MAKALAH SASARAN 4

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning) . Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai : suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Untuk itu Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), disyaratkan untuk mengimplementasikannya mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit. Dan pada kesempatan ini kelompok akan membahas sedikit tentang 1

Transcript of MAKALAH SASARAN 4

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai : suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Untuk itu Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), disyaratkan untuk mengimplementasikannya mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit. Dan pada kesempatan ini kelompok akan membahas sedikit tentang SKIP 4 yaitu memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan patien safety ?2. Apa saja tujuan dari patien safety ?3. Apa yang dimaksud dengan sasaran International Keselamatan Pasien (SIKP) ?4. Apa saja macam macam SIKP ?5. Apa yang dimaksud dengan SIKP.4 ?6. Apa saja standar SIKP.4 ?7. Bagaimana maksud dan tujuan SIKP.4 ?8. Apa saja elemen penilaian SIKP.4 ?9. Apa yang dimaksud dengan SPO OK ?10. Bagaimana Identifikasi masalah SIKP.4 ?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui tentang patien safety.2 Untuk mengetahui tentang tujuan dari patien safety.3 Untuk mengetahui tentang sasaran International Keselamatan Pasien (SIKP).4 Untuk mengetahui macam macam SIKP.5 Untuk mengetahui tentang SIKP.4.6 Untuk mengetahui standar SIKP.4.7 Untuk mengetahui maksud dan tujuan SIKP.4.8 Untuk mengetahui elemen penilaian SIKP.4.9 Untuk mengetahui tentang SPO OK.10 Untuk mengetahui identifikasi masalah SIKP.4.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patien SafetyCooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa patient safety as the avoidance, prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the processes of healthcare. Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yg seharusnya diambil (KKP-RS). Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).

2.2 Tujuan Patien Safety1. Mencegah & menurunkan kejadian yang tidak diharapkan dari kesalahan medis (Medical Error) di RS2. Peningkatan Keselamatan Pasien & menciptakan budaya keselamatan pasien di RS3. Mencegah terjadinya kesalahan yang diketahui / tampak serta mengurangi akibat dari kesalahan tersebut4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

2.3 Konsep Dasar Sasaran International Keselamatan Pasien (SIKP)Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), sebagaimana disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit.Tujuan SIKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien Sasaran sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem.Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

2.4 Macam Macam SIKPSIKP.1Mengidentifikasi Pasien Dengan BenarSIKP.2Meningkatkan Komunikasi Yang EfektifSIKP.3Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus DiwaspadaiSIKP.4Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada PasienYang BenarSIKP.5Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan KesehatanSIKP.6Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

2.5 SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar,Prosedur yang Benar, Pembedahan pada Pasien Yang BenarSalah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

2.6 Standar SIKP.4Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.

2.7 Maksud dan Tujuan SIKP.4Lokasi pembedahan yang salah, prosedur yang salah, pembedahan pada pasien yang salah adalah peristiwa mengkhawatirkan yang sangat umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini diakibatkan komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien pada pemberian tanda pada lokasi pembedahan, dan kurang memadainya prosedur verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, faktor-faktor yang sering kali turut berkontribusi adalah: kurangnya keterlibatan pasien dalam menilai, kurangnya pengkajian terhadap rekaman medis, budaya yang tidak mendukung komunikasi secara terbuka antara anggota tim bedah, masalah akibat tulisan tangan yang tak terbaca, dan penggunaan singkatan-singkatan.

Rumah sakit harus secara kolaboratif menyusun kebijakan dan/atau prosedur yang efektif untuk menghilangkan masalah yang mengkhawatirkan ini. Kebijakan ini mencakup definisi pembedahan yang di dalamnya terkandung setidaknya prosedur yang menyelidiki dan/atau menyembuhkan penyakit dan gangguan tubuh manusia melalui pemotongan, pengangkatan, pengubahan atau pemasukan alat diagnostik/terapi.Kebijakan ini berlaku untuk segala lokasi di rumah sakit, di mana prosedur itu dilakukan.Praktik berbasis bukti(evidence, based, practices)dibahas dalam The (US) Protokol Universal Joint Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.Proses-proses penting dalam Protokol Universal itu adalaha. Menandai lokasi pembedahan;b. Proses verifikasi sebelum operasi, danc. Sesaat sebelum memulai prosedur.Menandai lokasi pembedahan melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang mudah dan langsung dikenali. Tanda itu harus konsisten di seluruh rumah sakit; harus dibuat oleh mereka yang melaksanakan prosedur; harus dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan sadar dan terjaga jika mungkin, dan harus terlihat setelah pasien selesai dipersiapkan. Dalam semua kasus yang melibatkan ke-lateral-an, struktur ganda (jari, jari kaki, lesi), atau tingkatan berlapis (tulang belakang) lokasi pembedahan harus ditandai.Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahapAnjuran Penandaan Lokasi Operasi 1. Gunakan tanda yang telah disepakati2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda3. Tandai pada atau dekat daerah insisi4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda X merupakan tanda yang ambigu)5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)Tujuan dari proses verifikasi praoperasi adalah1. Memverifikasi Lokasi Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Dan Pasien Yang Benar;2. Memastikan Bahwa Semua Dokumen, Gambar Atau Citra, Dan Studi Yang Relevan Telah Tersedia, Sudah Diberi Labekian Ditampilkan, Serta3. Memverifikasi Peralatan Khusus Dan/Atau Implan Yang Diperlukan.Jeda merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan. Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menentukan bagaimana proses jeda didokumentasikan.

2.8 Elemen Penilaian SIKP.41. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi lokasi pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda.2. Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk memverifikasi apakah lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah ada, tepat, danfungsional.3. Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat sebelum memulai prosedur pembedahan.4. Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam sehingga dapat dipastikan lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar; termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan tidak di ruang operasi.

2.9 SPO OKProsedur pengelolaan dan pelayanan kamar operasi secara rinci diatur dalam tiap-tiap SPO. SPO di IBS meliputi:1. SPO pasien sewaktu tiba di kamar operasi meliputi :a. SPO pemeriksaan identitas pasien sewaktu tiba di kamar operasi.b. SPO pemastian teknik serta lokasi operasi.c. SPO izin operasi (informed consent).2. SPO pencatatan meliputi :a. SPO pencatatan kecelakaan/kegagalan.b. SPO pelaporan kepada yang berwenang.3. SPO Penjadwalan pasien meliputi :a. SPO Penjadwalan operasi elektif.b. SPO Penjadwalan operasi darurat.c. SPO menunda operasi.d. SPO menambahkan pasien pada jadwal operasi yang sudah ada.4. SPO ketidaksesuaian penghitungan bahan dan/atau alat sebelum dan sesudah operasi.5. SPO Laporan operasi dibuat dalam rekam medis pasien6. SPO Pelaksanaan pengendalian infeksi dikamar operasi 7. SPO Pemeliharaan dan perbaikan peralatan di kamar operasi 8. SPO pelayanan anestesi di kamar operasi pada masa pra, saat dan pasca operasi.

2.10 Identifikasi Masalah1. Tidak tepat lokasia. Kesalahan dalam menulis rekam medis atau membaca foto rontgen.2. Tidak tepat prosedura. Kuantitas SDM (tim OK) kurang sehingga mengganggu kelangsungan operasi.b. Kualitas tenaga medis terutama koas dan residen kurang baik.c. Sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat seperti bangunan, alat2 Operasi, lampu / penerangan, prosedur sterilisasi / CSSD.3. Tidak tepat pasiena. Salah identifikasi karena nama pasien sama.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanKeselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Lokasi pembedahan yang salah, prosedur yang salah, pembedahan pada pasien yang salah adalah peristiwa mengkhawatirkan yang sangat umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini diakibatkan komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien pada pemberian tanda pada lokasi pembedahan, dan kurang memadainya prosedur verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, faktor-faktor yang sering kali turut berkontribusi adalah: kurangnya keterlibatan pasien dalam menilai, kurangnya pengkajian terhadap rekaman medis, budaya yang tidak mendukung komunikasi secara terbuka antara anggota tim bedah, masalah akibat tulisan tangan yang tak terbaca, dan penggunaan singkatan-singkatan.Elemen Penilaian SIKP.41. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi lokasi pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda.2. Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk memverifikasi apakah lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah ada, tepat, danfungsional.3. Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat sebelum memulai prosedur pembedahan.4. Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam sehingga dapat dipastikan lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar; termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan tidak di ruang operasi.

3.2 SaranRumah Sakit diharapkan dapat menetapkan suatu unit kerja keselamatan pasien rumah sakit dengan fungsi unit kerja mengelola program keselamatan pasien dan pusat informasi keselamatan pasien. Selain itu RS dapat menyelenggarakan pelatihan KPRS yang merata untuk seluruh karyawan sehingga dapat mengatasi cara penanganan patient safety dalam unit kerja.

DAFTAR PUSTAKAAnonym.(2012). International Patient Safety Goals (IPSG).Diakses pada tanggal 5 Maret 2014 dari http://jci-akreditasirumahsakit.blogspot.com.Anonym.(2012).Academia.Edu.Diases pada tanggal 5 Maret 2014 dari https://www.academia.edu.Anonym.(2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Diakses pada tanggal 5 Maret 2014 dari http://www.hukor.depkes.go.id.Anonym.(2013). Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) atau IPSG.Diakses pada tanggal 5 maret 2014 dari http://auditor-hospital.blogspot.com.Asrini,dkk.(2012). Patien Safety Refresing Course.Diakses pada tanggal 4 Maret 2014 dari http://ppgd-gels.com.Yuliarto.(2013). International Patient Safety Goals (IPSG) Sasaran Internasional.Diakses pada tanggal 5 Maret 2014 dari http://lamongankab.go.id.

3