Management Lp
-
Upload
deni-christen -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of Management Lp
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR MANAGEMENT KEPERAWATAN
A. DEFINISI MANAGEMENT
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain
(Gillies,1989). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga
perlu menerapkan manajemen yaitu dalam bentuk manajeman keperawatan. Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan
kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000), dengan mengaitkan
pada fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian. Setiap fungsi ini tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan
yang lainnya. Implementasi menerapkan fungsi pengorganisasian dan pengarahan, dan
evaluasi menerapkan fungsi pengendalian.
B. FUNGSI MANAGEMENT
Fungsi – Fungsi Manajemen secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a) Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan – tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
b) Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan
dan fasilitas.
1
c) Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran
sendiri, termotivasi secara interval
d) Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e) Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu
setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada
fungsi organik administrasi dan manajemen.
C. PRINSIP-PRINSIP MANAGEMENT
Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah
1) Division of work (pembagian pekerjaan)
2) Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
3) Dicipline (disiplin)
4) Unity of command (kesatuan komando)
5) Unity of direction (kesatuan arah)
6) Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk
pada kepentingan umum)
7) Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
8) Centralization (sentralisasi)
9) Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
10) Order (ketertiban)
11) Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
12) Equity (keadilan)
13) Inisiative (prakarsa)
14) Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)
D. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang
keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas),
tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi
fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 2
Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah
satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk
mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk
kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu
dikoreksi. Berikut cara dalam pengumpulan data yaitu:
a. Ketenagaan Keperawatan
Lingkungan kerja
Gambaran umum jumlah tempat tidur /tanggal
Lokasi dan denah ruang
Fasilitas untuk pasien
Fasilitas untuk petugas
Fasilitas peralatan dan bahan kesehatan
b. Sumber Daya Manusia
Tenaga Keperawatan
Tenaga non-keperawatan
c. Ketenagaan Keperawatan dan Pasien
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas
(1984) Leveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2
jam/24 jam, Perawatan Intermedit memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dan
perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam.24 jam.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 3
Dalam penelitian tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dn malam tergantung pada
tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel di bawah ini :
KLASIFIKASI & KRITERIA YA TIDAK
MINIMAL CARE
1. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan
bantuan
Mampu naik-turun tempat tidur
Mampu Ambulasi dan berjalan sendiri
Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan
bantuan
Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
Mampu nerpakaian dan berdandan dengan sedikit
bantuan
Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2. Status Psikologis Stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
4. Operasi ringan
INTERMEDIT CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-
turun tempat tidur
Membutuhkan bantuan untuk Ambulasi /
berjalan
Membtuhkan bantuan dalam menyiapkan
makanan
Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan
berdandan
Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
2. Post operasi minor (24 jam)
3. Melewati fase akut dari post operasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 4
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
6. Gangguan emosional ringan
TOTAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawat yang lebih lama
Membutuhkan dua orang atau lebih untuk
mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong /
kursi roda
Membutuhkan latihan pasif
Kebutuhan nutris dan cairan dipenuhi melalui
terapi intravena (infus) atau NG tube (sonde)
Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian
dan berdandan
Dimandikan perawat
Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan
kateter
2. 24 jam post operasi mayor
3. Pasien tidak sadar
4. Keadaan pasien tidak stabil
5. Observasi TTV setiap kurang dari jam
6. Perawatan luka bakar
7. Perawatan kolostomi
8. Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
9. Menggunakan WSD
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
11. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
12. Faktur dan atau pasca operasi tulangbelakang /leher
13. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi
Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan Pada Suatu Ruang RawatElianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 5
Pas
ien
Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
P
a
gi
Si
an
g
Ma
lam
P
a
gi
Si
an
g
Ma
lam
p
a
gi
si
an
g
mal
am
1 0,
1
7
0,
14
0,1
0
0,
2
7
0,
15
0,0
7
0,
3
6
0,
30
0,2
0
2 0,
3
4
0,
28
0,2
0
0,
5
4
0,
30
0,1
4
0,
7
2
0,
60
0,4
0
3 0,
5
1
0,
42
0,3
0
0,
8
1
0,
45
0,2
1
1,
0
8
0,
90
0,6
0
Konsep perhitungan ketenagaan (Ratna Sitorue, 2002)
Penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien
berdasarkan derajat ketergantungan selama satu bulan dan dihitung jumlah perawat
yang dibutuhkan untuk setiap hari.Setelah itu ditetapkan rata – rata jumlah perawat
setiap hari.
1. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis
dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola
struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap data-data yang sudah dikumpulkan pada
tahap sebelumnya maka metode/model pemberian asuhan keperawatan harus
ditentukan,karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yang
professional. Model seperti apakah yang bisa atau seharusnya diterapkan pada
Rumah sakit harus ditentukan terlebih dahulu.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 6
Metode pemberian asuhan keperawatan ini harus efisien dan efektif, artinya harus
ada pembagian tugas, peran dan wewenang yang jelas sehingga tidak terdapat
konflik peran/peran ganda bagi perawat.
Adapun tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga
dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan
manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang
menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan
yang diberikan.
Dalam hal ini model dalam asuhan keperawatan yang telah dikenal dan sering
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan sebagai berikut.
MODEL KASUS
Model Kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan.
Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian
asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada model ini satu
perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara
total dalam satu periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat
sangat tergantung kepada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Pada model ini
perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara
menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien
dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena
mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini
menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas profesional dan
membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak.
Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang
perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan
sebagainya.
MODEL FUNGSIONAL
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 7
Model Fungsional dikembangakan setelah perang dunia kedua, dimana jumlah
pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit
dari berbagai jenis program pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan yang
bervariasi tenaga keperawatan tersebut dapat dimaksimalisari, maka
memunculkan ide untuk mengembangkan model fungsional dalam pelayanan
asuhan keperawatan.
Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu
atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di
suatu ruangan. Seorang perawat mungkin bertanggung jaawb dalam
pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya. Prioritas
utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan
kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan
pasien secara holistik, sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan
keperawatan sering terabaikan, karena pemberian asuhan yang terfragmentasi.
Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin
Kepala Ruangan. Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang
merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mensupervisi.
Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah pasien.
Perawat terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien
atau mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan yang diberikan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap
perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang
dikerjakan kepada Kepala Ruangan. Dan Kepala Ruangan lah yang
bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien.
Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga
seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan
kepada semua petugas yang datang kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang
memikirkan setiap kebutuhan pasien secara komprehensif. Informasi yang
disampaikan bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 8
didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan asuhan
keperawatan.
Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang mempunyai waktu
untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam
memenuhi kebutuhan pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil
asuhan keperawatan, kecuali terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan
orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga
pendekatan secara holistik sukar dicapai.
Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila
jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
MODEL TIM
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa pimpinan
keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan model
tersebt dalam pemberian asuhan keperawatan profesional. Oleh karena adanya
berbagai jenis tenaga dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang
adekuat, maka pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan
asuhan keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok tenaga
keperawatan bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif
sehingga dapat berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi, sehingga setiap anggota tim merasakan kepuasan karena diakui
kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas
asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 9
komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian
asuhan keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung
dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional
(Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung
jawab terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan
keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan
supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi Yang Efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan
asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pasien secara individual dan membantunya dalam mengatasi masalah.
Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui
laporan, pre atau post conference atau pembahasan dalam penugasan,
pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan keperawatan dan
mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan yang
merupakan bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam pembinaan
anggotanya. Dalam model ini Ketua Tim menetapkan anggota tim yang
terbaik untuk merawat setiap pasien. Dengan cara ini Ketua Tim
membantu semua anggota tim untuk belajar apa yang terbaik untuk pasien
yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
pasien.
Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh pengalaman
praktek melakukan kepemimpinan yang demokratik dalam mengarahkan
dan membina anggotanya. Pimpinan juga akan belajar bagaimana
mempertahankan hubungan antar manusia dengan baik dan bagaimana
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan beberapa
anggota tim secara bersama-sama. Untuk mencapai kepemimpinan yang
efektif setiap anggota tim harus mengetahui prinsip dasar administrasi,
supervisi, bimbingan dan tehnik mengajar agar dapat dilakukannya dalam
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 10
bekerjasama dengan anggota tim. Ketua Tim juga harus mampu
mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota Tim
a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruangan,
yang berperan sebagai menejer di ruangan tersebut, yang bertanggung
jawab dalam:
- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
- Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan.
- Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang fungsi model
tim dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
- Menjadi nara sumber bagi ketua tim
- Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
b. Tanggung Jawab Ketua Tim
- Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
- Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
- Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melaui pre atau post conference.
- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
c. Tanggung Jawab Anggota Tim
- Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun.
- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon pasien.
- Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan.
- Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 11
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku.
Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam.
Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta
jumlah dan kualitas tenaga keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-
5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.
Model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model asuhan
kperawatan yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga
keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat
pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan
secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference
dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah
yang dihadapi pasien dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan
pasien.
MODEL PRIMER
Dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan dn berbagai ilmu dalam bidang
kesehatan, serta meningkatknya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan yang bermutu tinggi, dengan didasarkan bahwa pemberian
asuhan keperawatan model tim masih mempunyai beberapa kekurangan,
maka berdasarkan studi, para pakar keperawatan mengembangkan model
pemberian asuhan keperawatan yang terbaru yaitu Model Primer (Primary
Nursing). Dan perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut
sebagai “Primary Nurse”.
Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan
yang dilakukan secara komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan.
Penugasan yang diberikan kepada Primary Nurse atas pasien yang dirawat
dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada
kebutuhan pasien atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan
kemampuan Primary Nurse. Setiap primary nurse mempunyai 4-6 pasien
dan bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien dirawat. Primary
Nurse akan melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan
asuhan keperawatan. Selama bertugas ia akan melakukan berbagai
kegiatan sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 12
Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan tanggung jawab primary
nurse tertentu. Dia bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan dia juga akan
merencanakan pemulangan pasien atau rujukan bila diperlukan.
Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan
didelegasikan kepada perawat lain yang disebut “associate nurse”.
Primary nurse bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
diterima pasien dan menginformasikan tentang keadaan pasien kepada
Kepala Ruangan, dokter dan staf keperawatan lainnya. Kepala Ruangan
tidak perlu mengecek satu persatu pasien, tetapi dapat mengevaluasi secara
menyeluruh tentang aktivitas pelayanan yang diberikan kepada semua
pasien.
Seorang Primary Nurse bukan hanya mempunyai kewenangan untuk
memberikan asuhan keperawatan tetapi juga mempunyai kewenangan
untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah dan sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan
tersebut, maka dituntut akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan
yang diberikan. Primary Nurse berperan sebagai advokat pasien terhadap
birokrasi rumah sakit.
Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena pasien terpenuhi kebutuhannya secara individual
dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan tercapainya pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kepuasan yang dirasakan oleh Primary Nurse adalah tercapainya hasil
berupa kemampuan yang tinggi terletak pada kemampuan supervisi. Staf
medis juga merasakan kepuasannya dengan model primer ini, karena
senantiasa informasi tentang kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan
pasien komprehensif, sedangkan pada model Fungsional dan Tim
informasi diperoleh dari beberapa perawat. Untuk pihak rumah sakit
keuntungan yang dapat diperoleh adalah rumah sakit tidak perlu
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang ada
harus berkualitas tinggi.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 13
Dalam menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, diantaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi
dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya
perawat yang ditunjuk sebagai primary nurse adalah seorang Clinical
Specialist yang mempunyai kualifikasi Master.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model Primer dapat meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan bila dibandingkan dengan Model Tim, karena:
Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat
dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.
Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila dibandingkan
dengan 10-20 orang pada setiap tim.
Perawat Primer bertanggung jawab selama 24 jam.
Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.
Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.
MODEL MODULAR
Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari primary
nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga
professional dan non professional.
Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga
profesional dan non profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan
perawat profesional.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban
kasus, sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan
lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar model ini efektif maka Kepala
Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional dan non
profesionaln serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga tersebut saling
mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama kepemimpinan. Dalam
menerapkan model modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa bekerjasama
dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola 8-12
kasus.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 14
Seperti pada model primer, tugas tim keperawatan ini harus tersedia juga
selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun
tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat
profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat
non profesional dalam memberikan asuhan keperawatan. Konsekuensinya
peran perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit
dibandingkan dengan perawat primer. Model modular merupakan
gabungan dari model tim dan primary model.
MODEL MANAJEMEN KASUS
Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary
nursing. Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
pandangan, bahwa untuk penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas
berdasarkan berbagai sumber daya yang ada.
Tujuan dari manajemen kasus adalah:
Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan
sesuai dengan standar.
Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui
kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan
1. Kerangka kerja dari model Manajemen Kasus adalah:
Pasien masuk melalui “agency kesehatan”, manager mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab dalam perencanaan sampai dengan
evaluasi pada episode tertentu tanpa membedakan pasien itu berasal dari
unit mana.
Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:
Case Management Plan (CMP). Merupakan perencanaan bersama
dari masing-masing profesi kesehatan.
Critical Path Diagram (CPD). Merupakan penjabaran dari CMP dan
ada target waktunya.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 15
Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu
pada tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Bentuk spesifik
dari manajemen kasus ini tergantung dari karakteristik tatanan asuhan
keperawatan.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari dan
bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan. Adapun salah satu cara dalam melaksanakan yaitu
pendelegasian tugas. Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering
mengalami masalah, dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif.
Hal ini diarenakan tiga hal :
under –delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang
yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.
over-delegasi : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi
penyalahgunaan wewenang.
unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat.Kesalahan yang
ditemukan adalah, pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan
delegasi hanya karena faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak
efektif karena kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan
unsur Subyektif.
Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen tanggung
jawab, kemampuan dan wewenang.Tanggung jawab (responsibility) adalah
suatu rasa tanggung-jawab terhadap penerimaan suatu
tugas.Kemampuan(accountability) adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas limpah.Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan
kekuasaan penerima tugas limpah untuk mengambil suatu keputusan terhadap
tugas yang dilimpah.
Bagaimana proses pendelegasian :
Seleksi dan susun tugas
Seleksi orang yang tepat
Berikan arahan dan motivasi staf
Lakukan supervise yang tepat
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 16
Keberhasilan dalam pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut
ini :
Komunikasi yang jelas dan lengkap : Kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan, penggunaan kata-kata atau istilah
yang mudah diterima oleh penerima pesan
Ketersediaan sumber dan sarana
Monitoring
Pelaporan kemajuan tugas limpah
3. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan.Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai
seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-
faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
Melalui Evaluasi terhadap setiap pelaksanaan kerja staf, akan dapat membantu
dalam proses penilaian kepuasan perawat, memperbaiki pelaksanaan kerja
perawat, memberitahu perawat bahwa kerja mereka kurang memuaskan serta
mempromosikan jabatan dan kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi
syarat penugasan khusus, serta menentukan palatihan dasar untuk karyawan
yang memerlukan bimbingan khusus.
Dalam melaksanakan sistim penilaian kerja ini maka pimpinan perawat
sebaiknya menetapkan orang yang akan bertanggung-jawab untuk mengevaluasi
setiap pekerja.
Prinsip – prinsip penilaian
Menurut Gillies(1996) untuk mengevaluasi staf secara tepat dan adil, sebaiknya
mengamati prinsip-prinsip tertentu ;
Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan
kerja.Standar ini harus sudah disosialisasikan terlebih dahulu agar setiap staf
mengetahui standar penilaian masung-masing
Perawat sebaiknya diberikan salinan deskripsi kerjanya, salinan standar
pelaksanaan kerja, dan bentuk evaluasi
Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja staf, sebaiknya
menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa dikatakan
memuaskan, dan perbaikan apa yang diperlukan, dan jika diperlukan
dijelaskan pula daerah mana yang harus diprioritaslan
Laporan evaluasi sebaiknya disusun dengan terencana
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 17
Proses Kegiatan Penilaian Kerja meliputi :
Merumuskan tanggung-jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf
keperawatan.Rumusan ini harus sudah disepakati dan harus dapat memberikan
kontribusi berupa hasil.
Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh
karyawan untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan
tolak ukur yang telah ditetapkan.Penilaian prestasi kerja dengan
membandingkan prestasi yang sudah dicapai dengan standar ini.
Melakukan monitoring, koreksi, dan memberikan kesempatan serta bantuan
yang diperlukan.
Memberikan umpan balik kepada staf yang dinilai.
Berbagai macam alat ukur atau instrumen dapat digunakan dalam evaluasi
pelaksanaan kerja Staf keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya
dirancang bersama-sama dengan seluruh staf di dalam organisasi Keperawatan, hal
ini agar semua staf mengetahui bagaimana atasan akan menilai prestasi mereka
masing-masing dan untuk menghindari adanya unsur subyektifitas dalam
penilaian
4. PENGORGANISASIAN
Salah satu fungsi dari manajemen adalah pengorganisasian. Menurut Korn & Thora
(1981) pengorganisasian adalah koordinasi beberapa aktivitas organisasi untuk
mencapai tujuan. Pengorganisasian sendiri meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan rencana dan divisi-divisi untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian
didalam keperawatan meliputi menentukan jumlah tenaga berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien dan metode penugasannya.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas,
kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian,
1983 dalam Sahar).
Fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan
komunikasi (Szilagji).
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 18
Rangkaian aktifitas menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua
kegiatan usaha kerja sama dengan cara membagikan, mengelompokkan pekerjaan
yang harus dilakukan, menerapkan dan menjalin hubungan kerja antar bagian dan
menjalin hubungan antar staf dan atasan.
a. 3 hal dalam pengorganisasian.
1) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang berhubungan secara
efektif.
2) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisai.
3) Striktur kerja organisasi termasuk kelompok kerja kegiatan yang sama, pola
hubungan antar kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang
efektif antar perawat.
b. Prinsip-Prinsip Dalam Pengorganisasian.
1) Pembagian kerja.
2) Pendelegasian tugas.
3) Koordinasi.
4) Manajemen waktu.
c. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap
orang memiliki tugas tertentu.
1) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya.
b) Tiap bangsal/bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis.
c) Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas.
d) Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau jelas atau erat
hubungannya
e) Mencegah terjadinya pengotakan antar staf/kegiatan
f) Penggolongan tugas berdasarkan kegiatan mendesak, kesulitan atau waktu.
2) Pengetahuan Pemimpin Keperawatan.
a) Pendidikan dan pengalaman setiap staf.
b) Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di Rumah sakit tersebut.
c) Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan
kedudukan dalam organisasi.
d) Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 19
e) Mengetahui hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non keperawatan.
d. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tangguang jawab kepada staf
untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
Dengan pendelegasian, seorang pemimpin dapat mencapai tujuan dan sasaran
kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen, selain
itu dengan pendelegasian, seorang pemimpin mempunyai waktu lebih banyak
untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi.
a) Alat pengembangan dan latihan manajemen.
b) Staf lebih tertantang dan merasa dipercaya.
c) Staf lebih komit dan puas.
d) Pendelegasian kurang akan menghambat inisiatif staf.
e) Keuntungan Bagi Staf:
1) Mengembangkan rasa tanggung jawab.
2) Meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri.
3) Lebih berkualitas, komit.
4) Lebih puas pada pekerjaan
f) Keuntungan Pemimpin
Mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal seperti perencanaan
dan evaluasi, menigkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan
pengaruh dan power baik interen maupun eksteren, dapat mencapai pelayanan
dan saran keperawatan melalui usaha orang lain.
1) Hal yang Mempengaruhi Pendelegasian:
a) Sifat kegiatan; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan
lebih besar kepada staf
b) Kemampuan staf; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu
berat
c) Hasil yang diharapkan; Applebaun dan Rohrs menyarankan agar pemimpin
jangan mendelegasikan tugas yang utuh dari pada medelegasikan sebagian
aspek daru suatu kegiatan.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 20
2) Pendelegasian Efektif
a) Jangan membaurkan dengan pelemparan tugas, oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
b) Jangan takut salah
c) Jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki
keterampilan atau pengetahuan untuk suskses
d) Kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka
dapat melakukan tugas yang didelegasikan
e) Perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
f) Antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan
masalahnya.
g) Hindari kritik jika terjadi kesalahan.
h) Berikan penjelasan yang jelas tentang tangguang jawab, wewenang,
tanggung gugat dan dukungan yang tersedia
i) Berikan pengakuan dan penghargaan stas tugas yang telah terlaksana
dengan baik.
3) Langkah Pendelegasian Efektif
a) Tetapkan tugas yang akan didelegasikan.
b) Pilihlah orang yang akan diberi delegasi.
c) Berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas.
d) Uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil
tersebut.
e) Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut.
f) Minta staf tersebut menyiapkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf
tersebut atas tugas yang didelegasikan.
g) Tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan.
h) Berikan dukungan.
i) valuasi hasilnya.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 21
e. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan ketua tim
kesehatan lain maupun tenaga dari bagian lain.
1) Manfaat Koordinasi
a) Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada di bangsal/bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain.
b) Menumbuhkan rasa saling membantu.
c) Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf.
2) Cara Koordinasi
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/ rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.
f. Manjemen Waktu
1) Analisa waktu yang dipakai; menetukan agenda harian untuk menentukan
kategori kegiatan yang ada.
2) Memeriksa kembali masing-masing posisi dari tiap aktifitas.
3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannya
serta tujuan yang akan dicapai.
4) Mendelegasikan.
g. Hambatan
1) Terperangkap dalam pekerjaan.
2) Menunda karena takut salah.
3) Tamu yang tidak terjadwal.
4) Telepon.
5) Rapat yang tidak produktif.
6) Peraturan “open door.”
7) Tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu.
h. Strutur Organisai
1) Terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
2) Tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
3) Menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal
maupun horizontal.
4) Melihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung
gugat.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 22
5) Disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.
i. Pengelompokkan Kegiatan
1) Organisasi dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan.
2) Kegiatan dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi.
3) Pengorganisasian untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai
dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
j. Metode Penugasan
1) Metode Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Contoh: Perawat A tugas menyuntik, Perawat B tugasnya mengukur suhu badan
klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas tau lebih untuk semua klien
yang ada diunit tersebut. Kepala ruangan bertangguang jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pernyataan tentang klien.
a) Keuntungan
- Perawat tampil untuk tugas/pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh keputusan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga ahli dapat digantikan dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk suatu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan uantuk mengatasi staf atau perserta didik
yang praktek untuk keterampilan tertentu.
b) Kerugian
- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses
keperawatan sulit dilakukan.
- Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggal klien dan melakukan
tugas non keperawatan
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
kontribusinya terhadap pelayanan
- Perawatan hanya melihat pelayanan keperawatan sebagai keterampilan
saja.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 23
2) Metode Alokasi Klien Keperawatan Total
Yaitu pengorganisasian pelayanan/ asuhan keperawatan untuk suatu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/ jaga selama periode
waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien.
a) Keuntungan
- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
- Memberikan kesempatan untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif.
- Motivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat.
- Mendukung penerapan proses keperawatan kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
b) Kerugian
- Jumlah beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan.
- Peserta didik sulit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar,
misalnya: menyuntik, mengukur suhu.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klieb bertugas.
3) Metode Tim Keperawatan
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh kelompok klien dan
kelompok klien. kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman dan memiliki pengetahuan dalam bidanganya (“registered
nurse”).
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok/ketua grup. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan kesehatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila menjalani kesulitan.
Selanjutnya ketua grup melaporkan kepala ruangan tentang kemajuan/ asuhan
keperawatan terhadap klien.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 24
a) Keuntungan
- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif.
- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
- Konflik atau perbedaan antar staf dapat ditekankan melalui rapat tim
cara ini efektif untuk belajar.
- Memberi keputusan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
b) Kerugian
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
diadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
tersebut.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua
tim.
- Akuntabilitas dalam anggota tim kabur.
4) Metode Keperawatan Primer/Utama (Primary Nurse)
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
satu orang “registered nurse” sebagai perawat primer yang bertanggung jawab
dalam asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi
tanggung jawabnya mulai dari masuk sampai pulang dari rumah sakit. apabila
perawat primer/utama libur atau cuti, tanggung jawab dalam asuhan
keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu
tingkat pengalaman dan keterampilannya (associate nurse).
a) Keuntungan
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
- Melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif.
- Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
- Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 25
b) Kerugian
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
5) Metode Modular
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk kelompok klien dari
mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tangguang jawab total atau
keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Ideal 2 – 3 untuk 8 – 12 orang klien.
a) Keuntungan dan Kerugaian
Sama dengan gabungan antara metode tim dengan metode perawatan
primer.
k. Konsep Model Keperawatan Tim
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.
Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas yang
sebelummya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan
sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia khususnya di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk
digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil
penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode tim, 25 % perawatan
total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron &
Gray, 1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.
1) Hal-hal yang perlu diperhatiakan
- Ketua tim sebaiknya perawat yang berpendidikan/ berpengalaman, terampil
dan memiliki kemampuan keterampilan. Jika hanya seorang “registered
nurse” yang bertugas dia harus menjadi ketua tim. Ketua tim juga harus
mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan keperawatan klien,
merencanakan, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Selain itu harus mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
filosofi keperawatan. Uraian tugas untuk ketua tim harus jelas dan spesifik.
- Komunikasi yang efektif diperlukan untuk melanjutkan asuhan
keperawatan. Dengan demikian pencatatan rencana keperawatan untuk tiap
klien harus selalu tepat waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai
kembali untuk validitasnya.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 26
- Ketua tim harus mengguanakan semua teknik manajemen dan
kepemimpinan.
- Pelaksanaan keperawatan tim sebaikanya fleksibel atau tidak kaku. Metode
tim dapat digunakan pada shift pagi, sore atau malam di unit manapun.
Sejumlah tenaga harus terlibat dalam tim, minimal dua sampai tiga tim.
Jumlah atau besarnya tim tergantung pada banyaknya staf. Dua orang
perawat dapat dikatakan tim, terutama untuk shift sore dan malam, dimana
jumlah tenaga terbatas.
2) Tanggung jawab Ketua Tim
- Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan.
Dapat dilakukan searah terima tugas.
- Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing
anggota tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan.
- Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan tercatat.
- Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau
laporan anggota tim.
3) Tanggung jawab Anggota Tim
- Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di
unit tersebut. Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim.
- Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan
secara teliti termasuk program pengobatan.
- Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta
respon yang ditunjukan klien.
- Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim.
4) Tanggung jawab Kepala Ruangan pada metode tim
- Menetapkan standar kerja staf.
- Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang
dipimpinnya.
- Memberikan kesempatan kepada klien tim dan membantu untuk
mengembangkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan.
- Secara keseimbanagan mengorientasikan staf baru tentang prosedur tim
keperawatan.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 27
- Menjadi nara sumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
- Motivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
- Melakukan komunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpin.
5) Koordinasi Kegiatan
Kepala Ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama
yang selaras satu sama lain dan saling menunjang, untuk mencipakan suasana
kerja yang menyenangkan. Selain itu harus memperlihatkan prinsip- prinsip
organisasi yang telah dijelaskan diatas misalnya kesatuaan komando, tiap staf
memiliki satu atasan langsung.
Rentang kendali 3 sampai 7 staf untuk satu atasan. Pada metode penguasaan tim
dalam satu ruangan tidak boleh lebih dari 3 sampai 7 dalam satu tim. Selain itu
kepala ruangan perlu mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung
kepada kepala tim, keculi tugas pokok, harus dilakukan kepala ruang. Selain itu
kepala ruangan harus mendelagasikan kepada orang yang tepat, mendengarkan
saran yang didelegasikan dan penerima delegasi harus bertanggung gugat.
6) Evaluasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk menilai apakah
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana Oleh karena itu kepala ruangan
berkewajiban untuk memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan
dilakukan. Dengan demikian diperlukan uraian tugas yang jelas untuk masing-
masing staf dan prosedur tugas yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
dengan memperlihatkan keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan
kenyamanan staf dan fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu
diperlukan juga standar penampilan kerja yang diharapkan dari perawat yang
melakukan tugas. Semua ini perlu dievaluasi secara terus menerus guna
dilakukan tindakan koreksi apabila ditemukan penyimpanagan dari standar.
7) Kelompok Kerja
Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf satu
dan yang lain; antar kepala ruang dan staf sehingga perlu adanya kerjasama dan
kebersamaan dalam kelompok.
Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan mengurangi
motivasi kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga
dapat meningkatkan motivasi kerja dan peran keterikatan dalam kelompok
karena semua perawat yang berkerja dalam satu ruang pada dasarnya
merupakan satu kelompok kerja yang perlu bekerja sama satu sama lain.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 28
DAFTAR PUSTAKA
Audain, C. 1998. Florence Nightingale.http://www.agnesscott.edu/iriddle/women/right
piechart.htm. Diakses 2004.
Departemen Kesehatan. 1998. Standar Asuhan Keperawatan. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik. Jakarta.
Departemen Kesehatan , 1999. Modul Pengajaran Keperawatan. Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta.
Ismani, N. 2000. Etika Keperawatan. Penerbit Widya Medika. Jakarta.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 29