Makalah Isu 4

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Menurut Anusavice (2004) pengujian bahan-bahan kedokteran gigi meliputi uji, uji sekunder, dan uji pra klinis. Sedangkan menurut ANSI/ADA Dokumen 41 terdiri dari tahap awal, uji sitotoksisitas secara in vitro, uji lisis membrane sel darah merah, metagenesis dan karsinogenesis; tahap kedua, uji pada hewan untuk keradangan dan respon imun; tahap pemakaian, uji respon tulang dan pulpa. Lebih dari 150 tahun amalgam digunakan sebagai bahan restorasi karena sifatnya yang sangat kuat dan tahan lama di dalam rongga mulut (Solanki, 2012). Konsentrasi perak dalam logam campur amalgam adalah 40%-70% dan timah 12%-30%, tembaga kurang dari 12%-24%, paladium 0,5%, indium 1% dan seng sampai dengan 1% (Bharti, 2010). Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian 1

description

makalah isu 4

Transcript of Makalah Isu 4

Page 1: Makalah Isu 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Menurut Anusavice (2004) pengujian bahan-bahan kedokteran gigi

meliputi uji, uji sekunder, dan uji pra klinis. Sedangkan menurut ANSI/ADA

Dokumen 41 terdiri dari tahap awal, uji sitotoksisitas secara in vitro, uji lisis

membrane sel darah merah, metagenesis dan karsinogenesis; tahap kedua, uji pada

hewan untuk keradangan dan respon imun; tahap pemakaian, uji respon tulang

dan pulpa.

Lebih dari 150 tahun amalgam digunakan sebagai bahan restorasi karena

sifatnya yang sangat kuat dan tahan lama di dalam rongga mulut (Solanki, 2012).

Konsentrasi perak dalam logam campur amalgam adalah 40%-70% dan timah

12%-30%, tembaga kurang dari 12%-24%, paladium 0,5%, indium 1% dan seng

sampai dengan 1% (Bharti, 2010).

Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah,

sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam

mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari

15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai

dengan prosedur (Sundoro, 2005). Merkuri adalah elemen yang beracun, baik

sebagai logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak

dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi

menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru-paru oleh sel darah

merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah

menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah otak dan juga plasenta

kepada janin. Senyawa merkuri organik dianggap lebih berbahaya dan ia dapat

larut dalam lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda syaraf (McCabe,

2008).

1

Page 2: Makalah Isu 4

2

Berdasarkan latar belakang diatas dan sesuai issue 4 dalam blok 7 ini,

maka kami menyusun makalah ini dengan topik bahasan “Metode Diagnosis

Laboratorik Kedokteran Gigi”.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana komposisi dan sifat dari dental amalgam?

2) Bagaimana efek samping dental amalgam?

3) Bagaimana pemeriksaan bahan-bahan yang dipakai di kedokteran gigi?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui komposisi dan sifat dari dental amalgam.

2) Mengetahui efek samping dental amalgam.

3) Mengetahui pemeriksaan bahan-bahan yang dipakai di kedokteran gigi.

1.4 Hipotesa

Pentingnya pemeriksaan dan pengujian bahan-bahan kedokteran gigi sebelum

dilakukan pengaplikasian dalam tindakan dalam bidang kedokteran gigi.

Page 3: Makalah Isu 4

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Keamanan Bahan Biomaterial

2.2.1 Biokompatibilitas Bahan-Bahan Kedokteran Gigi

Tujuan uji biokompatibilitas adalah untuk menghilangkan produk

atau komponen produk potensial yang dapat merugikan atau merusak

jaringan mulut atau maksilofasial. Uji biokompatibilitas dikelompokkan

menjadi 3 tingkatan (baris) (Anusavice, 2003).

1. Kelompok I (Uji Primer)

Uji primer terdiri atas evaluasi toksik dimana bahan kedokteran

gigi dalam keadaan segar atau tanpa diproses ditempatkan langsung pada

biakan sel jaringan atau membran (penghalang seperti lempeng dentin)

yang menutupi sel jaringan biakan yang bereaksi terhadap efek dari

produk atau komponen yang merembes melalui penghalang (Anusavice,

2003).

Uji Genotoksik

Sel mamalia atau nonmamalia, bakteri, ragi atau jamur digunakan

untuk menentukan apakah mutasi gen, perubahan dalam struktur

kromosom atau perubahan asam deoksiribonukleat lain, atau perubahan

genetik disebabkan oleh bahan, alat dan ekstrak dari bahan yang diujikan

(Anusavice, 2003).

2. Kelompok II (Uji Sekunder)

Pada tingkat ini, produk dievaluasi terhadap potensinya untuk

menciptakan toksisitas sistemik, toksisitas inhalasi, iritasi kulit dan

sensitivitas serta respons implantasi. Dalam uji toksisitas sitemik seperti

uji dosis letal rata-rata untuk rongga mulut (LD50), sampel bahan yang

diujikan diberikan setiap hari pada tikus selama 14 hari baik secara oral

Page 4: Makalah Isu 4

4

maupun dimasukkan dalam makanannya. Bila 50% tikus-tikus tersebut

tetap hidup, produk tersebut lolos uji (Anusavice, 2003).

Uji toksisitas kulit adalah penting karena banyaknya jumlah

substansi kimia, tidak hanya produk kedokteran gigi, yang berkontak

dengan kita setiap hari. Sekali bahan, produk atau komponen toksik

teridentifikasi, bisa diganti, diencerkan, dinetralkan dan dikelasi untuk

mengurangi resiko keracunan (Anusavice, 2003).

Uji toksisitas inhalasi dilakukan pada tikus, kelinci atau marmot

dalam kamar pemajanan dengan preparat aerosol melalui cara

menyemprotkan bahan disekitar kepala dan saluran pernapasan atas dari

binatang tersebut. Binatang-binatang tersebut dipajankan selama 30 detik

terhadap penyemprotan terus menerus yang diulangi lagi setelah istirahat

30 menit. Setelah 10 kali pemajanan terus menerus, binatang-binatang

tersebut diamati selama 4 hari. Bila ada binatang yang mati dalam 2-3

menit, bahan tersebut dianggap amat toksik. Bila tidak ada binatang yang

mati, bahan tersebut cenderung tidak berbahaya bagi manusia (Anusavice,

2003).

Uji Implantasi

Penggunaan teknik implan secara in vivo, juga mempertimbangkan

sifat fisik produk, seperti bentuk, kepadatan, kekerasan, dan kehalusan

permukaan yang dapat mempengaruhi karakter respons jaringan. Untuk

implantasi subkutan dan otot, bahan uji implan dikemas dalam berbagai

tube plastik (variasi polietilen, atau teflon). Untuk implantasi tulang,

korteks lateral dari tulang femur atau tibia atau keduanya dibuka, dan

dibuat lubang dengan menggunakan bur putaran rendah, intermiten,

dibawah irigasi larutan salin fisiologis untuk mencegah panas berlebihan

pada tulang (Anusavice, 2003).

3. Kelompok III: uji penggunaan pra-klinis suatu produk dapat disetujui oleh

us food and Drug administration (FDA) Setelah berhasil melalui uji

primer dan sekunder berdasarkan bahwa produk tersebut tidak

membahayakan manusia. Berkaitan dengan obat-obatan, FDA amat

Page 5: Makalah Isu 4

5

memperhatikan bahwa uji tersebutdigunakan dengan efisien, teliti dan

cermat. Namun , berkaitan dengan bahan-bahan gigi, pabrik pembuat

memiliki kesempatan sampai 7 tahun untuk membuktikan efisiensinya

setelah produk itu dipasarkan dengan persetujuan FDA.

4. Uji penggunaan pulpa dan Dentin : uji ini dirancang untuk melihat

biokompatibilitas bahan kedokteran gigi yang diletakkan pada dentin dekat

pulpa gigi. Mamalia bukan pengerat dipilh untuk menjamin bahwa gigi-

geligi mereka adalah permanen yang sudah bererupsi sempurna. Preparasi

kavitas kelas V pada permukaan bukal atau labial keduanya dibuat

menggunakan bur tajam yang dilengkapi dengan semprotan air

secukupnya dengan meninggalkan tubulus dentin setela 1mm atau kurang

di antara dasar preparasi kavitas dan pulpa. Sebagai kontrol negatif

digunakan oksida seng eugenol (OSE). Sebagai kontrol positif, dipilih

bahan restorasi yang secara konsisten merangsang respon pulpa dari tahap

sedang hingga parah. (anusavice, 2004)

5. Uji penggunaan kaping pulpa dan pulpatomi: Prosedur pengujian di sini

serupa dengan uji penggunaan pulpa dan dentin, kecualimpulpa sedikit

terbuka untuk evaluasi kaping pulpa dan pulpa sebagian diambil untuk

pengujian pulpatomi. Suatu produk kalsium hidroksida (CH) digunakan

sebagai kontrol negatif.

6. Penggunaan endodonsi : untuk pengujian ini, digunakan jenis binatang

yang sama tetapi pulpa sudah diangkatseluruhnya atau hampir seluruhnya

dari ruang pulpa dan saluran akar, serta digantikan dengan bahan pengisi

dan bahan pengontrol OSE saja atau OSE dikombinasikan dengan bahan

pengisi (biasanya pengisi grossman) digunakan sebagai bahan kontrol

(Anusavice, 2004)

7. Adhesi dan Biokompatibilitas Amalgam

Amalgam tidak mempunyai sifat adhesi terhadap email dan dentin. Oleh

karena itu potensi untuk terjadinya celah antara tumpatan dan gigi sangat

besar. Pada saat awalnya, celah ini dapat dikurangi dengan pengulasan

pernis pada dinding kavitas ketika menambal. Setelah beberapa bulan

Page 6: Makalah Isu 4

6

kebocoran mikro restorasi amalgam yang tidak dipernis berkurang oleh

adanya deposit mineral dari saliva atau oleh produk korosi.

8. Amalgam dianggap sebagai bahan tumpatan yang tidak mengiritasi pulpa,

namun tidak adanya ikatan antara bahan tumpat dengan gigiakan

memungkinkan kuman memasuki tumpatan dan mengiritasi pulpa

melalalui tubulus dentin. Oleh sebab itu dinding kavitas yang menutupi

pulpa harus ditutupi oleh pelapik dan sisanya dilapisi pernis kavitas (Ford,

1993).

2.1.2 Tahap Uji Keamanan Biomaterial

a. Pengujian awal biomaterial adalah secara in vitro

Untuk pengujian secara in vitro biasanya menggunakan kultur MTT

Assay untuk menguji toksisitas bahan.

b. Pengujian in vitro menggunakan hewan coba untuk mengamati reaksi

jaringan sekitar, uji darah secara sistemik dan lain-lain. Pengujian carcinogenicity

bisa dilakukan post marketing, jadi setelah produk beredar di pasaran baru diamati

dampak carcinogenity dari biomaterial tersebut. Contoh pada uji biokompatibilitas

menggunakan jaringan pulpa anjing yang digunakan sebagai uji tersebut.

c. Pengujian Klinis

Untuk pengujian secara klinis ini dilakukan pada pasien langsung

dengan mengamati dampak yang terjadi (drg. Widowati, 2008).

2.1.3 Alat Pengukur Kekerasan

Page 7: Makalah Isu 4

7

Gambar 3: Gambar 4:

Rockwell Hardness Test Knoop Hardness Test

Gambar 1: Gambar 2:

Digital Vickers Hardness Test Brinell Hardness Test

2.2 Amalgam

2.2.1 Definisi Amalgam

Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam,

diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain

seperti gallium, indium, dan palladium dengan komposisi tertentu. Dental

amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang

disebut amalgamasi (Anusavice, 2004).

2.2.2 Klasifikasi Dental Amalgam

Page 8: Makalah Isu 4

8

Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang

salah satunya adalah merkuri (Sumawita, 2006). Kata amalgam juga didefenisikan

untuk menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti

merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah

kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.

Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang

menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna

perak abu-abu (Anusavice, 2004).

Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis yaitu (Craig, 2000):

a. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:

1) Alloy binary, contohnya: silve-tin

2) Alloy tertinary, contohnya: silvertincopper

3) Alloy quartenary, contohnya: silver tincopperindium

b. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:

1) Microcut, dengan ukuran 10-30 μm.

2) Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.

c. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:

1) Alloy lathe cu

Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur, seperti yang terlihat

pada gambar :

Gambar 1. Partikel alloy amalgam lathe cut (100x) 10

2) Alloy spherical

Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan

alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil,

seperti yang terlihat pada gambar. Alloy ini tidak berbentuk bulat

Page 9: Makalah Isu 4

9

sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada

teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.

Gambar 2. Partikel alloy amalgam spherical (500x) 10

3) Alloy spheroidal

Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.

d. Berdasarkan kandungan tembaga

Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan kekuatan

(strength), kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan.

Pembagian amalgam berdasarkan kandungan tembaga yaitu (Ucar, 2011):

1) Low copper alloy

Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%),

copper (4-5%), zinc (0-1%).

2) High copper alloy

High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%),

copper (13-30%), zinc (0-1%). Alloy ini dapat diklasifikasikan

sebagai:

a) Admixed dispersiblended alloys

Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe cut

alloy dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper

spherical alloy dengan low copper lathecut alloy. Komposisi

seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper (13%),

zinc (1%).

Page 10: Makalah Isu 4

10

b) Single composisition atau unicomposition alloys

Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama.

Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (40-60%), tin (22-

30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).

e. Berdasarkan kandungan zinc

1) Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.

2) Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.

2.2.3 Komposisi Amalgam

Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah,

tembaga, merkuri, platinum, dan seng. Unsur-unsur kandungan bahan restorasi

amalgam tersebut memiliki fungsinya masing-masing, dimana sebagian

diantaranya akan saling mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika

logam tersebut dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat. Pada Tabel 1

dapat dilihat komposisi persentase berat kandungan alloy amalgam (Anusavice,

2004).

Tabel 1. Komposisi Dari Alloy Amalgam

Alloy Persentase Berat

Silver 65 (minimum)

Tin 29 (maximum)

Copper 6 (maximum)

Page 11: Makalah Isu 4

11

Palladium 0,5

Zinc 2 (maximum)

Mercury 3 (maximum)

2.2.4 Fungsi unsur – unsur kandungan bahan restorasi

1. Silver

a. Memutihkan alloy

b. Menurunkan creep

c. Meningkatkan strength

d. Meningkatkan setting ekspansion

e. Meningkatkan resistensi terhadap tarnis

2. Tin

a. Mengurangi strength dan hardness

b. Menngendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi

akan terlalu cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat ditoleransi.

c. Meningkatkan kontraksi

d. Mengurangi resistensi terhadap tarnis dan korosi

3. Copper

a. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan

b. Meningkatkan strength dan hardness

4. Zinc

a. Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila

campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses

pemanipulasiannya.

Page 12: Makalah Isu 4

12

b. Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan

sifat – sifat amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer

selama proses pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-

unsur penting seperti silver, copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa

zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat dengan

penambahan zinc akan menjadi kurang palstis.

5. Merkuri

Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%)

ditambahkan kedalam alloy. Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy

pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan reaksi yang lebih cepat.

6. Palladium

a. Mengeraskan alloy

b. Memutihkan alloy

7. Platinum

a. Mengeraskan alloy

b. Meningkatkan resistensi terhadap korosi (Anusavice, 2004).

2.2.5 Sifat Amalgam

2.2.5.1 Sifat Fisik Amalgam

a. Creep

Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi

secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban.

Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat

menyebabkan creep. ANSI-ADA specification no.1menganjurkan agar

creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan

mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang

tinggi kandungan tembaga. Amalgam dengan kandungan tembaga yang

tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan

kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi

Page 13: Makalah Isu 4

13

nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. Secara umum

besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut (Craig, 2000):

Creep alloy konvensional>creep blonded alloy>creep alloy

komposisi tunggal Kekurangan amalgam yang memiliki tingkat creep

tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan

menurunnya nilai estetik. Solusi (McCabe, 2008):

1) Meminimalkan fase gamma 2 saat setting

2) penambahan palladium dan indium

3) Stabilitas dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada

dimensinya dan kemudian tetap stabil.Beberapa faktor penting yang dapat

mempengaruhi perubahan dimensi adalah (McCabe, 2008):

1) Komposisi alloy: semakin banyak jumlah silver dalam amalgam,

maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar

jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.

2) Rasio mercuri/alloy: makin banyak mercuri, akan semakin besar

tingkat expansinya

3) Ukuran partikel alloy: dengan berat yang sama, jika ukuran partikel

menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area

permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercuri dengan

kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini

akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap

pertengahan.

4) Waktu triturasi: merupakan faktor paling penting. Secara umum,

semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.

5) Tekanan kondensasi: jika amalgam tidak mengalami kondensasi

setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena

tidak terganggunya difusi mercuri ke alloy.

Page 14: Makalah Isu 4

14

b. Difusi termal

Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin

sedangkankoefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin

yang mengakibatkanmikroleakage dan sekunder karies. Solusinya dalah

mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam (Craig,

2000).

c. Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya

sebuah substansi/zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian

tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya

pecahan/puing amalgam (Craig, 2000).

2.2.5.2 Sifat Biologi Amalgam

a. Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang

ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan,

dan gejala lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari

Commbs mewakili efek sampingfisiologis yang paling mungkin terjadi

pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1% dari

populasi yang di rawat(Anusavice, 2004). Solusinya adalah tidak

menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai).

b. Toksisitas

Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa

sudah mulai dipertanyakan.Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke

dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam

mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan

warna gigi.Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi

kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi

terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam

Page 15: Makalah Isu 4

15

sangat jarang terjadi. Kemungkinan yang paling menonjolbagi asimilasi

air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya (Anusavice,

2004).

2.2.5.3 Sifat Mekanik Amalgam

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan

struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu

struktur dengan struktur yang lainnya. Dental amalgam adalah material yang

brittle/rapuh. kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan

kompresif. kekuatan komperesif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan

amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan

terjadinya fraktur/retakan. Faktor yang mempengaruhu kekuatan amalgam

(Anusavice, 2004):

a. Rasio mercury (Alloy): jika mercuri yang digunakan terlalu sedikit, maka

partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian

restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan

peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh

b. Ukuran dan Bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran

partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine

particles.

c. Porositas: sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi

kekuatan.

d. Efek triturasi: efek ini tergantung pada jenis lugam campur amalgam,

waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator.

Efek laju pengerasan amalgam menurut spesifikasi ADA menyebutkan

kekuatan kompresif minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam dari amalgam komposisi

tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.

2.2.5.4 Sifat Kimia Amalgam

Sifat kimia amalgam antara lain:

Page 16: Makalah Isu 4

16

a. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika kedua atau lebih logam

berbeda atau alloy berkontak dengan larutan elektrolit, dalam hal ini

adalah saliva. Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama/usia restorasi,

perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaa. Jarak

yang cukup lebar/besar dihasilkan dan berkontak elektrik dari beberapa

restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam-amalgam, perbedaan

potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam

memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan

keluar adalah 24 V. Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanis

bebarbanding terbalik, artinya semakin lama usia restorasi amalgam

dengan tumpatan lainnya, semakin kecil arus galvanis yang dihasilkan

(Craig, 2000).

b. Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi

struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian

pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar

50%, serta memperpendek keawetan penggunaannya (Craig, 2000).

c. Tarnis

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang

terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling

terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan

sulfur dalam makanan dan minuman (Craig, 2000).

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Dental Amalgam

2.2.6.1 Kelebihan

Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah,

sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam

mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari

Page 17: Makalah Isu 4

17

15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai

dengan prosedur (Sundoro, 2005).

a. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang

pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor

dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan

mulut.

b. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak

terlalu “technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di

mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat

mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

c. Biayanya relatif lebih rendah

2.2.6.2 Kekurangan

Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun

unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat

terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia

akan ditransportasikan dari paru-paru oleh sel darah merah ke jaringan lain

termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil

merkuri, melewati barrier darah otak dan juga plasenta kepada janin.

Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada

bayi yang akan dilahirkan.Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama

triturasi, kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama.

Tumpatan merkuri dalam prosespembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi

udara dalam jangka panjang. Solusinya adalah (McCabe, 2008):

a. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas.

b. Menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan

c. Pemilihan tipe lantai yang cocok

d. Penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia

e. Jangan disentuh dengan tangan

Page 18: Makalah Isu 4

18

f. Menggunakan masker

g. Memakai teknik hand condensor

h. Ruang tidak berkarpet

2.2.7 Faktor Mempengaruhi Kekuatan Amalgam

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatandental amalgam yaitu (Handayani,

S, 2005):

a. Jumlah merkuri

Merkuri hendaknya dicampur dengan alloy dalam jumlah yang tepat

sehingga setiap partikel dari alloy bercampur dengan merkuri. Jika

merkuri yang digunakan terlalu sedikit, maka tidak semua partikel alloy

dapat bercampur dengan merkuri sehingga menghasilkan campuran yang

kasar dan kering. Campuran yang kasar dan kering ini akan sulit

dimanipulasi dan dapat menghasilkan tumpatan yang poreus. Namun jika

merkuri yang digunakan terlalu banyak, campuran amalgam menjadi

“basah”. Ini akan menyulitkan dalam kondensasi dan amalgam akan lebih

lama mengeras. Bagaimanapun, merkuri yang berlebihan dapat

menyebabkan kekuatan amalgam berkurang.

b. Kondensasi

Tingkat tekanan kondensasi mempengaruhi kekuatan amalgam.Tekanan

kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas

dan untuk mengeluarkan kelebihan merkuri.

c. Porositas

Kekosongan dan porositas dari amalgam yang dikeraskan telah diketahui

sebagai faktor yang mempengaruhi compressive strength.Untuk

mendapatkan kekuatan yang maksimal, manipulasi dan prosedur

penempatan harus didesain agar dapat mengontrol kandungan merkuri

pada akhir restorasi dan dapat meminimalkan porositas.

d. Logam lain yang ditambahkan pada amalgam

Page 19: Makalah Isu 4

19

Logam lain yang ditambahkan dalam jumlah kecil pada alloy amalgam

dapat mempengaruhi strength amalgam. Logam-logam tersebut antara

lain zinc, palladium, platinum, ataupun indium. Alloy yang dibuat tanpa

penambahan zinc akan menjadi rapuh. Palladium dan platinum dapat

mengeraskan alloy. Indium yang ditambahkan pada alloy dapat sedikit

meningkatkan compressive strength.

2.2.8 Indikasi dan Kontraindikasi Amalgam

2.2.8.1 Indikasi dari amalgam

1. Untuk gigi posterior

2. Karies pit dan fisur gigi posterior, karies proksimal gigi posterior, karies

permukaan halus (sisi bukal atau lingual).

3. Pasien dengan insidensi karies tinggi

2.2.8.2 Kontra indikasi

Gigi yang memerlukan estetika baik (terutama gigi anterior).

2.2.9 Manipulasi Amalgam

Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy

amalgam dengan merkuri. Rasio powder alloy amalgam dengan merkuri yang

biasa digunakan adalah 1:1.1-3 Pada alloy spherical, rasio powder : liquid

biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar 45% (Craig, 2000).

Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan powder dengan liquid

yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun

Page 20: Makalah Isu 4

20

secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi

adalah didapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam (Craig, 2000).

Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan

amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan

yang besar menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan

dinding kavitas. Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang

kelebihan merkuri, karena merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur

amalgam dan menyebabkan porositas pada amalgam (Craig, 2000).

Prosedur selanjutnya adalah carving yang dilakukan untuk mendapatkan

kontur, kontak dan anatomi yang sesuai sehingga mendukung kesehatan gigi dan

jaringan lunak di sekitarnya. Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) dengan

burnisher untuk meminimalisir korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan

dilakukan 24 jam setelah penambalan, setelah tambalan cukup kuat (Craig, 2000).

2.3 Merkuri

2.3.1 Definisi Merkuri

Merkuri atau yang dikenal dengan air raksa adalah suatu logam cair

berwarna keperakan. Merkuri berasal dari bahasa Yunani yaitu

Page 21: Makalah Isu 4

21

Hidragirum,dengan simbol Hg. Loggam ini menguap pada suhu kamar dan titik

beku -39 derajat C. Uap merkuri tidak memiliki bau,warna,maupun rasa (Alfian,

2006).

2.3.2 Manfaat Merkuri

Bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak abad ke-15 dimana

merkuri digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Kalomel (HgCl)

digunakan sebagai pembersih luka sampai di ketahui bahwa bahan tersebut

beracun sehingga tidak digunakan lagi. Komponen merkuri organik digunakan

untuk obat diuretika sampai bertahun-tahun dan juga digunakan untuk kosmetik

(Alfian, 2006).

2.3.3 Macam-Macam Merkuri

Bentuk kimia merkuri mempunyai pengaruh terhadap pengendapannya.

Secara umum ada tiga bentuk merkuri (Alfian, 2006), yaitu:

a. Unsur Merkuri

Mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut di dalam air.

Pada suhu kamar kelarutannya kira-kira 60 mg/l dalam air dan

antara 5-50 mg/l dalam lipida. Bila ada oksigen, merkuri

diasamkan langsung ke dalam bentuk ionik. Uap merkuri wujud

(hadir) dalam bentuk monoatom yang apabila terserap ke dalam

tubuh akan dibebaskan ke dasar alveolar.

b. Merkuri Anorganik

Di antara dua tahapan pengoksidaan, Hg2+ adalah lebih reaktif. Ia

dapat membentuk kompleks dengan ligan organik, terutama

golongan sulfurhidril.

c. Merkuri Organik

Senyawa merkuri yang terikat dengan satu logam karbon,

contohnya metil merkuri. Saluran pernapasan merupakan jalan

Page 22: Makalah Isu 4

22

utama penyerapan raksa dalam bentuk unsur. Persen pengendapan

dan akumulasinya adalah tinggi, lebih kurang 80%, karena sifatnya

yang larut di dalam lipida. Di dalam bentuk penyerapannya dari

saluran gastrointestin sangat sedikit, mungkin kurang dari 0,01%,

karena merkuri berbentuk partikel globular yang besar. Oleh

karena itu sukar melintasi selaput mukosa. Merkuri mungkin dapat

melintasi kulit tetapi belum dapat dibuktikan. Senyawa merkuri

organik dianggap lebih berbahaya dan ia dapat larut dalam lapisan

lemak pada kulit yang menyelimuti korda syaraf.

2.3.4 Sifat-Sifat Merkuri

Menurut Anusavice (2004) ,ada beberapa sifat merkuri adalah sebagai

berikut:

a. kelarutan rendah

b. sifat kimia yg stabil terutama di lingkungan sediman

c. mempunyai sifat yg mengikat protein, sehingga mudah terjadi

biokonsentrasi pada tubuh organism air melalui rantai makanan.

d. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu

kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam, yaitu-

390C.

e. Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

f. Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga merupakan konduktor

yang terbaik dari semua logam.

g. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen

yang disebut amalgam (alloy).

h. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua

makhluk hidup.

Page 23: Makalah Isu 4

23

i. pada fase padat berwarna abu abu dan pada fase cair berwarna putih perak.

2.3.5 Faktor Mempengaruhi Pelepasan Merkuri

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Merkuri pada Tumpatan

Amalgam. Pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain (Syafiar L, 2012) :

1. Penempatan Amalgam

Uap merkuri dilepaskan selama penempatan/insersi amalgam ke dalam

kavitas. Banyaknya merkuri yang dilepaskan dapat diukur dari udara yang

dikeluarkan selama bernapas dan saliva.

2. Kondensasi

Kondensasi dengan tangan dapat menghasilkan tingkat uap merkuri diatas

300 μg/m , sementara kondensasi mekanis ᵌ dapat menyebabkan nilai

tersebut lebih tinggi dua kali lipat.

3. Pembongkaran / Pembuangan Amalgam

Uap merkuri dilepaskan selama pembongkaran / pembuangan amalgam.

Konsentrasi uap merkuri yang meningkat terjadi dalam rongga mulut dan

udara pernapasan pasien dan operator selama pembongkaran/pembuangan

tumpatan amalgam yang lama.

4. Selama Penggunaan Tumpatan

Merkuri selalu lepas selama adanya tumpatan, mula-mula dalam bentuk

uap, ion, dan partikel. Mengunyah makanan atau permen karet, menyikat

gigi, dan minum cairan panas memicu pelepasan merkuri.

5. Pengunyahan

Sebagian kecil merkuri dilepaskan pada saat mengunyah makanan. Uap

merkuri elemental keluar dari tumpatan amalgam selama

mengunyah,nmenyikat, dan makan makanan pedas atau asam.

6. Menyikat Gigi

Menyikat gigi menyebabkan pelepasan merkuri yang lebih tinggi daripada

pengunyahan. Nilai pelepasan merkuri lebih tinggi pada amalgam

konvensional daripada amalgam high copper.

Page 24: Makalah Isu 4

24

7. Usia Amalgam dan Tipe Amalgam

Usia amalgam dan tipe amalgam mempengaruhi luasnya pelepasan uap

merkuri yang tidak tetap.

8. Komposisi Alloy

Kandungan/konsentrasi timah dalam fase matriks γ1 amalgam adalah

faktor penentu utama kecepatan penguapan merkuri dari amalgam setelah

abrasi.

9. Korosi

Korosi merupakan kejadian pengrusakan logam atau logam campur karena

mbereaksi secara kimia dengan lingkungan sekitarnya. Alloy amalgam

konvensional yang terdiri atas logam perak, timah, tembaga, seng,

mempunyai struktur heterogen karena setelah dicampur dengan merkurim

akan terjadi 3 fase padat yang strukturnya berbeda. Pembasahan oleh

larutan sodium chloride dan/atau asam lemah memungkinkan terjadinya

korosi amalgam. Akibatnya merkuri metalik akan dilepaskan dalam

rongga mulut.

2.3.6 Efek Positif dan Negatif Merkuri

2.3.6.1 Efek positif merkuri untuk kesehatan

Efek positif untu kesehatan, merkuri digunakan sebagai campuran untuk

bahan penambal gigi (amalgam) oleh para Dokter gigi, obat-obatan, juga sebagai

bahan untuk cairan Termometer. Oleh Dokter gigi merkuri digunakan sebagai

penambal bagi pasien yang memiliki gangguan pada giginya yaitu gigi yang

berlubang (Martono, H. 2005).

Dan pada obat-obatan umumnya digunakan oleh para Dokter kecantikan

atau kulit untuk produk pemutih atau perawatan wajah seperti pencegahan

jerawat, dan lain-lain. Pada termometer tentunya berfungsi untuk menunjukan

suhu pada pasien, namun pada termometer digital sudah tidak menggunakan air

raksa atau merkuri lagi (Martono, H. 2005).

Page 25: Makalah Isu 4

25

2.3.6.2 Efek negatif merkuri untuk kesehatan

Pada dasarnya telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat

beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan

kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam

jaringan tubuh organisme air. Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dan biota

perairan dapat bersifat lethal dan sublethal. Pengaruh lethal disebabkan gangguan

pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati.

Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada

hati, mengurangi potensi untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dan sebagainya

(Martono, H. 2005).

Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh

terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam

sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan

terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses

bioaccumulation maupun biomagnification yaitu melalui food chain. Merkuri

yang dapat diakumulasi adalah merkuri yang berbentuk methyl merkuri (CH3Hg),

yang mana dapat diakumulasi oleh ikan, dan juga merupakan racun bagi manusia

(Martono, H. 2005).

Sehingga menimbulkan efek negatif bagi manusia yaitu, sistem saraf pusat

adalah target organ dari toksisitas metil merkuri tersebut, sehingga menimbulkan

gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan saraf pusat. Gejala yang

timbul adalah sebagai beriku (Martono, H. 2005) :

a. Gangguan saraf sensoris: Paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit

menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya

pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.

b. Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia,

tremor, gerakan lambat, dan sulit berbicara.

c. Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala. Tremor pada otot

merupakan gejala awal dari toksisitas merkuri tersebut.

Tetapi derajat berat atau ringannya toksisitas ini bergantung pada lama

mengkonsumsi, dan umur dari penderita. Dengan demikian, semakin banyak dan

Page 26: Makalah Isu 4

26

semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi metil merkuri

per hari, maka semakin berat gejala terjadinya penyakit karena toksisitas metil

merkuri tersebut. Di samping itu, anak-anak lebih peka terhadap toksisitas metil

merkuri ini daripada orang dewasa (Martono, H. 2005).

Selain dari pencemaran limbah yang menggunakan merkuri, dalam bidang

kesehatan kulit pun merkuri menimbulkan efek negatif. Awalnya penggunaan

kosmetik yang mengandung merkuri memang menimbulkan efek positif, seperti

kulit lebih terlihat halus dan sehat. Namun, setelah penggunaan dalam jangka

waktu yang cukup panjang, penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri

menimbulkan efek negatif, yaitu (Martono, H. 2005) :

a. Dapat memperlambat pertumbuhan janin, bahkan bisa mengakibatkan

keguguran (Kematian janin dan Mandul).

b. Flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan bila

pemakaian dihentikan, flek itu dapat atau akan timbul lagi dan

bertambah parah (melebar).

c. Efek rebound yaitu memberikan respon berlawanan, kulit akan

menjadi gelap atau kusam saat pemakaian kosmetik dihentikan.

d. Bagi Wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang

sangat parah (lebar).

Dapat mengakibatkan kanker kulit. Walau tidak seburuk efek merkuri

yang tertelan dari makanan ikan yang tercemar, tetap menimbulkan efek buruk

pada tubuh. Kendati cuma dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap

masuk ke dalam darah, lalu ,memasuki system saraf tubuh. Manifestasi gejala

keracunan merkuri akibat pemakaian krim kulit muncul sebagai gangguan system

saraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan

penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal), gangguan emosi, depresi, dan

lain-lain(Martono, H. 2005).

Oleh karena umumnya tak terduga kalau itu penyakitnya, kasus keracunan

merkuri sering didiagnosis sebagai kasus Alzheimer, Parkinson, atau penyakit

gangguan otak. Setelah sekian lama, kosmetik tersebut akan diserap melalui kulit

dan dialirkan melalui darah ke seluruh tubuh, akhirnya merkuri itu akan

Page 27: Makalah Isu 4

27

mengendap di dalam ginjal, sehingga menyebabkan gagal ginjal yang sangat

parah bagi pemakainya dan menyebabkan kematian. Merkuri dalam krim pemutih

yang mungkin tidak tercantum pada labelnya dapat menimbulkan keracunan bila

digunakan untuk waktu lama. Produk kosmetik yang dipakai tersebut akan

menyebabkan iritasi parah pada kulit, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan

dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Martono, H.

2005).

Cara mengetahui produk kosmetik bermerkuri, yaitu umumnya

menjanjikan wajah putih dalam tempo singkat. Seperti, seminggu saja

menggunakan produk ini, wajah langsung putih dan halus (Martono, H. 2005).

2.3.7 Efek Samping Penggunaan Merkuri

2.3.7.1. Toksisitas Merkuri Dalam Restorasi Amalgam

kandungan merkuri dalam bahan restorasi amalgam dalam beberapa

peristiwa memang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas atau

alergi. Tetapi peristiwa alergi yang terjadi pada pasien yang menggunakan

restorasi amalgam tidaklah signifikan, karena tidak setiap pasien yang

melakukan treatment menggunakan amalgam mengalami alergi.Beberapa

penelitian menerangkan bahwa penggunaan restorasi amalgam dapat pula

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara sistemik seperti kerusakan

pada ginjal, alergi atau hipersensitivitas atau gangguan terhadap neurobehavior.

Namun, apabila penggunaan alamgam dilakukan secara benar, tidak akan terjadi

masalah terhadap biokombatibilitas dari restorasi amalgam (Craig, 1993).

Seseorang dapat terpapar merkuri daridiet makanan, minuman, udara,

dan restorasi amalgam.Merkuri yang terlepas dari bahan restorasi amalgam

biasanya terjadi akibat adanya penguapan merkuri. Uap merkuri pada manusia

dapat ditemukan pada hembusan nafas, pada rongga mulut dengan keadaan

mulut terbuka atau teertutupmelalu kateter yang dipasang ditrakea melalu

bronkoskop. Data dari penelitian menjelaskan bahwa merkuri secara terus

menerus terlepas dalam rongga mulut dari bahan restorasi amalgam. Tingkat

Page 28: Makalah Isu 4

28

pelepasan merkuri pada seseorang dipengaruhi oleh banyak factor yaitu area

restorasi, usia, diet, komposisi amalgam, dan kuantitas permukaan yang

mengalami oksidasi. Uap merkuri dapat terlarut pada udara intraoral ataupun

oleh saliva, kemudian dapat penetrasi ke organisme melalui banyak cara (Uçar

and Brantley, 2011).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ditemukan kadar

merkuri dalam urin yang lebih tinggi yaitu sekitar 5 sampai 20 pada orang yang

mengkonsumsi seafood dengan frekuensi seminggu sekali jika dibandingkan

dengan kadar merkuri akibat pajanan restorasi amalgam yaitu sekitar 1 atau

sekitar 1 mg/(Craig, 1993).

WHO merekomendasikan nilai batas paparan merkuri jangka panjang

untuk para pekerja atau operator adalah sebesar 25selain itu WHO

merekomendasikan paparan yang merkuri untuk wanita dalam masa subur harus

lebih rendah dari nilai standar yaitu sekitar 10 (bindslev, 1991).

Penguapan merkuri dari bahan restorasi amalgam lebih kecil jika

dibandingkan dengan pengkonsumsian berbagai jenis ikan. Peningkatan kadar

amalgam dalam urin dan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, tidak

hanya dipengaruhi oleh merkuri yang berasal dari bahan restorasi amalgam.

Secara keseluruhan merkuriyang berasal dari amalgam hanya memberikansedikit

pengaruh terhadap total kadar merkuri dalam tubuh .secara epidemiologi, kadar

merkuri dalam urin dan darah berkolerasi dengan jumlah paparan yang berasal

dari lingkungan dan diet (Craig, 1993).

Pencemaran merkuri terhadap lingkungan hidup dapat menimbulkan

dampak negatif pada kesehatan manusia. Pencemaran tersebut akan

menyebabkan terjadinya toksisitas atau keracunan tubuh manusia. Hal ini dapat

terjadi pada lingkungan pekerjaan seperti pertambangan, pertanian, industri,

farmasi, kedokteran gigi dan aa banyak pekerjaan lain dengan potensi paparan

terhadap merkuri. Pencemaran merkuri di lingkungan dokter dapat terjadi pada

saat proses pembuatan amalgam sampai pemaaian amalgam sebagai tumpatan

gigi (Silalahi, 2002).

1. Toksik merkuri

Page 29: Makalah Isu 4

29

a. Toksik merkuri berkaitan dengan afinitasnya untuk membentuk

ikatn kovalen dengan gugus sulfhidril yang akan menganggu

sistem enzim dalam organ. Keracunan merkuri terjadi karena

terbentuknya senyawa yang mudah di serap yaitu merkuri yang

teroksidasi atau terikat dengan sulfida. Merkuri dapat diabsorbsi

oleh tubuh melalui tiga cara yaitu inhalasi, pencernaan, dan

permukaan kulit. Inhlasi adalah jalur utama absorbsi persenyawaan

merkuri yaitu sebesar 80% (Silalahi, 2002).

2. Toksisitas akut

a. lemah,mual, muntah, diare disertai lendir dan darah, sakit kepala,

sukar berbicara dan menelan, kulit pucat dingin,iritasi membran

mukosa bronkus, pneumonitis yang diikuti demam dan dispena,

rasa sakit dan terbakar di kerongkongan dan perut, penyempitan

lapangan pandang, serta berkurangnya pengeluaran air seni sampai

berhenti sama sekali (Silalahi, 2002).

3. Toksisitas kronis

a. Paparan yang terus menerus dengan merkuri akan menimbulkan

tiga gejala berupa eretisme (keadaan sangat mudah terangsang),

tremor, dan stomatitis. Gejala-gejala neurologis dan psikis

merupakan gejala yang paling karakteristik. Gejala dini nonspesifik

berupa anoreksia, penurunan berat badan, dan sakit kepala.

Kemudian gejala ini diikuti gangguan-gangguan yang lebih

karakteristik seperti iritabilitas meningkat,gangguan tidur,mudah

terangsang, kecemasan,depresi,gangguan daya ingat, dan

kehilangan kepercayaan diri. Keracunan berat sering berakibat

kelainan bicara terutama mengenai pengecapan (Silalahi, 2002).

2.3.8 Meminimalisir Efek Merkuri yang Terkandung Dalam Restorasi Amalgam

Resiko merkuri dapat diminimalisir, apabila dilakukan langkah-langkah

berikut:

Page 30: Makalah Isu 4

30

a. Tempatkan merkuri pada tempat dengan segel rapat

b. Bersihkan segera semua komponen yang terkena merkuri.

c. Gunakan kapsul yang rapat selama prosesamalgamasi

d. Gunakan teknik tanpa sentuh selama pengaplikasian amalgam

e. Simpan semua kepingan amalgam dalam air yang mengandung

sodium thiosulfate

f. Bekerja pada ruangan dengan ventilasi yang baik

g. Hindari pemasangan karpet pada ruang perawatan karena proses

dekontaminasi pada karpet sulit.

h. Kurangi penggunaan bahan yang memakai merkuri.

i. Hindari pemanasan pada merkuri dan amalgam.

j. Gunakan semprot dan suction air ketika grinding amalgam.

k. Gunakan prosedur amalgam konvensional, secara manual maupun

mekanis. Jangan gunakan condenser amalgam ultrasonik.

l. Tentukan level paparan uap merkuri pada operator secara periodik.

(Craig, 1993).