Manajemen Logistik
Click here to load reader
description
Transcript of Manajemen Logistik
PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN ANGKATAN 51
PEMBOROSAN LISTRIK DI POLSEK TENTENA POLRES POSO
( Analisis Pemborosan Listrik di Wilayah Konflik )
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang Masalah
Berdasarkan Pokok – Pokok Instruksi Kapolri No. Pol : INS / 10 / XII / 99
tanggal 24 Desember 1999 pada poin 1 ( satu ) sampai dengan 4 ( empat ) telah di
jelaskan bahwa agar di setiap jajaran memperhatikan pembenahan dan ketertiban
pemakaian listrik dan air terhadap rumah dinas , mengikuti aturan PLN dan air PAM
dengan kordinasi dengan pihak terkait, melakukan klarifikasi rekening terhadap
anggota yang pindah kepada penghuni baru secara tertib serta bila terkena opal
menjadi tanggung jawag pribadi dan kasatker ( hukum dan finansial ). 1 Pelaksanaan
tugas pokok kepolisian dalam melindungi, mengayomi dan menegakkan hukum serta
melayani masyarakat yang dilakukan oleh setiap Satwil, berdampak pada kondisi
penggunaan sumberdaya logistik yang dilakukan oleh satwil tersebut. Hal tersebut
salah satunya dapat di lihat pada bidang penyelenggaraan logistik perihal pemakaian
listrik. Situasi konflik seakan melupakan bagaimana suatu Satker melakukan
pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan dan pengelolaan logistik yang ada.
Dan memang kalau dilihat waktu di keluarkan Pokok – Pokok Instruksi Kapolri No.
Pol : INS / 10 / XII / 99 tanggal 24 Desember 1999 tersebut seiring dengan
meningkatnya eskalasi konflik antara kelompok Muslim dan kelompok Nasrani yang
terjadi di wilayah Poso, Sulawesi Tenggara.
Sebagai sedikit gambaran sebagai ilustrasi, dalam situasi konflik telah
mengakibatkan personil organik banyak meninggalkan asrama karena adanya
ancaman dan gangguan yang di lakukan oleh kedua kelompok yang berseteru
1 Pokok – Pokok Instruksi Kapolri No. Pol : INS / 43 / VI / 2003 tanggal 24 Juni 2003
Dolly Gumara / Angkatan 51 1
tersebut, Hal ini berdampak perumahan dinas khususnya di tingkat Polsek kosong
tidak berpenghuni dan aliran listrik tanpa di sadari tetap berjalan karena tidak
dilakukan pemutusan oleh pihak PLN.
2. Maksud dan tujuan
a. Maksud
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan
terstruktur dari mata kuliah manajemen logistik dalam rangka memenuhi standart
penilaian bagi mahasiswa.
b. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
pembahasan tentang adanya pemborosan listrik yang terjadi di Polsek Tentena
Polres Poso sebagai analisis pemborosan listrik di wilayah konflik.
3. Permasalahan
a. Bagaimana pemakaian listrik di Polsek Tentena Polres Poso pada saat terjadi
konflik?
b. Bagaimana solusi penanganan terjadinya pemborosan listrik di Polsek Tentena
Polres Poso saat terjadi konflik?
4. Sistematika
a. BAB I : Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Maksud dan tujuan
3. Permasalahan
4. Sistematika
b. BAB II : Pembahasan
5. Uraian rumusan logistik Polri
6. Pengelolaan listrik di Polsek Tentena Polres Poso.
7. Solusi penanganan
c. BAB III : Penutup
8. Kesimpulan
9. Saran
BAB II
Dolly Gumara / Angkatan 51 2
PEMBAHASAN
5. Rumusan logistik Polri
Rumusan logistik Polri merupakan penyelenggaraan segala usaha kegiatan dan
pekerjaan mengenai penyediaan sarana, prasarana, pembekalan, dan pemberian jasa baik
bagi personil perorangan maupun badan badan / komando komando dan satuan satuan
dalam rangka pembinaan kekuatan, pembinaan kemanan dan ketertiban masyarakat serta
bantuan pertahanan dan keamanan. Rumusan logistik Polri mengandung unsur – unsur :
a. Penyediaan sarana, prasarana, pembekalan dan pemberian jasa
b. Bagi personil perorangan, komando/ badan/ satuan
c. Dalam rangka binkuat dan gunkuat Polri
d. Dengan menyelenggarakan segala usaha. Kegaitan dan pekerjaan.
Daur Logistik Polri tersusun sebagai berikut :
a. Penentuan Kebutuhan / Renbut :
1) Perencanaan.
Pada tahapan ini adalah menggambarkan kebijaksanaan tentang kebutuhan yang
berkaitan dengan lokasi, jenis, volume, rencana biaya, waktu, serta perkiraan tingkat
pencapaian kebutuhan.
2) Pengorganisasian.
Pada tahapan ini menggambarkan ttg pengorganisasian semua tahapan penetuan
kebutuhan yang berorientasi kepada tugas dan program penentuan kebutuhan yang
akan diadakan atau dengan kata lain menentukan siapa dan berbuat apa.
3) Pelaksanaan.
Dalam tahapan ini menggambarkan tentang pelaksanaan semua tahapan penentuan
kebutuhan dalam rangka upaya pengusahaan dan penyediaan serta pengadaan
kebutuhan sesuai dengan rencana yang dibutuhkan.
4) Pengawasan dan pengendalian.
Dalam tahapan ini menunjukkan adanya pengawasan dan pengendalian sebagai
fungsi manajemen dalam rangka menyelenggarakan usaha kegiatan dan pekerjaan
untuk menjamin tercapainya penentuan kebutuhan secra efektif dan efesien.
Dolly Gumara / Angkatan 51 3
b. Penganggaran sampai dengan tahapan pengendalian dan inventarisasi dijelaskan seperti
tersebut di atas.
1) Pengadaan
2) Penyimpanan/penggudangan dan penyaluran
3) Pemeliharaan
4) Penghapusan
5) Inventarisasi/Pengendalian.
Pejabat yang berperan untuk mengembangkan atau melaksanakan fungsi Sumber
Daya Logistik adalah Kapolri selaku pimpinan Polri memegang kewenangan tertinggi
dalam pembinaan logistik Polri. Dalam implementasinya penyelenggaraan logistik Polri
melibatkan berbagai unsur yang diatur secara hirarkhi fungsional sesuai struktur organisasi
Polri. Sesuai pentahapan dalam penyelenggaraan logistik polri maka pengaturan wewenang
dan tanggung jawab penyelenggaraannya di bedakan dalam dua hal yaitu :
- tataran wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan Pembinaan Logistik
- tataran wewenang dan tanggungjawab penyelenggaraan Dukungan Logistik
Pelaksana dari seluruh kegiatan tersebut adalah berjenjang mulai dari Mabes Polri
( Kapolri, Wakapolri, Irjen Polri, Asrena, Aslog, pelaksana bina tunggal dan badan-
badan penyelenggara fungsi tehnis logistik terbatas ), Kakotama Pimstaf ( Wakapolri,
Waasrena, para Waas Staf umum Kapolri), Kotama Fungsi ( Lemdiklat ), Kotama
pembinaan ( Kakorserse dan Dan Korbrimob ), Kotama Bin dan Ops ( Kapolda, Asrena,
Wakapolda, Kapolwil, para Direktur, Ka Biro Logistik) sampai satker-satker.
Pengorganisasian fungsi logistik dari segi prosedur merupakan penyerahan dan
pelimpahan kewenangan ke otorisasian, keordonaturan, kebendaharaan materil, penunjukan
pembinaan tunggal penuh, tehnis dan administratif. Dengan adanya perubahan –
perubahan dalam organisasi Polri saat ini, maka terjadi pula perubahan dalam struktur
organisasinya, hingga saat ini struktur organisasi Polri merupakan gabungan dari Staf
umum dan Direktorat sehingga ada Biro Logistik. Sehingga yang terjadi di lapangan saat
ini Siapa pembina logistik dan siapa pembina materil menjadi tidak jelas terlebih karena P5
dijatuhkan ke satker-satker fungsi tehnis yang bertindak selaku pembina tunggal penuh,
tehnis dan administratif. Sasaran dukungan logistik yaitu menyelenggarakan segala usaha,
kegiatan dan pekerjaan mengenai perbekalan dan materiil penyediaan fasilitas dan pelayan
Dolly Gumara / Angkatan 51 4
jasa baik bagi personel perorangan maupun badan2 atau lembaga dalam rangka pembinaan
kekuatan.2
6. Pemakaian listrik di Polsek Tentena Polres Poso.
Sebelum penulis menjadi mahasiswa PTIK, penulis bertugas di Polda Sulawesi
Tengah dan pernah menjabat sebagai Kapolsek Tentena Polres Poso pada Bulan Juli 2002
s.d. Agustus 2003. Dimana pada saat itu konflik horizontal antara kelompok muslim dan
kelompk Nasrani sedang dalam tahap genting ( kontijensi ). Situasi dan kondisi saat itu
tidak berbeda jauh dengan beberapa daerah lain yang bertetangga dengan Polres Poso.
Salah satu pengalaman selama bertugas di Sulawesi Tengah yaitu menyangkut masalah
rumah dinas yang tidak begitu sulit atau tidak mengalami hambatan di dalam
memperolehnya. Yang menarik disini adalah pada saat menempati rumah dinas penulis
menempati asrama yang berada di samping Mapolsek Tentena yang merupakan rumah
jabatan Kapolsek.. Sedangkan rumah dinas milik anggota Polsek yang pada saat itu ada 15
unit berada di belakang Mapolsek Tentena. Karena situasi dan kondisi yang tidak menentu
pada saat itu, ada sekitar 9 ( sembilan ) unit rumah dinas yang kosong tanpa penghuni
yang diketahui bahwa aliran listrik tidak di putus oleh PLN. Ada beberapa hal yang
menjadi alasan mengapa aliran listrik tersebut tidak diputus yaitu :
1) Sebagai penerangan komplek asrama.
2) Masih berharap konflik segera berakhir dan asrama segera ditempati kembali.
3) Sebagai penanggung jawab biaya bukan dari pihak Polsek melainkan pihak Polda
Sulawesi Tengah yang mana setelah dilakukan pengecekan kepada pihak PLN
tingkat kecamatan biaya tersebut belum di bayar dan masih meninggalkan hutang.
Tanpa disadari hal demikian merupakan bentuk pemborosan yang dilakukan oleh
pihak Polda Sulawesi Tengah dalam bentuk hutang kepada PLN dan sampai penulis
membuat makalah ini tidak diketahui apakah tanggungan tersebut sudah di selesaikan apa
belum. Melihat data pada Pagu dan Realisasi Pembayaran Listrik PLN dapat diperoleh
keterangan bahwa tunggakan listrik pada tahun 2002-2003 masih terdapat di beberapa
satwil / satker3 ,sehingga tidak menutup kemungkinan tunggakan listrik yang terjadi di
Polda Sulawesi Tengah merupakan salah satu diantaranya.
2 Modul Resume Manajemen Logistik Mahasiswa PTIK angkatan 51 3 Ruskandar, Endang Drs. KBP ( Purn ), Logistik polri dalam praktek untuk mahasiswa PTIK
Dolly Gumara / Angkatan 51 5
Berdasarkan Juklak Kapolri No. Pol : JUKLAK / 16 / VI / 1992 tanggal 30 Juni
1997 tentang listrik PLN dijelaskan bahwa penghuni rumah dinas anggota wajib membayar
tagihan biaya listrik .4 Hal ini tidak terjadi pada asrama Polsek Tentena karena tidak ada
penghuninya. Selain itu guna menambah keamanan di seputar mako telah di pasang lampu
dengan kapasitas yang tinggi agar dapat mengawasi sekeliling mako terhadap setiap hal
yang mencurigakan pada malam hari karena pada saat itu sering terjadi penyerangan mako
oleh salah satu kelompok yang bertikai.
Pemakaian dan pengelolaan listrik di Polsek Tentena pada saat itu memang terkesan
tidak teratur, hal ini pernah dilakukan koordinasi dengan pihak PLN namun dari pihak PLN
memaklumi kondisi yang ada dan berharap dari pihak Polda Sulawesi Tengah dapat segera
membayar tagihan listrik. Pada saat sebelum konflik tanggungan biaya listrik dibebankan
kepada penghuni dan sudah berjalan dengan baik namun sejak bergejolak beban biaya
diambil alih oleh pihak Polda setelah berkoordinasi dengan pihak PLN Palu. Namun
demikian bahwa pengelolaan manajemen logistik dalam hal pemakaian listrik di Polsek
Tentena merupakan bagian terkecil dari aplikasi rumusan logistik Polri di atas.
7. Solusi penanganan
Sebelum memasuki solusi didalam penanganan masalah beban listrik kita dapat
melihat rumusan logistik Polri yaitu Menyelenggarakan segala usaha kegiatan dan
pekerjaan mengenai penyediaan sarana, prasarana, pembekalan, dan pemberian jasa baik
bagi personil perorangan maupun badan badan atau komando komando dan satuan-satuan
dalam rangka pembinaan kekuatan, pembinaan kemanan dan ketertiban masyarakat serta
bantuan pertahanan dan keamanan.
Dari rumusan logistik Polri tersebut untuk dapat mewujudkan pola pengelolaan
logistik Polri perihal penggunaan listrik yang tidak mengalami pemborosan maka di
perlukan adanya pengontrolan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang, oleh karena
itu oleh HENRY FAYOL didalam teorinya dijelaskan yaitu:
Yang sangat perlu diperhatikan adalah fungsi kontrol. Untuk melaksanakan fungsi kontrol
diperlukan fungsi administratif aparatur (pelembagaan). Pelembagaan merupakan suatu
mekanisme pencatatan (the system of recording). Dan yang direcord adalah semua data
(aspek opsnal, organisassi, SDM, Logistik, Keuangan,). Untuk siapa data tersebut ?, data
4 Ibid
Dolly Gumara / Angkatan 51 6
diperlukan untuk para pemakai info dalam rangka menyusun kebijakan atau mengambil
keputusan.
Pengelompokan berdasarkan apa saja salah satunya adalah 3 kelompok pemakai:
a. Kelompok pemakai info untuk keperluan manajerial atau managerial information users
group
b. Kelompok yang sesekali memerperlukan.
c. Kelompok pemakai info untuk tugas - tugas khusus. Yang penanganannya berbeda
dari .tugas-tugas rutin.
Maka setiap pelaksanaan tugas selesai, seharusnya para pimpinan yang terlibat
adakan pertemuan untuk mengkaji dan tentukan bahwa pelaksanana operasional yang
dilakukan tersebut dijadikan model standar berikutnya. Kalau sudah disahkan sebagai
standar operasional, maka harus disimpan didalam laboratorium standar operasional.
Dari keterangan Fayol diatas bila kita dikaitkan dengan pemakaian listrik pada
rumah dinas harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada yaitu adanya kebijakan
terhadap rumah dinas yang tidak berpenghuni yang terjadi di daerah konflik dan
diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat menghindari pemborosan pembayaran beban
pemakaian listrik. Kebijakan ini antara lain seperti :
a. Melakukan pendataan terhadap rumah dinas yang tidak berpenghuni.
b. Segera dilakukan pemutusan aliran listrik terhadap rumdin yang kosong.
c. Memasang lampu yang berkekuatan sewajarnya.
d. Memberikan instruksi untuk pemakaian listrik seperlunya.
Kebijakan ini diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga fungsi kontrol yang
dilakukan oleh Kapolres dapat dilakukan dengan baik, dimana peran dan fungsi kapolres
dalam hal pembinaan semua sumber daya yang ada di tubuh organisasinya salah satunya
adalah pembinaan di bidang manajemen dimana perannya yaitu bila kita lihat kapolres
sebagai pengelola harta polri disitu sudah sangat ditegaskan mengenai penertiban
pemakaian sarana dan prasarana dinas ( listrik ) dengan memperhatikan aturan yang sesuai
dengan protap dan prosedural yang diatur didalam juklak dan petunjuk Kapolri.
Dolly Gumara / Angkatan 51 7
BAB III
P E N U T U P
8. Kesimpulan
Dampak konflik horizontal yang terjadi di wilayah Poso dan sekitarnya tidak
hanya terjadi pada kehidupan sosial masyarakat Poso, namun juga berdampak pada kondisi
intern Polri dalam hal ini adalah Polres Poso sampai dengan di tingkat Polseknya. Hal
tersebut salah satunya dapat di lihat pada bidang penyelenggaraan logistik perihal
pemakaian listrik. Tanpa di sadari adanya tunggakan beban listrik kepada PLN yang belum
dibayarkan merupakan salah satu bentuk pemborosan yang terjadi di tubuh Polri , dalam
hal ini disebabkan karena adanya pemakaian listrik yang tidak sesuai dengan pemakaian
semestinya, yang permasalahan ini muncul di setiap perumahan dinans yang tidak ada
penghuninya terutama di perumahan dinas Polsek Tentena Polres Poso.
Kondisi ini dapat di atasi dengan cara pengambilan keputusan atau perumusan
kebijaksanaan dalam hal penanganan masalah rumah dinas yang tidak ada penghuninya
akibat konflik yang terjadi yang harus dilakukan oleh pimpinan satker yaitu :
a. Melakukan pendataan terhadap rumah dinas yang tidak berpenghuni.
b. Segera dilakukan pemutusan aliran listrik terhadap rumdin yang kosong.
c. Memasang lampu yang berkekuatan sewajarnya.
d. Memberikan instruksi untuk pemakaian listrik seperlunya.
Yang diharapkan dengan mengambil langkah – langkah demikian dapat lebih
meningkatkan efisiensi pemakaian listrik pada setiap perumahan dinas terutama perumahan
dinas yang tidak ada penghuninya sehingga tidak terjadi suatu pemborosan.
9. S a r a n
Dengan berbagai uraian penggunaan listrik di wilayah konflik seperti Polsek
Tentena Polres Poso di atas dapat kiranya penulis mengajukan beberapa saran kepada
pimpinan Polri, antara lain :
a. Deputi Logistik Mabes Polri agar dapat kiranya membuat juklak ataupun juknis
mengenai penggunaan listrik di daerah konflik untuk menghindari pemborosan listrik
yang digunakan oleh Satwil (Polres atau Polsek)
Dolly Gumara / Angkatan 51 8
b. Meminta bantuan kepada PLN yang ada di wilayah konflik untuk memutus aliran listrik
yang ada di perumahan dinas yang ditinggal oleh penghuninya namun apabila hal
tersebut tidak dapat dilakukan yaitu mengurangi pasokan listrik pada satker tersebut
minimal untuk penerangan mako
c. Pihak Polda dapat kiranya untuk membayar tagihan listrik yang sudah ada sebelumnya
dengan cara mencicil kepada pihak PLN sehingga hutang yang ada tidak terus
membengkak dari tahun ke tahun
d. Apabila situasi konflik sudah mereda ada baiknya Polda meminta PLN untuk membuka
jaringan listriknya kepada Satker yang sebelumnya sudah dilakukan pemutusan.
e. Untuk melakukan penghematan listrik ada baiknya Polda menyediakan ketersediaan
Generator Listrik kepada Polres / Polsek yang ada di wilayah konflik sehingga
pemakaiannya lebih efisien.
Demikian Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Manajemen Logistik, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna maka penulis
meminta koreksi, saran dan kritik yang membangun dari para dosen dan pembaca demi lebih
baiknya makalah ini dikemudian hari
Dolly Gumara / Angkatan 51
Jakarta, Agustus 2008PENULIS
DOLLY GUMARANO. MHSW 6496
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Pokok – Pokok Instruksi Pokok – Pokok Instruksi Kapolri No. Pol : INS / 43 / VI / 2003
tanggal 24 Juni 2003
2. Modul Resume Manajemen Logistik Mahasiswa PTIK angkatan 51
3. Ruskandar, Endang Drs. KBP ( Purn ), Logistik polri dalam praktek untuk mahasiswa
PTIK.
Dolly Gumara / Angkatan 51 10