Evaluasi RTH Kota Malang

35
Dalam perkembangan Kota Malang, pengaruh dari proses pembangunan yang dilakukan telah mengubah kondisi dan suasana kota, dimana elemen-elemen struktur kota yang dibentuk tidak lagi sesuai dengan struktur alam Kota Malang khususnya dalam tinjauan fungsionalnya. Ditambah lagi dengan beragam fenomena tentang keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya yang semakin memudarkan citra keberhasilan dan keindahan kota Malang. Hal tersebut dapat dicermati dengan adanya penggunaan lahan di Kota Malang yang lebih mengutamakan pembangunan fisik dan banyak menutup permukaan tanah dengan perkerasan serta menggusur lahan terbuka hijau. Oleh sebab itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau dan mengevaluasi penyediaan sarana dan prasarana ruang terbuka hijau (RTH) yang telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang. Identifikasi tersebut mencakup kelengkapan RTH Kota Malang yang telah tersedia, manajemen distribusinya, pelaksanaan dan pemeliharaan, kelebihan dan kekurang, potensi yang ada, serta kendala yang dihadapi dalam penyedian RTH Kota Malang tersebut. Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009 Prasarana Wilayah dan Kota I (PW 1343) EVALUASI TERHADAP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN KOTA MALANG Disusun oleh: Nurida S. Feranti 3607100003 Ocky Dwi P. 3607100013 Fifit Mirowati 3607100014 Umi Lathifah 3607100015 Fariz Rifqi F. 3607100017 Annisaa H.I. 3607100019 Riandita Dwi A 3607100021 Dediarta B. 3607100038

Transcript of Evaluasi RTH Kota Malang

Page 1: Evaluasi RTH Kota Malang

Dalam perkembangan Kota Malang, pengaruh dari proses pembangunan yang dilakukan telah mengubah kondisi dan suasana kota, dimana elemen-elemen struktur kota yang dibentuk tidak lagi sesuai dengan struktur alam Kota Malang khususnya dalam tinjauan fungsionalnya. Ditambah lagi dengan beragam fenomena tentang keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya yang semakin memudarkan citra keberhasilan dan keindahan kota Malang. Hal tersebut dapat dicermati dengan adanya penggunaan lahan di Kota Malang yang lebih mengutamakan pembangunan fisik dan banyak menutup permukaan tanah dengan perkerasan serta menggusur lahan terbuka hijau. Oleh sebab itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau dan mengevaluasi penyediaan sarana dan prasarana ruang terbuka hijau (RTH) yang telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang. Identifikasi tersebut mencakup kelengkapan RTH Kota Malang yang telah tersedia, manajemen distribusinya, pelaksanaan dan pemeliharaan, kelebihan dan kekurang, potensi yang ada, serta kendala yang dihadapi dalam penyedian RTH Kota Malang tersebut.

Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2009

Prasarana Wilayah dan Kota I (PW 1343)

EVALUASI TERHADAP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN KOTA MALANG

Disusun oleh:

Nurida S. Feranti 3607100003

Ocky Dwi P. 3607100013

Fifit Mirowati 3607100014

Umi Lathifah 3607100015

Fariz Rifqi F. 3607100017

Annisaa H.I. 3607100019

Riandita Dwi A 3607100021

Dediarta B. 3607100038

Page 2: Evaluasi RTH Kota Malang

2

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

ABSTRAK Dalam perkembangan kota Malang, pengaruh dari proses pembangunan yang

dilakukan telah mengubah kondisi dan suasana kota, dimana elemen-elemen

struktur kota yang dibentuk tidak lagi sesuai dengan struktur alam kota Malang

khususnya dalam tinjauan fungsionalnya. Ditambah lagi dengan beragam

fenomena tentang keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya yang semakin

memudarkan citra keberhasilan dan keindahan kota Malang. Hal tersebut dapat

dicermati dengan adanya penggunaan lahan di Kota Malang yang lebih

mengutamakan pembangunan fisik dan banyak menutup permukaan tanah

dengan perkerasan serta menggusur lahan terbuka hijau.

Oleh sebab itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau dan

mengevaluasi penyediaan sarana dan prasarana ruang terbuka hijau (RTH) yang

telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang. Analisis data yang

dilakukan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif dan komparatif. Sebagai

batasan, identifikasi dan observasi lapangan terhadap obyek RTH yaitu mencakup

kelengkapan RTH Kota Malang yang telah tersedia, manajemen distribusinya,

pelaksanaan dan pemeliharaan, kelebihan dan kekurang, potensi yang ada, serta

kendala yang dihadapi dalam penyedian RTH Kota Malang tersebut.

Keberadaan ruang terbuka hijau Kota Malang sangat ditentukan oleh

perencanaannnya. Tanggung jawab perencanaan ruang terbuka hijau tersebut

idealnya dilakukan bersama antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat.

RTH Kota Malang terbilang lengkap dan terus membutuhkan pemeliharaan serta

pelestarian. Selain itu banyak potensi yang dihasilkan dari RTH Kota Malang

misalnya Alun-alun Merdeka, Hutan Malabar, serta daerah stren kali yang apabila

dikembangkan dapat dijadikan sebagai landmark Kota Malang. Namun, semakin

tinggi potensi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula kendala-kendala yang

harus dihadapi. Oleh sebab itu kelengkapan sarana infrastruktur kota (RTH) di

suatu kota sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota itu

sendiri.

Key word: RTH, tinjauan, evaluasi, Kota Malang

Page 3: Evaluasi RTH Kota Malang

3

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

PENDAHULAN

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah khususnya di Kota Malang dilatar

belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penyediaan

infrastruktur, pertumbuhan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-

transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan

terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik

maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan

tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan

yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Oleh sebab itu

tulisan ini difokuskan pada tinjauan dan evaluasi terhadap penyediaan

infrastruktur Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan di Kota Malang yang

nantinya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca.

Dewasa ini kota Malang tengah berkembang pesat, fasilitas–fasilitas umum

direncanakan sedemikian rupa untuk menunjukkan pesatnya kemajuan

perekonomian kota. Sejalan perkembangan kota, urbanisasi terus berlangsung

dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan

pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya

akan berakibat tibulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya

berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar

sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang

beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi

kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.

Harus ada yang menjadi korban dari dampak kegiatan tersebut. Tak terkecuali

Ruang Terbuka Hijau. Meningkatnya taraf perekonomian masyarakat

mengakibatkan meningkat pula daya beli dan konsumtif dalam masyarakat itu

sendiri. Dampak dari peningkatan hal tersebut adalah perombakan secara besar-

besaran RTH yang ada menjadi Ruang Terbuka Beton, yang notabene lebih

menguntungkan daripada tanah di biarkan kosong dan tidak di manfaatkan secara

ekonomi. Terpusatnya perekonomian menyebabkan pergeseran fungsi lahan

yang dulunya digunakan untuk RTH sekarang digunakan untuk RTB dalam skala

Page 4: Evaluasi RTH Kota Malang

4

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

besar. Aplikasi nyata dari RTB ini dapat dilihat dengan semakin maraknya RUKO-

RUKO yang berjejer rapi di pinggir-pinggir jalan protokol di wilayah Malang. Selain

ruko, juga dapat dilihat banyak dibangunnya Perumahan-perumahan mewah yang

menempati beberapa areal RTH dalam kota itu sendiri.

Pembangunan dalam skala yang besar yang di lakukan di kota malang tersebut,

mempengaruhi nilai ekologis Kota Malang itu sendiri. Dampak yang nampak

adalah berkurangnya RTH sebagai paru-paru kota. Yang mana tingkat polusi

semakin tinggi karena merupakan pusat perekonomian, menyebabkan semakin

tingginya kadar CO dalam udara, yang disebabkan karena berkurangnya RTH

yang berfungsi sebagai sirkulasi penyaring udara. RTH yang semakin berkurang

menyebabkan jumlah resapan tanah juga semakin kecil. Perkerasan-perkerasan

yang dibangun untuk menutupi tanah tidak dibangun dengan sirkulasi drainase

yang baik sehingga sering terjadi genangan air kotor ketika terjadi hujan dimana-

mana. Selain RTH, pembangunan gedung-gedung di kota Malang memberikan

efek peningkatan suhu dalam skala mikro. Pantulan sinar matahari yang jatuh ke

bumi mengenai permukaan dari bangunan di kota malang dan hampir 80%

cahaya yang mengenai perkerasan di pantulkan kembali ke udara. Pantulan-

pantulan cahaya tersebut ada yang kembali ke angkasa dan ada yang memantul

ke bangunan yang lain, sehingga menyebabkan terjadinya perulangan pantulan

dalam sebuah ruang. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu dalam lingkungan

tersebut yang tak lain lagi adalah penyebab global warming.

Perkembangan pembangunan Kota Malang tidak dapat dihindari. Akan tetapi,

apabila tidak ada keseimbangan dalam tindakan peningkatan mutu ekologi dalam

ruang tersebut maka akan sia-sia saja perkembangan tersebut. Standarisasi

kapasitas RTH dalam ruang harus benar-benar diterapkan secara optimal.

Dibuatnya perundangan dalam suatu kota sampai saat ini hanya sebuah tulisan

diatas kertas saja, tidak ada tindakan jelas dari pemerintah tentang kebutuhan

optimal tentang RTH dalam suatu tapak. Pembangunan yang dilakukan secara

asal-asalan mengakibatkan semakin tidak tertatanya ruang dalam kota Malang.

Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang

akan terjadi seandainya masalah itu diabaikan. Berbagai kebutuhan

masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan

Page 5: Evaluasi RTH Kota Malang

5

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

berbagai kegiatan. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat,

begitu pula dengan ruang terbuka hijau kota Malang. Pada konteks

perkembangan kota, perencanaan ruang terbuka publik atau taman–taman

dihadirkan untuk memberikan nuansa alami pada kota. RTH, pada kenyataanya

memberikan andil dalam perbaikan fungsi lahan dalam konteks ekologi, estetika

yang menghiasi lingkungan, mendukung keanekaragaman hayati, meningkatkan

mental dan fisik masyarakat, dan menyediakan sebuah area publik bagi

masyarakat tempat berkumpul dan beraktifitas.

Studi Mengenai RTH Kota Malang

Dalam upaya meningkatkan keindahan Kota Malang dalam mendorong

terwujudnya Malang sebagai kota pariwisata, perubahan fungsi lahan terutama

pada ruang terbuka hijau merupakan sebuah permasalahan yang dapat

menghambat pencapaian sasaran yang hendak dicapai. Berkaitan dengan

masalah tersebut, terdapat beberapa identifikasi permasalahan yang dijadikan

landasan dalam pembahasan tulisan ini antara lain :

a. Kelengkapan RTH yang telah tersedia di Kota Malang.

b. Manajemen distribusi RTH di Kota Malang.

c. Operasional dan pemeliharaan RTH di Kota Malang.

d. Kelebihan dan kekurangan RTH di Kota Malang.

e. Potensi yang dapat meningkatkan kualitas RTH di Kota Malang

f. Kendala-kendala dalam penyediaan RTH di Kota Malang

Page 6: Evaluasi RTH Kota Malang

6

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

PEMBAHASAN

Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka hijau yang menyatu dengan

alam pegunungan disekitar kota, perencanaan ruang terbuka hijau ini didukung

oleh aneka ragam tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk

sepanjang tahun. Salah satu ciri khas penataan ruang Kota Malang adalah

keberadaan ruang terbuka/taman kota, dimulai dari perencanaan Thomas Karsten

(1933); tata taman/ruang terbuka yang representatif di Jln.Trunojoyo,

Kertanegara, Tugu, Gajahmada, Merbabu, Ijen, dan Jl. Suropati. Disamping

sebagai ruang terbuka untuk mendukung keberadaan bangunan pemerintahan,

taman-taman tersebut diperuntukkan bagi kepentingan orang-orang Belanda yang

tinggal di daerah perumahan elit Jalan Ijen dan sekitarnya. Kawasan pusat

pemerintahan dan kawasan perumahan tersebut, sampai sekarang tetap

dipertahankan sebagai kawasan yang dilestarikan karena dapat menjadi salah

satu monumen sejarah awal berdirinya Kota Malang.

Kelengkapan RTH di Kota Malang

Sebagaimana kehidupan tubuh manusia yang sehat jasmani dan rohani, maka

tubuh kota pun dapat selalu dijaga kesehatannya. RTH kota sebagai paru-paru

kota, mampu menghasilkan udara bersih dan iklim mikro. Alur sungai yang ada

dalam tubuh kota diumpamakan sebagai aliran darah yang harus selalu bersih

dan lancar. Ketersediaan RTH digunakan sebagai salah satu kriteria

pengembangan Kota Sehat, di mana warga kotanya dapat hidup sehat pula.

Perencanaan RTH kota harus dapat memenuhi kebutuhan warga kota dengan

berbagai aktivitasnya. Kepmen PU No. 387 tahun 1987, menetapkan kebutuhan

RTH kota yang dibagi atas: fasilitas hijau umum 2,3 m2

/jiwa, sedang untuk

penyangga lingkungan kota (ruang hijau) 15 m2

/jiwa.

Dengan demikian, secara menyeluruh kebutuhan akan RTH kota adalah sekitar

17,3 m2

/jiwa. RTH tersebut harus dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang,

konservasi ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi,

Page 7: Evaluasi RTH Kota Malang

7

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

olahraga dan pelayanan umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan

keindahan lansekap kota (estetis). Semua jenis RTH harus diusahakan dapat

berfungsi estetis, karena secara alami manusia membutuhkan hidup dekat

dengan alam yang asri, nyaman dan sehat, sehingga terjadi siklus kehidupan

penunjang fungsi ekosistem alam.

Untuk itu, kelengkapan sarana infrastruktur kota (RTH) di suatu kota sangat

mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri. Namun, melihat

kondisi yang sebenarnya di lapangan, menunjukkan bahwa secara umum jumlah

ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan air di Kota Malang terus

berkurang dari tahun ke tahun. Dari luas lahan 110,6 km2 saat ini menurut WALHI

hanya tersisa 2-3,5 persennya saja. Padahal idealnya jumlah RTH sebesar 30-40

persen dari luas kota. Selain itu, RTH dapat dikelompokan melalui jenis-jenis RTH

pada perkotaan yang kemudian dapat diketahui fungsi dan tujuan dari

pembangunan RTH itu sendiri.

Tabel 1. Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH

(Sumber: Dirjen.Penataan Ruang, 2006)

Page 8: Evaluasi RTH Kota Malang

8

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Dengan berorientasi pada peninjauan dan evaluasi terhadap penyediaan sarana

dan prasarana RTH yang telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang,

maka untuk mengetahui kelengkapan RTH tersebut perlu dilakukan pendekatan

dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi data yaitu dengan

pengelompokan RTH berdasarkan jenisnya sesuai dengan Tabel 1. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Peta 1 berikut ini:

Page 9: Evaluasi RTH Kota Malang

9

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Peta 1. Persebaran RTH Kota Malang ditinjau berdasarkan jenisnya.

Sumber: Pemanfaatan RTH Kota Malang, Bappeko Malang 2005

Page 10: Evaluasi RTH Kota Malang

10

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Taman Kota

Alun-Alun

Kota Malang terkenal dengan dua alun-

alunnya yaitu Alun-alun Merdeka (yang

berada di pusat kota) dan Alun-alun Tugu

(yang berada di depan gedung

Pemerintahan Kota Malang. Fasilitas

seperti kantor informasi wisata, WC umum,

dan pos polisi sudah ada, bahkan beberapa

hari terakhir sudah dipasang hot spot untuk

mengakses internet.

Saat ini Pemerintah Kota Malang tengah

merencanakan pembangunan Alun-Alun

Junction (AAJ) di bawah Alun-Alun Merdeka

Kota Malang akan dimulai setelah bulan

Ramadhan ini. Alun-Alun Junction ini

merupakan sebuah tempat perbelanjaan

yang berada dibawah tanah. Tepat di bawah

lokasi Alun-Alun Merdeka. Dalam rencananya juga, fasilitas komersial ini akan

dibuat seindah dan semenarik mungkin serta dengan tingkat keamanan yang

maksimal. Desainnya tidak kalah dengan bangunan-bangunan bawah tanah luar

negeri.

Selain akan dirancang ruang yang nyaman dan memiliki prospek wisata,

bangunan bawah tanah ini juga kan menyiapkan tempat parkir dibawah tanah

yang bisa menampung ribuan kendaraan roda dua maupun roda empat, dalam

rangka mengurangi konsentrasi kepadatan di Alun-Alun Merdeka. Pintu masuk

dibangun dengan konsep seperti terowongan yang akses masuknya minimal di

empat ruas jalan.

AAJ ini memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat dan Kota Malang. Pertama,

memiliki fasilitas komersial yang menarik dan bisa secara signifikan meningkatkan

citra Kota Malang sebagai Kota Belanja alternatif yang indah. Setiap orang yang

Gambar 1. Alun-alun Kota Malang (a. Alun-alun

Merdeka; b. Alun-alun Tugu), RTH dalam

bentuk taman kota

Sumber: Survey primer

(a)

(b)

Page 11: Evaluasi RTH Kota Malang

11

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

datang di Kota Malang, pasti akan tambah berkesan dan kemungkinan suatu

waktu ia akan datang lagi. Keberadaan Alun-Alun Junction ini menambah daya

tarik wisata Kota Malang. Kedua, pembangunan pusat belanja bawah tanah ini

akan bisa menampung banyak tenaga kerja yang nantinya kita utamakan yang

dari Malang. Pengangguran menjadi problem bangsa kita saat ini. Apalagi pasca

naiknya harga BBM. Setiap ada sarana yang dibangun di Kota Malang, pasti akan

bisa mengurangi jumlah pengangguran. Ketiga, dengan adanya tempat parkir

bawah tanah, maka tidak akan mengganggu arus lalu lintas di atasnya. Ini juga

sebenarnya solusi, bagaimana kita memaksimalkan ruang bawah tanah untuk

menunjang kegiatan hidup masyarakat. Optimalisasi penggunaan ruang bawah

tanah untuk kegiatan ekonomi merupakan salah satu jawaban dari semakin

padatnya kota oleh peningkatan jumlah penduduk.

Taman Rekreasi Kota

Taman Rekreasi Kota (Tareko), terletak di

tengah Kota Malang yaitu di Jl. Simpang

Majapahit, tepatnya di belakang Gedung

Balaikota Malang, Dibangun pada tahun 2002,

Taman Rekreasi Kota Malang adalah untuk

memenuhi keinginan masyarakat akan sarana

rekreasi atau tempat bermain anak-anak di

tengah kota yang memadai dan terjangkau.

Taman Rekreasi Kota Malang memiliki fasilitas antara lain :

Sarana olahraga: jogging track, kolam renang, dan areal senam bersama

Sarana pendidikan: tanaman (flora) dan taman mini satwa (fauna)

Sarana belanja: stand produk unggulan, stand gasebo (makanan khas Malang)

Sarana tempat bermain anak

Gambar 2. Taman Rekreasi Kota, RTH

dalam bentuk taman kota

Sumber: Survey primer

Page 12: Evaluasi RTH Kota Malang

12

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Jalur Sempadan Sungai

Kali Brantas – Malang

Kondisi lahan yang ada di sepanjang aliran

sungai di Kota Malang, sebagian besar

sudah dipenuhi bangunan perumahan

penduduk yang permanen dan sangat padat.

Hanya sebagian kecil sempadan sungai yang

dimanfaatkan sebagai RTH. Padahal, jika

melihat fungsi dari sempadan sungai itu

sendiri adalah sebagai pengaman tanah

untuk mencegah erosi; menyerap polusi air

sungai dan kesehatan lingkungan;

mendukung keanekaragaman flora dan fauna

serta menjaga keseimbanga ekosistem. Selain itu sempadan sungai juga dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti; pariwisata alam, rekreasi dan

olahraga.

Gambar 3 adalah salah satu contoh sungai (Kali Brantas) di Kota Malang yang

mengalami pergeseran fungsi. Lahan tersebut seharusnya merupakan RTH yang

lebarnya telah diatur sesuai ketentuan garis sempadan sungai. Berdasarkan

Perda Propinsi Jatim no.11 tahun 1991 tentang kawasan lindung, penataan garis

sempadan sungai adalah:

Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri sunga besar dan 50 meter di

kanan-kiri anak sungai yang berada di luar permukiman.

Sekurang-kurangnya 15 meter untuk sungai yang berada di kawasan

permukiman.

Gambar 3. RTH di garis sempadan sungai (Kali

Brantas).

Sumber: Survey primer

Page 13: Evaluasi RTH Kota Malang

13

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Taman Olahraga – Bermain – Relaksasi

Stadion Gajayana

Pada awalnya di tahun 20-30-an dirancang

dengan berbagai fasilitas antara lain sebuah

stadion, lapangan hocky, lapangan sepak bola

dua buah, sembilan lapangan tenis, club house

dan kolam renang. Kompleks taman olahraga

ini juga merupakan kelanjutan dari

perkembangan Kota Malang ke arah Timur dan

Barat.

Pada bagian barat termasuk kompleks ini akan

mempunyai pemandangan yang indah ke arah

pegunungan. Oleh karena itu konsepsi ini

terlihat pula pada perencanaan daerah Kolam Renang yang akan memperlihatkan

keindahan panorama pegunungan tersebut.

Taman Pemakaman (Umum)

Makam sebagai ruan terbuka (open space)

dapat mendukung kebutuhan penghijauan

kota, dengan mengisi lahan makam

dengan pepohonan dan tanaman bunga

yang disesuaikan dengan fungsi makam.

Berdasarkan dari Dinas Pertamanan Kota

Malang, letak makam terdapat di seluruh

wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan

Sukun seluas 17,8125 Hektar, Kecamatan

Kedung Kandang 12,6245 Hektar, Kecamatan Klojen 9,8355 hektar, Kecamatan

Blimbing 1,6843 Hektar, dan Kecamatan Lowokwaru 5, 7829 Hektar. Selain itu

masih banyak makam yang dikelola oleh masyarakat yang ada hampir di semua

wilayah kelurahan.

Gambar 4. Stadion Gajayana Malang Sumber: Survey primer

Gambar 5. Taman permakaman di jalan

Ijen Sumber: Survey primer

Page 14: Evaluasi RTH Kota Malang

14

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Taman Hutan Kota

Hutan Malabar

Hutan kota di Kota Malang, Jawa Timur kini

tersisa 71,6 hektar atau 0,65 persen dari total

luas Kota Malang yang mencapai 11 ribu

hektar. Begitu juga ruang terbuka hijau yang

hanya tersisa 2,89 persen dari luas kota.

Sebaliknya, luas lahan yang sudah terbangun

meningkat menjadi 60 persen dari luas wilayah

kota. Akibatnya kota ini sering dilanda banjir dan

tingkat polusi sangat tinggi.

Hutan kota Malabar yang terletak dijalan Malabar, ke arah timur gereja Ijen ini

merupakan kawasan tangkapan air yang ditengahnya terdapat kolam air dan

konon menjadi sumber untuk mengairi taman-taman kota. Menelusuri kawasan

hutan seluas 16.718 m2 ini seolah memasuki rimba belantara ditengah kota.

Berjalan disisi luar kawasan hutan yang menjadi tempat bersandar sebagian tuna

wisma kota malang ini menawarkan hawa sejuk murni yang belakangan makin

langka ditemui dikawasan perkotaan. Terlebih bila menjejakkan kaki didalamnya,

kicauan beberapa jenis burung yang bersembunyi dibalik canopy pepohonannya

seolah menjadi alunan musik yang mampu mengusir penat akan rutinitas.

Jalur Hijau Pengamanan

Jaur hijau merupakan lahan yang ditanami

tumbuhan pohon atau taman hias di dalam

wilayah perkotaan yang dapat berfungsi sebagai

peneduh yang sekaligus mempunyai nilai estetika

tinggi bagi wajah kota. Pembuatan jalur hijau ini

bertujuan untuk menekan atau mengurangi

peningkatan suhu udara diperkotaan, mengurangi

pencemaran udara, mencegah penurunan air

Gambar 6. Hutan kota Malabar Sumber: Survey primer

Gambar 7. Jalur hijau di Jl. Ijen Sumber: Survey primer

Page 15: Evaluasi RTH Kota Malang

15

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

bawah tanah dan dar permukaan tanah.

Di Kota Malang, sebagian besar jalan raya telah memiliki jalur hijau. Bentuk jalur

hijau di Kota Malang ini memiliki berbagai macam variasi, diantaranya:

Bentuk jalur memanjang yang dibuat di tengah jalur jalan

Bentuk jalur memanjang di tepi jalan (berm), yaitu lahan yang terletak

antara badan jalan dengan pagar batas bangunan

Bentuk jalur memanjang pada tepi kanan-kiri sempadan sungai

Bentuk jalur memanjang pada tepi kanan-kiri rel kereta api

Taman Rumah (Pekarangan)

Ijen Boulevard

Kota yang terletak diketinggian 440

sampai 667 meter diatas permukaan

laut dengan suhu rata-rata 24, 5

derajat celcius ini tak hanya

menyajikan panorama pegunungan

sebagai latar panggung kota namun

juga menyimpan sejumlah kawasan

hijau yang memiliki keunikan tersendiri.

Ijen Boulevard misalnya, kawasan

yang dulunya dikenal dengan nama Bergenbuurt, (daerah gunung-gunung) ini

ditanami sejumlah pohon Palem raja yang berjajar hingga ke Utara di jalan

simpang Kawi. Hampir disetiap lorong-lorong dikawasan perumahan mewah ini di

tumbuhi dengan pohon palem Raja. Pohon yang pelepah daunnya acap di jadikan

permainan anak ini seolah menjadi penanda khusus kawasan Ijen.

Taman-taman kota yang hampir sebagian besar berbentuk oval dan bulat ini

dihadirkan pada setiap sudut-sudut jalannya. Monumen-monumen yang berada di

beberapa tamannya ini seolah menjadi saksi sejarah terbentuknya kawasan yang

masih menyisakan arsitektur bergaya kolonial hampir disetiap bangunan

rumahnya. Beberapa taman peninggalan belanda seperti Tjeremeplein (taman

Cerme) di jalan Cerme, Oengaranpark (taman ungaran) dijalan ungaran, Taman

Gambar 7. Jalur hijau di Jl. Ijen Sumber: Survey primer

Page 16: Evaluasi RTH Kota Malang

16

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Kunir dijalan Kunir ini dirawat dan dilestarikan warga setempat dengan

menanaminya dengan beraneka pepohonan.

Perkebunan dan Lahan Terbuka Lainnya

Di wilayah Kota Malang terdapat banyak perkebunan yang ditanami bermacam-

macam komoditi, yaitu tebu, kelapa, kopi, cenkeh, kayu manis, dll. Lahan

perkebunan ini dapat mendukung keberadaan RTH di Kota Malang, di samping

perkebunan, terdapat lahan pertanian di beberapa wilayah kota khususnya di

Kecamatan Kedung Kandang.

MANAJEMEN DISTRIBUSI RTH KOTA

MALANG Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka hijau yang menyatu dengan

alam pegunungan disekitar kota, perencanaan ruang terbuka hijau ini didukung

oleh aneka ragam tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk

sepanjang tahun. Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Malang

dilakukan dengan pendekatan sesuai ketentuan dalam pedoman teknis

pembangunan perumahan dan sarana lingkungan, dimana perhitungan dilakukan

berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan diperhitungkan dengan prakiraan

proyeksi jumlah penduduk 20 (duapuluh) tahun ke depan, sampai dengan tahun

2029.

Pengelolaan/manajemen RTH di Kota Malang yaitu :

Ruang terbuka hijau publik yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara

umum berupa taman, jalur hijau dan zona konservasi yang di kelola oleh

Pemerintah daerah kota malang.

Ruang terbuka hijau private berupa taman/kebun yang berada di rumah

/perkantoran yang di kelola oleh masyarakat / swasta.

Page 17: Evaluasi RTH Kota Malang

17

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Pedoman pengelolaan/manejemen RTH Kota Malang

Pedoman pengelolaan RTH di Kota Malang mengacu pada beberapa kebijakan tata

ruang dan perundangan-undangan/peraturan ditingkat nasional dan kabupaten/kota.

1. UU no 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaaan lingkungan

hidup

2. UUPR no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 28 dan 29

3. Perda Kota Malang no. 7 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

4. UU no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

5. PP no 36 tahun 2005 tentang Pelaksanaan UUBG

6. Permendagri no 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah

Perkotaan

7. Kepmen PU,no.389?1987 tentang perencanaan RTH-kota

8. SNI 1733,tahun 2004 tentang Perencanaan Permukiman Pada Kawasan

Perkotaan

Pedoman manajemen dan pendistribusian menurut kebutuhan RTH Kota Malang

Standar pelayanan RTH wilayah kabupaten /kota yaitu tersedianya:

• Kebutuhan RTH menurut UUPR 26 tahun 2007 adalah minimum 30% dari luas

wilayah kota

• Taman Lingkungan untuk setiap 250 jiwa

• Taman kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa

• Taman kota untuk setiap 480.000 jiwa

• Pemakaman untuk setiap 120.000 jiwa

Manajemen Distribusi Ruang Terbuka Hijau di Tiap Kecamatan Kota Malang

Untuk perhitungan kebutuhan luasan RTH antara lain dilakukan berdasarkan

jumlah penduduk dan luasan wilayah kota, berikut adalah data perkembangan

penduduk dan luasan penggunaan lahan di kota Malang, seperti yang terlihat

pada Tabel 2 berikut ini.

Page 18: Evaluasi RTH Kota Malang

18

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Tabel 2. Penggunaan Lahan dan Jumlah Penduduk Kota Malang

No

BWK

Luas (Ha)

Luas Kawasan Jumlah Penduduk Kebutuhan

RTH Terbangun

Belum Terbangun

2000 2004

1 Malang Tengah ( Klojen )

883,00 754,250 128,75 117.094 108.268 18,63%

2 Malang Timur-Laut ( Blimbing )

1.776,65 1.445,300 331,35 156.542 163.637 13,99%

3 Malang Barat Daya ( Sukun )

2.096,57 1.235,400 861,17 161.846 166.675 12,08%

4 Malang Barat Laut (Lowokrawu)

2.260,00 1.598,007 661,993 166.308 182.839 12,29%

5 Malang Tenggara (Kedungkandang)

3.989,44 1.869,731 2119,709 149.939 167.930 6,39%

Jumlah 11.005,68 6.902,688 4.102,972 751.729 789.349 63,38%

Sumber data : Kota Malang dalam angka tahun 2004

Perhitungan kebutuhan ruang terbuka dilakukan dengan pendekatan sesuai

ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, dimana

perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan

perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilakukan berdasarkan prosentase

dari luasan area terbangun kota.

Sebagai hasil akhir kebutuhan ruang terbuka kota adalah perhitungan jumlah dari

rata-rata kebutuhan dengan pendekatan jumlah penduduk dan pendekatan luasan

area terbangun, ditambah kebutuhan luasan hutan kota.

Berdasarkan tabulasi data hasil perhitungan kebutuhan RTH, sesuai dengan

kondisi eksisting lapangan, luas RTH Kota Malang dapat dilihat dalam Tabel 3

berikut.

Page 19: Evaluasi RTH Kota Malang

19

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Tabel 3. Luasan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang

Sumber: Pemanfaatan RTH Kota Malang, Bappeko Malang 2005

Melihat data yang disajikan dalam Tabel 3 tersebut, saat ini hutan kota dan ruang

terbuka hijau (RTH) di Kota Malangterus berkurang. Penyebabnya karena

tergusur permukiman, perkantoran, pertokoan dan pusat perbelanjaan (mall).

Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung berkembang

sementara kualitas lingkungan mengalami degradasi/kemerosotan yang semakin

memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui merupakan alternatif

terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang, harusnya menjadi

perhatian seluruh pelaku pembangunan yang dapat dilakukan melalui gerakan

sadar lingkungan, mulai dari level komunitas pekarangan hingga komunitas pada

level kota.

No. Kecamatan Luas RTH

Luas

Kawasan Jalur Hijau Taman Kota

Taman

Lingkungan Lain- Lain Total

1. Klojen 883,00 20.635 259.715 63.180 98.455 44.985

2. Blimbing 1.776,65 10.588 4075 16.306 165.463 196.432

3. Sukun 2.096,57 12.467 77.858 14.272 276.940 381.537

4. Lewokwaru 2.260,00 26.479 7718 9.942 107.871 152.010

5. Kedungkandang 3.989,44 8.900 16.670 27.733 77.925 131.228

Total 11.005,66 79.069 366.036 131.433 726.654 1.303.192

Page 20: Evaluasi RTH Kota Malang

20

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

PELAKSANAAN DAN

PEMELIHARAAN RTH KOTA

MALANG RTH merupakan kebutuhan pokok kota, demi manfaat masa kini dan harapan

untuk masa depan lingkungan kota yang manusiawi untuk kesehatan dan

kesejahteraan penghuninya. Perencanaan pertamanan perkotaan (urban

landscape planning) adalah bagian perencanaan lahan yang dinamis dalam tata

ruang kota. Merencana kota pada hakekatnya ialah mengatur tempat untuk

semuanya dan semua pada tempatnya. Untuk itu, demi kelangsungan hidup

diperkotaan, RTH memerlukan pemeliharaan dan pelestarian.

Pelaksanaan pembangunan RTH Kota Malang dilakukan sendiri oleh unit instansi

pemerintah daerah yang ditunjuk sebagai pengelola RTH, berdasar tugas pokok

dan fungsi serta bentuk dan kriteria unit tersebut, atau, mungkin karena ada

berbagai keterbatasan, mungkin pula untuk dikontrakkan sebagian atau seluruh

pekerjaannya kepada pihak lain yang tentu harus bisa mengelola secara

bertanggung jawab sampai dengan monitoring dan evaluasinya.

Selaras dengan semangat otonomi daerah yang berdasar azas desentralisasi,

dekonsentrasi, dan tugas perbantuan, maka Organisasi Pengelolaan dan

Pengembangan RTH Kota Malang dapat disusun sebagai berikut:

Penanggungjawab:

Kepala Wilayah (Bupati / Walikota).

Perencana & Pengendali:

Bappeda / Bapedalda / BLH / Unit PLH.

Pelaksana:

Dinas-dinas Tata Kota, Pertamanan, Pemakaman, Pertanian, Kehutanan, dan

pemilik lahan (individu/swasta).

Page 21: Evaluasi RTH Kota Malang

21

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Pemeliharaan dan pelestarian kawasan RTH di Kota Malang yang

masih tersisa, seperti yang telah ditetapkan dalam rencana tata

ruang kota.

Pengembangan Taman Anggrek di Kedungkandang yang dilengkapi

dengan sarana dan prasarana.

Pengembangan Taman Teknologi diarahkan di alun-alun kota, alun-alun

tugu, velodrom yang dilengkapi dengan fasilitas gazebo dan shelter. Selain

itu di setiap perumahan diarahkan untuk menyediakan taman teknologi.

Pengembangan lapangan Rampal sebagai taman teknologi, lapangan

pertunjukan, dan pameran.

Peningkatan GOR Ken Arok sebagai taman olahraga di Kota Malang

Mengisi dan memelihara taman-taman kota yang sudah ada, sebaik-

baiknya dan berdasar pada prinsip fungsi pokok RTH

(identifikasi dan keindahan) masing-masing lokasi.

Pengembangan RTH halaman rumah dan bangunan umum, serta di

puncak gedung (rooftop garden), dengan tanaman aerofonik atau

hidrofonik, dan semacamnya oleh pemilik bangunan

Pengembangan RTH sebagai zone pengaman pada jalur KA; sempadan

sungai; sempadan SUTT, kawasan industri.

Refungsionalisasi dan pengamanan jalur-jalur hijau alami, seperti di

sepanjang tepian jalan raya, jalan tol, bawah jalan layang (fly – over),

tempat pemakaman umum (TPU), dan lapangan olahraga, dari okupasi

permukiman liar.

Penyediaan jalur hijau dan taman kota diarahkan di Kecamatan Buring dan

Kecamatan Kedungkandang, selain itu di setiap jalan lingkar.

Memberikan ciri-ciri khusus pada tempat-tempat strategis, seperti batas-

batas kota dan alun-alun kota.

Peremajaan dan peningkatan kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota,

sesuai klasifikasinya.

Pengembangan hutan kota dan kebun bibit pada kawasan Malang Timur

(Kecamatan Kedungkandang) yang relatif masih banyak lahan belum

terbangun.

Page 22: Evaluasi RTH Kota Malang

22

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Pembangunan taman lingkungan; lapangan olahraga di tiap unit

lingkungan.

Rehabilitasi kawasan taman sebagai pendukung monumen kota.

Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH.

Pengembangan RTH pada kawasan perbatasan wilayah kota.

Penetapan kawasan konservasi sesuai karakteristik kawasan sebagai

pendukung ikon kota.

Peningkatan pendanaan baik dari pemerintah, swasta, dan swadaya

masyarakat yang memadai untuk program RTH kota.

Mengikut sertakan peran serta masyarakat untuk meningkatkan apresiasi

dan kepedulian terhadap kualitas lingkungan alami perkotaan.

Page 23: Evaluasi RTH Kota Malang

23

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

CURTIBAS, sebuah kota di Brazil yang menjadi

bukti keberhasilan penataan ruang yang

mengedepankan RTH di perkotaan. Melalui

berbagai upaya penataan ruang seperti

pengembangan pusat perdagangan secara

linier ke lima penjuru kota, sistem transportasi,

dan berbagai insentif pengembangan kawasan,

persampahan dan RTH, kota tersebut telah

berhasil meningkatkan rata-rata luasan RTH

per kapita dari 1 m2 menjadi 55 m2 selama 30

tahun terakhir. Sebagai hasilnya kota tersebut

sekarang merupakan kota yang nyaman,

produktif dengan pendapatan per kapita

penduduknya yang meningkat menjadi dua kali

lipat. Hal tersebut menunjukkan bahwa

anggapan pengembangan RTH yang hanya

akan mengurangi produktivitas ekonomi kota

tidak terbukti.

EKSISTENSI RTH KOTA MALANG TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP PERKOTAAN

Contoh tersebut dapat dijadikan

pedoman penataan RTH di Indonesia

khususnya di Kota Malang. Karena

sebagian besar kota-kota maju di

Indonesia hanya beranggapan bahwa

pengembangan RTH hanya akan

mengurangi produktivitas ekonomi

kota, sehingga pengembangan RTH

semakin menurun dan pembangunan

ke arah ekonomi akan semakin

ekspansif.

Jadi kebijaksanaan pertanahan di

perkotaan yang sejalan dengan aspek

lingkungan hidup adalah jaminan

terhadap kelangsungan ruang terbuka

hijau. Ruang terbuka hijau ini

mempunyai fungsi “hidro-orologis”, nilai estetika dan seyogyanya sekaligus

sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan. Taman-taman di

kota menjadi wahana bagi kegiatan masyarakat untuk acara keluarga, bersantai,

olah raga ringan dan lainnya. Demikian pentingnya ruang terbuka hijau ini, maka

hendaknya semua pihak yang terkait harus mempertahankan keberadaannya dari

keinginan untuk merobahnya.

Page 24: Evaluasi RTH Kota Malang

24

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Sumber: Pemanfaatan RTH Kota Malang, Bappeko Malang 2005

Kelebihan RTH Kota Malang

Kelebihan RTH di Kota Malang dapat dilihat dari fungsinya terhadap

perkembangan dan pertumbuhan Kota Malang. Berikut adalah kelebihan-

kelebihan yang diberikan RTH Kota Malang pada kelangsungan hidup di

perkotaan yang dilihat dari fungsinya.

Tabel 3. Fungsi dan Bentuk RTH Kota Malang

No Fungsi Manfaat Bentuk RTH

1. Ekologis Meningkatkan kandungan air tanah

Membangun jejaringan habitat kehidupan

liar.

Menurunkan tingkat pencemaran udara

Mencegah longsor dan banjir

Hutan kota

Taman kota

Kawasan dan jalur hijau

Lindung sempedan sungai,

kereta api,dan jalur di

bawah tegangan tinggi

(SUTT)

2. Sosial Ekonomi Pendidikan lingkungan

Sebagai sarana rekreasi

Sebagai ruang interaksi sosial

Hutan kota

Taman kota

Lapangan olahraga Taman

rekreasi

Taman lingkungan

perumahan dan

pemukiman

3. Arsitektural Meningkatkan kerapian dan keteraturan

kota

Meningkatkan kenyamanan kota

Meningkatkan keindahan kota

Kawasan dan jalur hijau

Taman kota berupa alun

alun dan monument kota

Taman lingkungan

perkantoran dan gedung

komersil

Jalur pengaman jalan dan

median jalan

Taman atap (roof garden)

Page 25: Evaluasi RTH Kota Malang

25

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Kekurangan RTH Kota Malang

Menurut Dahlan (1992) dan Purnomohadi (1995), degradasi lingkungan di

sebagian wilayah perkotaan Indonesia semakin parah. Hal ini ditandai oleh makin

meningkatnya suhu udara di atas kawasan perkotaan, penurunan muka air tanah,

pencemaran air tanah, udara, dan suara (bising), amblasan permukaan tanah,

intrusi air laut, abrasi pantai, suasana gersang, monoton, membosankan dan

terjadinya tekanan psikologis penghuninya.

Dalam hal ini, RTH Kota Malang memiliki kekurangan dalam pengembangannya,

antara lain:

Kurangnya apresiasi akan pentingnya RTH, inkonsistensi kebijakan dan

strategi Tata Ruang Kota yang sudah ditetapkan dalam Rencana Induk

Kota, serta lemahnya fungsi pengawasan (kontrol) dalam pelaksanaan

pembangunan kota, menyebabkan kuantitas dan kualitas RTH semakin

menurun. Hal ini lebih diperberat lagi dengan adanya: pertentangan

kepentingan antara nilai ekonomi dengan nilai ekologis; keterbatasan luas

lahan akibat benturan kepentingan dalam fenomena pembangunan

perkotaan, lebih ditekankan pada pentingnya pembangunan sektor

perindustrian dan perdagangan yang dianggap mampu menyerap banyak

tenaga kerja (atau demi kepentingan ekonomi jangka pendek).

Masalah klasik pengelolaan RTH, dianggap sebagai akibat keterbatasan

dana dan SDM profesional, pemeliharaan RTH yang tidak konsisten, dan

pemilihan jenis tanaman yang tidak sesuai persyaratan ekologis bagi

masing-masing lokasi, termasuk langkanya lahan pembibitan tanaman

penghijauan. Keterbatasan dana pembangunan dan pengelolaan RTH

memerlukan terobosan pengembangan pola kemitraan hijau.

RTH sering dianggap sebagai lahan tidak berguna, tempat sampah, atau

sumber dan atau sarang vektor berbagai penyakit. Pemahaman serta

kesadaran masyarakat akan arti dan fungsi hakiki RTH, umumnya masih

sangat kurang. Minimnya fasilitas RTH khususnya bagi kelompok usia

tertentu, seperti lapangan olahraga, taman bermain anak, maupun taman

lansia, apalagi taman khusus bagi penyandang cacat. Penyediaan lahan

untuk pemakaman umum belum sesuai dengan harapan masyarakat

Page 26: Evaluasi RTH Kota Malang

26

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

umum. Dalam penataan lansekap kota, etika, dan estetika, khusus

penempatan iklan/papan reklame belum ditata menurut kaidah penataan

ruang yang lebih sesuai.

Hal ini disebabkan karena tugas pokok dan fungsi yang hampir sama, seperti

Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan Kehutanan; Dinas Kebersihan, Dinas

Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan Keolahragaan, Dinas Pemakaman,

Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, dan Dinas Kebersihan. Rencana

penggabungan berbagai dinas terkait menjadi Dinas Tata Hijau atau Dinas

Lansekap Kota, atau nama lain dalam satu atap agar mampu meningkatkan

pelayanan pembangunan dan pengelolaan RTH, mungkin tetap perlu dikaji

ulang. Perlu ada semacam Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan RTH di

Kawasan Perkotaan yang transparan dan akuntabel, sesuai dengan

paradigma tata pemerintahan yang baik (good governance).

Page 27: Evaluasi RTH Kota Malang

27

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

POTENSI RTH KOTA MALANG

Melihat kelebihan dan kekurangan yang diberikan RTH Kota Malang, sehingga

didasarkan pada bentuk-bentuk fungsi yang dapat diberikan oleh RTH terhadap

perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, atau dalam upaya

mempertahankan kualitas yang baik, terdapat beberapa potensi RTH Kota Malang

yang mutlak untuk dikembangkan.

Eksternalitas yang ditimbulkan dari adanya alun-alun kota, misalnya PKL,

dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sisi positifnya. Usaha yang

diperlukan hanya penataan dan manajemen agar lebih menarik atau

penyelengaraan acara-acara tertentu di tiap akhir pekan.

Kawasan di sepanjang pinggiran sungai Brantas dapat ditingkatkan kualitas

dan kuantitasnya. Dengan pengembangan ini, kawasan tesebut dapat

berfungsi ganda, yaitu menjalankan fungsinya untuk lingkungan dan fungsi

sosial bagi masyarakat setempat. Kawasan ini dapat dijadikan tempat

rekreasi, berkumpul, bersosialisasi, dan olah raga (jogging track), terutama

bagi penduduk lokal. Bahkan jika pengembangan ini dilanjutkan dan

dilakukan dengan serius dapat dijadikan sebagai landmark Kota Malang.

Hutan Malabar, satu unsur konservasi penting dalam LH kota, yaitu RTH

berupa hutan kota yang dibangun sebagai daerah penyangga (buffer zone)

kebutuhan akan air bersih, lingkungan alami, serta pelindung flora dan

fauna di perkotaan. Kota sebagai pusat aktivitas manusia termasuk

permukimannya telah terganggu kestabilan ekologisnya, di lain pihak

kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman

serta terbebas dari polusi semakin mendesak.

Taman-taman rekreasi, mulai dari taman kota hingga hutan kota, berbagai

skala di Kota Malang, sudah pasti menjadi area rekreasi dan hiburan bagi

warga kota. Berbagai jenis flora dan fauna, terutama yang langka, sangat

menarik perhatian bagi pengunjung taman dan hutan kota, selain sebagai

obyek pendidikan dan penelitian.

Halaman pekarangan pribadi dan taman lingkungan perumahan, serta

lahan cadangan untuk rencana pembangunan selanjutnya, merupakan

Page 28: Evaluasi RTH Kota Malang

28

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

komponen RTH, yang menjadikan kota indah dan sejuk, di mana aspek

kelestarian, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sumberdaya

alam, akan menciptakan lingkungan kota yang kondusif, nyaman, segar,

meredam pencemaran dan kebisingan, sehingga warga dan kota menjadi

sehat.

KENDALA RTH KOTA MALANG

Dari pembahasan yang di urai dari tulisan ini tentang keberadaan ruang terbuka

hijau dapat diketahui bahwa ruang terbuka yang direncanakan berdasarkan

standart perencanaan tata ruang kota, keberadaannya semakin lama semakin

menipis dan berkurang akibat perubahan fungsi yang belakangan ini sering

terjadi. Faktor-faktor hambatan dalam RTH Kota Malang adalah :

Faktor Internal

Para pejabat birokrasi sering kali tidak konsistensi terhadap rencana

Tata Ruang Kota yang sudah disusun sebelumnya dan sudah

ditetapkan menjadi peraturan daerah. Di samping itu ada pula pejabat

birokrasi yang berpandangan bangunan fisik lebih penting dari ruang

terbuka hijau sehingga dengan mudah merubah penggunaan lahan

tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem seluruh kota

Faktor Eksternal

Kebijaksanaan pemerintahan atasan di tingkat propinsi atau

pemerintahan puat yang mempunyai lahan di Kota Malang ingin

menggunakan lahan tersebut sesuai dengan keinginannya yang dapat

bertentangan dengan perencanaan tata ruang yang sudah ada. Selain

itu banyak para investor pemilik modal yang mengincar lahan-lahan

ruang terbuka hijau untuk dibangun bangunan komersial dengan cara

melakukan pendekatan dengan pimpinan pejabat birokasi agar diberi

izin untuk mengubah fungsi lahan RTH.

Page 29: Evaluasi RTH Kota Malang

29

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Faktor Pemilik Lahan

Pemilik lahan terdiri dari instansi pemerintah, lembaga swasta atau

perorangan yang merasa lahannya dapat dibangun menjadi bangunan

apa saja menurut keinginannya tanpa memperhitungkan bahwa

bangunan tersebut tidak sesuai peruntukannya sesuai rencana tata

ruang kota yang sudah ditetapkan. Pemilik lahan menjual tanahnya

kepada pihak lain dengan harga tinggi karena akan di bangun

bangunan komersial. Di sini pertimbangan utamanya adalah niali

ekonomi yang menguntungkan, baik untuk pemilik tanah maupun

pihak lain.

Faktor Pengawasan

Pengawasan pembangunan oleh lembaga legislatif sering kali kurang

efekif sehingga banyak perubahan lahan yang terjadi dan tidak dapat

di antisipasi sejak awal. Dan masalah ini tidak dapat diselesaikan

dengan pihak eksekutif, sehingga perubahan lahan terbuka hijau

menjadi bangunan terus berlangsung. Pengawas pembangunan dari

pihak luar seperti lembaga swadaya masyarakat, oraganisai

lingkungan hidup, pengamat lingkungan, ahli-ahli dari perguruan tinggi

yang sering kali mengeluarkan pendapat tentang manfaat ruang

terbuka hijau sering kali di abaikan.

Page 30: Evaluasi RTH Kota Malang

30

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

KESIMPULAN Keberadaan ruang terbuka hijau Kota Malang sangat ditentukan oleh

perencanaannnya. Tanggung jawab perencanaan ruang terbuka hijau tersebut

idealnya di lakukan bersama antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat.

Penelitian ini mencoba menggali aspek-aspek perencanaan ruang terbuka hijau

seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dari serangkaian pembahasan

tersebut, dapat diambil kesimpulan antara lain:

Kelengkapan RTH Kota Malang

RTH Kota Malang terbilang lengkap dan terus membutuhkan pemeliharaan

serta pelestarian. Hal ini karena kelengkapan sarana infrastruktur kota

(RTH) di suatu kota sangat mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan kota itu sendiri.

Manajemen Distribusi RTH Kota Malang

Manajemen distribusi dilakukan dengan pendekatan sesuai ketentuan yang

dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, dimana perhitungan

kebutuhan RTH dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan

perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilakukan berdasarkan

prosentase dari luasan area terbangun kota.

Pemeliharaan dan Operasional RTH Kota Malang

Untuk kewenangan pemeliharaan dan operasional RTH Publik berada di

tangan pemerintah Kota Malang melalui Dinas Tata Kota. Namun untuk

RTH privat, kewenangan pemeliharaan dan operasional berada di tangan

lingkungan setempat.

Kelebihan RTH Kota Malang

RTH Kota Malang memiliki fungsi penting yaitu ekologis dan sosial-

ekonomi. Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah,

mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro.

Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai

ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan fungsi arsitektural sebagai

landmark kota.

Page 31: Evaluasi RTH Kota Malang

31

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Kekurangan RTH Kota Malang

Secara garis besar disebabkan karena tugas pokok dan fungsi yang hampir

sama pada setiap Organisasi Pengelolaan dan Pengembangan RTH Kota

Malang sehingga pengembangan RTH tidak berjalan secara maksimal.

Potensi RTH Kota Malang yang dapat ditingkatkan

Dengan pengembangan yang lebih intensif, maka potensi RTH yang dapat

ditingkatkan adalah di alun-alun Kota, hutan Malabar, daerah bantaran

sungai, taman-taman rekreasi dan halaman pekarangan pribadi dan taman

lingkungan perumahan yang nantinya selain berfungsi sebagai komponen

RTH Kota, dapat dijadikan sebagai landmark Kota Malang.

Kendala RTH Kota Malang

Yang menjadi hambatan dalam pengembangan RTH Kota Malang dapat

dilihat dari 4 faktor, yaitu:

Faktor internal (pejabat birokrasi yang berpandangan bangunan fisik lebih

penting dari ruang terbuka hijau),

Faktor eksternal (banyak para investor pemilik modal yang mengincar

lahan-lahan ruang terbuka hijau untuk dibangun bangunan komersial)

Faktor pemilik lahan (Pemilik lahan terdiri dari instansi pemerintah,

lembaga swasta atau perorangan yang merasa lahannya dapat dibangun

menjadi bangunan apa saja),

Faktor pengawasan (Pengawasan pembangunan oleh lembaga legislatif

sering kali kurang efekif sehingga banyak perubahan lahan yang terjadi

dan tidak dapat di antisipasi sejak awal).

REKOMENDASI

Mempertahankan dan lebih meningkatkan jalur hijau yang ada di tepi jalan,

taman-taman kota, dan boulevard di kawasan perencanaan. Jalur hijau di tepi

koridor jalan dan boulevard sebagai paru-paru kota perlu disediakan jalur hijau

dengan standart kebutuhan 15 m2 per kapita. Jalur hijau ini dapat sekaligus

berfungsi sebagai jalur pemisah jalan raya. Lahan-lahan pekarangan

perumahan yang tidak seluruhnya ditutup dengan bangunan. Selain itu yang

Page 32: Evaluasi RTH Kota Malang

32

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

perlu mendapat perhatian adalah ruang terbuka di sepanjang Sungai Brantas,

ditetapkan sekurang-kurangnya 8 m dari tepi sungai.

Meliputi ruang terbuka yang diperoleh dengan memanfaatkan bagian tapak

yang tidak boleh dibangun. Ruang terbuka ini bisa dimanfaatkan untuk

pelataran parkir, taman, penyediaan tempat untuk PKL, pencahayaan dan

penghawaan alami dan lain-lainnya.

Bangunan

Ruang terbuka dengan memanfaatkan bagian tapak yang tidak boleh

dibangun, misalnya dengan implementasi peraturan KDB maksimum 70%

berarti tersedia 30% bagain tapak untuk ruang terbuka. Ruang terbuka ini

bisa dimanfaatkan untuk parkir, taman, penyediaan tempat untuk PKL,

pencahayaan dan penghawaan alami, dan lainya.

Makam

Lahan pemakaman tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk

pemakaman umum apabila dianggap kurang terutama pada wilayah-

wilayah yang luasnya masih memungkinkan.

Taman, Tempat bermain dan Lapangan Olah Raga

Ruang terbuka yang berfungsi sebagai taman, tempat bermain, dan

lapanan olahraga yang telah ada dipertahankan keberadaannya, serta

perlu diadakan pengembangan sesuai dengan kebutuhan baik jumlahnya

maupun luasannya.

Elemen vegetasi merupakan elemen yang penting dalam rancangan ruang

terbuka. Elemen vegetasi untuk ruang terbuka kota disamping sebagai

peneduh bagi pejalan kaki berfungsi juga sebagai kontrol visual dan mampu

mereduksi silau sinar matahari, sebagi pembatas fisik khususnya memberi

batasan antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan, sebagai kontrol

iklim makro terutama mereduksi kecepatan angin, sebagai unsur keindahan

serta sebagai pengendali pencemaran udara oleh asap kendaraan.

Dengan fungsi tersebut, maka elemen vegetasi untuk ruang terbuka di

sepanjang koridor daerah perencanaan harus mempertimbangkan hal-hal

berikut :

Page 33: Evaluasi RTH Kota Malang

33

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

Mampu memberi naungan secara baik dan tidak menimbulkan kerusakan

pada jalan maupun pedestrian. Untuk itu pohon yang diperlukan adalah

yang cepat dan tidak berakar besar namun mempu bertahan terhadap

kerusakan yang ditimbulkan oleh getaran kendaraan.

Tidak menimbulkan bahaya atau masalah terhadap lingkungan. Untuk itu

perlu dipilih pohon yang mempunyai cabang dan ranting yang kuat, tidak

mempunyai buah yang terlampau besar dan daunnya tidak mudah rontok.

Mempunyai nilai estetis, yang mampu menciptakan suasana menyegarkan,

dan keindahan lingkungan. Untuk itu dipilih pohonan yang mempunyai

tajuk, tekstur dan pola batang yang sesuai dengan karakter lingkungannya.

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN

RTH KOTA MALANG

Dalam rangka meningkatkan kualitas Lingkungan Kota salah satu upaya yang dilakukan

adalah penyediaan Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau lahan atau kawasan

ruang terbuka untuk tempat tumbuhnya kelompok tanaman/vegetasi yang berfungsi

sebagai pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota. Adapun sasaran dan

arah kebijakan program ini adalah :

a. Sasaran

Bertambahnya luas lahan RTH sehingga luas RTH yang ada porporsional

dengan luas wilayah kota Malang

Meningkatnya kualitas RTH Malang

Tersedianya fasilitas makam kota dengan kualitas yang memadai dan

sesuai dengan kebutuhan

Meningkatnya partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam penyediaan

dan pengelolaan RTH dan makam

Page 34: Evaluasi RTH Kota Malang

34

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

b. Kebijakan

Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan yang

ditetapkan adalah :

Pembebasan/penyediaan lahan untuk memperluas RTH di Kota Malang

Penataan dan revitalisasi RTH dalam rangka optimalisasi fungsi RTH di

kota Malang

Penyediaan lahan untuk fasilitas makam dan peningkatan kualitas

pengelolaan makam kota.

Pengendalian pelaksanaan pembangunan dengan memperhatikan

ketersediaan lahan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial

khususnya RTH dan makam

Sosialisasi dalam rangka peningkatan partisipasi / peran masyarakat dalam

penyediaan dan pengelolaan RTH dan makam

Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsiLingkungan

Hidup yang didukung oleh program-program pembangunan, yaitu : Program

Ruang Terbuka Hijau dan Pertamanan Kota.

Page 35: Evaluasi RTH Kota Malang

35

2009 Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah. 1990. Ruang Terbuka Hijau Kota.

Jakarta: Depdagri.

Direkrat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai

Unsur Utama Pembentuk Kota Taman. Jakarta: Depdagri.

E. Mudjono, Liliawati. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Harvarindo.

Hakim, Rustam. 2004. Arsitektur Lansekap,Manusia, Alam dan Lingkungan.

Jakarta: Bina Aksara.

Jurnal Arsitektur Lansekap Indonesia nomor 04 tahun 1998.

M, Danisworo. 1998. Makalah Pengelolaan kualitas lingkungan dan lansekap

perkotaan di indonesia dalam menghadapi dinamika abad XXI. Jakarta

Pemerintah Kotamadya DT II Malang. 1990. Sejarah Perencanaan Kota Malang

Sejak Jaman Kolonial Dan Perkembangannya Ditinjau Dari Aspek

Pertamanan.

Pemerintah Kota Malang. 2005. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang.

Bappeko.

R, Miller. 1997. Planning and Managing Urban Greenspaces. Urban Forestry.

Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Jambatan.