Manifestasi Hipertiroid Pada Jantung -Irene
-
Upload
kevinara-putra-lamey -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
description
Transcript of Manifestasi Hipertiroid Pada Jantung -Irene
MANIFESTASI HIPERTIROID PADA JANTUNG
Irene Surjadibrata, Esti Hindariati
PENDAHULUAN
Hormon tiroid memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan
sistem saraf simpatis yang berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler
pada penderita hipertiroid. Perubahan yang utama meliputi: peningkatan denyut
jantung, kontraktilitas otot jantung, curah jantung, relaksasi diastolik dan
penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan resistensi vaskuler
sistemik dan tekanan diastolik. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat
menimbulkan efek yang dramatik terhadap sistem kardiovaskuler, seringkali
menyerupai penyakit jantung primer.1
Dari berbagai penelitian dan percobaan pada hewan, terbukti bahwa
hormon tiroid mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung pada
jantung yang selanjutnya akan menghasilkan efek inotropik dan kronotropik
positif pada jantung. Selain gejala-gejala klinis hipertiroid, pemeriksaan kadar
hormon tiroid plasma dan tes fungsi kelenjar tiroid perlu diperiksa pada tiap-tiap
penderita dengan keluhan atau kelainan jantung yang belum jelas penyebabnya
sehingga dapat ditegakkan diagnosis penyakit jantung hipertiroid. 2
Berikut ini akan dibahas manifestasi hipertiroid pada sistem
kardiovaskuler.
PATOFISIOLOGI
Sintesis T4 (tiroksin) dan T3 (triiodotironin) terjadi didalam kelenjar
tiroid, hasil sekresi primer jarang sekali yang bersifat inaktif. 85% T3 terbentuk
dari konversi perifer T4 oleh enzim 5-monodeiodinase. Potensi hormon tiroid
terjadi sebagian besar melalui ikatan T3 dengan reseptor-reseptor inti yang
meregulasi ekspresi gen-gen yang responsif terhadap hormon tiroid. T3
berikatan dengan reseptor tersebut dengan afinitas yang lebih tinggi daripada T4
sehingga aktivitas biologis T3 lebih tinggi. Ada 2 gen resptor yaitu α dan ß,
dengan 2 mRNA dari masing-masing gen yaitu α1 dan α2 serta ß1 dan ß2. T3
tidak terikat dengan α2.1,3
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
Pengaruh hormon tiroid pada sistem seluler diperantarai oleh
triiodotironin (T3) yang terikat pada reseptor-reseptor inti sel. Sebagian dari
kompleks reseptor T3 yang terikat pada DNA meregulasi ekspresi gen, terutama
yang mengatur perputaran kalsium pada otot jantung. T3 juga memiliki potensi
diluar nukleus yang sifatnya tidak tergantung ikatan reseptor T3 inti atau
peningkatan sintesis protein. Efek-efek diluar inti ini menyebabkan stimulasi
asam amino, gula dan transport kalsium secara cepat. Perubahan fungsi jantung
diperantarai oleh regulasi T3 oleh gen-gen yang spesifik pada otot jantung. 1,3
Pengaruh hormon tiroid terhadap efek adrenergik. Beberapa peran T3
pada jantung menunjukkan manifestasi klinis yang menyerupai dengan stimulasi
terhadap ß adrenergik. Interaksi antara T3 dengan sistem saraf adrenergik dapat
dibuktikan melalui kemampuan ß bloker untuk meringankan beberapa gejala
hipertiroid. Hal ini melibatkan densitas reseptor ß adrenergik yang meningkat,
peningkatan ekspresi protein G (nukleotida guanin yang terikat protein) atau
peran T3 yang menyerupai katekolamin. Walaupun mekanisme penderita
hipertiroid menunjukkan sensitivitas yang meningkat terhadap katekolamin
masih belum dimengerti, namun sudah jelas bahwa efek T3 pada jantung tidak
tergantung stimulasi reseptor ß adrenergik. 1,3
Stimulasi kronotropik dan inotropik. Hipertiroid diduga meningkatkan
denyut jantung dan kontraktilitas otot jantung. Pengukuran fungsi jantung,
meliputi: fraksi ejeksi ventrikel kiri, irama ventrikel, relaksasi diastolik dan
curah jantung menunjukkan peningkatan. Hasilnya, curah jantung meningkat
sebesar 250% dan terjadi pelebaran tekanan nadi. Perubahan fungsional ini
terjadi akibat peningkatan ekspresi “myocardial sarcoplasmic reticulum calcium
dependent adenosine triphophate”, penurunan ekspresi penyekat kalsium,
fosfolamban serta penurunan resistensi vaskuler sistemik.1,3,4
MANIFESTASI KLINIS
KELUHAN / GEJALA KLINIS
Palpitasi merupakan keluhan yang hampir 100% ditemukan pada
penderita hipertiroid. Mekanisme sebenarnya yang dapat menerangkan hal ini
belum jelas, namun hal ini dihubungkan dengan pengaruh langsung hormon
tiroid pada SA node dan adanya kerentanan yang berlebihan penderita
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
2
hipertiroid terhadap rangsangan sistem simpatis. Palpitasi ini dirasakan baik
pada saat istirahat maupun saat tidur dan akan bertambah cepat bila penderita
bekerja, setelah makan atau dalam keadaan emosi. 1,5
Penderita hipertiroid sering mengalami keluhan sesak napas. Hal ini
dapat dijelaskan karena pada penderita hipertiroid terdapat kenaikan curah
jantung dan konsumsi oksigen pada saat maupun setelah melakukan aktivitas.
Selain itu kapasitas vital pada penderita hipertiroid akan menurun disertai
dengan gangguan sirkulasi dan ventilasi paru. Jika tidak dijumpai adanya tanda-
tanda gagal jantung, mungkin sesak napas ini diakibatkan kelemahan otot-otot
pernapasan. 1,5
Nyeri prekordial (angina) yang menyerupai nyeri pada angina pektoris
sering dijumpai pada penderita hipertiroid. Hal ini diduga akibat adanya
peningkatan konsumsi oksigen oleh otot jantung (oleh karena efek langsung T3
pada otot jantung maupun peningkatan kebutuhan oksigen perifer). Beberapa
penderita mengalami angina yang pertama pada saat hipertiroid. Gejala angina
dan kelainan gambaran elektrokardiografi yang terkait angina bisa terjadi tanpa
disertai adanya penyakit arteri koroner, kemungkinan akibat iskemia relatif
(ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan) atau vasospasme arteri
koroner.1,5
PEMERIKSAAN FISIK
Frekuensi nadi biasanya meningkat (90-125 kali/menit) dan akan
bertambah cepat jika beraktivitas serta ada perubahan emosi. Akibat adanya
curah jantung yang tinggi dan resistensi perifer yang rendah maka tidak jarang
pada penderita hipertiroid dijumpai gambaran nadi yang mirip dengan
insufisiensi aorta berupa pulsus seller dan magnus. Nadi yang lebih dari 80
kali/menit pada saat istirahat perlu dicurigai adanya suatu hipertiroid. 1,6
Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sedangkan tekanan darah
diastolik menurun sehingga menimbulkan tekanan nadi yang besar (wide pulse
pressure) menyerupai gambaran insufisiensi aorta. Pada penderita hipertensi
sistolik yang tidak jelas penyebabnya (terutama jika berusia 65 tahun) perlu
dicurigai kemungkinan adanya tirotoksikosis. Hipertensi ini terjadi akibat
ketidakmampuan jaringan vaskuler untuk mencukupi peningkatan curah jantung
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
3
dan volume sekuncup. Mekanisme ini juga yang menjelaskan kenapa hipertensi
diastolik jarang terjadi.1,6
Pada penderita hipertiroid bisa terdapat hipertensi pulmonal dan
regurgitasi katub fungsional. Beberapa kasus penderita hipertiroid menunjukkan
kelainan hipertensi pumonal yang reversibel, regurgitasi trikuspid sedang hingga
berat dan gagal jantung kanan. Pada penyakit hipertiroid “acropachy”, dapat
dijumpai clubbing ujung-ujung jari pada pemeriksaan klinis. Hal ini diakibatkan
gangguan hemodinamik pulmonal. 1
Pemeriksaan ekokardiografi prospektif dengan doppler pada 39
penderita hipertiroid dan 39 kelompok kontrol menunjukkan bahwa
abnormalitas dijumpai lebih banyak daripada yang diduga sebelumnya. Rata-
rata tekanan arteri pulmonal lebih tinggi daripada kelompok kontrol (38
berbanding 27 mmHg) dan tekanan 35 mmHg dijumpai pada 16 penderita (41%)
dibandingkan hanya 1 pada kelompok kontrol. Regurgitasi trikuspid fungsional
sedang hingga berat dijumpai pada 7 penderita berbanding 1 penderita
(kelompok kontrol). Regurgitasi mitral fungsional sedang dijumpai pada 5
penderita berbanding 1 penderita (kelompok kontrol). Hal ini bisa diakibatkan
baik oleh hipertensi pulmonal maupun fibrilasi atrial. Setelah diikuti selama 14
bulan (pada kondisi eutiroid), kelainan ini membaik pada kebanyakan kasus
namun bukan pada semua penderita.1
Hanya sedikit penderita hipertiroid yang menunjukkan gagal jantung,
biasanya dijumpai pada penderita usia tua dan yang sudah memiliki kelainan
atau penyakit dasar jantung sebelumnya. Pada kasus-kasus lain, hal ini
merupakan komplikasi dari fibrilasi atrial atau sinus takikardi yang
berkepanjangan dan membaik saat irama ventrikel menurun dan tercapainya
irama sinus normal. Gagal jantung yang tidak disertai kelainan dasar jantung
atau aritmia sebelumnya, diduga akibat kardiomiopati yang terkait irama
jantung, dimana gejala ini berkurang dengan pemberian terapi hipertiroid.
Hipertensi pulmonal dapat juga menunjukkan gejala gagal jantung kanan. 1,6
Pada hipertiroid sering terjadi fibrilasi atrial. Gangguan irama pada
penderita hipertiroid berupa sinus takikardi. Manifestasi klinisnya sering
tersamar dengan adanya fibrilasi atrial akibat tirotoksikosis. Prevalensi fibrilasi
atrial dan takikardi supra ventrikel pada hipertiroid berkisar 2-20%. Angka
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
4
kejadian fibrilasi atrial pada penderita eutiroid sebesar 2,3%, sedangkan pada
penderita hipertiroid sebesar 13,8%. Pada sebuah penelitian yang dilakukan
pada lebih dari 13.000 penderita hipertiroid, prevalensi fibrilasi atrial kurang
dari 2% karena diagnosis dini dan penatalaksaan yang tepat pada penderita
hipertiroid. Pada sebuah analisis distribusi usia penderita hipertiroid tampak
adanya peningkatan yang bertahap terjadinya fibrilasi atrial pada penderita
hipertiroid dengan puncak usia lebih dari 70 tahun (15%). Kurang dari 1%
penderita yang mengalami fibrilasi atrial, terjadi akibat hipertiroid. Fungsi tiroid
yang abnormal dimana kadar TSH serum yang rendah, jarang dijumpai pada
penderita dengan onset fibrilasi atrial yang baru. Tes TSH dapat digunakan pada
penderita fibrilasi atrial atau aritmia supra ventrikel lainnya yang belum
diketahui penyebabnya.1,6,7
Hipertiroid berpengaruh terhadap fungsi ventrikel. Penderita hipertiroid
menunjukkan hipertrofi jantung. Pada hewan coba yang mengalami hipertiroid
dalam 1 minggu pemberian T4 pada jantung terjadi peningkatan ukuran
ventrikel kiri sebesar 135% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Karena
hormon tiroid meningkatkan sintesis protein jantung maka hal ini yang diduga
sebagai penyebab hipertrofi jantung pada penderita hipertiroid. Untuk
membuktikan hipotesis ini, Klein memberikan propanolol dan T4 pada hewan
coba. Pemberian tambahan terapi propanolol dapat mencegah baik peningkatan
denyut jantung maupun respon hipertrofi. Klein dan Hong mengamati bahwa
pada tikus yang ditransplantasi jantung tidak terjadi hipertrofi jantung jika tidak
diberi beban hemodinamik. Hormon tiroid ternyata tidak memiliki efek
langsung terhadap sintesis protein kontraktil otot jantung. Mereka
menyimpulkan bahwa peningkatan kerja jantung yang mengakibatkan terjadinya
hipertrofi jantung.3,8,9
Fosfar menyatakan bahwa hipertiroid disertai dengan kardiomiopati yang
bersifat reversibel. Juga dinyatakan efek latihan dan pemberian ß bloker pada
fungsi ventrikel kiri baik pada hipertiroid maupun eutiroid. Penderita hipertiroid
menunjukkan peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada saat istirahat namun
menurun pada saat latihan. Sebaliknya penderita eutiroid menunjukkan
peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada saat latihan. Pemberian terapi
propanolol sebelumnya menyebabkan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri baik
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
5
pada hipertiroid maupun eutiroid saat istirahat. Propanolol tidak memiliki efek
menurunkan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada penderita hipertiroid saat latihan
namun dapat menurunkan secara bermakna pada penderita eutiroid.
Kesimpulannya fungsi ventrikel kiri yang abnormal saat latihan terjadi akibat
kardiomiopati fungsional yang reversible. Kardiomiopati ini terjadi akibat efek
langsung hormon tiroid yang berlebihan, aktivasi ß adrenoseptor yang tidak
terikat. Namun penderita tirotoksikosis juga dapat menunjukkan gejala gagal
jantung “high output” akibat penyakit lain selain kardiomiopati dilatatif.3
KELAINAN RADIOLOGIS
Pada penderita hipertiroid tidak terdapat kelainan radiologis yang khas.
Ventrikel kiri, aorta dan arteri pulmonalis biasanya tidak ada perubahan. Bisa
tampak adanya pembesaran jantung dan gambaran gagal jantung kongestif yang
menyebabkan pembesaran jantung ke kanan dan ke kiri. Pada paru bisa dijumpai
adanya bendungan paru. 2
KELAINAN ELEKTROKARDIOGRAFI
Tidak terdapat kelainan EKG yang khas pada hipertroid maupun
penyakit jantung hipertiroid namun takikardi merupakan kelainan yang hampir
selalu dijumpai. Fibrilasi atrial dijumpai pada 10-20% penderita tirotoksikosis
atau 90% dari seluruh jenis aritmia pada penyakit jantung hipertiroid. Dapat
pula terdapat gambaran kontraksi atirum yang prematur, takikardi atrium
paroksismal, flutter, sindroma WPW, pemanjangan interval PR, elevasi segmen
ST dan pemendekan interval QT. 3
PENATALAKSANAAN
Golongan ß bloker telah digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial pada
keadaan hipertiroid untuk mengontrol respon ventrikel. Propanolol dosis 120-
160 mg/hari atau atenolol dosis 50 mg/hari dapat meringankan gejala palpitasi
dan menurunkan denyut jantung pada penderita yang mengalami sinus takikardi.
Propanolol mempunyai kelebihan yaitu dapat mengurangi konversi T4 menjadi
T3 di jeringan perifer. ß bloker intra vena sangat penting untuk terapi penderita
yang mengalami krisis tiroid.9,10
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
6
Digitalis juga dapat digunakan untuk mengontrol respon ventrikel tetapi
karena peningkatan klirens digitalis, penurunan sensitivitas obat karena
tingginya kadar NaK ATPase sel serta penurunan tonus saraf parasimpatis
sehingga perlu dosis yang tinggi pada penderita hipertiroid. 9,10
Calsium Channel Blocker non dihydropiridine (CCB) oral seperti
diltiazem atau verapamil dapat digunakan untuk mengontrol respon ventrikel.
CCB intravena harus dihindari karena menyebabkan penurunan SVR dan
hipotensi. Jika keadaan eutiroid telah terapai, penderita dapat kembali ke irama
sinus tergantung pada umur penderita, durasi fibrilasi atrial, ukuran atrium kiri
dan adanya penyakit jantung lainnya. Pada 2/3 penderita yang mengalami
fibrilasi atrial akan kembali ke irama sinus setelah keadaan eutiroid telah
tercapai. 9,10
Penggunaan antikoagulan pada penderita hipertiroid disertai dengan
fibrilasi atrial masih kontroversial. Pada tahun 2004, konferensi ACCP VII (7 th
American College of Chest Physicians) yang membahas mengenai terapi anti
trombotik dan trombolitik. Beberapa studi menyatakan bahwa risiko terjadinya
tromboemboli dan stroke pada penderita fibrilasi atrial yang diakibatkan oleh
hipertiroid sama dengan yang diakibatkan oleh penyebab yang lain. Tetapi
adanya penyakit jantung lain dan faktor usia dapat meningkatkan risiko
tromboemboli. Oleh karena itu antikoagulan dapat ditunda pemberiannya bila
durasi fibrilasi atrial kurang dari 2-3 bulan dan tidak disertai adanya penyakit
jantung lainnya. Sehingga dicapai kesepakatan untuk memberikan terapi anti
trombotik berdasarkan adanya faktor risiko terjadinya stroke pada penderita
fibrilasi atrial. Dianjurkan terapi anti koagulan jika fibrilasi atrial tidak segera
membaik atau jika ada faktor risiko tambahan terjadinya tromboemboli seperti
gagal jantung, hipertensi dan diabetes mellitus. Dibutuhkan warfarin dengan
dosis yang lebih rendah karena hipertiroid berhubungan dengan peningkatan
klirens faktor-faktor pembekuan yang terkait dengan vitamin K. Diharapkan
akan terjadi konversi ke irama sinus bila keadaan eutiroid tercapai. Pada
penderita hipertiroid lama yang berusia tua, fibrilasi atrial terutama yang disertai
dengan penyakit jantung organik, mempunyai risiko tinggi terjadinya
tromboemboli, sehingga diindikasikan pemberian antikoagulan. Aspirin
menyebabkan ikatan T3 dan T4 dengan Thyroid Binding Globulin (TBG)
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
7
terganggu sehingga kadar hormon bebas meningkat. Efektivitas aspirin masih
bersifat kontroversial.9
Propylthiouracil (6-propyl-2-thiourasil) dan Methimazole (1-methyl-
mercaptoimidazole) adalah obat antitiroid yang telah dikenal luas dan telah
banyak digunakan. Methimazol bekerja dengan menghambat sintesis hormon
tiroid yaitu dengan mempengaruhi proses yodinasi sehingga T3 dan T4
menurun. Sedang propylthiouracil (PTU) bekerja dengan menghambat konversi
T4 menjadi T3 didalam kelenjar tiroid dan jaringan perifer. Methimazol
digunakan mulai dengan dosis 15-30 mg sehari, sedang PTU dimulai dengan
dosis 300mg sehari terbagi menjadi 3 dosis. 10
Jika terapi antitiroid dimulai maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi
tiroid setiap 4-6 minggu sampai fungsi tiroid stabil atau mencapai keadaan
eutiroid. Biasanya setelah 4-12 minggu fungsi tiroid mencapai harga normal dan
dosis obat dapat diturunkan untuk mempertahankan fungsi tiroid dalam batas
normal. 1,10
Efek samping obat anti tiroid adalah lekopeni, netropeni, trombositopeni,
reaksi kutaneus, atralgia dan keluhan gastrointestinal. Efek samping yang paling
menakutkan adalah agranulositosis. Aganulositosis dengan granulosit kurang
dari 500 mm3 didapat pada 0,37% penderita dengan terapi PTU dan 0,35%
penderita dengan methimazol. Kejadian agranulositosis sering terjadi 3 bulan
pertama pemakaian obat antitiroid. 10
PROGNOSIS
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin adalah penting untuk
mencegah terjadinya penyulit pada jantung pada penderita hipertiroid. Osman
(2007) melaporkan angka kematian sebesar 6,6% dalam jangka waktu 5-6 tahun
setelah pengobatan hipertiroid. Penyebab kematian utama adalah gagal jantung
dan iskemia jantung. 12
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
8
RINGKASAN
Hipertiroid merupakan keadaan klinis akibat produksi T4, T3 atau
keduanya. Hipertiroid relatif lebh sering mengenai 4-8 kali pada wanita
dibanding pria, dengan insiden terbanyak pada dekade ke tiga atau ke empat.
Manifestasi klinis kardiovaskuler hipertiroid adalah palpitasi, biasanya
merupakan salah satu keluhan awal penderita untuk pergi berobat ke dokter. Di
samping itu dapat berupa hipertensi sistolik, kelelahan atau dengan dasar
penyakit jantung yang sudah ada, angina atau gagal jantung. Sinus takikardi
dijumpai pada 40% penderita dan 15% penderita dengan fibrilasi atrial pada
penderita hipertiroid. Dapat dijumpai gambaran hiperdinamik pada prekordial,
peningkatan tekanan nadi, intensitas suara jantung pertama, suara jantung ke dua
komponen pulmonal, suara jantung ke tiga meningkat. Gambaran radiologis foto
dada dan elektrokardiografi dapat terjadi perubahan walaupun tidak spesifik
pada penderita hipertiroid. Penderita hipertiroid dengan penyakit kardiovaskuler
biasanya resisten terhadap terapi. Terapi dasar efek hipertiroid berupa takikardi
adalah obat golongan penyekat β adrenergik. Diberikan bersama-sama dengan
obat-obat anti tiroid atau radioiodin sebelum operasi. Dapat pula diberikan
digitalis atau calsium channel blocker untuk mengontrol respon ventrikel.
Antikoagulan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya tromboemboli
terutama bila disertai adanya gagal jantung. 1,11
DAFTAR PUSTAKA
1. Klein I: Cardiovascular Effects of Hyperthyroidism. Available at
www.uptodate.com. last updated on September 12, 2006
2. Djokomoeljanto R: Anatomi, Faal Kelenjar Tiroid dan Hormon Tiroid,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2006:
1955-1965
3. Maitland GM, Frishman WH: Thyroid Hormone and Cardiovascular
Disease. Am Heart J 1998; 135; 187-196
4. Ross DS: Disorders That Cause Hyperthyroidsm. Available at
www.uptodate.com. last updated on May 10, 2005
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
9
5. Ross DS: Overview of the Clinical Manifestations oh Hyperthyroidism in
Adults. Available at www.uptodate.com last updated on
October 21, 2006
6. Ross DS: Diagnosis of Hyperthyroidsm. Available at
www.uptodate.com. last updated on January 13, 2004
7. Ades PA et al: Endocrine Disorder and Cardiovascular Disease.
Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine 8th
ed. 2007; pp 2038-2042
8. Fadel BM et al: Hyperthyroid Heart Disease. Clin.Cardio.2000: 23, 402-
408
9. Klemperer JD, Ojamaa K, Klein I: Thyroid Hormone Therapy in
Cardiovascular Disease. Progress in Cardiovascular Diseases 1996: Vol
XXXVIII No 4, 329-336
10. Ross DS: Beta Blockers in The Treatment of Hyperthyroidsm. Available
at www.uptodate.com last updated on April 18, 2006
11. Ngo AS: Thyrotoxic Heart Disease. Resuscitation. Elsevier. 2006; 287-
290
12. Osma F et al: Cardiovascular Manifestation of Hyperthyroidism Before
and After Antithyroid Therapy. Journal of The American College of
Cardiology Vol 49 No 1; 2007
Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Jantung dan Kedokteran VaskulerFakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU Dr.Soetomo Surabaya
10