi lain. Maka, adaptasi adalah suatu proses individual

    dimana masing-masing individu mempunyai kemampuan untuk mengatasi

    masalah atau berespon dengan tingkat yang berbeda-beda (Smeltzer S. C,

    2001).

    Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yang terjadi :

    a. Trimester I : sering terjadi fluktuasi lebar emosional sehingga periode

    ini mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa

    tidak nyaman.

    b. Trimester II : Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian

    wanita hamil lebih terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang

    terjadi selama kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan hubungan

    batiniah dengan bayi yang dikandungnya.

    c. Trimester III : Berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses

    persalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya

    mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan

    dihadapi.

    Model konsep adaptasi pertama kali dikembangkan oleh sister

    Calista Roy (1991) konsepnya dikembangkan dari konsep individu dan

    proses adaptasi seperti di uraikan dibawah ini, asumsi dasar model

    adapatasi roy adalah :

  • 16

    a. Input

    (Roy, 1991) mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,

    merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari

    lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga

    tingkatan yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus

    residual. Kondisi kesehatan pada usia dewasa merupakan contoh dari

    stimulus fokal, kontekstual maupun residual.

    1). Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan dengan

    seseorang, efeknya segera. Sebagai contoh seseorang bisa berpaling

    dengan cepat ketika suatu suara gaduh yang sangat nyaring.

    2). Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang dialami

    seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi

    dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan.

    Rangsangan ini muncul bersamaan dimana dapat menimbulkan respon

    negatif pada stimulus fokal. Sebagai contoh adanya faktor negatif dan

    positif pada stimuli yang timbul.

    3). Stimulus residual adalah ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan

    dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, yang meliputi

    kepercayaan, sikap, sifat individu berkembang sesuai dengan

    penglaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi.

    Sebagai contoh seseorang yang ditakutkan pada suatu masalah yang

    telah melupakan sesuatu yang hilang dimana itu adalah sebagai anak.

  • 17

    b. Mekanisme koping

    Mekanisme koping seseorang untuk beradaptasi atau berespon

    terhadap stimulus di gunakan sebagai mekanisme kontrol ini dibagi

    atas regulator dan kognator yang merupakan subsistensi.

    1). Subsistensi regulator

    Subsistensi regulator mempunyai komponen-komponen : input-

    proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.

    Transimeter regulator sistem adalah kimia, neural atau endrokrin.

    Refleks otonom adalah respon neural dan brain system dan spinal cord

    yang diteruskan sebagai perilaku output dari regolator sistem. Proses

    fisiologis dapat dinilai sebagai perilaku regolator subsistem.

    2). Subsistem kognitor

    Stimulus untuk subsistem kognitor dapat eksternal maupun

    internal.perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi

    stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol

    proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,

    penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan

    dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat,

    reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).

    Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses

    internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisis. Emosi

    adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunkan

    penilaian dan kasih sayang (Roy, 1991).

  • 18

    c. Output

    Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur

    atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun

    dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.

    Roy (1991) mengkategorikan output sistem sebagai respon adaptif atau

    respon yang tidak efektif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan

    integritas seseorang. Roy (1991) telah menggunakan bentuk

    mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol seseorang

    sebagai adaptif sistem. Contih adaptasi perilaku pada model Roy

    adalah sebagai berikut :

    1) Self-concept mode

    Adalah salah satu dari mode psikososial dan memusat secara rinci

    pada aspek rohani dan psikologis yang ada pada diri. Kebutuhan

    dasar mendasari self-concept mode telah dikenali seperti integritas

    mempunyai kekuatan batin adalah kebutuhan untuk mengetahui

    siapa yang menjadi satu bahwa seseorang dapat ada dengan suatu

    kesatuan perasaan. Integritas mempunyai kekuatan batin adalah

    dasar permasalahan adaptasi dan kesehatan dalam area ini boleh

    bertentangan dengan kemampuan orang untuk menyembuhkan atau

    yang di kerjakan apa yang penting untuk memelihara lain aspek

    kesehatan. Adalah penting bagi perawat untuk mempunyai

    pengetahuan tentang self-concept mode untuk mampu menilai

    perilaku dan stimuli mempengaruhi self-concept orang.

  • 19

    2) Model peran fungsi

    Adalah salah satu dari dua mode sosial dan fokus pada peran

    seseorang dalam masyarakat. Suatu peran sebagai unit masyarakat

    yang berfungsi adalah sebagai satuan harapan tentang bagaimana

    seseorang menduduki satu posisi bertindak ke arah seseorang

    menduduki posisi yang lain. Model fungsi peran telah dikenali

    seperti intergritas sosial yang harus mengetahui seseorang dalam

    hubungan dengan orang yang lain sedemikian sehingga seseorang

    dapat bertindak.

    Suatu penggolongan peran sebagai primer, sekunder, dan tersier

    telah sesuai menggunakan dalam Model Adaptasi Roy,

    Berhubungan dengan peran masing-masing adalah perilaku sebagai

    penolong dan perilaku ekspresif, penilaian di mana menyediakan

    suatu indikasi adaptasi sosial sehubungan dengan peran berfungsi.

    Masing-Masing jenis perilaku dapat digambarkan dengan peran

    ibu. Mengawasi kebutuhan fisik bayi melibatkan perilaku sebagai

    penolong, memegang dan memeluk bayi adalah perilaku ekspresif.

    Cara di mana orang memenuhi pengharapan peranan ini adalah

    suatu indikasi peran berfungsi.

    3) Interdependen Mode

    Adalah suatu adaptasi yang berfokus pada inetraksi yang

    berhubungan dengan memberi atau menerima rasa hormat dan

  • 20

    nilai. Kebutuhan dasar dalam interdependen mode sangat

    terkecukupan dalam rasa aman untuk pemeliharaan hubungan.

    2. Fase perubahan adaptasi psikososial

    Menurut Rubin (cit. Bryar, 1995) terdapat tiga fase perubahan

    adaptasi psikososial ibu postpartum yaitu :

    a. Fase Taking In : periode tingkah laku bergantung. Fase taking in

    adalah waktu refleksi bagi ibu, yang terjadi pada hari pertama sampai

    hari kedua gejalanya :

    1). Ibu berfokus pada dirinya sendiri dan tergantung pada orang lain.

    Ketergantungan ini sebagian karena ketidaknyamanan fisik

    (kemungkinan karena jahitan di perineum, after pains, hemorhoid),

    karena ketidakpastiannya merawat bayi, dan karena kelelahan yang

    sangat setelah persalinan. Ibu biasanya menginginkan untuk

    membicarakan tentang kehamilannya, khususnya tentang

    persalinan dan kelahiran secara emosional, ia berusaha untuk

    mengintegrasikan proses persalinan dan kelahiran kedalam

    pengalaman hidupnya.

    2). Seorang ibu akan mengenang kejadian kelahiran secara berulang

    mencari detailnya dan membandingkan penampilannya dengan hal

    yang diharapkannya, pengalaman kelahiran sebelumnya, atau dari

    orang lain.

    3). Energi yang ada pada ibu postpartum ini lebih dipusatkan pada

    kesehatan dan kesejahteraannya sendiri, bukan kepada bayinya.

  • 21

    4). Tingkah laku ibu dapat bersifat pasif dan tergantung. Kebutuhan

    untuk istirahat, makan dan membuat keputusan mungkin

    diverbalisasikan dan bantuan dari pemberi perawatan kesehatan

    akan dengan senang hati dihargai.

    5). Ibu akan siap menerima bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisik

    dan emosinya.

    6). Ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memperoleh

    kembali kekuatan fisik dan untuk menyenangkan, menahan

    pikiran-pikiran yang beragam. Ibu dapat menunjukkan sedikit

    ketertarikan untuk merawat bayinya.

    Pada gambaran awal yang disampaikan Rubin, fase ini

    berlangsung selama 1-2 hari. Sekarang tingkah laku ini dapat

    diobservasi pada jam-jam pertama kehamilan.

    b. Taking Hold adalah pergerakkan dari tergantung menuju tingkah laku

    mandiri.

    1). Fase ini terjadi pada hari ke 2-4 postpartum.

    2). Secara bertahap, tingkat energi ibu bertambah dan akan merasa

    lebih nyaman serta mampu lebih berfokus pada bayinya

    dibandingkan pada dirinya sendiri.

    3). Seorang ibu mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan

    (melakukan mobilisasi), melakukan aktivitas perawatan diri dan

    sering mengungkapkan perhatian-perhatian tentang fungsi tubuh.

    Biasanya ibu mengungkapkan bahwa ia ingin kondisi atau

  • 22

    keadaanya segera pulih seperti keadaan sebelum melahirkan.

    Meskipun demikian ibumasih sering merasa kelelahan karena

    pengaruh perubahan hormonal, proses penyembuhan dari uterus

    dan perineum.

    4). Ibu memperoleh kontrol terhadap tubuhnya, dia menjadi lebih

    mampu untuk bertanggung jawab untuk merawat bayi yang baru

    dilahirkannya. Ibu yang melahirkan tanpa bantuan anastesi

    mungkin mencapai fase kedua ini dalam waktu beberapa jam

    setelah persalinan. Meskipun tindakan ibu menunjukkan

    kemandirian yang kuat dalam waktu ini, seorang ibu postpartum

    masih sering merasa tidak aman tentang kemampuannya merawat

    bayinya.

    5). Menginterprestasikan kompetensi perawat sebagai refleksi dari

    ketidakmampuannya dan memandang bahwa dirinya gagal, dalam

    hal ini butuh pujian tentang segala sesuatu yang sudah di

    lakukannya dengan baik untuk memberikan rasa percaya diri,

    misalnya dukungan pada bayi, mulai menyusui, dan

    menyendawakan bayi yang benar. Pujian yang positif ini dimulai

    ketika ibu masih berada di tempat perawatan dan berlanjut setelah

    pulang kerumah, maupun ketika kontrol kembali. Oleh karena itu

    fase ini ideal untuk mengajarkan tentang perawatan bayi dan

    perawatan diri, termasuk pendidikan kesehatan dengan metode

    demonstrasi.

  • 23

    Setelah fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu

    muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik,

    sehingga ia dapat istirahat dengan baik. Mekanisme pertahanan diri pasien

    merupakan sumber penting dalam fase ini, karena postpartum blues bisa

    terjadi. Layanan kunjungan rumah (home visite) sangat dianjurkan

    terutama pada ibu muda.

    c. Fase Letting Go. Pada fase ketiga disebut letting go (mendefinisikan

    sebagai peran barunya), oleh Rubin fase ini dimulai pada akhir minggu

    pertama postpartum yang saat ini ibu akan menuju fase letting go

    dengan peran barunya.

    1). Menghilangkan fantasi tentang bayinya dan menerima keadaan

    bayinya yang nyata.

    2). Penyesuaian diri kembali menyangkut hubungan dengan pasangan,

    yang mirip dengan apa yang terjadi selama masa kehamilan. Hal

    ini meluas dan terus berlangsung selama masa pertumbuhan anak.

    3). Timbul masa depresi ringan pada periode postpartum awal oleh

    karena adanya proses berduka dan bereorganisasi keluarga.

    4). Mengakui bahwa mereka merasa tertinggal (abandonment) dan

    kurang penting setelah kelahiran anaknya.

    5). Bingung dengan perasaan yang sangat dekat dengan kecemburuan

    oleh karena setiap orang hanya menanyakan tentang keadaan bayi

    hari ini dan bukan tentang diri ibu. Setiap orang menanyakan

    kesehatan dan kesejahteraan dirinya sesaat setelah kelahiran bayi

  • 24

    yang menjadi perhatian utama, seperti setiap orang menanyakan

    bayinya, kado-kado semua untuk bayi. Bagaimana bisa seorang ibu

    yang baik dapat cemburu dengan bayinya sendiri?. Dalam hal ini

    perawat dapat membantu ibu untuk mengungkapkan tentang

    banyak hal yang berubah. Betapa aneh dan bahkan tidak nyaman,

    yang harus ibu rasakan, ini adalah kata-kata untuk mengetahui

    sensasi yang dialami oleh ibu, sementara ibu merasa tetap nyaman

    merupakan hal yang normal.

    6). Kekecewaan terhadap bayi. Selama kehamilan, ibu mungkin

    membayangkan bayi yang gemuk, rambut keriting atau yang suka

    tersenyum. Ibu mengabaikan anak yang kurus, tanpa rambut dan

    selalu menangis.

    Merupakan hal yang sulit bagi orang tua untuk merasa positif terhadap

    bayinya, yang tidak memenuhi harapan mereka. Jika jenis kelamin anak

    tidak sesuai yang diinginkan, ibu dapat merasa gagal meskipun ibu

    memahami bahwa hal ini adalah sesuatu yang berada diluar kontrolnya.

    Kegagalan dalam adaptasi psikososial postpartum dapat

    mengakibatkan gangguan psikologi berupa postpartum blues. Pospartum

    blues merupakan bentuk depresi pospartm yang paling ringan. Gangguan

    psikologis yang lebih berat lagi berupa depresi postpartum dan psikosis

    postpartum (Reeder et all, 1997).

    Steele dan pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orangtua

    merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen

  • 25

    pertama, bersifat praktis atau mekanis, melibatkan keterampilan kognitif

    dan motorik; komponen kedua, bersifat emosional, melibatkan

    keterampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen ini penting untuk

    perkembangan dan keberadaan bayi.

    1. Keterampilan Kognitif-Motorik

    Komponen pertama dalam proses menjadi orangtua melibatkan

    aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong,

    mengenakan pakaian, dan membersihkan bayi, menjaga dari bahaya,

    dan memungkinkannya untuk bisa bergerak. Kemampuan orangtua

    dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya.

    Banyak orangtua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses

    belajar ini mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua

    orangtua yang memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan

    orang lain menjadi terbiasa dengan aktivitas merawat anak.

    2. Keterampilan Kognitif-Afektif

    Komponen psikologis dalam menjadi orangtua, sifat keibuan

    tampaknya berakar dari pengalaman orangtua di masa kecil saat

    mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam hal ini

    orangtua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjukkan

    perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan inike

    generasi berikutnya dengan meniru hubungan orangtua-anak yang

    pernah dialaminya. Keterampilan kognitif-afektif menjadi orangtua ini

    meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian terhadap

  • 26

    kebutuhan dan keinginan anak. Komponen menjadi orangtua ini

    memiliki efek yang mendasar pada cara perawatan anak yang

    dilakukan dengan praktis dan pada respon emosional anak terhadap

    asuhan yang diterimanya.

    Cara orang tua berespon terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi

    oleh beberapa faktor :

    a. Usia

    Usia ibu sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Ibu dan bayi

    dianggap berisiko tinggi jika ibu berusia remaja ataupun berusia lebih

    dari 35 tahun. Penelitian menunjukkan beberapa faktor tertentu yang

    mempengaruhi respon orang tua pada kelompok berusia tua. Keletihan

    dan kebutuhan untuk lebih banyak istirahat tampaknya lebih menjadi

    masalah utama pada orang tua yang sudah berusia.

    b. Jaringan sosial

    Jaringan sosial memberikan sistem dukungan, dimana orangtua dapat

    meminta bantuan. Hubungan cinta dan emosi yang positif, tampaknya

    sangat penting untuk memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan

    mengasuh anak. Jaringan sosial meningkatkan potensi pertumbuhan

    anak dan mencegah kekeliruan dalam memperlakukan anak.

    c. Budaya

    Kepercayaan dan praktik budaya menjadi determinan penting dalam

    perilaku orangtua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi

  • 27

    orangtua dengan bayi, demikian juga dengan orangtua atau keluarga

    yang mengasuh bayi.

    d. Sosioekonomi

    Kondisi sosioekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan

    bantuan. Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan

    dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban

    keuangan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu

    beban finansial dapat mengalami peningkatan stress.

    e. Aspirasi personal

    Bagi beberapa wanita, menjadi orangtua mengganggu kebebasan

    pribadi atau kemajuan karir mereka. Kekecewaan yang timbul akibat

    tidak mencapai kenaikan jabatan, misalnya mungkin tidak

    terselesaikan pada masa prenatal. Apabila rasa kecewa ini tidak

    terselesaikan, hal ini akan berdampak pada cara mereka merawat dan

    mengasuh bayinya dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya.

    Atau sebaliknya, hal tersebut bisa membuat mereka menunjukkan rasa

    khawatir yang berlebihan atau menetapkan standar yang sangat tinggi

    terhadap diri mereka dalam memberi perawatan dan juga pada

    kemampuan perkembangan bayi mereka.

  • 28

    D. Kerangka Teori

    Sumber : Bobak, 2004 & Barbara, 2004 dan Rasmun, 2004

    E. Kerangka Konsep

    Adaptasi Psikososial

    Postpartum

    Ibu Pospartum Multipara

    Adaptasi Psikososial Postpartum

    Ibu Postpartum Primipara

    Factor yang mempengarui pengalaman postpartum :

    Sifat kelahiran Persiapan dan peran Transisi menjadi

    orangtua Harapan Kepekaan Faktor resiko

    komplikasi

    Adaptasi Psikososial Postpartum :

    Fase Taking in Taking Hold Fase Letting

    go

    Pengalaman postpartum

    Ibu post partum Primipara

    Ibu post partum Multipara

  • 29

    F. Variabel Penelitian

    1. Variabel Independent

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, dan prediktor.

    Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas

    adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya/berubahnya variabel

    dependent (terikat) (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian perbedaan adaptasi

    psikososial postpartum pada ibu primipara dan multipara sebagai variabel

    idenpendent adalah ibu postpartum primipara dan multipara.

    2. Variabel Dependent

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, kriteria, konsekuen.

    Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat

    merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

    adanya variabel bebas (Sugitono, 2005). Dalam penelitian perbedaan

    adaptasi psikososial postpartum pada ibu primipara dan multipara sebagai

    variabel dependent adalah adaptasi psikososial postpartum.

    G. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka konsep tersebut diatas maka dalam hipotesa penelitian

    yang di tegakkan adalah ada perbedaan adaptasi psikososial postpartum pada

    ibu primipara dan multipara di Puskesmas Nalumsari Jepara.