Management Lp

45
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR MANAGEMENT KEPERAWATAN A. DEFINISI MANAGEMENT Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan manajemen yaitu dalam bentuk manajeman keperawatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989). Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000), dengan mengaitkan pada fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Setiap fungsi ini tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Implementasi menerapkan fungsi pengorganisasian dan pengarahan, dan evaluasi menerapkan fungsi pengendalian. B. FUNGSI MANAGEMENT 1

Transcript of Management Lp

Page 1: Management Lp

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR MANAGEMENT KEPERAWATAN

A. DEFINISI MANAGEMENT

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain

(Gillies,1989). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni

tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga

perlu menerapkan manajemen yaitu dalam bentuk manajeman keperawatan. Manajemen

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk

memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989).

Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan

kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi

kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000), dengan mengaitkan

pada fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian. Setiap fungsi ini tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan

yang lainnya. Implementasi menerapkan fungsi pengorganisasian dan pengarahan, dan

evaluasi menerapkan fungsi pengendalian.

B. FUNGSI MANAGEMENT

Fungsi – Fungsi Manajemen secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a) Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :

1) Gambaran apa yang akan dicapai

2) Persiapan pencapaian tujuan

3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

4) Persiapan tindakan – tindakan

5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja

6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

b) Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan

menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan

dan fasilitas.

1

Page 2: Management Lp

c) Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja.

Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran

sendiri, termotivasi secara interval

d) Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan

dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya

tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

e) Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil

pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu

setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada

fungsi organik administrasi dan manajemen.

C. PRINSIP-PRINSIP MANAGEMENT

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah

1) Division of work (pembagian pekerjaan)

2) Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

3) Dicipline (disiplin)

4) Unity of command (kesatuan komando)

5) Unity of direction (kesatuan arah)

6) Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk

pada kepentingan umum)

7) Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

8) Centralization (sentralisasi)

9) Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)

10) Order (ketertiban)

11) Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)

12) Equity (keadilan)

13) Inisiative (prakarsa)

14) Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)

D. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan data

Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang

keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas),

tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi

fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 2

Page 3: Management Lp

Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah

satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk

mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk

kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu

dikoreksi. Berikut cara dalam pengumpulan data yaitu:

a. Ketenagaan Keperawatan

Lingkungan kerja

Gambaran umum jumlah tempat tidur /tanggal

Lokasi dan denah ruang

Fasilitas untuk pasien

Fasilitas untuk petugas

Fasilitas peralatan dan bahan kesehatan

b. Sumber Daya Manusia

Tenaga Keperawatan

Tenaga non-keperawatan

c. Ketenagaan Keperawatan dan Pasien

 Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung

pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas

(1984) Leveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan

pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2

jam/24 jam, Perawatan Intermedit memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dan

perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam.24 jam.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 3

Page 4: Management Lp

Dalam penelitian tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan

jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dn malam tergantung pada

tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel di bawah ini :

KLASIFIKASI & KRITERIA YA TIDAK

MINIMAL CARE

1. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan

bantuan

Mampu naik-turun tempat tidur

Mampu Ambulasi dan berjalan sendiri

Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan

bantuan

Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

Mampu nerpakaian dan berdandan dengan sedikit

bantuan

Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2. Status Psikologis Stabil

3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic

4. Operasi ringan

 

INTERMEDIT CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian

Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-

turun tempat tidur

Membutuhkan bantuan untuk  Ambulasi /

berjalan

Membtuhkan bantuan dalam menyiapkan

makanan

Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)

Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan

berdandan

Membutuhkan bantuan untuk  BAB dan BAK

2. Post operasi minor (24 jam)

3. Melewati fase akut dari post operasi mayor

4. Fase awal dari penyembuhan

   

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 4

Page 5: Management Lp

5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

6. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan

memerlukan waktu perawat yang lebih lama

Membutuhkan dua orang atau lebih untuk

mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong /

kursi roda

Membutuhkan latihan pasif

Kebutuhan nutris dan cairan dipenuhi melalui

terapi intravena (infus) atau NG tube (sonde)

Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian

dan berdandan

Dimandikan perawat

Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan

kateter

2. 24 jam post operasi mayor

3. Pasien tidak sadar

4. Keadaan pasien tidak stabil

5. Observasi TTV setiap kurang dari jam

6. Perawatan luka bakar

7. Perawatan kolostomi

8. Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)

9. Menggunakan WSD

10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus

11. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)

12. Faktur dan atau pasca operasi tulangbelakang /leher

13. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

   

Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan Pada Suatu Ruang RawatElianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 5

Page 6: Management Lp

Pas

ien

Klasifikasi Pasien

Minimal Parsial Total

P

a

gi

Si

an

g

Ma

lam

P

a

gi

Si

an

g

Ma

lam

p

a

gi

si

an

g

mal

am

1 0,

1

7

0,

14

0,1

0

0,

2

7

0,

15

0,0

7

0,

3

6

0,

30

0,2

0

2 0,

3

4

0,

28

0,2

0

0,

5

4

0,

30

0,1

4

0,

7

2

0,

60

0,4

0

3 0,

5

1

0,

42

0,3

0

0,

8

1

0,

45

0,2

1

1,

0

8

0,

90

0,6

0

 

Konsep perhitungan ketenagaan (Ratna Sitorue, 2002)

Penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien

berdasarkan derajat ketergantungan selama satu bulan dan dihitung jumlah perawat

yang dibutuhkan untuk setiap hari.Setelah itu ditetapkan rata – rata jumlah perawat

setiap hari. 

1. Perencanaan

Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis

dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan

kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,

memutuskan ukuran  dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola

struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan

kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap data-data yang sudah dikumpulkan pada

tahap sebelumnya maka metode/model pemberian asuhan keperawatan harus

ditentukan,karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat

ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yang

professional. Model seperti apakah yang bisa atau seharusnya diterapkan pada

Rumah sakit  harus ditentukan terlebih dahulu.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 6

Page 7: Management Lp

Metode pemberian asuhan keperawatan ini harus efisien dan efektif, artinya harus

ada pembagian tugas, peran dan wewenang yang jelas sehingga tidak terdapat

konflik peran/peran ganda bagi perawat.

Adapun tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga

dapat berfungsi secara optimal.  Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan

manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang

menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan

diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan

yang diberikan.

Dalam hal ini model dalam asuhan keperawatan yang telah dikenal dan sering

digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan sebagai berikut.

MODEL KASUS

Model Kasus  merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan. 

Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian

asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan.  Pada model ini satu

perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara

total dalam satu periode dinas.  Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat

sangat tergantung kepada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan

pemenuhan kebutuhan pasien.

Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang

mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien.  Pada model ini

perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara

menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien

dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena

mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya.  Dengan model ini

menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas profesional dan

membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak.

Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang

perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan

sebagainya.

MODEL FUNGSIONAL

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 7

Page 8: Management Lp

Model Fungsional  dikembangakan setelah perang dunia kedua, dimana jumlah

pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit

dari berbagai jenis program pendidikan keperawatan.  Agar pemanfaatan yang

bervariasi tenaga keperawatan tersebut dapat dimaksimalisari, maka

memunculkan ide untuk mengembangkan model fungsional dalam pelayanan

asuhan keperawatan.

Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada

penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.  Setiap perawat diberikan satu

atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di

suatu ruangan.  Seorang perawat mungkin bertanggung jaawb dalam

pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya.  Prioritas

utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan

kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan

pasien secara holistik, sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan

keperawatan sering terabaikan, karena pemberian asuhan yang terfragmentasi. 

Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat

yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin

Kepala Ruangan.  Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan

pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak

mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang

merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.

Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mensupervisi. 

Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah pasien. 

Perawat terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien

atau mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil

tindakan keperawatan yang diberikan.

Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap

perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang

dikerjakan kepada Kepala Ruangan.  Dan Kepala Ruangan lah yang

bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien.

Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga

seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan

kepada semua petugas yang datang kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang

memikirkan setiap kebutuhan pasien secara komprehensif.  Informasi yang

disampaikan bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 8

Page 9: Management Lp

didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan asuhan

keperawatan.

Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang mempunyai waktu

untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam

memenuhi kebutuhan pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil

asuhan keperawatan, kecuali terjadi perubahan yang sangat mencolok.  Dan

orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga

pendekatan secara holistik sukar dicapai.

Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila

jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan

keperawatan yang diberikan.

MODEL TIM

Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional,  beberapa pimpinan

keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan model

tersebt dalam pemberian asuhan keperawatan profesional.  Oleh karena adanya

berbagai jenis tenaga dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang

adekuat, maka pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan

asuhan keperawatan.

Model Tim  merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan dimana

seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya

kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).

Konsep model ini didasarkan kepada  falsafah bawah sekelompok tenaga

keperawatan bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif

sehingga dapat berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada setiap pasien.

Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok

mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan

keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang

tinggi,  sehingga setiap anggota tim merasakan kepuasan karena diakui

kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas

asuhan keperawatan yang bermutu.  Potensi setiap anggota tim saling

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 9

Page 10: Management Lp

komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan

kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian

asuhan keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.

Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung

dua konsep utama yang harus ada, yaitu:

1. Kepemimpinan

Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional

(Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung

jawab terhadap sekelompok pasien  dalam merencanakan asuhan

keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan

supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.

2. Komunikasi Yang Efektif

Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan

asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan

pasien secara individual dan membantunya dalam mengatasi masalah. 

Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui

laporan, pre atau post conference atau pembahasan dalam penugasan,

pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan keperawatan dan

mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan yang

merupakan bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam pembinaan

anggotanya.  Dalam model ini Ketua Tim menetapkan anggota tim yang

terbaik untuk merawat setiap pasien.  Dengan cara ini Ketua Tim

membantu semua anggota tim untuk belajar apa yang terbaik untuk pasien

yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi

pasien.

Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh pengalaman

praktek melakukan kepemimpinan yang demokratik dalam mengarahkan

dan membina anggotanya.  Pimpinan juga akan belajar bagaimana

mempertahankan hubungan antar manusia dengan baik dan bagaimana

mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan beberapa

anggota tim secara bersama-sama.  Untuk mencapai kepemimpinan yang

efektif setiap anggota tim harus mengetahui prinsip dasar administrasi,

supervisi, bimbingan dan tehnik mengajar agar dapat dilakukannya dalam

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 10

Page 11: Management Lp

bekerjasama dengan anggota tim.  Ketua Tim juga harus mampu

mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota Tim

a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan

Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruangan,

yang berperan sebagai menejer di ruangan tersebut, yang bertanggung

jawab dalam:

- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar

asuhan keperawatan.

- Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan.

- Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk mengembangkan

kepemimpinan.

- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang fungsi model

tim dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.

- Menjadi nara sumber bagi ketua tim

- Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

keperawatan.

- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

 b. Tanggung Jawab Ketua Tim

- Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.

- Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.

- Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan

memberikan bimbingan melaui pre atau post conference.

- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya.

c. Tanggung Jawab Anggota Tim

- Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang

telah disusun.

- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah

diberikan berdasarkan respon pasien.

- Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan

asuhan keperawatan.

- Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 11

Page 12: Management Lp

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku. 

Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam. 

Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta

jumlah dan kualitas tenaga keperawatan.  Umumnya satu tim terdiri dari 3-

5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.

Model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model asuhan

kperawatan yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga

keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan

keperawatan.  Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat

pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.

Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan

secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference

dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah

yang dihadapi pasien dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan

pasien.

MODEL PRIMER

Dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan dn berbagai ilmu dalam bidang

kesehatan, serta meningkatknya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

keperawatan yang bermutu tinggi, dengan didasarkan bahwa pemberian

asuhan keperawatan model tim masih mempunyai beberapa kekurangan,

maka berdasarkan studi,  para pakar keperawatan mengembangkan model

pemberian asuhan keperawatan yang terbaru yaitu Model Primer (Primary

Nursing).  Dan perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut

sebagai “Primary Nurse”.

Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan

yang dilakukan secara komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan. 

Penugasan yang diberikan kepada Primary Nurse atas pasien yang dirawat

dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada

kebutuhan pasien atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan

kemampuan Primary Nurse.  Setiap primary nurse mempunyai 4-6 pasien

dan bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien dirawat.  Primary

Nurse akan melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan

asuhan keperawatan.  Selama bertugas ia akan melakukan berbagai

kegiatan sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 12

Page 13: Management Lp

Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf keperawatan akan

mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan tanggung jawab primary

nurse tertentu.  Dia bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan

koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan dia juga akan

merencanakan pemulangan pasien atau rujukan bila diperlukan.

Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan

didelegasikan kepada perawat lain yang disebut “associate nurse”.

Primary nurse bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang

diterima pasien dan menginformasikan tentang keadaan pasien kepada

Kepala Ruangan, dokter dan staf keperawatan lainnya.  Kepala Ruangan

tidak perlu mengecek satu persatu pasien, tetapi dapat mengevaluasi secara

menyeluruh tentang aktivitas pelayanan yang diberikan kepada semua

pasien.

Seorang Primary Nurse bukan hanya mempunyai kewenangan untuk

memberikan asuhan keperawatan tetapi juga mempunyai kewenangan

untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga

sosial masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan

kunjungan rumah dan sebagainya.  Dengan diberikannya kewenangan

tersebut, maka dituntut akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan

yang diberikan.  Primary Nurse berperan sebagai advokat pasien  terhadap

birokrasi rumah sakit.

Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer adalah pasien merasa

dimanusiawikan karena pasien terpenuhi kebutuhannya secara individual

dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan tercapainya pelayanan yang

efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. 

Kepuasan yang dirasakan oleh Primary Nurse adalah tercapainya hasil

berupa kemampuan yang tinggi terletak pada kemampuan supervisi.  Staf

medis juga merasakan kepuasannya dengan model primer ini, karena

senantiasa informasi tentang kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan

pasien komprehensif, sedangkan pada model Fungsional dan Tim

informasi diperoleh dari beberapa perawat. Untuk pihak rumah sakit

keuntungan yang dapat diperoleh adalah rumah sakit tidak perlu

mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang ada

harus berkualitas tinggi.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 13

Page 14: Management Lp

Dalam menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu berhati-hati

karena memerlukan beberapa kriteria, diantaranya dalam menetapkan

kemampuan asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang

tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi

dengan baik antar berbagai disiplin ilmu.  Di negara maju pada umumnya

perawat yang ditunjuk sebagai primary nurse adalah seorang Clinical

Specialist yang mempunyai kualifikasi Master.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model Primer dapat meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan bila dibandingkan dengan Model Tim, karena:

Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat

dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.

Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila dibandingkan

dengan 10-20 orang pada setiap tim.

Perawat Primer bertanggung jawab selama 24 jam.

Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.

Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.

MODEL MODULAR

Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari primary

nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga

professional dan non professional.

Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga

profesional dan non profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan

perawat profesional.

Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat

bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban

kasus, sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan

lanjutan kembali ke rumah sakit.  Agar model ini efektif maka Kepala

Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional dan non

profesionaln serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga tersebut saling

mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama kepemimpinan.  Dalam

menerapkan model modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa bekerjasama

dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola 8-12

kasus.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 14

Page 15: Management Lp

Seperti pada model primer,  tugas tim keperawatan ini harus tersedia juga

selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun

tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional.  Perawat

profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat

non profesional dalam memberikan asuhan keperawatan.  Konsekuensinya

peran perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit

dibandingkan dengan perawat primer.  Model modular merupakan

gabungan dari model tim dan primary model.

MODEL MANAJEMEN KASUS

Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary

nursing.  Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan

pandangan, bahwa untuk penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas

berdasarkan berbagai sumber daya yang ada.

Tujuan dari manajemen kasus adalah:

Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan

sesuai dengan standar.

Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.

Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.

Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui

kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.

Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

1. Kerangka kerja dari model Manajemen Kasus adalah:

Pasien masuk melalui “agency kesehatan”, manager mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab dalam perencanaan sampai dengan

evaluasi pada episode tertentu tanpa membedakan pasien itu berasal dari

unit mana.

Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:

Case Management Plan (CMP).  Merupakan perencanaan bersama

dari masing-masing profesi kesehatan.

Critical Path Diagram (CPD).  Merupakan penjabaran dari CMP dan

ada target waktunya.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 15

Page 16: Management Lp

Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu

pada tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.  Bentuk spesifik

dari manajemen kasus ini tergantung dari karakteristik tatanan asuhan

keperawatan.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain,

maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari dan

bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah

direncanakan. Adapun salah satu cara dalam melaksanakan yaitu

pendelegasian tugas. Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering

mengalami masalah, dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif.

Hal ini diarenakan tiga hal :

under –delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang

yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.

over-delegasi  : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi

penyalahgunaan wewenang.

unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat.Kesalahan yang

ditemukan adalah, pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan

delegasi hanya karena faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak

efektif karena kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan

unsur Subyektif.

Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen tanggung

jawab, kemampuan dan wewenang.Tanggung jawab (responsibility) adalah

suatu rasa tanggung-jawab terhadap penerimaan suatu

tugas.Kemampuan(accountability) adalah kemampuan seseorang dalam

melaksanakan tugas limpah.Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan

kekuasaan penerima tugas limpah untuk mengambil suatu keputusan terhadap

tugas yang dilimpah.

Bagaimana proses pendelegasian :

Seleksi dan susun tugas

Seleksi orang yang tepat

Berikan arahan dan motivasi staf

Lakukan supervise yang tepat

 

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 16

Page 17: Management Lp

Keberhasilan dalam pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut

ini :

Komunikasi yang jelas dan lengkap : Kelengkapan informasi yang

disampaikan, akurasi terhadap pesan, penggunaan kata-kata atau istilah

yang mudah diterima oleh penerima pesan

Ketersediaan sumber dan sarana

Monitoring

Pelaporan kemajuan tugas limpah

3. Evaluasi

Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan

yang telah dilaksanakan.Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai

seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-

faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan

Melalui Evaluasi terhadap setiap pelaksanaan kerja staf, akan dapat membantu

dalam proses penilaian kepuasan perawat, memperbaiki pelaksanaan kerja

perawat, memberitahu perawat bahwa kerja mereka kurang memuaskan serta

mempromosikan jabatan dan kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi

syarat penugasan khusus, serta menentukan palatihan dasar untuk karyawan

yang memerlukan bimbingan khusus.

Dalam melaksanakan sistim penilaian kerja ini maka pimpinan perawat

sebaiknya menetapkan orang yang akan bertanggung-jawab untuk mengevaluasi

setiap pekerja.

Prinsip – prinsip penilaian

Menurut Gillies(1996) untuk mengevaluasi staf secara tepat dan adil, sebaiknya

mengamati prinsip-prinsip tertentu ;

Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan

kerja.Standar ini harus sudah disosialisasikan terlebih dahulu agar setiap staf

mengetahui standar penilaian masung-masing

Perawat sebaiknya diberikan salinan deskripsi kerjanya, salinan standar

pelaksanaan kerja, dan bentuk evaluasi

Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja staf, sebaiknya

menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa dikatakan

memuaskan, dan perbaikan apa yang diperlukan, dan jika diperlukan

dijelaskan pula daerah mana yang harus diprioritaslan

Laporan evaluasi sebaiknya disusun dengan terencana

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 17

Page 18: Management Lp

 

 Proses Kegiatan Penilaian Kerja meliputi :

Merumuskan tanggung-jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf

keperawatan.Rumusan ini harus sudah disepakati dan harus dapat memberikan

kontribusi berupa hasil.

Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh

karyawan untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan

tolak ukur yang telah ditetapkan.Penilaian prestasi kerja dengan

membandingkan prestasi yang sudah dicapai dengan standar ini.

Melakukan monitoring, koreksi, dan memberikan kesempatan serta bantuan

yang diperlukan.

Memberikan umpan balik kepada staf yang dinilai.

Berbagai macam alat ukur atau instrumen dapat digunakan dalam evaluasi

pelaksanaan kerja Staf keperawatan.  Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya

dirancang bersama-sama dengan seluruh staf di dalam organisasi Keperawatan, hal

ini agar semua staf mengetahui bagaimana atasan akan menilai prestasi mereka

masing-masing dan untuk menghindari  adanya unsur subyektifitas dalam

penilaian

4. PENGORGANISASIAN

Salah satu fungsi dari manajemen adalah pengorganisasian. Menurut Korn & Thora

(1981) pengorganisasian adalah koordinasi beberapa aktivitas organisasi untuk

mencapai tujuan. Pengorganisasian sendiri meliputi pembentukan struktur untuk

melaksanakan rencana dan divisi-divisi untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian

didalam keperawatan meliputi menentukan jumlah tenaga berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien dan metode penugasannya.

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas,

kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi

yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian,

1983 dalam Sahar).

Fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi

kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan

komunikasi (Szilagji).

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 18

Page 19: Management Lp

Rangkaian aktifitas menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua

kegiatan usaha kerja sama dengan cara membagikan, mengelompokkan pekerjaan

yang harus dilakukan, menerapkan dan menjalin hubungan kerja antar bagian dan

menjalin hubungan antar staf dan atasan.

a. 3 hal dalam pengorganisasian.

1) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang berhubungan secara

efektif.

2) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisai.

3) Striktur kerja organisasi termasuk kelompok kerja kegiatan yang sama, pola

hubungan antar kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang

efektif antar perawat.

b. Prinsip-Prinsip Dalam Pengorganisasian.

1) Pembagian kerja.

2) Pendelegasian tugas.

3) Koordinasi.

4) Manajemen waktu.

c. Pembagian Kerja

Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap

orang memiliki tugas tertentu.

1) Hal yang Perlu Diperhatikan

a) Jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan

kemampuannya.

b) Tiap bangsal/bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis.

c) Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas.

d) Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau jelas atau erat

hubungannya

e) Mencegah terjadinya pengotakan antar staf/kegiatan

f) Penggolongan tugas berdasarkan kegiatan mendesak, kesulitan atau waktu.

2) Pengetahuan Pemimpin Keperawatan.

a) Pendidikan dan pengalaman setiap staf.

b) Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di Rumah sakit tersebut.

c) Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan

kedudukan dalam organisasi.

d) Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 19

Page 20: Management Lp

e) Mengetahui hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada

tenaga non keperawatan.

d. Pendelegasian Tugas

Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tangguang jawab kepada staf

untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.

Dengan pendelegasian, seorang pemimpin dapat mencapai tujuan dan sasaran

kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen, selain

itu dengan pendelegasian, seorang pemimpin mempunyai waktu lebih banyak

untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi.

a) Alat pengembangan dan latihan manajemen.

b) Staf lebih tertantang dan merasa dipercaya.

c) Staf lebih komit dan puas.

d) Pendelegasian kurang akan menghambat inisiatif staf.

e) Keuntungan Bagi Staf:

1) Mengembangkan rasa tanggung jawab.

2) Meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri.

3) Lebih berkualitas, komit.

4) Lebih puas pada pekerjaan

f) Keuntungan Pemimpin

Mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal seperti perencanaan

dan evaluasi, menigkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan

pengaruh dan power baik interen maupun eksteren, dapat mencapai pelayanan

dan saran keperawatan melalui usaha orang lain.

1) Hal yang Mempengaruhi Pendelegasian:

a) Sifat kegiatan; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan

lebih besar kepada staf

b) Kemampuan staf; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu

berat

c) Hasil yang diharapkan; Applebaun dan Rohrs menyarankan agar pemimpin

jangan mendelegasikan tugas yang utuh dari pada medelegasikan sebagian

aspek daru suatu kegiatan.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 20

Page 21: Management Lp

2) Pendelegasian Efektif

a) Jangan membaurkan dengan pelemparan tugas, oleh karena itu jangan

mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.

b) Jangan takut salah

c) Jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki

keterampilan atau pengetahuan untuk suskses

d) Kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka

dapat melakukan tugas yang didelegasikan

e) Perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil

f) Antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan

masalahnya.

g) Hindari kritik jika terjadi kesalahan.

h) Berikan penjelasan yang jelas tentang tangguang jawab, wewenang,

tanggung gugat dan dukungan yang tersedia

i) Berikan pengakuan dan penghargaan stas tugas yang telah terlaksana

dengan baik.

3) Langkah Pendelegasian Efektif

a) Tetapkan tugas yang akan didelegasikan.

b) Pilihlah orang yang akan diberi delegasi.

c) Berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas.

d) Uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil

tersebut.

e) Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut.

f) Minta staf tersebut menyiapkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf

tersebut atas tugas yang didelegasikan.

g) Tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan.

h) Berikan dukungan.

i) valuasi hasilnya.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 21

Page 22: Management Lp

e. Koordinasi

Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga

yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan ketua tim

kesehatan lain maupun tenaga dari bagian lain.

1) Manfaat Koordinasi

a) Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada di bangsal/bagian dan

perasaan lebih penting dari yang lain.

b) Menumbuhkan rasa saling membantu.

c) Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf.

2) Cara Koordinasi

Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/ rapat, pencatatan dan pelaporan,

pembakuan formulir yang berlaku.

f. Manjemen Waktu

1) Analisa waktu yang dipakai; menetukan agenda harian untuk menentukan

kategori kegiatan yang ada.

2) Memeriksa kembali masing-masing posisi dari tiap aktifitas.

3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannya

serta tujuan yang akan dicapai.

4) Mendelegasikan.

g. Hambatan

1) Terperangkap dalam pekerjaan.

2) Menunda karena takut salah.

3) Tamu yang tidak terjadwal.

4) Telepon.

5) Rapat yang tidak produktif.

6) Peraturan “open door.”

7) Tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu.

h. Strutur Organisai

1) Terdiri dari struktur bentuk dan bagan.

2) Tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.

3) Menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal

maupun horizontal.

4) Melihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung

gugat.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 22

Page 23: Management Lp

5) Disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang

digunakan.

i. Pengelompokkan Kegiatan

1) Organisasi dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai

tujuan.

2) Kegiatan dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi.

3) Pengorganisasian untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai

dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.

j. Metode Penugasan

1) Metode Fungsional

Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada

pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.

Contoh: Perawat A tugas menyuntik, Perawat B tugasnya mengukur suhu badan

klien.

Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas tau lebih untuk semua klien

yang ada diunit tersebut. Kepala ruangan bertangguang jawab dalam pembagian

tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab

semua pernyataan tentang klien.

a) Keuntungan

- Perawat tampil untuk tugas/pekerjaan tertentu.

- Mudah memperoleh keputusan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

- Kekurangan tenaga ahli dapat digantikan dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk suatu tugas yang sederhana.

- Memudahkan kepala ruangan uantuk mengatasi staf atau perserta didik

yang praktek untuk keterampilan tertentu.

b) Kerugian

- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses

keperawatan sulit dilakukan.

- Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggal klien dan melakukan

tugas non keperawatan

- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi

kontribusinya terhadap pelayanan

- Perawatan hanya melihat pelayanan keperawatan sebagai keterampilan

saja.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 23

Page 24: Management Lp

2) Metode Alokasi Klien Keperawatan Total

Yaitu pengorganisasian pelayanan/ asuhan keperawatan untuk suatu atau

beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/ jaga selama periode

waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab

dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan

keperawatan klien.

a) Keuntungan

- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

- Memberikan kesempatan untuk memberikan pelayanan keperawatan

yang komprehensif.

- Motivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, non

keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat.

- Mendukung penerapan proses keperawatan kepuasan tugas secara

keseluruhan dapat dicapai.

b) Kerugian

- Jumlah beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas

rutin yang sederhana terlewatkan.

- Peserta didik sulit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar,

misalnya: menyuntik, mengukur suhu.

- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat

penanggung jawab klieb bertugas.

3) Metode Tim Keperawatan

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh kelompok klien dan

kelompok klien. kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan

berpengalaman dan memiliki pengetahuan dalam bidanganya (“registered

nurse”).

Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin

kelompok/ketua grup. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan

pelayanan kesehatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan

tugas apabila menjalani kesulitan.

Selanjutnya ketua grup melaporkan kepala ruangan tentang kemajuan/ asuhan

keperawatan terhadap klien.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 24

Page 25: Management Lp

a) Keuntungan

- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif.

- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.

- Konflik atau perbedaan antar staf dapat ditekankan melalui rapat tim

cara ini efektif untuk belajar.

- Memberi keputusan anggota tim dalam hubungan interpersonal.

- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan

aman dan efektif.

b) Kerugian

- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

diadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi

dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas

tersebut.

- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu

tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua

tim.

- Akuntabilitas dalam anggota tim kabur.

4) Metode Keperawatan Primer/Utama (Primary Nurse)

Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh

satu orang “registered nurse” sebagai perawat primer yang bertanggung jawab

dalam asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi

tanggung jawabnya mulai dari masuk sampai pulang dari rumah sakit. apabila

perawat primer/utama libur atau cuti, tanggung jawab dalam asuhan

keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu

tingkat pengalaman dan keterampilannya (associate nurse).

a) Keuntungan

- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau

diterapkan.

- Melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif.

- Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.

- Memungkinkan penerapan proses keperawatan.

- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.

- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan

keperawatan.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 25

Page 26: Management Lp

b) Kerugian

- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5) Metode Modular

Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk kelompok klien dari

mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tangguang jawab total atau

keseluruhan.

Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan

memiliki kemampuan kepemimpinan. Ideal 2 – 3 untuk 8 – 12 orang klien.

a) Keuntungan dan Kerugaian

Sama dengan gabungan antara metode tim dengan metode perawatan

primer.

k. Konsep Model Keperawatan Tim

Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.

Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas yang

sebelummya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan

sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia khususnya di

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk

digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil

penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode tim, 25 % perawatan

total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron &

Gray, 1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.

1) Hal-hal yang perlu diperhatiakan

- Ketua tim sebaiknya perawat yang berpendidikan/ berpengalaman, terampil

dan memiliki kemampuan keterampilan. Jika hanya seorang “registered

nurse” yang bertugas dia harus menjadi ketua tim. Ketua tim juga harus

mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan keperawatan klien,

merencanakan, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Selain itu harus mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

filosofi keperawatan. Uraian tugas untuk ketua tim harus jelas dan spesifik.

- Komunikasi yang efektif diperlukan untuk melanjutkan asuhan

keperawatan. Dengan demikian pencatatan rencana keperawatan untuk tiap

klien harus selalu tepat waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai

kembali untuk validitasnya.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 26

Page 27: Management Lp

- Ketua tim harus mengguanakan semua teknik manajemen dan

kepemimpinan.

- Pelaksanaan keperawatan tim sebaikanya fleksibel atau tidak kaku. Metode

tim dapat digunakan pada shift pagi, sore atau malam di unit manapun.

Sejumlah tenaga harus terlibat dalam tim, minimal dua sampai tiga tim.

Jumlah atau besarnya tim tergantung pada banyaknya staf. Dua orang

perawat dapat dikatakan tim, terutama untuk shift sore dan malam, dimana

jumlah tenaga terbatas.

2) Tanggung jawab Ketua Tim

- Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.

Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan.

Dapat dilakukan searah terima tugas.

- Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing

anggota tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan.

- Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan

keperawatan tercatat.

- Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau

laporan anggota tim.

3) Tanggung jawab Anggota Tim

- Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di

unit tersebut. Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim.

- Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan

secara teliti termasuk program pengobatan.

- Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta

respon yang ditunjukan klien.

- Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim.

4) Tanggung jawab Kepala Ruangan pada metode tim

- Menetapkan standar kerja staf.

- Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang

dipimpinnya.

- Memberikan kesempatan kepada klien tim dan membantu untuk

mengembangkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan.

- Secara keseimbanagan mengorientasikan staf baru tentang prosedur tim

keperawatan.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 27

Page 28: Management Lp

- Menjadi nara sumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi

- Motivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

- Melakukan komunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpin.

5) Koordinasi Kegiatan

Kepala Ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama

yang selaras satu sama lain dan saling menunjang, untuk mencipakan suasana

kerja yang menyenangkan. Selain itu harus memperlihatkan prinsip- prinsip

organisasi yang telah dijelaskan diatas misalnya kesatuaan komando, tiap staf

memiliki satu atasan langsung.

Rentang kendali 3 sampai 7 staf untuk satu atasan. Pada metode penguasaan tim

dalam satu ruangan tidak boleh lebih dari 3 sampai 7 dalam satu tim. Selain itu

kepala ruangan perlu mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung

kepada kepala tim, keculi tugas pokok, harus dilakukan kepala ruang. Selain itu

kepala ruangan harus mendelagasikan kepada orang yang tepat, mendengarkan

saran yang didelegasikan dan penerima delegasi harus bertanggung gugat.

6) Evaluasi Kegiatan

Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk menilai apakah

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana Oleh karena itu kepala ruangan

berkewajiban untuk memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan

dilakukan. Dengan demikian diperlukan uraian tugas yang jelas untuk masing-

masing staf dan prosedur tugas yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

dengan memperlihatkan keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan

kenyamanan staf dan fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu

diperlukan juga standar penampilan kerja yang diharapkan dari perawat yang

melakukan tugas. Semua ini perlu dievaluasi secara terus menerus guna

dilakukan tindakan koreksi apabila ditemukan penyimpanagan dari standar.

7) Kelompok Kerja

Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf satu

dan yang lain; antar kepala ruang dan staf sehingga perlu adanya kerjasama dan

kebersamaan dalam kelompok.

Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan mengurangi

motivasi kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga

dapat meningkatkan motivasi kerja dan peran keterikatan dalam kelompok

karena semua perawat yang berkerja dalam satu ruang pada dasarnya

merupakan satu kelompok kerja yang perlu bekerja sama satu sama lain.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 28

Page 29: Management Lp

DAFTAR PUSTAKA

Audain, C. 1998. Florence Nightingale.http://www.agnesscott.edu/iriddle/women/right

piechart.htm. Diakses 2004.

Departemen Kesehatan. 1998. Standar Asuhan Keperawatan. Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik. Jakarta.

Departemen Kesehatan , 1999. Modul Pengajaran Keperawatan. Pusat Pendidikan

Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta.

Ismani, N. 2000. Etika Keperawatan. Penerbit Widya Medika. Jakarta.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan

Profesional. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Elianus Deni, S.Kep [Management Keperawatan] | 29