Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
-
Upload
ciay-luvv-dahersusantoko -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
description
Transcript of Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
1/24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni
terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas
permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah,
berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana banjir/longsor serta
semakin hilangnya ruang terbuka (Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan
masyarakat.
Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan
seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan
budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat
dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.
Selain itu banjir merupakan musuh tahunan warga di sejumlah daerah di tanah air.
Pembukaan lahan, perataan tanah untuk pembangunan pemukiman dan prasarana lainnya
mengakibatkan pemadatan tanah, berkurangnnya sumber bahan organik tanah, serta
rusaknya liang-liang bekas penembusan dan galian fauna tanah.
Pada saat pembangunan sebagian permukaan lahan dipadatkan untuk bangunan dan
prasarana jalan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar air hujan tidak dapat meresap ke
dalam tanah, tetapimengalir ke permukaan tanah dan dibuang melalui saluran drainase.
Buruknya saluran pembuangan air (drainase) serta menurunnya daya serap tanah akibat
pembangunan mengakibatkan banjir.
Guna menanggulangi masalah banjir tersebut, Ir. Kamir R. Brata, MSc., dosen Ilmu
Tanah dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor, menemukan teknologi
sederhana yang disebutnya teknologi biopori. Ide pembuatan biopori muncul pada saat
beliau meneliti bongkahan tanah kawasan hutan konservasi di Sumatra. Pada bongkahan
itu terdapat ratusan lubang mirip terowongan yang berbentuk pori-pori. Lubang-lubang
itu dibuat oleh semut, rayap, cacing, dan akar tanaman.
Satu bongkahan seukuran buah kelapa mengandung ratusan lubang yang menyerap
air dikala hujan. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya lubang tak kasatmata yang
terdapat pada bongkahan, berupa ratusan lubang biopori. Lubang-lubang ini berfungsi
menyerap air, menyaring air bersih, mengurai sampah organik, serta menjaga unsur hara
pada tanah.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
2/24
2
Lubang-lubang biopori akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air
dalam tanah. Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah banyak maka
kemampuan sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya
kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air
di permukaan tanah. Hal ini akan mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi.
Peningkatan jumlah biopori dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal di
dalam tanah. Lubang-lubang tersebut diisi dengan bahan-bahan organik seperti daun-
daun kering, potongan rumput, atau tanaman, serta sampah organik rumah tangga.
Bahan-bahan organik ini dijadikan sumber energi bagi organisme hidup di dalam tanah.
Peningkatan aktivitas organisme tersebut akan meningkatkan jumlah biopori yang
terbentuk.
Lubang biopori merupakan teknologi sederhana untuk konservasi lahan dan
penyediaan air bersih. Lubang ini dikembangkan atas dasar prinsip ekohidrologis, yaitu
memperbaiki kondisi ekosistem tanah untuk perbaikan fungsi hidrologis ekosistem
tersebut. Teknologi ini bisa diaplikasikan di kawasan perumahan yang 100% kedap air
atau sama sekali tidak ada tanah terbuka maupun di areal persawahan yang berlokasi di
kawasan perbukitan. Lubang sebaiknya dibuat di bagian tanah yang tidak terendam air
atau lebih tinggi dari saluran air. Jika lubang tersebut terendam air maka fauna tanah
seperti cacing, rayap, dan semut akan kekurangan oksigen. Selain itu, menyebabkan
hilangnya kemampuan meresapnya air karena sudah jenuh.
1.2 Rumusan MasalahMengapa Ruang Terbuka Hijau dan Area Resapan Biopori penting bagi kesehatan
masyarakat?
1.3 Tujuan1. Mengetahui tentang pengertian ruang terbuka hijau.2. Mengetahui tentang tujuan, fungsi dan manfaat dari pembuatan ruang terbuka hijau.3. Mengetahui tentang pengertian area resapan biopori.4. Mengetahui tentang cara pembuatan dan pemeliharaan dari area resapan biopori.5. Mengetahui tentang tujuan dan manfaat dari pembuatan biopori.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
3/24
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Terbuka Hijaua. Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan bahwa dalam Pasal 1 dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 Pasal 1 bahwa
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri ini yang dimaksud dengan :
1)Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas balkdalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjangljalur di mana
dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
2)Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKPadalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi
dan estetika.
Pengertian RTH menurut Purnomo Hadi (1995), adalah:
1)Suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulaidari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu);
2)Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk danbatas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya
terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan
pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak,
rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap,
serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH
yang bersangkutan.
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara
langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun
waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang
terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004).
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
4/24
4
Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota
besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota.
Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga
dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur
nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.
b. TujuanTujuan penyelenggaraan RTH adalah:
1)Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;2)Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat;
3) Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengamanlingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
c. FungsiRTH memiliki fungsi sebagai berikut:
1)Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:a)memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota);
b)pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapatberlangsung lancar;
c) sebagai peneduh;d)produsen oksigen;e)penyerap air hujan;f)penyedia habitat satwa;g)penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta;h)penahan angin.
2) Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:a)Fungsi sosial dan budaya:
(1) menggambarkan ekspresi budaya lokal;(2) merupakan media komunikasi warga kota;(3) tempat rekreasi;(4) wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari
alam.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
5/24
5
b)Fungsi ekonomi:(1) sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur
mayur;
(2)bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan danlainlain.
c)Fungsi estetika:(1) meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala
mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro:
lansekap kota secara keseluruhan;
(2) menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;(3)pembentuk faktor keindahan arsitektural;(4) menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti
perlindungan tata air,keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
Disamping fungsi-fungsi umum tersebut, RTH, khusus nya dari berbagai
jenis tanaman pengisi, secara rinci mempunyai multi fungsi antara lain, sebagai:
penghasil oksigen, bahan baku pangan, sandang, papan, bahan baku industry, atau
disebut sebagai: fungsi ekologis, melalui pemilihan jenis dan system pengolahannya
(rencana, pelaksanaan, dan pengawasan/pengaturan) yang tepat dan baik. Maka ,
tanaman atau kumpulannya secara rinci dapat berfungsi pula sebagai: pengatur iklim
mikro, penyerap dan penjerap polusi media udara, air dan tanah, jalur pergerakan
satwa, penciri (mascot) daerah, pengontrol suara, pandangan, dan lain-lain.
RTH kota dapat berfungsi untuk sebagai hal-hal berikut.
1) Identitas Kota2) Upaya Pelestarian Plasma Nutfah3) Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara4) Mengatasi Genangan Air5) Produksi Terbatas6) Ameliorasi Iklim7) Pengelolaan Sampah8) Pelestarian Air Tanah9) Penapis Cahaya Silau
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
6/24
6
10) Meningkatkan Keindahan11) Sebagai Habitat Burung12) Mengurangi Stress ( Tekanan Mental )13) Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi
RTH yang memiliki berbagai Fungsi seperti edaphis, orologis, hidrologis,
klimatologis, potektif, higienis, edukatif, estetis, dan social ekonomis. Fungsi tersebut
dafat di penuhi oleh semua jenis RTH yang ada di perkotaan, dengan pengertian
sebagai berikut
1) Fungsi Edhapis, yaitu sebagai tempat hidup satwa dan jasad renik lainya, dapat dipenuhi dengan penanaman pohon yang sesuai, misalnya memilih pohon yang
buah atau bijinya atau serangga yang hidup di daun-daunnya, digemari oleh
bururng.
2) Fungsi hidro-orologis adalah perlindungan terhadap kelestarian tanah dan air,dapat diwujudkan dengan tidak membiarkan lahan terbuka tanpa tanaman penutup
sehingga menimbulkan erosi, serta meningkatkan infiltrasi air kedalam tanah
melalui mekanisme perakaran pohon dan daya serap air dari humus.
3) Fungsi klimatologis adalah terciptanya iklim mikro sebagai efek dari prosesfotosintesis dan respirasi tanaman. Untuk memiliki fungsi ini secara baik
seyogyanya RTH memiliki cukup banyak pohon tahunan.
4) Fungsi protektif adalah melindungi dari gangguan angin, bunyi, dan terik mataharimelalui kerapatan dan kerindangan pohon perdu dan semak.
5) Fungsi higiens adalah kemampuan RTH untuk mereduksi polutan baik di udaramaupun di air, dengan cara memilih tanaman yang memiliki kemampuan
menyerap So, No dan atau logam berat lainnya. Penelitian tentang itu telah banyak
dilakukan oleh para praktisinya.
6) Fungsi edukatif adalah RTH biasanya menjadi sumber pengetahuan masyarakattenang berbagai hal, misalnya macam dan jenis vegetasi, asal muasalnya, manfaat
serta khasiatnnya, nama ilmiahnya. Untuk itu, pada tanaman tertentu dapat
diberikan papan informasi yang dapat memberikan pengetahuan baru yang
menarik.
7) Fungsi estetis adalah kemampuan RTH untuk menyumbangkan keindahan padalingkungan sekitarnya, baik melalui keindahan warna, bentuk, kombinasi tekstur,
bau-bauan ataupun bunyi dari satwa liar yang menghuninya.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
7/24
7
8) Fungsi sosial ekonomi adalah RTH sebagai tempat berbagai kegiatan social dantidak menutup kemungkinan memiliki nilai ekonomi seperti pedagang tanam hias
atau pedagang musiman seperti terjadi lapangan gasibu pada hari minggu pagi.
d. ManfaatManfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:
1)Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentukkeindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan
untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);
2)Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitupembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan
air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada
(konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
2.2 Area Resapan Bioporia. Pengertian Biopori
Menurut Kamir R. Brata (2007), biopori merupakan ruangan atau pori dalam
tanah yang di bentuk oleh mahluk hidup, seperti fauna tanah dan akar tanaman.
Biopori adalah liang atau terowongan-terowongan kecil di dalam tanah yang
terbentuk akibat aktivitas perakaran tanaman dan berbagai fauna tanah seperti cacing,
rayap, semut dan lain-lain. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi
tempat lewatnya air di dalam tanah sehingga memperlancar peresapan air ke dalam
perkembangan akar tanaman serta poplasi dan aktivitas fauna tanah.
Teknologi biopori disebut juga mulsa vertikal karena tenologi ini
mengandalkan jasa fauna tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk pori-pori
di dalam tanah. Adanya sampah organik menyebabkan air dapat dilakukan dengan
membuat lubang vertikal ke dalam tanah, kemudian diisi dengan bahan organik.
Bahan organik yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dapat berupa sampah
organik rumah tangga, daun, potongan rumput atau vegetasi lainnya.
Menurut bahasa, Biopori terdiri dari Bio yang artinya Hidup dan Pori yang
artinya pori-pori yang bermanfaat. Lubang Biopori adalah lubang dengan diameter
10-30 cm dengan panjang 80-100 cm yang ditutupi dengan sampah organic yang
berfungsi untuk menjebak air disekitarnya serta untuk membantu pelapukan sampah
organic menjadi kompos. Lubang Resapan Biopori adalah lubang yang berbentuk
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
8/24
8
liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah (cacing, semut,
rayap-rayap) dan perakaran tanaman.
b.Manfaat Biopori1)Meningkatkan daya peresapan air dan cadangan air tanah.
Pembuatan lubang resapan biopori akan memperluas bidang permukaan
peresapan air seluas permukaan dinding lubang. Suatu permukaan tanah berbentuk
lingkaran dengan diameter 10 cm yang semula mempunyai bidang permukaan
resapan 79 cm2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm,
luas bidang resapannya menjadi 0,3 m2. Terjadi pertambahan luas bidang
peresapan sampai 40 kali. Permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter
100 cm yang semula mempunyai bidang permukaan bidang resapannya menjadi
3,14 m2. Terjadi pertambahan luas bidang peresapan 4 kali. Diameter lubang yang
kecil akan mempunyai pertambahan luas bidang peresapan yang lebih besar
sehingga lubang resapan biopori dibuat dengan diameter kecil.
Lubang resapan biopori yang dibuat dengan diameter kecil akan
mengurangi beban resapan, sehingga laju peresapan air dapat dipertahankan. Beban
resapan adalah volume air yang masuk ke dalam lubang dibagi luas permukaan
resapan (dinding dan dasar lubang).
Peningkatan diameter lubang meningkatkan beban resapan dan
mengurangi pertambahan luas bidang resapan. Kombinasi antara luas bidang
resapan dan adanya biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan
tanah dalam meresapkan air. Peresapan air hujan ini selain dapat mencegah banjir
juga dapat meningkatkan cadangan air tanah.
2)Mengubah Sampah Organik menjadi KomposSetiap rumah tangga akan menghasilkan sampah organik yang berupa
sampah dapur atau sampah tanaman pekarangan yang dapat dimasukkan ke dalam
lubang resapan biopori. Sampah organik ini merupakan sumber energi dan unsur
hara yang sangat dibutuhkan oleh biota tanah untuk melakukan kegiatannya
melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekomposisi ini dikenal sebagai
kompos. Melalui proses dekomposisi, lubang resapan biopori akan berfungsi
sekaligus sebagai tempat pembuatan kompos. Kompos yang dihasilkan dapat
dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik untuk berbagai jenis tanaman.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
9/24
9
3)Mengurangi emisi CO2 dan Metan Sampah organik yang berupa rumput, daun-daun kering dan ranting-ranting sisa tanaman kaya akan sumber karbon.
Pembakaran sampah organik akan meningkatkan emisi gas-gas seperti
CO2 dan metan yang merupakan salah satu penyusun gas rumah kaca. Disinyalir
peningkatan emisi gas tersebut ke atmosfir merupakan salah satu penyebab utama
adanya pemanasan global yang ramai dibicarakan saat ini.
Pembuangan sampah organik ke dalam lubang resapan biopori dapat
memfungsikan tanah kembali sebagai penyimpan karbon, sehingga dapat
mengurangi emisi karbon ke atmosfir. Karbon yang tersimpan di dalam tanah
dalam bentuk humus tidak akan mudah diemisikan, bahkan dapat memelihara
kesuburan tanah.
4)Mengatasi penyebab penyakit yang ditimbulkan oleh adanya genangan air.Permukaan tanah terbuka yang terkena sinar matahari akan ditumbuhi
lumut yang dapat menyumbat pori, apalagi di daerah pemukiman yang banyak
dipenuhi bangunan. Hal ini akan mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam
tanah. Air yang tidak meresap ke dalam tanah akan menimbulkan genangan air.
Adanya genangan air yang terus menerus ini merupakan habitat yang baik
bagi berkembang biaknya berbagai jenis nyamuk yang dapat menjadi pembawa
penyakit, seperti malaria dan demam berdarah dengue. Pembuatan lubang resapan
biopori dapat meresapkan genangan air tersebut, sehingga mengurangi tempat
berkembang biaknya nyamuk.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
10/24
10
-
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Ruang Terbuka HijauHampir semua studi mengenai perencanaan kota (yang dipublikasikan dalam
bentuk rencana umum tata ruang kota dan pendetailannya) menyebutkan bahwa
kebutuhan ruang terbuka di perkotaan berkisar antara 30% hingga 40%, termasuk di
dalamnya bagi kebutuhan jalan, ruang-ruang terbuka perkerasan, danau, kanal, dan
lain-lain. Ini berarti keberadaan ruang terbuka hijau (yang merupakan sub komponen
ruang terbuka) hanya berkisar antara 10 %15 %.
Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung
berkembang sementara kualitas lingkungan mengalami degradasi/kemerosotan yang
semakin memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui merupakan
alternatif terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang, harusnya
menjadi perhatian seluruh pelaku pembangunan yang dapat dilakukan melalui
gerakan sadar lingkungan, mulai dari level komunitas pekarangan hingga komunitas
pada level kota.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 03 tahun 2007 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya pasal 35 ayat 1, proporsi luas ruang
terbuka hijau ditetapkan dan diupayakan secara bertahap sebesar 20% dari luas
wilayah kota. Luas wilayah seluruh Kota Surabaya 32.637,75 Ha artinya luasan yang
harus diperuntukkan ruang terbuka hijau sebesar 6.527,55 Ha. Berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Surabaya 2013, kondisi eksisting ruang terbuka
hijau seluas 171,68 Ha. Luasan tersebut terdiri dari 103,29 Ha taman kota, 30,64 Ha
lapangan olahraga, dan 37,75 Ha makam. Perlu upaya keras untuk mewujudkan
6.247,47 Ha lahan sebagai ruang terbuka hijau.
Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 07 tahun 2002, tentang
pengelolaan ruang terbuka hijau disebutkan bahwa ruang terbuka hijau tak hanya
berupa hutan kota, melainkan kawasan hijau yang berfungsi sebagai pertamanan,
rekreasi, permakaman, pertanian, jalur hijau, dan pekarangan.
Dalam ruang terbuka hijau diwajibkan adanya kegiatan penghijauan yaitu
tentunya dengan budidaya tanaman sehingga terjadi perlindungan terhadap kondisi
lahan. Peraturan daerah itu menyebutkan dengan jelas bahwa pengelolaan ruang
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
11/24
11
terbuka hijau menjadi tanggungjawab tak hanya pemerintah, bahkan sektor swasta,
dan warga yang bertempat tinggal di Kota Surabaya.
Ketentuan detail tentang berapa jumlah pohon pelindung yang menjadi
tanggung jawab masing-masing pihak per luas bangunan yang didirikan pun
diutarakan dalam peraturan tersebut. Pemerintah Kota Surabaya lewat Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya tahun 2009 mengutarakan strategi
penambahan ruang terbuka hijau antara lain sebagai berikut :
Jenis ruang terbuka hijauLuas wilayah
yang direncanakan (Ha)
Prasarana lingkungan 92,5
Boezem 47,31
Lapangan/taman 38,56
Makam 69,86
Pedestrian 1,3
Urban Farming 26,35
Berdasarkan rencana tersebut, artinya pemerintah kota berkomitmen
merealisasi 275,88 Ha lahan di Kota Surabaya yang difungsikan sebagai ruang
terbuka hijau.
Pola RTH kota merupakan struktur RTH yang ditentukan oleh hubungan
fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, arsitektural) antar komponen pemben-tuknya.
Pola RTH terdiri dari (a) RTH struktural, dan (b) RTH non struktural.
RTH struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsi-
onal antar komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki plano-logis yang
bersifat antroposentris. RTH tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis
dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi. Contohnya adalah struktur RTH
berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar ruang (outdoor
recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan hierakial
sistem pertamanan kota (urban park system) yang dimulai dari taman perumahan,
taman lingkungan, taman ke-camatan, taman kota, taman regional, dst). RTH non
struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar
komponen pem-bentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis
karena bersifat ekosentris. RTH tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat
dominan dengan struktur RTH alami yang tidak berhierarki. Contohnya adalah
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
12/24
12
struktur RTH yang dibentuk oleh konfigurasi ekologis bentang alam perkotaan
tersebut, seperti RTH kawasan lindung, RTH perbukitan yang terjal, RTH sempadan
sungai, RTH sempadan danau, RTH pesisir.
Untuk suatu wilayah perkotaan, maka pola RTH kota tersebut dapat
dibangun dengan mengintegrasikan dua pola RTH ini berdasarkan bobot tertinggi
pada kerawanan ekologis kota (tipologi alamiah kota: kota lembah, kota pegunungan,
kota pantai, kota pulau, dll) sehingga dihasilkan suatu pola RTH struktural.
a. Elemen Pengisi RTHRTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang
telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan
peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri,
sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda
yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda.
Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat
dan ciri serta kriteria (a) arsitektural dan (b) hortikultural tanaman dan vegetasi
penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam men-seleksi jenis-jenis
yang akan ditanam.
Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan:
1) Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota2) Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan
air yang tercemar)
3) Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)4) Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang5) Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural6) Dapat menghasilkan O
2dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
7) Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau olehmasyarakat
8) Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal9) Keanekaragaman hayati
Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki
keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah
kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
13/24
13
selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati
wilayahnya dan juga nasional.
b. TeknisPerencanaanDalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional
suatu wilayah perkotaan, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu
1) Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan di-tentukan secara komposit oleh tiga komponen berikut ini, yaitu:
a)Kapasitas atau daya dukung alami wilayahb)Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pela-yanan
lainnya)
c)Arah dan tujuan pembangunan kotaRTH berluas minimum merupakan RTH berfungsi ekologis yang ber-
lokasi, berukuran, dan berbentuk pasti, yang melingkup RTH publik dan RTH
privat. Dalam suatu wilayah perkotaan maka RTH publik harus berukuran
sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat merupakan RTH
pendukung dan penambah nilai rasio terutama dalam meningkatkan nilai dan
kualitas lingkungan dan kultural kota.
2) Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH3) Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan
distribusi)
4) Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.c. Pendekatan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Fungsinya
Pendekatan ini didasarkan pada bentuk-bentuk fungsi yang dapat
diberikan oleh ruang terbuka hijau terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas
lingkungan, atau dalam upaya mempertahankan kualitas yang baik.
1)Daya Dukung EkosistemPerhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilandasi pemikiran bahwa
ruang terbuka hijau tersebut merupakan komponen alam, yang berperan
menjaga keberlanjutan proses di dalam ekosistemnya. Oleh karena itu ruang
terbuka hijau dipandang memiliki daya dukung terhadap keberlangsungan
lingkungannya. Dalam hal ini ketersediaan ruang terbuka hijau di dalam
lingkungan binaan manusia minimal sebesar 30%.
2)Pengendalian Gas Berbahaya dari Kendaraan Bermotor
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
14/24
14
Gas-gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor sebagai gas
buangan bersifat menurunkan kesehatan manusia (dan makhluk hidup lainnya),
tertama yang berbahaya sekali adalah dari golongan Nox, CO, dan SO 2.
Diharapkan ruang terbuka hijau mampu mengendalikan keganasan gas-gas
berbahaya tersebut, meskipun ruang terbuka hijau sendiri dapat menjadi sasaran
kerusakan oleh gas tersebut. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan adalah
mengadakan dan mengatur susunan ruang terbuka hijau dengan komponen
vegetasi di dalamnya yang mampu menjerat maupun menyerap gas-gas
berbahaya. Penelitian yang telah dilakukan di Indonesia (oleh Dr. Nizar
Nasrullah) telah menunjukkan keragaman kemampuan berbagai jenis pohon dan
tanaman merambat dalam kaitannya dengan kemampuan untuk menjerat dan
menyerap gas-gas berbahaya tersebut. Perkiraan kebutuhan akan jenis vegetasi
sesuai dengan maksud ini tergantung pada jenis dan jumlah kendaraan, serta
susunan jenis dan jumlahnya.
Sifat dari vegetasi di dalam ruang terbuka hijau yang diunggulkan
adalah kemampuannya melakukan aktifitas fotosintesis, yaitu proses
metabolisme di dalam vegetasi dengan menyerap gas CO2, lalu membentuk gas
oksigen. CO2 adalah jenis gas buangan kendaraan bermotor yang berbahaya
lainnya, sedangkan gas oksigen adalah gas yang diperlukan bagi kegiatan
pernafasan manusia. Dengan demikian ruang terbuka hijau selain mampu
mengatasi gas berbahaya dari kendaraan bermotor, sekaligus menambah suplai
oksigen yang diperlukan manusia. Besarnya kebutuhan ruang terbuka hijau
dalam mengendalikan gas karbon dioksida ini ditentukan berdasarkan target
minimal yang dapat dilakukannya untuk mengatasi gas karbon dioksida dari
sejumlah kendaraan dari berbagai jenis kendaraan di kawasan perkotaan
tertentu.
3)Pengamanan Lingkungan HidrologisKemampuan vegetasi dalam ruang terbuka hijau dapat dijadikan alasan
akan kebutuhan keberadaan ruang terbuka hijau tersebut. Dengan sistem
perakaran yang baik, akan lebih menjamin kemampuan vegetasi
mempertahankan keberadaan air tanah. Dengan semakin meningkatnya areal
penutupan oleh bangunan dan perkerasan, akan mempersempit keberadaan dan
ruang gerak sistem perakaran yang diharapkan, sehingga berakibat pada
semakin terbatasnya ketersediaan air tanah.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
15/24
15
Dengan semakin tingginya kemampuan vegetasi dalam meningkatkan
ketersediaan air tanah, maka secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
peristiwa intrusi air laut ke dalam sistem hidrologis yang ada, yang dapat
menyebabkan kerugian berupa penurunan kualitas air minum dan terjadinya
korosi/ penggaraman pada benda-benda tertentu.
4)Pengendalian Suhu Udara PerkotaanDengan kemampuan untuk melakukan kegiatan evapo-transpirasi,
maka vegetasi dalam ruang terbuka hijau dapat menurunkan tingkat suhu udara
perkotaan. Dalam skala yang lebih luas lagi, ruang terbuka hijau menunjukkan
kemampuannya untuk mengatasi permasalahan heat island atau pulau panas,
yaitu gejala meningkatnya suhu udara di pusat-pusat perkotaan dibandingkan
dengan kawasan di sekitarnya.
Tingkat kebutuhan ruang terbuka hijau untuk suatu kawasan perkotaan
bergantung pada suatu nilai indeks, yang merupakan fungsi regresi linier dari
persentase luas penutupan ruang terbuka hijau terhadap penurunan suhu udara.
Jika suhu udara yang ditargetkan telah ditetapkan, maka melalui indeks
tersebut akan dapat diketahui luas penutupan ruang terbuka hijau minimum
yang harus dipenuhi. Namun yang harus dicari terlebih dahulu adalah nilai dari
indeks itu sendiri.
5)Pengendalian Thermoscape di Kawasan PerkotaanKeadaan panas suatu lansekap (thermoscpe) dapat dijadikan sebagai
suatu model untuk perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau. Kondisi
Thermoscape ini tergantung pada komposisi dari komponen-komponen
penyusunnya. Komponen vegetasi merupakan komponen yang menunjukan
struktur panas yang rendah, sedangkan bangunan, permukiman, paving, dan
konstruksi bangunan lainnya merupakan komponen dengan struktur panas yang
tinggi. Perimbangan antara komponen-komponen dengan struktur panas rendah
dan tinggi tersebut akan menentukan kualitas kenyamanan yang dirasakan oleh
manusia. Guna mencapai keadaan yang diinginkan oleh manusia, maka
komponen-komponen dengan struktur panas yang rendah (vegetasi dalam
ruang terbuka hijau) merupakan kunci utama pengendali kualitas thermoscape
yang diharapkan. Keadaan struktur panas komponen-komponen dalam suatu
keadaan thermoscape ini dapat diukur dengan mempergunakan kamera infra
merah.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
16/24
16
Keadaan panas suatu ruang lansekap yang dirasakan oleh manusia
merupakan indikator penting dalam menilai suatu struktur panas yang ada. Guna
memperoleh keadaan yang ideal, maka diperlukan keadaan struktur panas yang
dirasakan nyaman oleh manusia. Dengan demikian, terdapat suatu korelasi
antara komponen-komponen penyusun struktur panas dalam suatu keadaan
thermoscape tertentu, dan rasa panas oleh manusia. Secara umum dinyatakan
bahwa komponen-komponen dengan struktur panas rendah dirasakan lebih
nyaman dibandingkan dengan struktur panas yang lebih tinggi.
6)Pengendalian Bahaya-Bahaya LingkunganFungsi ruang terbuka hijau dalam mengendalikan bahaya lingkungan
terutama difokuskan pada dua aspek penting : pencegahan bahaya kebakaran
dan perlindungan dari keadaan darurat berupa gempa bumi.
Ruang terbuka hijau dengan komponen penyusun utamanya berupa
vegetasi mampu mencegah menjalarnya luapan api kebakaran secara efektif,
dikarenakan vegetasi mengandung air yang menghambat sulutan api dari
sekitarnya. Demikian juga dalam menghadapi resiko gempa bumi yang kuat dan
mendadak, ruang terbuka hijau merupakan tempat yang aman dari bahaya
runtuhan oleh struktur bangunan. Dengan demikian, ruang terbuka hijau perlu
diadakan dan dibangun ditempat-tempat strategis di tengah-tengah lingkungan
permukiman.
d. Peranan RTH bagi pengembangan kota adalah sebagai berikut :1)alat pengukur iklim amplitude (klimatologis). Penghijauan memperkecil
amplitude variasi yang lebih besar dari kondisi udara panas ke kondisi udara
sejuk
2)penyaring udara kotor (protektif). Penghijauan dapat mencegah terjadinyapencemaran udara yang berlebihan oleh adanya asap kendaraan, asap buangan
industri dan gas beracun lainnya
3)sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh tepi jalan sebagai tempat hidupsatwa burung/unggas
4)sebagai penunjang keindahan (estetika). Tanaman ini memiliki bentuk teksurdan warna yang menarik
5)mempertinggi kualitas ruang kehidupan lingkungan. Ditinjau dari sudutplanologi, penghijauan berfungsi sebagai pengikat dan pemersatu elemen-
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
17/24
17
elemen (bangunan) yang ada disekelilingnya. Dengan demikian, dapat tercipta
lingkungan yang kompak dan serasi (Hakim dan Utomo, 2004).
3.2 Area Resapan BioporiPembuatan lubang bipori merupakan teknologi ramah lingkungan dan murah.
Modal utama adalah kemauan dan kesadaran manusia itu sendiri dalam upaya
penyelamatan lingkungan hidup dari ketersediaan air dan pencemaran lingkungan akibat
sampah. Semua orang dapat memanfaatkan teknologi ini dengan memanfaatkan air
hujan, karena curah hujan ada dimana-mana. Air merupakan kebutuhan pokok manusia.
Sehingga perlu ditanamkan kesadaran pentingnya ketersediaan air tanah yang merupakan
sumber penghidupan makhluk hidup, termasuk manusia, tanaman dan binatang.
Pembuatan lubang resapan biopori sangat penting dilaksanakan terutama di
daerah yang padat penduduk, dan lokasi tanah penyerapan air sangat minim, sehingga
lokasi tersebut sering bermasalah dengan air hujan, seperti genangan air, banjir bahkan
munculnya berbagai penyakit yang diakibatkannya, seperti demam berdarah, malaria dan
sebagainya. Kelebihan dari lubang resapan biopori adalah minimnya lahan yang
digunakan untuk menanam sampah organik, karena hanya membutuhkan tanah seluas
10-30 cm2dengan kedalaman 50-100 cm. Lubang yang dibuat dapat menampung sampah
organik dengan volume kurang lebih 30 L tanpa menimbulkan bau busuk karena
sempitnya luas permukaan tempat pembusukan sampah bau dan lubang tersebut bisa
ditutup untuk mengurangi penyebaran bau.
Beberapa kendala dalam pembuatan lubang resapan biopori bagi warga di
perkotaan, antara lain mahalnya alat pembuat lubang di dalam tanah (bor tanah) seharga
dua ratus ribu rupiah jika harus di miliki oleh setiap warga (rumah tangga). Namun
kendala seperti ini bisa disiasati dengan pembelian secara berkelompok oleh beberapa
rumah tangga yang penggunaannya dapat dilakukan secara bersama-sama (bergiliran).
a. Alat dan BahanDengan menggunakan alat yang sederhana kita bisa membuat lubang biopori
di sekitar rumah atau sekolah kita, idealnya jarak antar lubang adalah sekitar 3 meter
namun hal tersebut tergantung kebutuhan dan juga lokasinya, alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1)Alat pembuat lubang, ada yang berbentuk screw dan juga ada yang berbentukgarpu (seperti supit kepiting)
2)Pipa paralon 3, panjang 30 cm beserta tutupnya yang sudah dilubangi
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
18/24
18
3)Semen4)Pasir 65)Centong/cetok6)Linggis
b.Lokasi Pembuatan Lubang BioporiLubang biopori sebaiknya dibuat di tempat-tempat dimana air akan
terkumpul pada saat hujan. Air hujan diarahkan sedemikian rupa sehingga mengalir
ke lubang resapan biopori yang dibuat. Sebagai kompensasi terhadap pengerasan atau
bidang kedap yang berupa bangunan, halaman yang diperkeras, jalan beraspal, atau
bentuk-bentuk penutupan permukaan tanah lainnya, lubang resapan biopori tidak
hanya dibuat satu buah, melainkan dibuat banyak. Lubang resapan biopori dapat
dibuat pada :
1)Halaman rumahPembuatan lubang resapan biopori di halaman selain memperhatikan
unsur artistik atau keindahan, sebaiknya juga memperhatikan unsur keamanan.
Meskipun hanya berdiameter kecil (10 cm) tetapi dapat menyebabkan kecelakaan,
terutama bagi anakanak. Lubang resapan biopori dapat dibuat di pinggir halaman
dimana air hujan dapat mengalir ke lubang yang dibuat. Pembuatan lubang resapan
biopori di halaman disesuaikan dengan kontur tanah.
2)Taman kotaPembuatan lubang biopori dapat juga dilakukan di taman. Lubang resapan
biopori dibuat sesuai dengan kontur taman atau bisa pula dibuat di sekeliling
pohon. Pembuatan lubang resapan biopori mengelilingi pohon juga dapat berfungsi
sebagai pupuk organik bagi tanaman sekaligus meningkatkan ketersediaan
cadangan air sehingga akan menyuburkan tanaman.
3)Saluran pembuangan airLubang resapan biopori juga dapat dibuat pada saluran pembuangan air,
sehingga saluran pembuangan air juga berfungsi menjadi tempat peresapan air.
Pembuatan lubang resapan biopori sebaiknya disesuaikan dengan kontur tanah
yang ada atau pada dasar alur-alur yang sengaja dibuat untuk mengumpulkan serta
mengarahkan air masuk ke dalam lubang biopori. Pembuatan lubang resapan
biopori pada dasar alur tersebut juga cenderung lebih aman karena pada umumnya
manusia tidak suka berjalan melewati daerah alur, sehingga dapat menghindari
kaki terperosok ke dalam lubang.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
19/24
19
c. Cara Membuat Biopori1)Gali tanah dengan linggis kedalaman 30 cm, hal ini dimaksud untuk
mempermudah alat pembuat lubang bekerja
2)Teruskan membuat lubang dengan pelubang biopori hingga kedalaman 80 100cm, dengan menggunakan alat pengebor biopori.
3)Masukkan pipa paralon sampai tepi pipa rata dengan permukaan tanah, pipaberfungsi sebagai penahan tanah disekitar lubang agar tidak longsor dan Perkuat
mulut lubang dengan semen sekitar 2-3 cm dan setebal 2cm disekelilingnya.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
20/24
20
4)Masukkan daun-daun kering, sampah basah ke dalam lubang sampai penuh, hal inidimaksud agar sampah terurai oleh cacing dan menjadi kompos
5) Tutupi lubang dengan tutup paralon, jika tidak ada tutup paralon maka bisadiganti dengan roster/angin-angin.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
21/24
21
d.Cara Pemeliharaan Biopori Cara memilihara biopori sangat mudah :1)Pemeriksa tutup biopori apakah lubangnya tersumbat sampah atau tidak2)Untuk memanen kompos yang ada di lubang biopori kita perlu waktu antara 2 3
minggu, setelah dipanen komposnya maka lubang harus kita isi lagi dengan
sampah daun kering/basah.
e. Jumlah Lubang Biopori Yang DisarankanBanyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan
persamaan:
Jumlah LRB:
Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2)
Laju peresapan air perlubang (liter/jam)
Setiap lahan 100 m2 jumlah ideal LRB yang dibuat sebanyak 30 titik dengan
jarak antar lubang 0,5 - 1m. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman
100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik dari dapur, berarti
tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari dan akan menjadi kompos
dalam waktu 15-30 hari. Untuk sampah organik dari kebun (daun dan ranting) dapat
menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan. Hal ini dapat dipercepat dengan penambahan
bioaktiator.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
22/24
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KesimpulanRuang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara
langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu
tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau
seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004). Tujuan
penyelenggaraan RTH adalah:
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;
3. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkunganperkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas Manfaat langsung (dalam
pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan
(teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga,
buah); dan Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air
tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada
(konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Lubang resapan Biopori Adalah Lubang-Lubang didalam tanah yang terbentuk
berbagai akibat aktivitas organisme didalamnya, seperti cacing,perakaran tanaman dan
fauna tanah lainnya. Lubang lubang yang terbentuk akan terisi udara ,dan akar menjadi
tempat berlalunya air didalam tanah
Manfaat dari Biopori diantaranya :
1. Meningkatkan daya peresapan air dan cadangan air tanah.2. Mengubah Sampah Organik menjadi Kompos3. Mengurangi emisi CO2 dan Metan Sampah organik yang berupa rumput, daun-daun
kering dan ranting-ranting sisa tanaman kaya akan sumber karbon.
4. Mengatasi penyebab penyakit yang ditimbulkan oleh adanya genangan air.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
23/24
23
4.2 Sarana. Perlu dilakukan penambahan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya, karena menurut
penelitian ruang terbuka hijau dapat banyak menyerap emisi karbon dioksida di udara.
b. Lebih ditingkatkan kembali penanaman pohon-pohon pada ruang terbuka hijau diKota Surabaya, karena pohon dapat menyerap emisi karbon dioksida lebih besar
daripada semak dan rumput.
c. Diharapkan nantinya pemahaman dan penerapan tehnik biopori dapat dilaksanakandengan baik dan sesuai prosedur pembuatan dan penggunaan yang disarankan
sehingga mendapatkan manfaat yang optimal. Semoga setiap rumah bahkan setiap
bangunan dapat memaksimalkan tehnik biopori sebagai salah satu solusi bangunan
ramah lingkungan. Pembuatan dan perawatan biopori yang cukup mudah dan tidak
membutuhkan banyak biaya sangat ideal digunakan sebagai pilihan. Sehingga akan
tercipta lingkungan yang lebih ramah dan lebih sehat bagi setiap manusia.
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Sehingga,
saran dan kritik yang bertujuan membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
-
5/26/2018 Makalah RTH&Biopori Kelompok 1
24/24
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2007. Atasi masalah lingkungan dalam skala rumah tangga dengan lubang
resapan biopori. Jakarta: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah (BPLHD)
Kotamadya Jakarta Selatan.
Anonim.http://www.biopori.com (Diakses tanggal 23 Maret 2014)
Brata, Kamir R dan Anne Nelistya, 2008.Lubang Resapan Biopori, Bogor
Campbell, NA., Reece, J.B., Mitchell, L.G., 2002,Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta
Danoedjo,S. 1990.,Menuju Standar Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Kota Dalam Rangka
Melengkapi Standar Nasional Indonesia. Direktur Jenderal Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Dodo. 2007. Arsitek pakailah biopori!,http://suparlan.com.(Diakses tanggal 23 Maret 2014)
Hakim, Z. A. 2010. http://zainalarif.wordpress.com/2010/05/21/biopori-solusi-banjir-di-
perkotaan/(Diakses tanggal 23 Maret 2014)
Kamir R Brata, 2006, Teknologi Biopori, IPB Press, Bogor
Rustam Hakim, 1996, Tahapan dan Proses Perancangan dalam Arsitektur Lansekap,
penerbit Bina Aksara Jakarta
Rustam Hakim, Thesis Analisis Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota DKIJakarta, Institut Teknologi Bandung, 2000.
Rustam Hakim, 2004, Arsitektur Lansekap,Manusia, Alam dan Lingkungan, penerbit Bina
Aksara Jakarta
http://office.pusdakota.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=25%3Aruang
-terbuka-hijau-dan-urban-farming-di-kota-surabaya&catid=17%3Aartikel&lang=id
http://www.biopori.com/http://suparlan.com/http://zainalarif.wordpress.com/2010/05/21/biopori-solusi-banjir-di-perkotaan/http://zainalarif.wordpress.com/2010/05/21/biopori-solusi-banjir-di-perkotaan/http://zainalarif.wordpress.com/2010/05/21/biopori-solusi-banjir-di-perkotaan/http://zainalarif.wordpress.com/2010/05/21/biopori-solusi-banjir-di-perkotaan/http://zainalarif.wordpress.com/2010/05/21/biopori-solusi-banjir-di-perkotaan/http://suparlan.com/http://www.biopori.com/