Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

63
Laporan Simulasi Kasus BRONKITIS KRONIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian syarat untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Rajihah I1A008015 Nurhalifah I1A008079 Erwin Cristanto I1A008080 Pembimbing : dr. Annisa Fitria BAGIAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

description

jv

Transcript of Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Page 1: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Laporan Simulasi Kasus

BRONKITIS KRONIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian syarat untuk Mengikuti Ujian

Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

Rajihah I1A008015

Nurhalifah I1A008079

Erwin Cristanto I1A008080

Pembimbing :

dr. Annisa Fitria

BAGIAN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2013

Page 2: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari

gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke

dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Bronkus merupakan lanjutan dari

trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V.

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 –

8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan

mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus,

disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis )

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus

tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa

destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang

terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang

terjadi. Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada

seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi

saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary

disease ( COPD ).

Bronkitis kronis ditandai dengan batuk dan produksi sputum yang

berlebihan(ekspektorasi) dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman

Page 3: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

akibat batukkronik berdahak tersebut. Penyakit ini menimbulkan dampak baik

fisik maupun psikisyang tidak sederhana kepada yang penderitanya dengan efek

samping pada kualitihidupnya. Penderita dengan bronkitis kronis mengalami

eksaserbasi yang cukup seringsepanjang tahunnya, terutama pada saat musim

penghujan atau musim dingin pada negaradengan 4 musim. Kejadian eksaserbasi

merupakan episodeperburukan gejala respirasi yang berulang mengakibatkan

penurunan fungsi paru,perburukan kualiti hidup dan peningkatan kebutuhan

perawatan medis (kunjungan kedokter, penambahan medikasi, emergensi, rawat

inap, dll). Dengan kata lain eksaserbasiakut bronkitis kronis adalah penyebab

utama rawat inap dan kematian pada penderitabronkitis kronis. Penyebab tersering

dari eksaserbasi adalahinfeksi virus pernapasan dan infeksi bakteri, penyebab

lainnya seperti polusi lingkungan,gagal jantung kongestif, emboli paru, pemberian

oksigen yang tidak tepat, obat-obatanseperti narkotik dan lain-lain.

Proses yang kompleks merupakan kombinasi berbagai mekanisme

adalahpatofisiologis yang bertanggung jawab untuk terjadinya bronkitis kronis.

Efek kombinasimekanisme tersebut menghasilkan kolonisasi bakteri dan infeksi

kronik yangberkontribusi terhadap kejadian eksaserbasi dan kerusakan mekanisme

pertahanan paruyang berakibat memudahkan terjadinya eksaserbasi dan demikian

steerusnya. Ingkaranyang saling berkaitan tersebut dikenal dengan vicious circle

pada bronkitis kronis,sehingga pendekatan yang ideal penanganan yang berakibat

memutuskan mata rantailingkaran tersebut.

Page 4: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkitis Kronis

Bronkitis merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi

utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses

ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari

saluran napas maupun bawah.1b

Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, bronkitis akut berlangsung

kurang dari 6 minggu dengan rata-rata 10-14 hari, sedangkan bronkitis kronis

berlangsung lebih dari 6 minggu. Secara umum keluhan pada bronkitis kronis dan

bronkitis akut hampir sama, hanya saja keluhan pada bronkitis kronis cenderung

lebih berat dan lebih lama. Hal ini dikarenakan pada bronkitis kronis terjadi

hipertrofi otot-otot polos dan kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran

pernapasan.Secara klinis, bronkitis kronis merupakan penyakit saluran pernapasan

yang ditandai dengan batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2

tahun berturut-turut (Knutson and Braun, 2002).

Bronkitis kronis adalah suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap

hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam

satu tahunnya dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun. Beberapa penyakit lain

juga memberikan gejala yang sama antara lain tuberkulosis paru, bronkiektasis,

tumor paru, asma bronkial. Karena itu penyakit-penyakit tersebut harus

disingkirkan terlebih dahulu sebelum diagnosis bronkitis kronis ditegakkan.

Page 5: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Kadang-kadang sukar membedakan antara bronkitis kronis dan asma bronkial,

bahkan dapat timbul bersamaan pada seorang penderita.

Bronkitis kronis dapat dibagi menjadi :

Simple chronic bronchitis; bila sputumnya mukoid

Chronic atau Recurrent mucopurulent bronchitis; bila dahaknya

mukopurulen

Chronic obstructive bronchitis; jika disertai obstruksi saluran napas yang

menetap.

Berdasarkan tingkatan beratnya penyakit maka bronkitis dibagi menjadi:

a. Bronchitis ringan

Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah

demam, ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma,

foto dada normal.

b. Bronchitis sedang

Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat,

( umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ),

adanya haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru

normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar

pada daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.

c. Bronchitis berat

Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan

berbau. Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri

pleura. Bila ada obstruksi nafas akan ditemukan adany dispnea, sianosis

Page 6: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

atau tanda kegagalan paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum

kurang baik, sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata ,

pasien mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis.

Pada gambaran foto dada ditemukan kelianan : bronkovascular marking,

multiple cysts containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan

ronchi basah kasar pada daerah yang terkena.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, sekitar 10-25% penduduk menderita simple chronic

bronchitis. Lebih banyak terdapat pada laki-laki diatas 40 tahun. Di Inggris

bronkitis kronis terdapat pada 17% laki-laki dan 8% wanita, India 3% dan Nepal

12%. Data-data epidemiologis di Indonesia sangat minim. Dari penelitian Edo,

dkk di Kalimantan Tengah, insidensi bronkitis kronis adalah 6,1%.

Di Indonesia, belum ada angka morbiditas bronkitis kronis, kecuali di

rumah sakit sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat

(National Center for Health Statistics) diperkirakan sekitar 4% dari populasinya

didiagnosa bronkitis kronis. Angka inipun diduga masih di bawah angka

morbiditas yang sebenarnya karena bronkitis kronis yang tidak

terdiagnosis.Bronkitis akut merupakan kejadian yang paling umum dalam

pengobatan rawat jalan, berkontribusi terhadap sekitar 2,5 juta kunjungan ke

dokter di AS pada 1998.Di Amerika Serikat, biaya pengobatan untuk bronkitis

akut sangat besar; untuk setiap episode, pasien menerima rata-rata dua resep untuk

digunakan2-3 hari.

Page 7: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan.

Frekuensi angka morbiditas bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria

dibanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka perbandingan yang

pasti. Usia penderita bronkitis kronis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.

C. Etiologi

Secara umum penyebab bronkitis dapat dibagi berdasarkan faktor

lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor

lingkungan meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi

menjadi infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikoplasma),

infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia).

Faktor polusi udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu

terjadinya bronkitis. Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin,

kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada (Setiawati, Makmuri dan

Asih, 2006).

Berdasarkan penyebabnya bronkitis dibagi menjadi dua yaitu bronkitis

infeksiosa dan bronkitis iritatif.

1. Bronkitis infeksiosa

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama

Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang

bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran

pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

Sinusitis kronis

Page 8: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Bronkiektasis

Alergi

Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak

2. Bronkitis iritatif 

Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu

yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa

disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asamkuat, amonia,

beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida

dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen

dioksida,tembakau dan rokok lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat

polutan (Rahmadani dan Marlina, 2011).

D. Patologi

Kelainan utama pada bronkitis kronis adalah hipertrofi dan hiperplasia

kelenjar mukus bronkus. Terjadi sekresi mukus dan dinding bronkus. Angka ini

dinamakan indeks Reid, normalnya adalah 0,26. Pada bronkitis kronis rata-rata

0,55. Terdapat juga peradangan difus, penambahan sel mononuklear di

submukosa trakeobronkial, metaplasia epitel bronkus dan silia berkurang. Pada

penderita yang sering mengalami bronkospasme, otot polos saluran bertambah

dan timbul fibrosis peribronkial. Yang penting juga adalah perubahan pada

saluran nafas kecil (small airways) yaitu hiperplasia sel goblet, sel radang di

mukosa dan submukosa, edema, fibrosis peribronkial, penyumbatan mukus

intraluminal dan penambahan otot polos.

Page 9: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

E. Patogenesis

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis kronis yaitu

rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor

keturunan dan status sosial.

1. Rokok

Menurut buku Report of The WHO Expert Committe on Smoking Control, rokok

adalah penyebab utama bronkitis kronis dan emfisema paru. Terdapat hubungan

yang erat antara merokok dan penurunan Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama

(VEP1). Dari 34.000 dokter di Inggris, hanya tiga dokter yang meninggal karena

bronkitis kronis dan emfisema paru. Sedang penderita perokok, banyak yang

meninggal karena penyakit diatas. Secara patologis rokok berhubungan dengan

hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran

Page 10: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

pernafasan. Juga dapat menyebabkan bronkokontriksi akut. Menurut Crofton dan

Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag

alveolar dan surfaktan.

2. Infeksi

Menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejala-gejalanya pun lebih

berat. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronkitis

kronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan

kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkitis kronis disangka paling sering

diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh

bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Haemophilus influenzae dan

Streptococcus pneumoniae.

3. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit di atas,

tetapi apabila disertai dengan merokok, resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia

yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti oksigen,

zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid dan ozon.

4. Keturunan

Belum diketahui dengan jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali pada penderita dengan defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu

protein. Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu

kerusakan jaringan lebih lanjut dapat dicegah. Defisiensi alfa-1-antitripsin adalah

suatu kelainan yang diturunkan secara autosom resesif, yang sering diderita oleh

Page 11: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

penderita emfisema paru adalah penderita dengan gen S atau Z, emfisema paru

akan cepat muncul bila penderita tersebut merokok.

5. Faktor Sosial Ekonomi

Kematian pada penderita bronkitis kronis ternyata Lebih banyak pada golongan

sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan dan ekonomi

yang lebih jelek.

6. Hipotesis Elastase-Anti Elastase

Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti

elastase agar tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan akan

menimbulkan kerusakan jaringan elastik paru. Arsitektur paru akan berubah dan

timbul emfisema. Sumber elastase yang penting adalah pankreas, sel-sel Poli

Morfonuklear (PMN) dan makrofag alveolar/Pulmonary Alveolar Macrophage

(PAM). Perangsangan pada paru antara lain oleh asap rokok dan infeksi,

menyebabkan elastase bertambah banyak. Aktivitas sistem anti elastase yaitu

sistem enzim alfa-1-protease-inhibitor terutama enzim alfa-1-anti tripsin (alfa-1-

globulin) menjadi menurun. Akibat tidak ada lagi keseimbangan antara elastase

dan anti elastase akan menimbulkan kerusakan jaringan elastin paru dan kemudian

emfisema.

F. Patofisiologi

Penyempitan saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronis maupun pada

emfisema paru. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan

adanya tanda-tanda obstruksi. Pada bronkitis kronis sesak nafas terutama

disebabkan karena perubahan pada saluran pernafasan kecil, yang diameternya

Page 12: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang terjadi

obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran

pernafasan besar juga berubah. Timbul terutama karena hipertrofi dan hiperplasia

kelenjar mukus, sehingga saluran pernafasan lebih menyempit.

Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab terhadap bronkitis

kronis sangat kompleks, berawal dari stimulasi toksik pada saluran pernapasan

menimbulkan 4 hal yang meliputi inflamasi saluran pernapasan, hipersekresi

mukus, disfungsi silia dan stimulasi refleks vagal saling mempengaruhi dan

berinteraksi menimbulkan suatu proses yang sangat kompleks.

Perubahan struktur pada parumenimbulkan perubahan fisiologik yang

merupakan karakteristik bronkitis kronis seperti batuk kronik, produksi sputum,

obstruksi saluran napas, gangguan pertukaran gas, hipertensi pulmonal dan kor-

pulmonale.

Akibat perubahan bronkiolus dan alveoli terjadi gangguan pertukaran gas

yang menimbulkan dua masalah serius, yaitu:

Page 13: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

1. Aliran darah dan udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai

(mismatched). Sebagian tempat pada alveoli terdapat aliran darah

yang adekuat tetapi sangat sedikit aliran udara pada sebagian

tempat lain di arah sebaliknya.

2. Performa yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot

respirasi sehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas,

menimbulkan hipoventilasi dan tidak cukupnya udara ke alveoli

menyebabkan CO2darah meningkat dan O2 dalam darah berkurang.

Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa

bronkusdan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan

edema pada mukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat

mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Produksi mukus yang terus

menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia dan faktor fagositosis dan

melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih

lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadidalam saluran napas

(Rahmadani dan Marlina, 2011).

G. DIAGNOSIS

Diagnosis bronkitis kronis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,

pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaanbakteriologik, radiologik dan pemeriksaan

penunjang lainnya.4

a. Gejala klinik

Gejala umum bronkitis kronis adalah:

Page 14: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Batuk, kadang menjadi batuk mengi

Terdapat sputum yang bening, putih atau hijau-kekuningan

Merasa lelah dan lesu

Demam ringan

Merasa tidak nyaman pada bagian dada (Cunha, 2012; Harms, 2011).

Seseorang didiagnosis bronkitis kronis ketika mengalami batuk berdahak

selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis

kronis mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut di antara episode

kronisnya, dan batuk mungkin saja hilang namun akan muncul kembali (Harms,

2011).

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif

berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah

seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah

ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder

sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen,

dapat memberikan bau yang tidak sedap.

Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat

nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan

timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling

ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu

apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang

mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik )

Page 15: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas.

Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis

kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan

paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya

menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang

ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus.

Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.

b. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,

manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut

dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan.

Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan

keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah

pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila

bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat

menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya

gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum

kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan

kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila

terjadi obstruksi bronkus.

Sindrom kartagenr. Sindrom ini terdiri atas gejala-gejala berikut :

Bronchitis kongenital, sering disertai dengan silia bronkus imotil

Page 16: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Situs inversus pembalikan letak organ-organ dalam dalam hal ini terjadi

dekstrokardia, left sided gall bladder, left-sided liver, right-sided spleen.

Sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis. Semua elemen

gejala sindrom kartagener ini adalah keleinan kongenital. Bagaimana

asosiasi tentang keberadaanya yang demikian ini belum diketahui dengan

jelas.

Bronchitis. Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang biasanya

merupakan gejala sisa komleks primer tuberkolosis paru primer. Kelainan ini

bukan merupakan tanda klinis bronchitis, kelainan ini sering menimbulkan erosi

bronkus didekatnya dan dapat masuk kedalam bronkus menimbulkan sumbatan

dan infeksi, selanjutnya terjadilah bronchitis. Erosi dinding bronkus oleh bronkolit

tadi dapat mengenai pembuluh darah dan dapat merupakan penyebab timbulnya

hemaptoe hebat.

c. Pemeriksaan Laboratoris

Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan

polisitemia sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing

ditemukan anemia, yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan

leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif.

Urin umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan

ditemukan proteiuria. Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap

antibiotic, perlu dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.

Page 17: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,

keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus

yang menebal. Corak paru bertambah

Analisa gas darah

- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)

- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

- Saturasi hemoglobin menurun.

- Eritropoesis bertambah.

d. Pemeriksaan Radiologik

Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista

kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang

terkena, ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps.

Gambaran bronchitis akan jelas pada bronkogram.

e. Kelainan faal paru

Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran

udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena

terjadinya obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah

berupa penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus )

distribusi ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru.

H. PENATALAKSANAAN

Gambar 1. Bagan Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut Bronkitis Kronis

Page 18: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Pasien dengan bronkitis kronis denganPeningkatan sputumPeningkatan purulensi sputumPeningkatan dispnea

Pemeriksaan Fisik

Penemuan fokal

Bukan Pneumonia

Pneumonia

Terapi sesuai guideline CAP

Dua atau lebih gejalaSatu gejala

Tanpa antibiotik

Faktor Risiko:FEVI<50%≥4eksaserbasi/thnPenyakit jantungPenggunaan oksigenAntibiotik dalam 3 bln terakhir

Pewarnaan gram dan kultur sputum

Grup IMakrolide generasi 2, sefalosporin generasi 2 atau 3, amoxicilin, TMP-SMX, doxycycline

Grup IIΒ-lactam/ Β-lactamase inhibitor, floroquinolon, penggunaan steroid oral kronis

Grup IIIRawat jalan: terapi disesuaikan untuk patogen P.aeruginosa yang biasa (ciproloxacin); Rawat inap: terapi parenyal biasanya diperlukanPerbaikan Perburukan Perbaikan Perburukan

Tidak ada terpi lanjutan

Fluoroquinolone, Amoxicillin-asam klavulinic

Tidak ada terpi lanjutan

Foto thorak untuk menyingkirkan pneumonia

No

None 1/lebih

Multipel faktor

Yes

Page 19: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Bronkitis Kronis Secara Umum

Gambar 3. Penanganan Farmakologis Bronkitis Kronis

Page 20: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Pengelolaan pasien bronchitis terdiri atas dua kelompok :

A. Pengobatan konservatif, terdiri atas :

1. Pengelolaan umum

Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :

a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.

Mencegah / menghentikan rokok

Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk

dikerjakan adalah sebagai berikut :

Melakukan drainase postural

Page 21: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Pasien diletakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga

dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali

melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap

hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah

usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan

gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus

disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu

dengan tindakan memberikan ketukan pada pada punggung pasien

dengan punggung jari.

Mencairkan sputum yang kental

Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,

mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.

Mengatur posisi tepat tidur pasien

Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk

memudahkan drainase sputum.

c. Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil

dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada

infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak

berkelanjutan.

2. Pengelolaan khusus.

a. Kemotherapi pada bronchitis

Kemotherapi dapat digunakan :

secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )

untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru

atau kedua-duanya digunakan

Page 22: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian

antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas

kuman terhadap antibiotic secara empiric.

Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan

bronchitis, tidak pada setiap pasien harus iberikan antibiotic.

Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic

diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan

beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang

semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).

Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat

mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya

terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan

ini hanya bersifat sementara.

b. Drainase secret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan

perawatan pasien. Keperluannya antara lain :

Menentukan dari mana asal secret

Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

Menghilangkan bstruksi bronkus dengan suction drainage

daerah obstruksi.

3. Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin

mengganggu atau mebahayakan pasien.

f. Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari

hasil uji faal paru ( % FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat

bronkodilator.

g. Pengobatan hipoksia.

Page 23: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.

h. Pengobatan haemaptoe.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan

perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan

hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui

mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.

i. Pengobatan demam.

Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering

terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini

selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

B. Pengobatan pembedahan

a. Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang

terkena.

b. Indikasi pembedahan :

Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak

berespon yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan

konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk

operasi

Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi

berulang atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan

haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.

c. Kontra indikasi

Pasien bronchitis dengan COPD

Pasien bronchitis berat

Pasien bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik

dekompensasi.

d. Syarat-syarat operasi.

Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel

Page 24: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel

Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada

bronchitis atau bronchitis kronik.

e. Cara operasi.

Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak

terdaat kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif

dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil

baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.

Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami

keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif

( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak

terdapat kontra indikasi operasi.

f. Persiapan operasi :

Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,

pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional )

Scanning dan USG

Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien

Memperbaiki keadaan umum pasien

PENCEGAHAN

Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk

kongenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk mencegah

terjadinya bronchitis ada beberapa cara :

Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat terhadap

semua bentuk pneumonia yang timbul pada anak akan dapat mencegah

( mengurangi ) timbulnya bronchitis

Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia ) pada anak

dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif terhadap timbulnya

bronchitis.

Page 25: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

KOMPLIKASI

Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada anak, antara lain :

Bronchitis kronik

Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami

infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian

atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.

Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.

Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

Efusi pleura atau empisema

Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi

supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri

pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh

darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan

beah gawat darurat.

Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas

Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang

arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous

shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya

terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor

pulmoner

Page 26: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

BAB III

SIMULASI KASUS

A. Kasus

Anamnesis

Seorang laki-laki usia 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan

batuk sejak 1 minggu terakhir.Batuk dirasakan terus menerus dan semakin sering

sejak 2 hari yang lalu. Batuk disertai lendir berwarna putih kekuningan kental.

Pasien juga mengeluh sesak nafas sejak 3 hari terakhir, Sesak hilang timbul, lebih

nyaman saat istirahat. Tidak keluhan nyeri dada, hanya sakit perut dirasakan jika

batuk, pasien mengeluh sudah sering batuk dan sesak sejak 1 tahun terakhir tetapi

hilang timbul dan tidak seberat serangan saat ini. Pasien juga mengeluh demam

sejak 1 minggu terakhir. Mengigil (-) nyeri kepala (-) pasien adalah seorang

perokok aktif sejak usia 15 tahun. Sehari bisa meenghabiskan 2-3 bungkus rokok.

BAB/BAK dalam batas normal. Nafsu makan seperti biasa.

Pemeriksan fisik

Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80

Nadi : 82 kali/menit

Suhu : 37,8 C

Respirasi : 27 kali permenit

Pemeriksaan fisik

Kepala /leher : konjungtiva pucat (-/-) , pembesaran KGB leher (-)

Thorak : Sela iga melebar, hipersonor, sn bronkovesikuler, RH (+/+), WH (+/+)

S1 S2 tunggal bising (-)

Page 27: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstermitas : dalam batas Normal

Diagnosis : bronkhitis Kronis

Penatalaksanaan

a) Pengobatan

Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, pengobatan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Pemberian obat yang mengandung ekspektoran, yang berguna

untuk mengencerkan dahak agar mudah dikeluarkan. Sehingga TN

laki-laki tidak merasa sesak.

2. Pemberian antibiotic, hal ini dilakukan karena TN Laki-laki

menderita bronchitis yang walaupun kebanyakan disebabkan oleh

virus tetapi pada pasien ini diduga disebabkan oleh bakteri.

3. Pemberian banyak cairan dan obat yang mengandung paracetamol

untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badannya.

b) Perawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan

nafas oleh sekresi, spasme bronchus.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi,

mukus.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

dispnoe, anoreksia, mual muntah.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya

sekret, proses penyakit kronis.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah

Page 28: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

1. Tujuan Pengobatan

Daftar Kelompok Obat beserta Jenisnya yang berhasiat untuk kasus

di atas

No

1.

2.

3.

4.

Golongan Obat

Antibiotik

Kortikosteroid

Antipiretik-analgetik

Mukolitik

Nama Obat

Amoksisilin

Prednison

Paracetamol

Ambroxol

Keterangan Obat

a) Mukolitik

Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein sehingga

menurunkan viskositas mukus. Termasuk dalam golongan ini antara lain

ialah golongan thiol, enzim proteolitik, dan beberapa obat lainnya.

Golongan thiol memecah rantai disulfida mukoprotein, dengan akibat

lisisnya mukus. Salah satu obat yang termasuk golongan ini adalah

asetilsistein.1a

Obat yang termasuk ke dalam mukolitik antara lain: cysteine, n-

acetylcysteine, nacystelyn, ethylcysteine, nesosteine, dithiothreitol, mesna

(2-mercaptoethanesulphonate sodium), thiopronine, urea, tasuldine,

carbocysteine, carbocysteine-lys, erdosteine, fudostein, letosteine,

Page 29: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

stepronin, usherdex-4. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis mukolitik

yang terdapat di Indonesia.2a

(1) Asetilsistein.

Asetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam amino L-sistem,

digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke

dalam saluran napas melalui kateter atau bronksokop memberikan efek

segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkhus secara nyata. Efek

samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam dan menggigil

jarang ditemukan. Efek toksis sistemik tidak lazim oleh karena obat

dimetabolisme dengan cepat.1a

Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2 - 3 kali per oral. Pemberian

secara inhalasi dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan

10% setiap 2 - 6 jam. Pemberian langsung ke dalam saluran napas

menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1 - 2 ml setiap jam. Bila diberikan

sebagai aerosol harus dicampur dengan bronkhodilator oleh karena ia

mempunyai efek bronkhokonstriksi.1a

Obat ini selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat

diberikan secara intravena. Pemberian aerosol sangat efektif dalam

mengencerkan mukus. Bila diberikan secara oral dalam jangka waktu yang

lama obat ini ditoleransi dengan baik dan tidak mempunyai efek toksik.1a

Dalam bentuk aerosol sangat berguna untuk mengencerkan dan menambah

volume sputum. Tapi kadang-kadang sputum yang dihasilkan sedemikian

banyak sehingga harus disedot dengan alat penyedot agar tidak

Page 30: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

manghambat saluran nafas. Selain itu reaksi febris tidak jarang terjadi.

Maka obat ini kurang populer.3a

(2) Metilsistein (S-karboksimetilsistein)

Obat ini diindikasikan untuk kelainan saluran pernafasan dengan ciri-

ciri dahak yang berlebihan dan atau kental seperti pada bronkhitis akut

atau kronis, bronkhitis asmatik, bronkhiektasis, & emfisema. Keluhan pada

saluran pencernaan, sakit kepala, rash kulit. 1a

Dosis dewasa adalah 3 kali sehari 2 kapsul dan untuk anak-anak : 20

mg/kg berat badan dalam dosis terbagi atau 2 kali sehari 1 kapsul.

Obat ini meruapakan antagonis terhadap preparat yang mengandung

pholcodine linctus.

(3) Bromhexin.

Zat ini adalah turunan sintetik dari vasicine, suatu alkaloid yang

berasal dari tumbuhan Adhatoda vasica yang berasal dari India.

Page 31: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Bromhexin diakui sebagai obat yang punya khasiat spesifik terhadap

sputum dan bermanfaat dalam klinik. Kini obat ini banyak dipakai untuk

berbagai penyakit saluran pernafasan.3,5,6a

Obat ini diindikasikan sebagai mukolitik pada bronkhitis atau

kelainan saluran pernafasan yang lain.

Tingginya kekentalan sputum, pada penderita asma atau bronkhitis

kronis misalnya, disebabkan oleh dua jenis jaringan benang dalam sputum,

yaitu (i) benang-benang DNA (deoxyribonucleic acid), dan (ii) benang

mukopolisakrida. Benang DNA hanya ada dalam sputum yang purulen,

karena ini berasal dari inti sel-sel mukosa yang hancur. Sedangkan

benang-benang mukopolisakarida banyak ditemukan pada sputum yang

mukoid. Benang jenis kedua ini sedikit ditemukan dalam sputum yang

purulen karena telah dihancurkan oleh enzim-enzim bakteri. Dengan terapi

antibiotika yang efektif, kerusakan mukosa dapat dicegah; sehingga

benang-benang DNA akan makin sedikit. Tapi ternyata saat itu sputum

masih kental karena benang-benang mukopolisakarida muncul kembali.

Bromhexin bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang

mukopolisakarida itu menjadi fragmen-fragmen kecil, sehingga sputum

menjadi encer. Selain itu, dengan penyelidikan mikroskop elektron

diketahui bahwa bromhexin juga menyebabkan perubahan pada granula

pada kelenjar-kelenjar penghasil mukus di mukosa bronkhial dan

hidung.3,6,7a

Page 32: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Dosis oral untuk orang dewasa ialah 3 kali sehari 8 — 16 mg.

Dosis oral untuk anak-anak di bawah 5 tahun, 2 kali sehari 4 mg. Dosis

oral untuk anak-anak 5 — 10 tahun, 4 kali sehari 4 mg.3a

(4) Enzim proteolitik

Enzim protease seperti tripsin, kimotripsin, streptokinase,

deoksiribonuklease dan streptodornase dapat menurunkan viskositas

mukus. Enzim ini lebih efektif diberikan pada penderita dengan sputum

yang purulen. Diberikan sebagai terapi inhalasi. Tripsin dan kimotripsin

mempunyai efek samping iritasi tenggorok dan mata, batuk, suara serak,

batuk darah, bronkospasme, reaksi alergi umum dan metaplasi bronkus.

Deoksisibonuklease efek sampingnya lebih kecil, tetapi efektivitasnya

tidak melebihi asetilsistein.1

a) Ekspektoran

Ekspektoran adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan dan

merangsang pengeluaran sekret dari saluran napas. Hal ini dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu melalui:1,5,6a

– refleks vagal gaster

– stimulasi topikal dengan inhalasi zat

– perangsangan vagal kelenjar mukosa bronkus

– perangsangan medula

Refleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering

dilakukan untuk merangsang pengeluaran cairan bronkus. Mekanisme ini

memakai sirkuit refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai afferen dan

Page 33: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

persarafan vagal kelenjar mukosa bronkus sebagai efferen. Termasuk ke

dalam ekspektoran dengan mekanisme ini adalah:1,7a

– kalium yodida

– guaifenesin (gliseril guaiakolat)

(1) Kalium yodida

Obat ini adalah ekspektorans yang sangat tua dan telah digunakan

pada asma dan bronkitis kronik. Selain sebagai ekspektorans obat ini

mempunyai efek menurunkan elastisitas mukus dan secara tidak langsung

menurunkan viskositas mukus. Mempunyai efek samping angiodema,

serum sickness, urtikaria, purpura trombotik trombositopenik dan

periarteritis yang fatal. 1a

Dosis yang dianjurkan pada orang dewasa 300 – 650 mg, 3 – 4 kali

sehari dan 60 – 250 mg, 4 kali sehari untuk anak-anak. 1a

(2) Guaifenesin (gliseril guaiakolat)

Selain berfungsi sebagai ekspektorans, obat ini juga memperbaiki

pembersihan mukosilier. Obat ini jarang menunjukkan efek samping. Obat

ini mampu mengurangi kekentalan sekret dengan meningkatkan cairan

saluran pernafasan.1a

Dosis untuk dewasa biasanya adalah 200 – 400 mg setiap 4 jam dan

tidak melebihi 2–4 g/hari. Anak-anak 6–11 tahun, 100 – 200 mg setiap 4

jam dan tidak melebihi 1 – 2 g/hari, sedangkan untuk anak 2 – 5 tahun, 50

– 100 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 600 mg sehari.1a

Page 34: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Perbandingan kelompok obat tersebut menurut khasiat, keamanan dan

kecocokan

Kelompok/Jenis

Amoksisilin

(Abamox®)

Prednison(Pehacort

®)

Khasiat (efek)

Infeksi saluran

nafas; saluran

cerna dan empedu,

saluran kemih dan

kelamin, jaringan

lunak dan kulit

Inflamasi,

reumatoid artritis,

asma bronkhial,

penyakit serum,

dermatitis alergi,

lupus

eritematosus,

demam rematik

akut, leukimia

akut, sindroma

nefrotik, pemfigus

Keamanan BSO

(efek samping

Obat)

Rasa mual, rasa

mau muntah,

diare, reaksi alergi

di kulit, urtikaria

dan pruritus;

reaksi anafilaksis

terjadi setelah

pemberian

parenteral

Tukak gaster

dengan

perdarahan,

gangguan cairam

dan elektrolit,

reaksi kulit,

galukoma

Page 35: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Parasetamol,

(Gamesic®)

Ambroxol

(Sohopect®)

akut

Menyembuhkan

rasa sakit atau

nyeri seperti sakit

kepala, sakit gigi,

nyeri pada otot

dan menurunkan

demam yang

menyertai flu dan

demam sesudah

vaksinasi

Infeksi saluran

nafas akut dan

kronis disertai

sekresi bronkial

abnormal,

terutama pada

eksaserbasi dari

bronkitis kronis,

bronkitis asmatik,

asma bronkhial,

bronkiektasis dan

emfisema paru

Pada dosis besar

dan pemakaian

jangka panjang

dapat

menyebabkan

kerusakan hati

Kadang timbul

gangguan

gastrointestinal

ringan dan reaksi

alergi

Page 36: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

a. Amoxicillin

Merupakan derivat penicillin yang bersifat bakterisid dan bekerja dengan

cara menghambat dinding sel. Setelah pemberian peroral, absorbsi dapat berbeda

sekali untuk jenis penicillin yang berbeda, sebagian bergantung kepada kestabilan

asam dan ikatan proteinnya. Untuk memperkecil pengikatan pada makanan, maka

penicillin peroral harus diberikan sekurangnya 1 jam sebelum atau sesudah

makan.

Amoksisilin digunakan untuk beberapa infeksi yang disebabkan bakteri

seperti pneumonia, bronkitis, penyakit kelamin, infeksi telinga, hidung, paru,

saluran kencing dan infeksi kulit.

Absorbsi amoksisillin di saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisillin.

Dengan dosis oral yang sama, amoksisillin mencapai kadar dalam darah yang

tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai ampisillin, sedang

masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisillin

terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedangkan amoksisillin tidak.

Distribusi amoksisillin secara garis besar hampir sama dengan ampisillin

yaitu didistribusi luas di dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma

hanya 20%. Amoksisillin diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal ke

dalam urin; dalam jumlah kecil akan diekskresi melalui jalur lain.

Efek samping dari penisillin dapat terjadi pada semua cara pemberian.

Pada umumnya pemberian oral lebih jarang menimbulkan efek samping daripada

Page 37: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

pemberian parenteral. Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping tersering

yang dijumpai pada golongan penisillin. Semua penisillin dianggap aman bagi

wanita hamil dan menyusui.

b. Prednison

Prednison adalah derivat keto yang baru aktif setelah diubah dalam hati

menjadi derivat hidronyaprednisolon. Khasiat dan penggunaannya sama, hanya

tidak digunakan secara lokal dan intraartikuler karena tidak dihidrogenasi di kulit,

mukosa mata dan sendi. Tidak dianjurkan bagi pasien hati

c. Parasetamol

Asetaminofen merupakan metabolit fenasetin yang bekerja dengan

menghambat prostaglandin. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara

rektal lebih lambat. Kadar puncak dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-

60 menit. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang

diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukoronidase dan sulfat.

Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan aspirin,

asetaminofen berbeda karena tidak adanya efek anti inflamasi. Efek samping

antara lain reaksi hipersensitivitas, pada dosis besar dapat menyebabkan

hepatotoksisitas. Gejala dini kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare dan

nyeri abdomen.

Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama

laktasi walaupun mencapai air susu ibu.

d. Ambroksol

Page 38: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Ambroksol adalah suatu metabolit bromheksin dengan proses perombakan

di hati diduga sama cara kerja dan penggunaannya. Ambroksol sedang diteliti

tentang kemungkinan manfaatnya pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai

perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom

pernapasan. Efek sampingnya berupa gangguan saluran cerna, perasaan pusing,

dan berkeringat tetapi jarang terjadi. Pada inhalasi dapat terjadi bronchokonstriksi

Resep rasional

Page 39: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Dr. Ji al winSIP. 1234/80/2013

Rumah : Praktek :Jl. A. Yani Km. 7 No 29 Apotek Kimia FarmaBanjarmasin Jl. A Yani Km. 1 No 19 BanjarmasinTelp (0511) 7555857 Telp (0511) 3303080

Buka : Senin - Sabtu (17.00-22.00 WITA)

Banjarmasin, 26Maret 2013

R/ Amoksisilin tab 500 mg

m.f.l.a pulv dtd No.XV

da in caps

S t.d.d caps I a.c (o.8.h)

R/ Prednison tab 1 mg m f l a pulv dtd No.IX da in caps S t.d.d caps I pc o 8 h

R/ Parasetamol tab 250 mg Ambroxol tab 15 mg m f l a pulv dtd No.IX S prn t d d caps I pc (tussis)

Pro : TN NUmur/BB : 55 thnAlamat : Jl. Veteran No.3 Banjarmasin

Page 40: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

Pengendalian Obat

Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, lama pemberian, dan

efek samping obat yang diberikan. Bila efek samping timbul maka obat harus

segera dihentikan dan dapat diganti dengan obat lain. Penggunaan antibiotik harus

habis tidak boleh terputus untuk mencegah resistensi dan kekambuhan penyakit.

Setelah obat yang diberikan hampir habis sebaiknya penderita memeriksakan

kembali penyakitnya sehingga dokter dapat memutuskan apakah obat tersebut

diteruskan atau diganti dengan obat lain karena diagnosis Bronkitis kronik pada

orang dewasa sering terjadi keseringan kekambuhan . Kalau memang secara

klinis ada perbaikan setelah pengobatan

Page 41: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bronkitis kronis adalah suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap

hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut

dalam satu tahunnya dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun.

Seseorang didiagnosis bronkitis kronis ketika mengalami batuk berdahak

selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada

bronkitis kronis mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut di

antara episode kronisnya, dan batuk mungkin saja hilang namun akan muncul

kembali

Pengobatan Bronkitis Kronik terbagi menjadi pengobatan konservatif,

pengelolaan pada keadaan khusus, pengobatan simptomatik dan pengobatan

pembedahan.

Page 42: Makalah Simulasi Kasus Alif Erwin Jihah Revisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, M. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.1989; 1-11.

2. Isselbacher, et al. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 1. EGC, Jakarta. 1999.

3. Syamsudin, U et al. Farmakologi dan Terapi. FKUI, Jakarta. 1999

4. Katzung, B. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. EGC, Jakarta. 1998

5. Anonymous. Amoxycillin. Available at

http://www.mynetmeds.com/Amoxicilin.htm

6. Tjay, T. Obat-obat Penting. Edisi-5. PT: Elek Media Komputindo-Kelompok Gramedia, Jakarta; 1999. 598-617.

7. Darmansyah, I et al. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. 2000