manajemen laktasi

26
TINJAUAN PUSTAKA FISIOLOGI LAKTASI Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam. Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen. Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone. (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Pada seorang wanita menyusui ( laktasi )

description

mnjbhbvgn

Transcript of manajemen laktasi

TINJAUAN PUSTAKAFISIOLOGI LAKTASI

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam. Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen. Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone. (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Pada seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan bahwa seperti halnya pada semua fungsi reproduksi, di perlukan trial runs ( latihan) sebelum mencapai kemampuan yang optimal. Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuanya lebih baik dari pada yang tua.

A. PENGERTIAN LAKTASI Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800 ml/hari. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja melalui dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI adalah suatu emulsi lemak dalamlarutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Perawatan payudara dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang peran penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik dan puting tidak akn lecet sewaktu dihisap bayi.B. HORMON YANG MEMPENGARUHI LAKTASI Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai berikut : Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara: 1. Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran. 2. Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing hormone (LH) 3. Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peran penting untuk memproduksi ASI, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada ahir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin. Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari. 4. Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex. 5. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

C. SIKLUS LAKTASI 1. Laktogenesis stadium 1 ( kehamilan ) : penambahan dan pembesaran lobulus alveolus. 2. Laktogenesis stadium 2 ( ahir kehamilan 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI 3. Laktogenesis stadium 3 ( galaktopoeisis ) : mulai 40 hari setelah berhenti menyusui.

D. PROSES PEMBENTUKAN LAKTOGENESIS Laktogenesis I :Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti. Laktogenesis II:Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan . Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya. Laktogeneses III :Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. E. REFLEK LAKTASI Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan reflek saliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi. 1. Refleks prolaktin 2. Refleks saliran (let down reflek)

Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi

Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap puting susu diantaranya: 1. REFLEKS PROLAKTIN

Refleks prolaktin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpusluteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolactin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2. REFLEKS ALIRAN (ALIRAN (LET DOWN REFLEK) Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk kemulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas. Refleks Oksitosin

Refleks oksitosin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandulapituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-selmiopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi 1. Refleks menangkap (rooting refleks) 2. Refleks menghisap (Sucking Refleks) 3. Refleks menelan (Swallowing Refleks)

1. RefleksMenangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu. 2. RefleksMenghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. 3. RefleksMenelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

F. PROSES PRODUKSI AIR SUSU 1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke hipotalamus. 2. Ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas rem proklaktin. 3. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. 1. Frekuensi Penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. 2. Berat Lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14hari pertama setelah lahir.Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. 3. Umur Kehamilan saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. 4. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI. 5. Konsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok. 6. Konsumsi Alkohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 1989). 7. Pil Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989). H. KEUNGGULAN DAN MANFAAT ASI

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 6 bulan pertama kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah : 1. ASI praktis, ekonomis,dan hygienis. 2. Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. 3. Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu. 4. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran. 5. Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan. 6. Mengandung imunoglobulin. 7. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah. a) Manfaat Asi Untuk Bayi 1. Nutrisi yang sesuai untuk bayi 2. Mengandung zat protektif 3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan 4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik 5. Mengurangi kejadian karies dentis 6. Mengurangi kejadian maloklusi

b) Manfaat Asi Untuk Ibu 1. Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.Oksitosin membantu involusi dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan 2. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan,sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. 3. Aspek psikologi

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. Manfaat Asi Untuk Keluarga 1. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu beli,sehingga dana yang seharusnya digunakanunuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. 2. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah,karena kelahiran lebih jarang,sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis,karena dapat diberikan dimana saja.keluarga tidak erlu repo menyiapkan air masak,botol dan dot yang harus selalu di bersihkan. c) Manfaat Asi Untuk Negara 1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI mnjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian menurun.

2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang,karena rawat gabung akan meperpendek lama rawat inap ibu dan bayi,serta mengurangi biaya yang di perlukan untuk perawatan anak sakit 3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

Jika semua ibu menyusui,maka pengeluaran devisa yang seharusnya di pergunakan untuk membeli susu formula dapat di tabung sebagai kekayaan nasional. 4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kulitas generasi penerus bangsa akan terjamin. d) Kerugian Air Susu Buatan/Formula

Air susu buatan/formula mempunyai beberapa kerugian yaitu: 1. pengenceran yang salah

Pengenceran yang salah dapat diartikan 2 hal yaitu melarutkan susu formula lebih encer dari seharus nya atau lebih pekat dari seharus nya.keduanya akan menimbulkan masalah pada bayi dan anak.penyebabnya adalah anturan yang tertera pada label kaleng susu formula tidak dapat di mengerti oleh ibu-ibu. 2. kontaminasi mikroorganisme

Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen. 3. Menyebabkan alergi

Kejadian alergi susu sapi bukannya tidak jarang, prevalensinya dilaporkan antara 0,5 -1 %. Tetapi tidak banyak petugas kesehatan yang menyadari. 4. Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis

Ada dugaan bahwa diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada anak yang minum susu sapi.Diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi pada diare akut menyebabkan terjadinya akut menyebabkan terjadinya diare kronis melalui mekanisme peningkatan absorsi antigen melalui mukosa yang rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi dan dan terjadi enteropati yang akhirnya akan memperberat kerusakan mukosa. 5. Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah

Saat ini banyak susu formula yang beredar dipasaran.Ada diantaranya yang digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu. 6. Tidak Mempunyai manfaat ASI

Dari uraian manfaat ASI di atas dapatlah dikatakan bahwa kekurangan lain dari susu formula adalah, bahwa susu formula tidak mempunyai manfaat seperti halnya ASI. Jadi air susu buatan / formula : 1. Nutriennya tidak sesempurna ASI 2. Tidak mengandungzat protektif 3. Mudah menimbulkan alergi 4. Lebih mudah menimbulkan karies dentis 5. Lebih mudah menimbulkan maloklusi 6. Kurang menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan 7. Tidak merangsang involusi rahim 8. Tidak berefek men4jarangkan kehamilan 9. Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae 10. Tidak praktis 11. Tidak ekonomis 12. Bagi negara menambahkan beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak.

I. PERSIAPAN LAKTASI SEJAK DINI

Persiapan menyusui perlu dilakukan seawal mungkin pada setiap wanita hamil dan para ibu hendaknya mengetahui upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI/ menyusui. Klinik Antenatal Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal bagi ibu hamil adalah : 1. Gizi ibu hamil

Dari konsumsi zat gizi yang masuk kedalam tubuh serta cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk aktivitas dan metabolisme tubuh ibu, dan proses pembentukan ASI, nilai kalori serta zat gizi dari ASI itu sendiri. 2. Perilaku ibu hamil. a. Kecukupan istirahat

Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari, kegiatan dan gerakannya sehari hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi pada dirinya. Diantara waktu tersebut harus adawaktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot-otot. b. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda.

Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain.minuman kopi dan minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi. 3. Obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi. 4. keluhan lain

Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi /mulut, infeksi lainya. 5. Hygiene personal dan lingkungan.

Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman perlu mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan .pilihlah pakaian yang longgar ,ringan dan mudah menyerap keringat. 6. Pendukung

Sebaiknya selama 3 bulan terakhir kehamilan, seorang ibu telah menentukan dokter yang akan mengawasinya persalinan anaknya. Kerjasama antara tenaga penolong persalinan dan dokter anak juga harus di bina.

J. PERAWATAN PAYUDARA Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara tetap baik setelah menyusui. Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar. kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol. Perawatan Payudara antara lain : 1. Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara. 2. Latihan otot-otot yang menopang payudara. 3. Hygiene payudara

Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan ,khususnya daerah papila dan aerola pada saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni.untuk menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery.Areola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.

K. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut : 1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui

Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi. 2. Hygiene personal ibu menyusui

Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara. 3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi

Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (on demand), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. 4. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini berguna untuk mencegah lecet. 5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah. Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari. Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini. Apabila bayi telah menyusu dengan benar ,maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1. Bayi tampak tenang Badan. 2. Bayi menempel pada perut ibu. 3. Mulut bayi terbuka lebar. 4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu. 5. Sebagian areaola masuk kedalam mulut bayi,areola bawah lebih banyak masuk. 6. Bayi nampak menghisap dengan ritmen perlahan-lahan. 7. Puting susu tidak terasa nyeri. 8. Telinga dan lengan bayi terletak pada stu garis lurus. 9. Kepala bayi agak menengandah.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Manajemen Laktasi. Jakarta

Rochmawati, lusa. 2009. Fisiologi Laktasi. 2 Maret 2013. www. Lusa.web.id.

Marimbi, Hanum. 2011. Biologo Reproduksi. Nuha MedikaMarmi, S.ST.2011.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Pustaka Pelajar.Bote, 2009. ASI dan Laktasi . 2 Maret 2013. Betofilia.com.