Referat Manajemen Laktasi

36
REFERAT MANAJEMEN LAKTASI Nama : Aulia Salmah Tandayu No. Stambuk : N 111 14 024 Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

description

Referat Manajemen Laktasi

Transcript of Referat Manajemen Laktasi

REFERAT

MANAJEMEN LAKTASI

Nama : Aulia Salmah TandayuNo. Stambuk : N 111 14 024Pembimbing: dr. Suldiah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKORUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATAPALU FEBRUARI 2015BAB IPENDAHULUAN

Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.1 Pada tahun pertama kehidupan bayi, nutrisi sangat penting.2 ASI merupakan makanan bergizi yang paling lengkap, aman, dan higienis.3 Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besarditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung dalam ASI tersebut.1,3 Bagi bayi, ASI merupakan makanan yang utama dan paling sempurna karena ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang secara optimal. ASI tidak hanya mengandung cukup zat gizi, tapi juga mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi.4 Selain itu, ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan anak yang bersifat menambah kepribadian anak dikemudian hari.3 Tidak perlu diragukan lagi bahwa AirSusu Ibu (ASI) sebagai makanan bayi yang paling baik.5Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam satu jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002.4 Cakupan ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Hal ini sangat disayangkan, mengingat betapa pentingnya ASI dan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.4Keberhasilan menyusui bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi merupakan keterampilan yang perlu diajarkan. Agar ibu berhasil menyusui,perlu manajemen yang baik saat antenatal, intranatal, dan postnatal.6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ASI1) FisiologiAir susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada fase sekresi, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen alveoli.7 Pada fase ini hormon prolaktin yang memegang peranan untuk meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat sampai konsentrasi yang sangat tinggi, yaitu sekitar sepuluh kali konsentrasi normal dalam keadaan tidak hamil. Plasenta juga mensekresi sejumlah besar somatomamotropin korion manusia yang mempunyai sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu. Karena efek supresi dari estrogen dan progesteron hanya beberapa milliliter, cairan disekresikan setiap hari sampai bayi dilahirkan. Cairan ini disebut kolostrum, dimana kolostrum mengandung protein dan laktosa dalam konsentrasi yang sama seperti air susu tapi hampir tidak mengandung lemak.8Pada fase pengaliran, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke puting susu, setelah sebelumnya terkumpul dalam sinus. Ada dua macam refleks saat laktasi, yaitu the milk production reflex dan the let down reflex.7 Saat bayi mengisap puting susu, impuls sensorik di transmisikan melalui saraf somatik dari puting ke medulla spinalis lalu ke hipotalamus, sehingga memicu sekresi oksitosin pada saat bersamaan mensekresi prolaktin. Dalam darah, oksitosin dibawa ke kelenjar payudara dan oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi, sehingga mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus. Jadi, dalam waktu 30 detik sampai satu menit setelah bayi menghisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu atau pengeluaran (let-down) air susu.8

2) KandunganASI memiliki komposisi yang sangat lengkap, dimana memiliki kandungan air, energi dan nutrisi dalam jumlah yang sangat tepat bila dihadapkan pada kebutuhan seorang bayi.9 Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada hari pertama sampai 4-7 hari, dilanjutkan dengan ASI peralihan 3-4 minggu, selanjutnya ASI matur. ASI yang keluar pada permulaan menyusu (foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan (hindmilk = susu akhir).10 Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa yang bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi. Manfaat ini berupa pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus besar sehingga penyerapan kalsium meningkat dan penyerapan fenol dapat dikurangi. ASI berisi laktosa 7 g atau berisi sekitar 6,5-7%.2,7,11Lemak pada ASI banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang biasanya dalam bentuk asam linoleat. Kandungan lemak dalam ASI adalah 3,7 g. Pada ASI bervariasi sesuai dengan diet ibu. Selama satu kali menyusui, kadarnya lebih tinggi pada bagian akhir pemberian minum, yang dapat membantu mengenyangkan bayi pada akhir menyusui.2,11Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut sehingga sesuai untuk ginjal bayi yang belum matang.12 Protein utamanya lactalbumin yang mudah dicerna. ASI merupkan sumber laktoferin, protein whey yang mengikat besi, yang mempunyai pengaruh menghambat pertumbuhan Escherichia coli dalam usus.11 ASI memberikan vitamin yang cukup bagi bayi dengan kadar yang bervariasi sesuai dengan diet maternal. Pemaparan sinar matahari selama 30 menit setiap minggu ke kepala dan tangan menghasilkan vitamin D yang cukup. Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait jika terdapat kadar seng dan tembaga yang sesuai dan pH di dalam usus tepat. Zat besi diabsorbsi dengan sangat efisien dan tidak tersedia zat besi bebas untuk memberi makan pathogen seperti E.coli.123) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASIProduksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :3a. Frekuensi MenyusuiPenelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa frekuensi menyusui berhubungan dengan produksi ASI. Berdasarkan hal ini direkomendasikan menyusui paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. b. Berat LahirBayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).c. Umur Kehamilan saat MelahirkanUmur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi asupan ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.d. Stres dan Penyakit AkutIbu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. e. Konsumsi RokokMerokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.f. Konsumsi AlkoholKontraksi rahim saat menyusui merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal.g. Pil KontrasepsiPenggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI.

4) Manfaat ASIASI sangat bermanfaat karena mempunyai sifat sebagai berikut :13a. Makanan alami (natural), ideal, dan fisiologisb. Mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat, yaitu pada bulan-bulan pertama berat badan dapat meningkat dengan kira-kira 30%.c. Nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan bebas dari basil patogen.d. Mengandung zat anti dan zat kekebalan lain yang dapat mencegah berbagai penyakit infeksi terutama pada usus.Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan meningkat apabila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan MP-ASI setelah berusia 6 bulan.

B. Manajemen Laktasi1) DefinisiManajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal).6

2) Periode Manajemen Laktasia. Masa AntenatalSelama masa antenatal, ibu dipersiapkan secara fisik dan psikologis. Untuk persiapan fisik, ibu perlu diberi penyuluhan tentang kesehatan dan gizi ibu selama hamil. Untuk persiapan psikologis, ibu diberi penyuluhan agar termotivasi untuk memberikan ASI. Adapun penyuluhan yang dianjurkan menurut Kosim, dkk., adalah: 61) Penyuluhan mengenai fisiologi laktasi2) Penyuluhan mengenai pemberian ASI secara eksklusif3) Penyuluhan tentang perlunya inisiasi menyusui dini4) Penyuluhan ibu mengenai manfaat ASI dan kerugian susu formula5) Penyuluhan ibu mengenai manfaat rawat gabung6) Penyuluhan ibu mengenai gizi ibu hamil dan menyusui7) Bimbingan ibu mengenai cara memposisikan dan melekatkan bayi pada payudara dengan cara demonstrasi menggunakan boneka8) Menjelaskan mitos seputar menyusui

b. Masa persalinanPada masa persalinan, yang pertama perlu dilakukan adalah berusaha menolong persalinan tanpa trauma lahir. Setelah itu, segera setelah bayi stabil (dalam waktu < 30 menit) lakukan inisiasi menyusui dini, yaitu bayi diletakkan dalam keadaan telanjang di atas perut ibu atau di atas dada untuk mencari puting susu dan menghisapnya (diperlukan waktu 45-75 menit).6Inisiasi menyusui dini dapat mencegah kematian neonatal melalui 4 cara berikut : 61) Penghisapan oleh bayi segera setelah lahir dapat membantu mempercapat pengeluaran ASI dan memastikan kelangsungan pengeluaran ASI.2) Menyusu sedini mungkin dapat mencegah paparan terhadap substansi/zat dari makanan/minuman yang dapat mengganggu fungsi normal saluran pencernaan3) Komponen dari ASI awal (kolostrum) dapat memicu pematangan dari saluran cerna dan memberi perlindungan terhadap infeksi karena kaya akan zat kekebalan4) Kehangatan tubuh ibu saat proses menyusui dapat mencegah kematian bayi akibat kedinginan.

c. Masa pasca persalinan1) Merawat ibu bersama bayinya (rawat gabung)Rawat gabung adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Bahkan bila mungkin, bayi bisa tidur bersama setempat tidur dengan ibunya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa bila bayi tidur bersama ibunya maka ibu akan memberikan ASInya 3 kali lebih lama pada waktu malam, 2 kali lebih sering dan 39% menyusui lebih lama dibanding apabila bayi dipisahkan.142) Mengajarkan ibu cara menyusuiLangkah menyusui yang benarmenurut Perinasia adalah sebagai berikut :15a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalirb) Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.c) Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh menggantung. d) Posisikan bayi dengan benar: Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu Perut bayi menempel ke tubuh ibu Mulut bayi berada di depan puting ibu Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu. Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.

Gambar 1. Posisi Menyusui yang Benar

1) 2)

Gambar 2. Posisi Menyusui yang BenarGambar 1 :Posisi yang salah: Tubuh bayi jauh dari tubuh ibu, posisi leher menoleh ke samping. Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi. Gambar 2 :Posisi yang benar: Tubuh bayi merapat ke tubuh ibu, menghadap ke payudara. Ibu memperhatikan dan menatap wajah bayi.

e) Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.f) Cek apakah perlekatan sudah benar: Dagu menempel ke payudara ibu Mulut terbuka lebar Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi Bibir bayi terlipat keluar Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI) Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengat bunyi menelan Ibu tidak kesakitan Bayi akan tenang

1)2)

Gambar 3. Perlekatan Mulut BayiPada gambar 1: Mulut bayi tidak terbuka lebar, dan mengerucut ke depan. Bibir bawah bayi tidak melengkung keluar. Dagu bayi tidak menyentuh payudara.

Ini tanda-tanda yang dapat terlihat dari luar yang menunjukkan bahwa bayi tidak melekat dengan benar. Pada gambar 2: Mulut bayi terbuka lebar. Bibir bawah bayi melengkung ke luar. Dagu bayi menyentuh payudara.

Ini beberapa tanda yang dapat terlihat dari luar, yang menunjukkan bahwa bayi melekat dengan benar pada payudara.

3) Pemberian ASI ad libitumPemberian ASI jangan dijadwal. Pada hari pertama, ASI belum banyak sehingga bayi akan sering minta menyusui. Apabila ASI sudah banyak, bayi akan mengatur sendiri kapan ia ingin menyusu.164) Mengosongkan payudaraPada hari pertama menyusu dari satu payudara antara 5-10 menit dan boleh dari kedua payudara karena ASI belum banyak. Setelah ASI banyak, bayi perlu mengosongkan salah satu payudara baru menyusu pada payudara lainnya. Untuk penyusuan berikut mulai dari payudara yang belum kosong. Pengosongan payudara setiap kali menyusui mempunyai tiga keuntungan, yaitu :16 Merupakan umpan balik untuk merangsang pembentukan ASI kembali Mencegah terjadinya bendungan ASI dan komplikasinya Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (foremilk dan hindmilk)5) Tidak memberikan minuman lain sebelum ASI keluarBayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam., dengan hisapan bayi yang terus menerus maka kolostrum akan cepat keluar. Pemberian minuman lain sebelum ASI keluar akan mengurangi keinginan bayi untuk menghisap, dengan akibat pengeluaran ASI akan tertunda.166) Mengajarkan ibu cara memerah ASIUntuk bayi-bayi yang belum bisa menghisap (BKB/bayi sakit), ibu perlu diajarkan cara memerah ASI. Memerah ASI sudah dimulai 6 jam setelah melahirkan dan dilakukan paling kurang 5 kali dalam 24 jam.16Cara memerah ASI adalah sebagai berikut: Cuci tangan yang bersih Siapkan wadah bermulut lebar yang mempunyai tutup dan telah direbus Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti membentuk huruf C dan letakkan di batas areola mamae. Tekan jari telunjuk dan ibu jari ke arah dada ibu kemudian perah dan lepas. Gerakan perah dan lepas dilakukan berulang.

Gambar 4. Cara Memerah ASI

7) Mengajarkan ibu cara menyimpan ASI perah :17 ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6-8 jam Di dalam lemari es pendingin (40C) tahan 2x24 jam Di dalam lemari es pembeku (-40C) tahan sampai beberapa bulan8) Mengajarkan ibu cara memberikan ASI perah : 15 ASI yang sudah disimpan di dalam lemari pendingin, sebelum diberikan kepada bayi perlu dihangatkan dengan merendamnya dalam air panas ASI yang sudah dihangatkan bila bersisa tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es, oleh karena itu hangatkanlah ASI secukupnya sebanyak yang kira-kira bisa dihabiskan oleh bayi dalam sekali minum ASI yang disimpan di lemari pembeku perlu dipindahkan ke lemari pendingin untuk mencairkannya sebelum dihangatkan ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena akan mengganggu penyusuan langsung dari payudara, berikanlah dengan menggunakan sendok atau cangkir. Menghisap dari botol berbeda dengan menyusu dari ibu.

Gambar 5. Pemberian ASI perah

9) Memberikan susu formula hanya bila ada indikasi medisPerlu ditentukan apakah bayi memang memerlukan susu formula, antara lain ibu dengan HIV atau tambahan untuk bayi yang lahir sangat prematur setelah bayi berusia 3-4 minggu (bayi memerlukan ASI prematur padahal ASI telah berubah menjadi ASI matur).15

3) Beberapa macam posisi ibu menyusui ASI

Gambar 6. Macam-macam Posisi Menyusui

Gambar 7. Macam-macam Posisi Menyusui

Gambar 8. Macam-macam Posisi Menyusui Bayi Kembar

4) Kebutuhan ASI pada BayiBayi yang diberikan ASI biasanya tergantung pada jam (biasanya setiap 4 jam).2 Interval antara keinginan menyusu bervariasi, tetapi rata-rata setiap 1,5 sampai 3 jam (8-12 kali penyusuan per hari) selama masa bayi awal (Alpers et al, 2006). Perkiraan kebutuhan cairan pemeliharaan harian untuk bayi dengan berat badan 1-10 kg yaitu 100 ml/kg.18Jumlah ASI yang dibutuhkan oleh bayi tergantung pada usia bayi. Usia bayi dan kebutuhan ASI per hari adalah sebagai berikut: 19a. Minggu ke 1 100 ml - 450 ml.b. Minggu ke 2-3 450 ml - 500 ml.c. Minggu ke 4-7 600 ml - 650 ml.d. Minggu ke 8-12 650 ml - 750 ml.e. Minggu ke 12-24 750 ml - 850 ml.

5) Tanda Bayi Mendapat Cukup ASIMenurut Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI adalah: 20a. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan, Nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan.b. Bayi menyusu 8-12 kali/hari, dengan perlekatan yang benar pada setiap payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.c. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan sering kali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua.d. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali/hari. Kencing jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa berupa Kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.e. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4kali/hari dengan volume paling tidak 1 sendok makan. Tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada usia 4 hari sampai 1 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap ibu menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal.f. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk), setelah bayi berusia 4-5 hari. Bila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih mekoneum (hitam) atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin salah satu tanda bayi kurang ASI.g. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Bila sakit bertambah dan menetap setelah 5-7 hari, dan bila disertai lecet ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Bila tidak hal ini tidak dibenarkan posisinya maka akan menurunkan produksi ASI.h. Berat badan (BB) bayi tidak turun lebih dari 10 % dibanding berat lahir.i. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10-14 hari setelah lahir.

6) Kontraindikasi Pemberian ASIBeberapa kontraindikasi pemberian ASI yaitu:a. Bayi yang menderita galaktosemia. Pada keadaan ini, bayi tidak memiliki enzim galaktase, sehingga galaktosa tidak dapat dipecah. Bayi juga tidak boleh minum susu formula.b. Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan PASI (Pengganti ASI)/Susu formula yang memenuhi syarat AFASS (Acceptable, Feasable, Affordable, Sustainable, and Save).c. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung.d. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obat tertentu (antikanker).e. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruh obat. Setelah itu, bayi boleh menyusu lagi. Sementara itu, ASI teteap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi.10

7) Pemberian ASI pada Keadaan Khususa. Pemberian ASI pada Bayi Kurang Bulan (BKB)Bagi BKB, ASI adalah makanan terbaik. Komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan prematur (ASI prematur) berbeda dengan komposisi ASI ibu yang melahirkan cukup bulan (ASI matur). Sayangnya, komposisi ASI prematur ini hanya berlangsung beberapa minggu dan akan berubah menjadi seperti ASI matur. Untuk bayi dengan masa gestasi > 34 minggu dapat disusukan langsung kepada ibunya karena refleks menghisap dan menelannya sudah cukup baik. Komposisi ASI yang prematur akan berubah menjadi ASI matur dalam waktu 3-4 minggu. Namun, pada saat itu masa gestasi bayi juga sudah cukup bulan sehingga komposis ASI sesuai dengan kebutuhannya.Untuk bayi yang pada usia kronologis 4 minggu dengan masa gestasi belum 37 minggu, selain ASI perlu ditambahkan Human Milk Fortifier atau susu formula untuk BKB. Untuk bayi dengan masa gestasi > 32-34 minggu, refleks menelan sudah cukup baik tetapi refleks hisapnya belum. ASI perlu diperah dan diberikan dengan sendok/cangkir/pipet. Untuk bayi dengan masa gestasi < 32 minggu, ASI perah diberikan dengan sonde lambung karena refleks hisap dan menelan belum baik.6

b. Ibu dengan TBC ParuKuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu ke ibu. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan ke bayi dengan menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberi BCG karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat anti TBC melalui ASI, kadarnya tidak cukup sehingga bayi tetap diberikan isoniazid profilaksis oral 5 mg/kg/hr. Umur 6 minggu bayi dibawa ke fasilitas kesehatan untuk dievaluasi kembali. Apabila hasil evaluasi menunjukkan penyakit aktif, bayi diberikan pengobatan anti Tuberkulosis lengkap. Apabila hasil evaluasi negatif, lanjutkan Isoniazid profilaksis selama 6 bulan. Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah sesudah pengobatan selesai. Jika BCG sudah diberikan, ulangi pada 2 minggu setelah pengobatan isoniazid selesai.21

c. Ibu dengan Hepatitis BTransmisi virus Hepatitis B sekitar 50% apabila ibu tertular secara akut sebelum, selama, atau segera setelah kehamilan. Transmisi, kalau terjadi biasanya adalah selama masa persalinan. HbsAg ditemukan di dalam ASI, tetapi dokumentasi mengenai transmisi melalui ASI tidak banyak. Ibu dengan HbsAg (+) boleh menyusui asalkan bayinya telah diberikan vaksin Hepatitis B bersama dengan imunoglobulin spesifik HbIg.6

d. Ibu dengan HIVTransmisi HIV dari ibu ke bayi adalah 35%. Dua puluh persen saat antenatal dan intanatal dan 15% melalui ASI. Saat ini, setelah ditemukan obat antiretroviral dan persalinan melalui seksio sesarea, penularan saat antenatal dan intranatal dapat ditekan menjadi 4% tetapi transmisi melalui ASI tidak dapat ditekan. Dengan demikian, pemberian ASI dari ibu dengan HIV dilarang dan bayi diberi susu formula. Apabila ibu memilih untuk memberikan ASI, dianjurkan untuk ASI Eksklusif selama 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi diberi susu formula dan ASI dihentikan.21 Sangat tidak dianjurkan untuk menyusui campur (mixed feeding) karena akan meningkatkan kemungkinan bayi terinfeksi HIV. Bila menyusui campur, perlindungan ASI terhadap bayi dari penyakit infeksi menjadi tidak maksimal, sementara virus HIV ditransmisikan melalui ASI ditambah dengan kemungkinan infeksi lain yang dibawa oleh susu formula. Bila ASI saja, perlindungan akan optimal untuk infeksi yang dibawwa oleh ASI. Bila susu formula saja, bayi tidak memiliki resiko menerima infeksi yang dibawa oleh ASI.21Persyaratan AFASS (Acceptable = mudah diterima, Feasable = mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable = berkelanjutan, dan Save = aman penggunaannya) harus dipenuhi apabila ibu ingin memilih memberikan Susu Formula Eksklusif. 21 Dapat dijamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik di tingkat keluarga dan masyarakat DAN Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan susu formula dalam jumlah yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal DAN Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan susu formula secara bersih dan cukup sering sehingga aman dan resikonya rendah untuk terjadi diare dan malnutrisi DAN Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu memberikan susu formula secara eksklusif sampai 6 bulan DAN Keluarga mendukung DAN Ibu atau engasuh bayi yang lain dapat mengakses pelayanan kesehatan anak yang komprehensif. Apabila persyaratan AFASS terpenuhi sebelum 6 bulan, bagi ibu yang memberikan ASI dapat memilih anatara meneruskan ASI eksklusif sampai 6 bulan atau beralih ke Susu Formula Eksklusif. Apapun pilihan ibu tentang pemberian makanan bayi, perlu diberikan dukungan.21

e. Ibu dengan CMVIbu dengan seropositif CMV boleh memberikan ASI pada bayi cukup bulan (BCB). Pada BKB kurang dari 1500 gram, perlu dipertimbangkan manfaat ASI dengan risiko terjadi transmisi CMV. Dengan cara membekukan dan atau pasteurisasi dapat menurunkan kandungan virus CMV dalam ASI.6

f. Ibu dengan Varisela/Herpes zosterKalau ibu terlihat lesi antara 5 hari sebelum dan 5 hari setelah lahir, pisahkan bayi dan ibunya sampai ibu tidak infeksius lagi. Bayi boleh diberi ASI perah apabila tidak ada lesi pada payudara. Setelah tidak ada infeksius, bayi dapat menetek langsung.17g. Ibu dengan ToksoplasmosisTransmisi toksoplasmosis selama menyusui belum pernah dilaporkan. ASI mungkin mengandung antibiotik terhadap Toxoplasma gondii. Mengingat ringannya infeksi pascanatal dan adanya antibodi dalam ASI, tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI dari ibu yang terinfeksi toksoplasma.17

h. Ibu dengan infeksi lainBila tidak ada kontraindikasi menyusui, ibu yang demam boleh memberikan ASI. Tidak ada alasan untuk ibu yang sakit infeksi untuk menghentikan pemberian ASI karena bayi sudah terpapar penyakit tersebut sejak masa inkubasi. Disamping itu, ibu membentuk antibodi terhadap penyakit yang dideritanya yang akan disalurkan melalui ASI kepada bayinya. Tentu ibu dianjurkan melaksanakan hal-hal untuk mencegah penularan, misalnya menggunakan masker atau memberikan ASI perah. Mungkin ibu memerlukan bantuan orang lain untuk merawat bayinya.6

8) Mitos mengenai Menyusui/ASIBanyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa :15 Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bayi menderta diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.15 ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.15 Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.15

BAB IIIPENUTUP

Adapun kesimpulan pada penulisan diatas adalah:1. Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran.2. ASI memiliki komposisi yang sangat lengkap dan berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat.3. ASI memiliki banyak manfaat bagi bayi.4. Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. 5. Periode laktasi ada 3 tahap yaitu periode antenatal, perinatal, dan postnatal.6. Terdapat kontraindikasi pemberian ASI pada keadaan tertentu dan terdapat pemberian ASI pada kondisi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes., 2011. Gizi Lebih Merupakan Ancaman Masa Depan Anak. (http://www.bppsdmk.depkes.go.id/).

2. Meadow S.R dan Newell S.J., 2005. Lecture Notes: Pediatrika. Edisi 7. Jakarta: Erlangga. 3. Siregar, A.M., 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. (http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmarifin4.pdf, 25 Februari 2015). 4. Kian, Marty Oktofin., Jutomo, Lewi dan Anna Henny T. 2008. Kajian Lama Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Kecamatan Kota Soe Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDANA.

5. Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

6. Kosim, M Sholeh., Yunanto, Ari., Dewi, Rizalya., Sarosa, Gatot Irawan dan Ali Usman. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

7. Arisman., 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.

8. Guyton A.C dan Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

9. Duggan C, Watkins J.B, dan Walker W.A., 2008. Nutrition in Pediatrics. Hamilton: BC Decker Inc.

10. Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4. Jakarta: Bina Pustaka.

11. Behrman R, Kliegman R.M, dan Arvin A.N., 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 Jilid I. Jakarta: EGC.

12. Henderson C dan Jones K., 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. pp. 443-5

13. Alatas, Husein., Hasan, Rusepno., Latief, Abdul., Napitupulu, Partogi M dkk. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 14. McKenna JJ. Mosko SS.,Richard CA.1997. Bedsharing Promotes Breastfeeding. Pediatrics 1997; 100; 214-9.

15. Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia). 2007. Modul Pelatihan Manajemen Laktasi. Jakarta

16. World Health Organization. 1998. Evidence for the Ten Steps to Succesful Breastfeeding.(http://www.who.int/childadolescenthealth/NewPublications/NUTRITION/WHO_CHD_98.9.pdf)

17. Lawrence RA., Larence RM. 2005. Breastfeeding, A Guide for the Medical Profession. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby.

18. Suyatno., 2009. Gizi Daur Hidup: ASI (Air Susu Ibu). (http://suyatno.blog. undip.ac.id/files/2009/12/gizi-dan-asi.pdf, 23 Februari 2015). 19. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro., 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

20. World Health Organization. 2003. HIV and Infant Feeding: Infant Feeding Options and Guidelines for Decision Makers. Geneva: WHO, 2003.

21. Kementrian Kesehatan RI, 2012. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

23