makalah simulasi kasus alif erwin jihah revisi.docx

66
Laporan Simulasi Kasus BRONKITIS KRONIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian syarat untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Rajihah I1A008015 Nurhalifah I1A008079 Erwin Cristanto I1A008080 Pembimbing : dr. Annisa Fitria

description

farma

Transcript of makalah simulasi kasus alif erwin jihah revisi.docx

Page 1: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Laporan Simulasi Kasus

BRONKITIS KRONIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian syarat untuk Mengikuti UjianIlmu Farmasi Kedokteran

Oleh

:Rajihah I1A008015

Nurhalifah I1A008079

Erwin Cristanto I1A008080

Pembimbing :

dr. Annisa Fitria

BAGIAN FARMAKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU2013

Page 2: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari

gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke

dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Bronkus merupakan lanjutan dari

trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V.

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 –

8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan

mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus,

disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis )

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus

tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa

destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang

terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang

terjadi. Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada

seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi

saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary

disease ( COPD ).

Page 3: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Bronkitis kronis ditandai dengan batuk dan produksi sputum yang

berlebihan(ekspektorasi) dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman

akibat batukkronik berdahak tersebut. Penyakit ini menimbulkan dampak baik

fisik maupun psikisyang tidak sederhana kepada yang penderitanya dengan efek

samping pada kualitihidupnya. Penderita dengan bronkitis kronis mengalami

eksaserbasi yang cukup seringsepanjang tahunnya, terutama pada saat musim

penghujan atau musim dingin pada negaradengan 4 musim. Kejadian eksaserbasi

merupakan episodeperburukan gejala respirasi yang berulang mengakibatkan

penurunan fungsi paru,perburukan kualiti hidup dan peningkatan kebutuhan

perawatan medis (kunjungan kedokter, penambahan medikasi, emergensi, rawat

inap, dll). Dengan kata lain eksaserbasiakut bronkitis kronis adalah penyebab

utama rawat inap dan kematian pada penderitabronkitis kronis. Penyebab tersering

dari eksaserbasi adalahinfeksi virus pernapasan dan infeksi bakteri, penyebab

lainnya seperti polusi lingkungan,gagal jantung kongestif, emboli paru, pemberian

oksigen yang tidak tepat, obat-obatanseperti narkotik dan lain-lain.

Proses yang kompleks merupakan kombinasi berbagai mekanisme

adalahpatofisiologis yang bertanggung jawab untuk terjadinya bronkitis kronis.

Efek kombinasimekanisme tersebut menghasilkan kolonisasi bakteri dan infeksi

kronik yangberkontribusi terhadap kejadian eksaserbasi dan kerusakan mekanisme

pertahanan paruyang berakibat memudahkan terjadinya eksaserbasi dan demikian

steerusnya. Ingkaranyang saling berkaitan tersebut dikenal dengan vicious circle

pada bronkitis kronis,sehingga pendekatan yang ideal penanganan yang berakibat

memutuskan mata rantailingkaran tersebut.

Page 4: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx
Page 5: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkitis Kronis

Bronkitis merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi

utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses

ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari

saluran napas maupun bawah.1

Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, bronkitis akut berlangsung

kurang dari 6 minggu dengan rata-rata 10-14 hari, sedangkan bronkitis kronis

berlangsung lebih dari 6 minggu. Secara umum keluhan pada bronkitis kronis dan

bronkitis akut hampir sama, hanya saja keluhan pada bronkitis kronis cenderung

lebih berat dan lebih lama. Hal ini dikarenakan pada bronkitis kronis terjadi

hipertrofi otot-otot polos dan kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran

pernapasan.Secara klinis, bronkitis kronis merupakan penyakit saluran pernapasan

yang ditandai dengan batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2

tahun berturut-turut.2

Bronkitis kronis adalah suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap

hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam

satu tahunnya dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun. Beberapa penyakit lain

juga memberikan gejala yang sama antara lain tuberkulosis paru, bronkiektasis,

tumor paru, asma bronkial. Karena itu penyakit-penyakit tersebut harus

disingkirkan terlebih dahulu sebelum diagnosis bronkitis kronis ditegakkan.

Page 6: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Kadang-kadang sukar membedakan antara bronkitis kronis dan asma bronkial,

bahkan dapat timbul bersamaan pada seorang penderita.3

Bronkitis kronis dapat dibagi menjadi :3

Simple chronic bronchitis; bila sputumnya mukoid

Chronic atau Recurrent mucopurulent bronchitis; bila dahaknya

mukopurulen

Chronic obstructive bronchitis; jika disertai obstruksi saluran napas yang

menetap.

Berdasarkan tingkatan beratnya penyakit maka bronkitis dibagi menjadi:4

a. Bronchitis ringan

Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah

demam, ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma,

foto dada normal.

b. Bronchitis sedang

Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat,

( umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ),

adanya haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru

normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar

pada daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.

c. Bronchitis berat

Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan

berbau. Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri

pleura. Bila ada obstruksi nafas akan ditemukan adany dispnea, sianosis

Page 7: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

atau tanda kegagalan paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum

kurang baik, sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata ,

pasien mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis.

Pada gambaran foto dada ditemukan kelianan : bronkovascular marking,

multiple cysts containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan

ronchi basah kasar pada daerah yang terkena.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, sekitar 10-25% penduduk menderita simple chronic

bronchitis. Lebih banyak terdapat pada laki-laki diatas 40 tahun. Di Inggris

bronkitis kronis terdapat pada 17% laki-laki dan 8% wanita, India 3% dan Nepal

12%. Data-data epidemiologis di Indonesia sangat minim. Dari penelitian Edo,

dkk di Kalimantan Tengah, insidensi bronkitis kronis adalah 6,1%.5

Di Indonesia, belum ada angka morbiditas bronkitis kronis, kecuali di

rumah sakit sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat

(National Center for Health Statistics) diperkirakan sekitar 4% dari populasinya

didiagnosa bronkitis kronis. Angka inipun diduga masih di bawah angka

morbiditas yang sebenarnya karena bronkitis kronis yang tidak

terdiagnosis.Bronkitis akut merupakan kejadian yang paling umum dalam

pengobatan rawat jalan, berkontribusi terhadap sekitar 2,5 juta kunjungan ke

dokter di AS pada 1998.Di Amerika Serikat, biaya pengobatan untuk bronkitis

akut sangat besar; untuk setiap episode, pasien menerima rata-rata dua resep untuk

digunakan2-3 hari.6

Page 8: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan.

Frekuensi angka morbiditas bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria

dibanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka perbandingan yang

pasti. Usia penderita bronkitis kronis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.5

C. Etiologi

Secara umum penyebab bronkitis dapat dibagi berdasarkan faktor

lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor

lingkungan meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi

menjadi infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikoplasma),

infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia).

Faktor polusi udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu

terjadinya bronkitis. Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin,

kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada.6

Berdasarkan penyebabnya bronkitis dibagi menjadi dua yaitu bronkitis

infeksiosa dan bronkitis iritatif.6

1. Bronkitis infeksiosa

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama

Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang

bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran

pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

Sinusitis kronis

Bronkiektasis

Page 9: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Alergi

Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak

2. Bronkitis iritatif 

Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu

yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa

disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asamkuat, amonia,

beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida

dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen

dioksida,tembakau dan rokok lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat

polutan.7

D. Patologi

Kelainan utama pada bronkitis kronis adalah hipertrofi dan hiperplasia

kelenjar mukus bronkus. Terjadi sekresi mukus dan dinding bronkus. Angka ini

dinamakan indeks Reid, normalnya adalah 0,26. Pada bronkitis kronis rata-rata

0,55. Terdapat juga peradangan difus, penambahan sel mononuklear di

submukosa trakeobronkial, metaplasia epitel bronkus dan silia berkurang. Pada

penderita yang sering mengalami bronkospasme, otot polos saluran bertambah

dan timbul fibrosis peribronkial. Yang penting juga adalah perubahan pada

saluran nafas kecil (small airways) yaitu hiperplasia sel goblet, sel radang di

mukosa dan submukosa, edema, fibrosis peribronkial, penyumbatan mukus

intraluminal dan penambahan otot polos.4

Page 10: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Gambar 1. Patologi Bronkitis Kronis4

E. Patogenesis8

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis kronis yaitu

rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor

keturunan dan status social.

1. Rokok

Menurut buku Report of The WHO Expert Committe on Smoking Control, rokok

adalah penyebab utama bronkitis kronis dan emfisema paru. Terdapat hubungan

yang erat antara merokok dan penurunan Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama

(VEP1). Dari 34.000 dokter di Inggris, hanya tiga dokter yang meninggal karena

bronkitis kronis dan emfisema paru. Sedang penderita perokok, banyak yang

meninggal karena penyakit diatas. Secara patologis rokok berhubungan dengan

Page 11: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran

pernafasan. Juga dapat menyebabkan bronkokontriksi akut. Menurut Crofton dan

Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag

alveolar dan surfaktan.

2. Infeksi

Menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejala-gejalanya pun lebih

berat. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronkitis

kronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan

kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkitis kronis disangka paling sering

diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh

bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Haemophilus influenzae dan

Streptococcus pneumoniae.

3. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit di atas,

tetapi apabila disertai dengan merokok, resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia

yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti oksigen,

zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid dan ozon.

4. Keturunan

Belum diketahui dengan jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali pada penderita dengan defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu

protein. Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu

kerusakan jaringan lebih lanjut dapat dicegah. Defisiensi alfa-1-antitripsin adalah

Page 12: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

suatu kelainan yang diturunkan secara autosom resesif, yang sering diderita oleh

penderita emfisema paru adalah penderita dengan gen S atau Z, emfisema paru

akan cepat muncul bila penderita tersebut merokok.

5. Faktor Sosial Ekonomi

Kematian pada penderita bronkitis kronis ternyata Lebih banyak pada golongan

sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan dan ekonomi

yang lebih jelek.

6. Hipotesis Elastase-Anti Elastase

Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti

elastase agar tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan akan

menimbulkan kerusakan jaringan elastik paru. Arsitektur paru akan berubah dan

timbul emfisema. Sumber elastase yang penting adalah pankreas, sel-sel Poli

Morfonuklear (PMN) dan makrofag alveolar/Pulmonary Alveolar Macrophage

(PAM). Perangsangan pada paru antara lain oleh asap rokok dan infeksi,

menyebabkan elastase bertambah banyak. Aktivitas sistem anti elastase yaitu

sistem enzim alfa-1-protease-inhibitor terutama enzim alfa-1-anti tripsin (alfa-1-

globulin) menjadi menurun. Akibat tidak ada lagi keseimbangan antara elastase

dan anti elastase akan menimbulkan kerusakan jaringan elastin paru dan kemudian

emfisema.

F. Patofisiologi5

Penyempitan saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronis maupun pada

emfisema paru. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan

Page 13: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

adanya tanda-tanda obstruksi. Pada bronkitis kronis sesak nafas terutama

disebabkan karena perubahan pada saluran pernafasan kecil, yang diameternya

kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang terjadi

obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran

pernafasan besar juga berubah. Timbul terutama karena hipertrofi dan hiperplasia

kelenjar mukus, sehingga saluran pernafasan lebih menyempit.

Gambar 2. Bagan Patofisiologi Bronkitis Kronis

Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab terhadap bronkitis

kronis sangat kompleks, berawal dari stimulasi toksik pada saluran pernapasan

menimbulkan 4 hal yang meliputi inflamasi saluran pernapasan, hipersekresi

mukus, disfungsi silia dan stimulasi refleks vagal saling mempengaruhi dan

berinteraksi menimbulkan suatu proses yang sangat kompleks.

Perubahan struktur pada parumenimbulkan perubahan fisiologik yang

merupakan karakteristik bronkitis kronis seperti batuk kronik, produksi sputum,

Page 14: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

obstruksi saluran napas, gangguan pertukaran gas, hipertensi pulmonal dan kor-

pulmonale.

Akibat perubahan bronkiolus dan alveoli terjadi gangguan pertukaran gas

yang menimbulkan dua masalah serius, yaitu:

1. Aliran darah dan udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai (mismatched).

Sebagian tempat pada alveoli terdapat aliran darah yang adekuat tetapi sangat

sedikit aliran udara pada sebagian tempat lain di arah sebaliknya.

2. Performa yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot respirasi

sehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas, menimbulkan

hipoventilasi dan tidak cukupnya udara ke alveoli menyebabkan CO2darah

meningkat dan O2 dalam darah berkurang.

Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa

bronkusdan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan

edema pada mukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat

mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Produksi mukus yang terus

menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia dan faktor fagositosis dan

melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih

lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadidalam saluran napas.7

G. DIAGNOSIS

Diagnosis bronkitis kronis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,

pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaanbakteriologik, radiologik dan pemeriksaan

penunjang lainnya.4

Page 15: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

a. Gejala klinik

Gejala umum bronkitis kronis adalah:

Batuk, kadang menjadi batuk mengi

Terdapat sputum yang bening, putih atau hijau-kekuningan

Merasa lelah dan lesu

Demam ringan

Merasa tidak nyaman pada bagian dada.5,8

Seseorang didiagnosis bronkitis kronis ketika mengalami batuk berdahak

selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis

kronis mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut di antara episode

kronisnya, dan batuk mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.8

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif

berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah

seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah

ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder

sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen,

dapat memberikan bau yang tidak sedap.8

Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat

nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan

timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling

ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu

apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang

mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik )

Page 16: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas.

Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis

kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan

paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya

menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang

ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus.

Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.

b. Pemeriksaan Fisik2

Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,

manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut

dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan.

Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan

keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah

pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila

bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat

menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya

gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum

kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan

kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila

terjadi obstruksi bronkus.

Sindrom kartagenr. Sindrom ini terdiri atas gejala-gejala berikut :

Bronchitis kongenital, sering disertai dengan silia bronkus imotil

Page 17: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Situs inversus pembalikan letak organ-organ dalam dalam hal ini terjadi

dekstrokardia, left sided gall bladder, left-sided liver, right-sided spleen.

Sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis. Semua elemen

gejala sindrom kartagener ini adalah keleinan kongenital. Bagaimana

asosiasi tentang keberadaanya yang demikian ini belum diketahui dengan

jelas.

Bronchitis. Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang biasanya

merupakan gejala sisa komleks primer tuberkolosis paru primer. Kelainan ini

bukan merupakan tanda klinis bronchitis, kelainan ini sering menimbulkan erosi

bronkus didekatnya dan dapat masuk kedalam bronkus menimbulkan sumbatan

dan infeksi, selanjutnya terjadilah bronchitis. Erosi dinding bronkus oleh bronkolit

tadi dapat mengenai pembuluh darah dan dapat merupakan penyebab timbulnya

hemaptoe hebat.

c. Pemeriksaan Laboratoris9

Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan

polisitemia sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing

ditemukan anemia, yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan

leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif.

Urin umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan

ditemukan proteiuria. Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap

antibiotic, perlu dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.

Page 18: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,

keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus

yang menebal. Corak paru bertambah

Analisa gas darah

- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)

- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

- Saturasi hemoglobin menurun.

- Eritropoesis bertambah.

d. Pemeriksaan Radiologik

Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista

kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang

terkena, ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps.

Gambaran bronchitis akan jelas pada bronkogram.

e. Kelainan faal paru

Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran

udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena

terjadinya obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah

berupa penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus )

distribusi ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru.

H. PENATALAKSANAAN

Gambar 1. Bagan Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut Bronkitis Kronis

admin, 04/06/13,
Untuk alur penatalaksaan yang kronis ada atau tidak? Kl tidak ada cari yang untuk bronchitis secara umum tapi berdasarkan guideline yang akurat
Page 19: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Pasien dengan bronkitis kronis denganPeningkatan sputumPeningkatan purulensi sputumPeningkatan dispnea

Pemeriksaan Fisik

Penemuan fokal

Bukan Pneumonia

Pneumonia

Terapi sesuai guideline CAP

Dua atau lebih gejalaSatu gejala

Tanpa antibiotik

Faktor Risiko:FEVI<50%≥4eksaserbasi/thnPenyakit jantungPenggunaan oksigenAntibiotik dalam 3 bln terakhir

Pewarnaan gram dan kultur sputum

Grup IMakrolide generasi 2, sefalosporin generasi 2 atau 3, amoxicilin, TMP-SMX, doxycycline

Grup IIΒ-lactam/ Β-lactamase inhibitor, floroquinolon, penggunaan steroid oral kronis

Grup IIIRawat jalan: terapi disesuaikan untuk patogen P.aeruginosa yang biasa (ciproloxacin); Rawat inap: terapi parenyal biasanya diperlukanPerbaikan Perburukan Perbaikan Perburukan

Tidak ada terpi lanjutan

Fluoroquinolone, Amoxicillin-asam klavulinic

Tidak ada terpi lanjutan

Foto thorak untuk menyingkirkan pneumonia

No

None 1/lebih

Multipel faktor

Yes

Page 20: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Bronkitis Kronis Secara Umum10

Page 21: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Gambar 3. Penanganan Farmakologis Bronkitis Kronis11

Pengelolaan pasien bronchitis terdiri atas dua kelompok :

A. Pengobatan konservatif, terdiri atas :11

1. Pengelolaan umum

Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :

a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.

Mencegah / menghentikan rokok

Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

Page 22: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk

dikerjakan adalah sebagai berikut :

Melakukan drainase postural

Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa

sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap

kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit,

tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini

adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan

bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase

postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya,

dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan pada pada

punggung pasien dengan punggung jari.

Mencairkan sputum yang kental

Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,

mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.

Mengatur posisi tepat tidur pasien

Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk

memudahkan drainase sputum.

c. Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil

dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada

infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak

berkelanjutan.

Page 23: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

2. Pengelolaan khusus.11

a. Kemotherapi pada bronchitis

Kemotherapi dapat digunakan :

secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )

untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru

atau kedua-duanya digunakan

Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian

antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas

kuman terhadap antibiotic secara empiric.

Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan

bronchitis, tidak pada setiap pasien harus iberikan antibiotic.

Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic

diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan

beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang

semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).

Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat

mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya

terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan

ini hanya bersifat sementara.

b. Drainase secret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan

perawatan pasien. Keperluannya antara lain :

Menentukan dari mana asal secret

Page 24: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

Menghilangkan bstruksi bronkus dengan suction drainage

daerah obstruksi.

3. Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin

mengganggu atau mebahayakan pasien.

a. Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari

hasil uji faal paru ( % FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat

bronkodilator.

b. Pengobatan hipoksia.

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.

c. Pengobatan haemaptoe.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan

perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan

hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui

mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.

d. Pengobatan demam.

Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering

terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini

selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

Page 25: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

B. Pengobatan pembedahan10

a. Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang

terkena.

b. Indikasi pembedahan :

Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak

berespon yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan

konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk

operasi

Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi

berulang atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan

haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.

c. Kontra indikasi

Pasien bronchitis dengan COPD

Pasien bronchitis berat

Pasien bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik

dekompensasi.

d. Syarat-ayarat operasi.

Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel

Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel

Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada

bronchitis atau bronchitis kronik.

e. Cara operasi.

Page 26: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak

terdaat kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif

dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil

baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.

Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami

keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif

( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak

terdapat kontra indikasi operasi.

f. Persiapan operasi :

Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,

pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional )

Scanning dan USG

Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien

Memperbaiki keadaan umum pasien

PENCEGAHAN5

Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk

kongenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk mencegah

terjadinya bronchitis ada beberapa cara :

Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat terhadap

semua bentuk pneumonia yang timbul pada anak akan dapat mencegah

( mengurangi ) timbulnya bronchitis

Page 27: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia ) pada anak

dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif terhadap timbulnya

bronchitis.

KOMPLIKASI9

Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada anak, antara lain :

Bronchitis kronik

Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami

infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian

atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.

Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.

Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

Efusi pleura atau empisema

Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi

supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri

pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis

pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali

merupakan tindakan beah gawat darurat.

Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas

Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri

dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt,

terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi

hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner

Page 28: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx
Page 29: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

BAB III

SIMULASI KASUS

A. Kasus

Anamnesis

Seorang laki-laki usia 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan

batuk sejak 1 minggu terakhir.Batuk dirasakan terus menerus dan semakin sering

sejak 2 hari yang lalu. Batuk disertai lendir berwarna putih kekuningan kental.

Pasien juga mengeluh sesak nafas sejak 3 hari terakhir, Sesak hilang timbul, lebih

nyaman saat istirahat. Tidak keluhan nyeri dada, hanya sakit perut dirasakan jika

batuk, pasien mengeluh sudah sering batuk dan sesak sejak 1 tahun terakhir tetapi

hilang timbul dan tidak seberat serangan saat ini. Pasien juga mengeluh demam

sejak 1 minggu terakhir. Mengigil (-) nyeri kepala (-) pasien adalah seorang

perokok aktif sejak usia 15 tahun. Sehari bisa meenghabiskan 2-3 bungkus rokok.

BAB/BAK dalam batas normal. Nafsu makan seperti biasa.

Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 kali/menit

Suhu : 37,8 C

Respirasi : 27 kali permenit

Pemeriksaan fisik

Kepala /leher : konjungtiva pucat (-/-) , pembesaran KGB leher (-)

Page 30: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Thorak : Sela iga melebar, hipersonor, sn bronkovesikuler, RH (+/+), WH (+/+)

Cor: S1 S2 tunggal bising (-)

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstermitas : dalam batas Normal

Diagnosis : Bronkhitis Kronis

Penatalaksanaan

1. Tujuan Pengobatan

Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, pengobatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Pemberian bronkodilator, dalam hal ini antikolinergik untuk memperbaiki

keadaan obstruksi saluran nafas.

2. Pemberian antibiotik, hal ini dilakukan karena TN Laki-laki menderita

bronchitis yang walaupun kebanyakan disebabkan oleh virus tetapi pada

pasien ini diduga disebabkan oleh bakteri karena adanya keluhan demam

serta sputum yang berwarna kuning.

3. Pemberian obat yang mengandung mukolitik, yang berguna untuk

mengencerkan dahak agar mudah dikeluarkan

4. Pemberian banyak cairan dan obat yang mengandung paracetamol untuk

mengurangi demam dan rasa tidak enak badannya.

Page 31: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Daftar Kelompok Obat beserta Jenisnya yang berhasiat untuk kasus

di atas

No. Golongan

Obat

Nama Obat

1. Bronkodilator Antikolinergik Ipratropium

Tiotropium

Agonis – beta 2 Fenoterol

Salbutamol

Terbutalin

Procaterol

Formoterol

Salmeterol

Terapi kombinasi Fenoterol + Ipratropium

Salbutamol + Ipratropium

Flutikason + salmeterol

Budesonide + Formoterol

Metilxantin Aminofilin

Teofilin LL

2. Mukolitik Ambroxol

Bromhexin

3. Antipiretik Paracetamol

4. Antibiotik Amoksisilin

Page 32: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Perbandingan kelompok obat tersebut menurut khasiat, keamanan dan

kecocokan

No Jenis Obat KhasiatKeamanan

(efek samping obat)Kontraindikasi

1. Ipratropium Bronkodilator untuk

pemeliharaan

bronkospasme

Gangguan motalitas GI,

mulut kering, sakit kepala,

takikardi, palpitasi, takikardi

suoraventikular, fibrilasi

atrial, gangguan akomodasi

mata, mual, retensi urin,

batuk, iritasi lokal,

bronkospasme yang diinduksi

oleh inhalasi, reaksi alergi

Hipersensitif terhadap

atropin atau derivatnya.

Inhaler: riwayat

hipersensitif terhadap

lesitin soya atau produk

makanan yang

mengandung kacang

kedelai

2. Tiotropium Terapi rumat untuk

PPOK, dispnea, dan

mencegah aksaserbasi

Mulut kering, konstipasi,

iritasi lokal dan batuk,

takikardi, kesulitan berkemih

dan retensi urin, reaksi

hipersensitivitas

Tidak boleh digunakan

untuk terapi akut

bronkospasme

3. Fenoterol Pengobatan gejala

serangan asma akut,

pengobatan pada asma yg

dipicu oleh aktivitas

fisik, pengobatan gejala

asma bronkial dan

kondisi lain dengan

penyempitan saluran

nafas yang reversible

seperti bronchitis

obstruktif kronik

Tremor halus pada otot

rangka, gugup, sakit kepala,

takikardi, palpitasi,

hipokalemia, batuk, iritasi

lokal, bronkokontriksi

paradoks, mual, muntah,

berkeringat, lemas, mialgia,

kram otot, penurunan TD

diastolik, peningkatan TD

sistolik, aritmia, reaksi kulit

atau reaksi alergi

Kardiomiopati obstruktif

hipertrofi, takiaritmia

4. Salbutamol Bronkodilator pada

semua jenis asma

bronkial, bronchitis

kronik dan emfisema

Tremor halus pada otot

rangka terutama pada tangan,

palpitasi, dan kejang otot

Pemakaian bersama

dengan β-bloker

5. Terbutalin Asma bronkial, bronkitis

kronis, emfisema, dan

Tremor, kram tonik, palpitasi Pasien dengan MAOI

atau masih dalam waktu

Page 33: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

penyakit paru lainnya

dimana bronkospasme

sebagai komplikasinya

14 hari setelah dilakukan

penghentian terapi

6. Procaterol Dispnea karena asma

bronkial, bronkitis akut

dan kronik, emfisema

paru

sakit kepala, takikardi,

palpitasi, tremor, mual,

muntah, ruam kulit. Dapat

menurunkan kadar kalium

secara bermakna

Hipersensitivitas

7. Formoterol Terapi regular untuk

asma pada dewasa dan

anak > 12 tahun dimana

diperlukan terapi

kombinasi kortikosteroid

inhalasi dan agonis-γ

kerja panjang. Terapi

PPOK berat dan adanya

riwayat aksaserbasi

berulang

sakit kepala, tremor, palpitasi,

kandidiasis oral, iritasi

tenggorokan yang bersifat

ringan, batuk, suara serak

Hipersensitivitas

8. Salmeterol Terapi regular untuk

penyakit obstruktif

saluran nafas yang

reversible, mencakup

asma dan PPOK,

termasuk bronkitis dan

emfisema

Serak atau distonia, sakit

kepala, tremor, palpitasi,

kandidiasis oral, iritasi

tenggorokan, bronkospasme

parodoksikal, artralgia, kram

otot

Hipersensitivitas

9. Fenoterol +

Ipratropium

Mencegah dan mengobati

gejala gangguan saluran

nafas obstruktif kronis

yang disertai

bronkospasme reversibel

seperti asma bronkial,

khususnya bronkitis

kronis dengan atau tanpa

emfisema

Tremor halus pada otot

rangka, gelisah, takikardi,

palpitasi, hipokalemia, batuk,

iritasi lokal, bronkokontriksi

paradoks, mual, muntah,

berkeringat, lemas, mialgia,

kram otot, penurunan TD

diastolik, peningkatan TD

sistolik, aritmia, reaksi kulit

atau reaksi alergi.

Kardiomiopati obstruktif

hipertrofi, infark

miokard yang baru,

gangguan hati organik

berat atau gangguan

pembuluh darah,

hipertiroidisme,

glaukoma sudut sempit

10. Salbutamol + Bronkospasme yg Tremor halus pada otot Kardiomiopati obstruktif

Page 34: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Ipratropium berhubungan dengan

PPOK pada pasien-

pasien yang diterapi

dengan ipratropium Br

dan salbutamol

rangka, gelisah, sakit kepala,

pusing, takikardi, palpitasi,

hipokalemia, batuk, iritasi

lokal, bronkospasme, mual,

muntah, berkeringat,

kelemahan otot, mialgia,

kram otot, penurunan TD

diastolik, peningkatan TD

sistolik, aritmia, reaksi kulit

atau reaksi alergi. Mulut

kering, distonia, komplikasi

okular (midriasis,

peningkatan TIO, glaukoma

sudut tertutup, nyeri mata).

Gangguan motilitas GI,

retensi urin.

hipertrofi, takiaritmia

11. Flutikason +

salmeterol

Terapi regular untuk

penyakit obstruktif

saluran nafas yang

reversible, mencakup

asma dan PPOK,

termasuk bronkitis dan

emfisema

Serak atau distonia, sakit

kepala, tremor, palpitasi,

kandidiasis oral, iritasi

tenggorokan, bronkospasme

parodoksikal, artralgia, kram

otot

Hipersensitivitas

12. Budesonide +

Formoterol

Terapi regular untuk

asma pada dewasa dan

anak > 12 tahun dimana

diperlukan terapi

kombinasi kortikosteroid

inhalasi dan agonis-γ

kerja panjang. Terapi

PPOK berat dan adanya

riwayat aksaserbasi

berulang

sakit kepala, tremor, palpitasi,

kandidiasis oral, iritasi

tenggorokan yang bersifat

ringan, batuk, suara serak

Hipersensitivitas

13. Aminofilin Pengobatan dan

profilaksis bronkus yg

berhubungan dengan

Gangguan GI, takikardi,

palpitasi, tremor

Tidak direkomendasikan

untuk anak < 12 tahun

Page 35: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

asma, emfisema dan

bronkitis kronis

14. Teofilin Meringankan dan

mengatasi serangan asma

bronkial

mual, muntah, sakit kepala,

takiaritmia, nyeri ulu hati,

iritasi, insomnia, palpitasi,

takipnea, ruam, hiperglikemia

Tukak peptik

15. Ambroxol Gangguan saluran nafas

akut dan kronik

sehubungan dengan

sekresi bronkial yang

abnormal khususnya

pada keadaan eksaserbasi

dari bronkitis kronis,

bronkitis asmatis, asma

bronkial

Gangguan saluran cerna

ringan. Jarang: reaksi alergi

16. Penisilin V Antibiotik, menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel. Bersifat bakterisidal melawan organisme yang sensitif saat tercapai konsentrasi yang adekuat. (2)

Efek samping : (12)

reaksi alergi : urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopeni, trombositopeni, diare, syok anafilaktik pada pasien yang alergi

Kontraindikasi : (2,12)

riwayat hipersensitivitas terhadap golongan penisilin lainnya

17. Benzathine penicilin G

Antibiotik, menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel. Bersifat bakterisidal melawan organisme yang sensitif saat tercapai konsentrasi yang adekuat. (2)

Efek samping: (13)

- Lokal reaksi di tempat suntikan,

- Hipersensitivitas: gangguan kulit pruritus, urtikaria, edema laring, demam, eosinofilia, hipersensitivitas miokarditis, dan anafilaksis shock dan kematian.

Kontraindikasi : (2,12)

riwayat hipersensitivitas terhadap golongan penisilin

18. Amoxicillin Amoxicillin akan menghasilkan efek

Diare, nausea, muntah serta Kontraindikasi : (2,12)

Page 36: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

bakterisidal. (13) reaksi hipersensitif.(13) riwayat hipersensitivitas terhadap golongan penisilin

19. Cefadroksil Merupakan golongan sefalosprin bersifat bakterisidal dengan cara mengganggu pembentukan dinding sel bakteri.(13)

Efek samping:

Diare, pusing, sakit kepala, gangguan pencernaan, nyeri sendi, nyeri perut dan kelelahan.(14)

Kontraindikasi (14) alergi terhadap golongan sefalosporin lainnya

20. Cephalexin Merupakan golongan sefalosprin bersifat bakterisidal dengan cara mengganggu pembentukan dinding sel bakteri. 13

Efek samping: (14)

diare, kolitis, mual, muntah, rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit kepala, reaksi alergi, sindroma Steven-Johnson

Kontraindikasi: (14)

hipersensitif terhadap golongan sefalosporin

21. Azitromicin Menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S dan umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun kadang dapat bersifat bakteriosidal pada kuman yang sangat peka. (15)

Efek samping:( 14)

mual, muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya

Kontraindikasi (14):

penyakit hati

22. Klindamisin Efek samping: (14)

diare, rasa tidak enak pada perut, oesophagitis, nausea, muntah, sindroma steven Johnson, tromboplebitis setelah suntukan intravena.

Kontraindikasi (14)

kondisi diare, hindari injeksi yang mengandung benzil alkohol pada bayi

n

_t

id

UTF-8

2

1

Page 37: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

23. Parasetamol Analgetik-antipiretik, tidak memiliki aktivitas antiinflamasi yang berarti, kurang mengiritasi lambung. (16,17)

Efek sampingnya : (18)

reaksi alergi : eritema, urtikaria, demam,, lesi pada mukosa

pada dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis hati

Kontraindikasi : (18)

riwayat hipersensitivitas terhadap parasetamol

kerusakan hati

24. Ibuprofen Analgetik-antipiretik, antiinflamasi, (17)

Efek sampingnya : (16,17)

Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran pencernaan termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri lambung.

Kontraindikasi : (17)

•Penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan duodenum) yang berat dan aktif.

Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap Ibuprofen dan obat antiinflamasi non-steroid lain.

25. Asetosal Analgetik-antipiretik, antiinflamasi, antitrombotis (17)

Efek sampingnya : (16,17)

iritasi mukosa lambung, reaksi alergi kulit, tinitus, bronkospasme, bleeding time memanjang, Sindrom Reye

Kontraindikasi : (17)

anak dibawah 12 tahun

ulserasi saluran cerna

hemofilia Sindrom Reye

26. Metamizol derivat  metansulfonat  dari  aminopirin  yang mempunyai khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer

-  Reaksi hipersensitivitas: reaksi pada kulitmisal kemerahan.Agranulositosis.

-   Penderita hipersensitif terhadap Metamizole Na.-   Wanita hamil dan menyusui.-   Penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg.

Pilihan obat dan alternatif obat yang digunakan

1. Bronkodilator

Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif

Nama Obat Ipatropium bromida Salbutamol

BSO Generik : - Generik : Salbutamol

Page 38: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

BSO dan Kekuatan: -

Generik Branded :

Atrovent

BSO dan Kekuatan:

Inhaler 0,02 mg perkali

semprot

Solution 0,25 mg/ml

BSO dan Kekuatan: Inhaler

100 mcg perkali semprot

Tablet 2 mg; tablet 4 mg;

sirup tiap 5 ml mengandung

2 mg salbutamol.

Generik Branded : Ventolin

inhaler

BSO dan Kekuatan: Inhaler

100-200 mcg perkali

semprot.

BSO yang diberikan Inhaler Inhaler

Dosis Referensi MDI 2-6 puff 4 kali sehari Salbutamol 100-200 mcg.

sebanyak 3-4 kali sehari

Dosis untuk kasus

dan alasannya

MDI 4 puff. Sesuai dengan

dosis referensi.

Salbutamol 100 mcg. Sesuai

dengan dosis referensi.

Frekuensi pemberian

dan alasannya

4 kali sehari. Sesuai

dengan waktu paruh obat

Bila perlu kalau sesak nafas

Cara pemberian dan

alasanya

Inhalasi karena efek obat

akan lebih cepat.

Inhalasi karena efek obat

akan lebih cepat.

Saat pemberian dan

alasannya

Pagi, siang, sore, dan

malam hari

Apabila sesak nafas

Lama pemberian dan

alasannya

Penggunaan jangka

panjang

Sampai gejala sesak nafas

hilang

2. MukolitikUraian Obat Pilihan Obat Alternatif

Nama Obat Ambroxol Bromhexin

Page 39: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

BSO Generik : Ambroxol

BSO dan Kekuatan:

Tablet Ambroxol 30 mg,

sirup tiap 5 ml mengandung

15 mg.

Generik Branded : Ambril

BSO dan Kekuatan: tablet

30 mg, sirup tiap 5 ml

mengandung 15 mg

Generik : Bromhexin

BSO dan Kekuatan : tablet

Bromhexin 8 mg.

Generik Branded :

Bisolvon

BSO dan Kekuatan: Tablet

8 mg, eliksir tiap 5 ml

mengandung 4 mg, sirup

(rasa strawberry) tiap 5 ml

mengandung 4 mg, larutan

tiap 1 ml mengandung 2 mg,

ampul tiap 2 ml mengandung

4 mg.

BSO yang diberikan Tablet Tablet

Dosis Referensi Ambroxol 30 mg. sebanyak

3 kali sehari

Bromhexin 8 mg, sebanyak

3 kali sehari

Dosis untuk kasus

dan alasannya

Ambroxol 30 mg. Sesuai

dengan dosis referensi.

Bromhexin 8 mg. Sesuai

dengan dosis referensi.

Frekuensi pemberian

dan alasannya

3 kali sehari. Sesuai dengan

waktu paruh obat.

3 kali sehari. Sesuai dengan

waktu paruh obat.

Cara pemberian dan

alasanya

Oral. Tidak ada faktor yang

menghambat absorbsi.

Oral. Tidak ada gangguan

menelan.

Saat pemberian dan

alasannya

Saat makan, tidak

berpengaruh terhadap

absorpsi makanan

Saat makan, tidak

berpengaruh terhadap

absorpsi makanan

Lama pemberian dan

alasannya

Jika batuk berdahak Jika batuk berdahak

Page 40: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

3. Antibiotik

No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif

1. Nama Obat Amoksisilin Cefadroxil

2 BSO (generik, paten, kekuatan)

Generik : Amoksisilin

BSO : kapsul 250 mg

Paten : Amoxicillin Hexpharm

BSO : kapsul 500 mg

Generik : Cefadroxil

BSO : Kapsul 250 mg, Kapsul 500 mg

Paten : Cefat ®

BSO : kapsul 250, 500mg (8)

3. BSO yang diberikan dan alasannya

Tablet Kapsul

4. Dosis referensi 250-500 mg/8 jam (19) 500-1000 mg (9)

5. Dosis kasus 250 mg (8) 500 mg (8)

6. Frekuensi pemberian dan alasannya

3x/hari (2) 2x/hari (8)

7. Cara pemberian Per oral Per oral

8. Saat pemberian dan alasannya

Diminum saaat makan atau sebelum makan (16)

Bisa sebelum atau sesudah makan, karena absorbsinya tidak terganggu makanan dalam lambung (8)

Page 41: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

9. Lama Pemberian dan alasannya

10 hari, agar didapatkan eradikasi maksimal dari Streptococcus -hemolyticus group A

10 hari, agar didapatkan eradikasi maksimal dari Streptococcus -hemolyticus group A

4. Antipiretik

No.

Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif

1. Nama Obat Parasetamol Ibuprofen

2 BSO (generik, paten, kekuatan)

Generik : Parasetamol

BSO : tablet 500 mg

Paten : Progesic ®

BSO : Sirup 250 mg/5 ml; tablet 500 mg

Generik : Ibuprofen

BSO : tablet 200,400 mg

Paten : Artrifen ®

BSO : tablet 200,400 mg

Suspensi : 100mg/60ml

3. BSO yang diberikan

Tablet Tablet

4. Dosis referensi 0,5-1 g, 3-4x/hari (8) 200-400 mg, 4x/hari (9)

5. Dosis kasus 500 mg (8) 400 mg (9)

6. Frekuensi pemberian

3-4 x sehari (8) 4 x sehari (8,9)

7. Cara pemberian Per oral Per oral

8. Saat pemberian Sebelum makan Sesudah makan

9. Lama Pemberian dan alasannya

5 hari, karena obat simptomatik

5 hari, karena obat simptomatik

Page 42: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Dr. Ji al winSIP. 1234/80/2013

Rumah :Praktek :Jl. A. Yani Km. 7 No 29Apotek Kimia FarmaBanjarmasinJl. A Yani Km. 1 No 19 BanjarmasinTelp (0511) 7555857Telp (0511) 3303080Buka : Senin - Sabtu (17.00-22.00 WITA)Banjarmasin, 26Maret 2013R/ Atrovent inhalerLag No. II S q.d.d puff IV (o.6.h) R/ Amoxicillin cap 500 mgNo. XXX S t.d.d tab I ac (o.8.h) R/ Parasetamol tab 500 mgNo. XV S prn. t.d.d tab I. ac (febris)

R/ Ambroxol tab 30 mgNo. XV S prn. t.d.d tab I. dc (tussis)

Pro: TN NUmur/BB: 55 thnAlamat: Jl. Veteran No.3 Banjarmasin

Resep rasional

Page 43: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Dr. Ji al winSIP. 1234/80/2013

Rumah :Praktek :Jl. A. Yani Km. 7 No 29Apotek Kimia FarmaBanjarmasinJl. A Yani Km. 1 No 19 BanjarmasinTelp (0511) 7555857Telp (0511) 3303080Buka : Senin - Sabtu (17.00-22.00 WITA)Banjarmasin, 26Maret 2013R/ Ventolin inhalerLag No. II S prn q.d.d puff I (praestrangulo) R/ Cefat caps 500 mgNo. XX S b.d.d cap I ac (o.12.h) R/ Arthrifen tab 200 mgNo. XX S prn. q.d.d tab II. pc (febris)

R/ Bromhexin HCl tab 8 mgNo. XV S prn. t.d.d tab I. ac (tussis)

Pro: TN NUmur/BB: 55 thnAlamat: Jl. Veteran No.3 Banjarmasin

Resep rasional alternatif

Page 44: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

Pengendalian Obat

Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, lama pemberian, dan

efek samping obat yang diberikan. Bila efek samping timbul maka obat harus

segera dihentikan dan dapat diganti dengan obat lain. Penggunaan antibiotik harus

habis tidak boleh terputus untuk mencegah resistensi dan kekambuhan penyakit.

Setelah obat yang diberikan hampir habis sebaiknya penderita memeriksakan

kembali penyakitnya sehingga dokter dapat memutuskan apakah obat tersebut

diteruskan atau diganti dengan obat lain karena diagnosis Bronkitis kronik pada

orang dewasa sering terjadi keseringan kekambuhan . Kalau memang secara

klinis ada perbaikan setelah pengobatan

Page 45: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bronkitis kronis adalah suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap

hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut

dalam satu tahunnya dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun.

Seseorang didiagnosis bronkitis kronis ketika mengalami batuk berdahak

selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada

bronkitis kronis mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut di

antara episode kronisnya, dan batuk mungkin saja hilang namun akan muncul

kembali

Pengobatan Bronkitis Kronik terbagi menjadi pengobatan konservatif,

pengelolaan pada keadaan khusus, pengobatan simptomatik dan pengobatan

pembedahan.

Page 46: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Landia Setiawati, Makmuri M.S., Retno Asih S. 2006. Brokitis. Online: http://old.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tlwx284.htm. Diakses pada 23/03/13

2. Knutson and Braun, 2002. Chronic Bronchitis. Am Fam Physician;65(10):2039-2045.

3. Batistha R. 2012. Bronkitis. Online: http://soft-ko.blogspot.com/2010/10/bronkitis.html. Diakses pada 23/03/13

4. Anonymous. 2010. Bronkitis Kronis. Online: http://cakmoki86.wordpress.com/2010/04/22/bronkitis-kronis/. Diakses pada 23/03/13

5. Cunha, J.P., 2012, Bronchitis, www.emedicinehealth.com, diakses tanggal 23/03/13

6. Setiawati,L., Makmuri M. S., dan Asih, 2006, Bronkitis, http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tlwx284.htm, diakses tanggal 23/03/13

7. Rahmadani, R.Q., dan Marlina, R., 2011, Bronkitis Pada Anak, Akademi Kebidanan Sentral Padangsidimpuan, Sumatra

8. Harms, R.W., 2011, Bronchitis, www.mayoclinic.com, diakses tanggal 17 Maret 2012

9. Sutoyo, K.D., 2008, Bronkitis Kronis dan Lingkaran yang tak Berujung Pangkal (Vicious Circle), http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan09/File%20dr.%20Titi%20JRI.pdf, diakses tanggal 18 Maret 2012

10. Balter MS, Forge JL, Low DE, et.al. 2003. Canadian Guidelines for The Management of Acute Exacerbations of Chronic Bronchitis: Executive Summary. Canadian Respiratory Journal; 10(5):248-258

11. Yunus F. Penatalaksanaan batuk dalam praktek sehari-hari. CDK 1993; 84: 13-8.

12. Anonymous. Terapi obat : bromhexin (mucosolvan). CDK 1981; 24: 35-6.

13. Schroeder K, Fahey T. Systematic review of randomised controlled trials of over the counter cough medicines for acute cough in adults. BMJ 2002; 324(329): 1-6.

Page 47: makalah simulasi kasus alif erwin jihah  revisi.docx

14. Poole PJ, Black PN. Oral mucolytic drugs for exacerbations of chronic reviewobstructive pulmonary disease: systematic. BMJ 2001; 322(1271): 1-6.

15. Rogers FD. Mucoactive agents for airway mucus hypersecretory diseases. Resp Care 2007; 52(9): 1176-97.

16. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit infeksi saluran pernafasan. Departemen Kesehatan RI 2005; h.66-7

17. Braman SS. Chronic cough due to chronic bronchitis. Chest 2006; 129: 104-15.

18. Hardjasaputra SLP, Budipranoto G, Sembiring SU, Kamil I. Data obat di Indonesia. Ed 10. Jakarta: Grafidian Medipress, 2002.