makalah psikopen

22
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISTIK Guna melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Disusun oleh: Davit Novitasari 4001411024 Ayu Lestari 4001411025 Reggilita Annistyas 4001411031 Fitri Indriani D. A 4001411031

Transcript of makalah psikopen

Page 1: makalah psikopen

MAKALAH

TEORI BELAJAR HUMANISTIKGuna melengkapi tugas mata kuliah Psikologi

Pendidikan

Disusun oleh:

Davit Novitasari 4001411024

Ayu Lestari 4001411025

Reggilita Annistyas 4001411031

Fitri Indriani D. A 4001411031

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2012

Page 2: makalah psikopen

Kata Pengantar

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang Teori Humanistik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Psikologi Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalh selanjutnya.

Semarang, Oktober 2012

Penulis

Page 3: makalah psikopen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu hal yang paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar takkan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Belajar dan pembelajaran berhubungan sangat erat karena pembelajaran merupakan suatu proses yang digunakan dalam belajar. Belajar dan pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama dan beriringan. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisiyang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan pendidikan.

Sebagai calon pendidik kelak yang tidak hanya difungsikan sebagai staff pengajar tetapi juga sebagai orang tua kedua dilingkungan sekolah, diharapkan dapat memahami kondisi kejiwaan dan memahami karakteristik dari peserta didiknya. Serta mengetahui model pembelajaran yang dikuasai olah peserta didiknya. Dan diharapkan agar dapat mengerti, memahami serta dapat mengaplikasikan salah teori pembelajaran, yaitu teori pembelajaran humanisme.

Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istillah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa.

Untuk membantu terselenggaranya suatu proses pembelajaran di kelas yang baik, diperlukan adanya suatu teori belajar. Penggunaan teori belajar yang salah akan mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran. Penerapan teori belajar di kelas membutuhkan pemahaman yag mendalam terhadap teori tersebut dan rasa senang untuk menggunakan dan mengembangknnya secara tepat guna dengan kondisi di Indonesia.

Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka. Penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.

Page 4: makalah psikopen

Dalam sejarah perkembangan psikologi, kita mengenal beberapa aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut memiliki pandangan sendiri-sendiri tentang belajar. Pandangan-pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasan-alasan tersendiri. Teori Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Selain itu, guru harus menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya sebagai fasilitator yang memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Banyak teori belajar yang dapat digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran, antara lain teori pembelajaran behavioristik, kognitif, dan humanistik. Setiap teori belajar mempunyai tokoh- tokoh penting yang berbeda- beda. Seperti pada teori belajar humanistik, terdapat tokoh- tokoh penting secara teoritik, antara lain Arthur W. Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.

1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana sejarah akar gerakan humanistik?b. Bagaimana pandangan tokoh tentang teori belajar humanistik?c. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran teori belajar humanistik?d. Apa saja model-model pembelajaran teori belajar humanistik?e. Apa aplikasi dari teori belajar humanistik?f. Apa kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistik?

1.3 Tujuana. Untuk mengetahui sejarah akar gerakan humanistik.b. Untuk mengetahui pandangan dari beberapa tokoh tentang teori belajar

humanistik.c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran teori belajar humanistik.d. Untuk mengetahui model-model pembelajaran teori belajar humanistik.e. Untuk mengetahui aplikasi dari teori belajar humanistik.f. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistik.

Page 5: makalah psikopen

BAB II

PEMBAHASAN

A. Akar Gerakan Humanistik

Teori belajar dan pendidikan humanistic diawali oleh gerakan mahapeserta didik pada tahun 1960-an. Gerakan ini dipelopori oleh Neill John Holt, Jonathan Kozol dan Paul Goodman, kemudian muncul nama- nama gerkan pendidikan baru seperti romantisme, system pendidikan alternative, dan pendidikan humanistic. Praktik pendidikan yang dilawan oleh para tokoh tersebut adalah pendidikan sekolah yang slalu di arahkan oleh pendidik (direct instruction), sehingga hanya berpusat pada peningkatan pngetahuan dan ketrampilan saja.

Praktik pendidikan humanistic hamper sama dengan pendidikan progesif pada tahun 1900-an yang di pelopori oleh John Dewey “ melawan orang – orang yang berpegang teguh pada waktu, menolak gagasan psikologi modern, penggunaan latihan (drill) sebagi nilai pembelajaran , dan bebberapa aspek pendidikan yang tidak memiliki nilai dan mafaat dan bersifat dekoratif “.

Hasil belajar dalam pandangan humanistic adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang di pelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent). Dalam praktik pembelajaran, pendekatan humanistic mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok kecil. Pendekatan humanistic selalu memelihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan melindungu peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu apabila kondisi pendidik itu dapat terjadi, maka peserta didik akan menjadi pembelajaran satu arah ( self-directed learnes) dan proses belajar akan menjadi sangat bermakna bagi peserta didik. Penggunaan metode humanistic dalam pendidikan peserta didik menjadi individu beraktualisasi diri (self- actualized persons).

Rogers dan daymond (Gage dan Berliner, 1994) menyatakan bahwa prosedur terapeutik yang menghasilkan seseorang mampu memandang diri sendiri secara berbeda, yakni menerima diri sendiri, perasaannya sendiri, dan orang lain secara penuh. Namun hasil belajar dalam pendekatan humanistic itu sukar dispesifikasi dalam bentuk prilaku dan sukar diukur, sebab pendekatan humanistic kurang menekankan pengetahuan dan keterampilan, sebaliknya lebih mnekankan pada hasil belajar yang lebih bersifat personal.

B. Pandangan Tokoh

1. Abraham maslow Abraham maslow adalah tokoh gerakan psikologi humanistic di Amerika, dia

memperoleh pendidikan di kalangan kaum Behavioristik. Abraham Maslow mendapat ijazah pertama dan PhD dari Universiti Wisconsin dalam tahun 1934. Selepas mendapat ijazah doktor falsafah, beliau bekerja di Brooklyn College (1937 - 1951).

Page 6: makalah psikopen

Dalam tahun 1951, beliau meneruskan kerjayanya di bidang akademik di Universiti Brandeis, Massachusetts. Beliau pernah dilantik sebagi Pengerusi Jabatan Psikologi selama 10 tahun di university yang sama. Sepanjang kerjayanya, beliau banyak menghasilkan artikel – artikel berkaitan dengan perasaan dirinya sendiri, pandangan terhadap insan juga perasaan ke atas kesihatan dirinyaKonstribusi yang diberikan adalah motivasi, aktualisasi diri, dan pengalaman puncak yang memilki dampak terhadap kegiatan belajar.

Maslow menyampaikan teori motivasi manusia berdasarkan pada hierakhi kebutuhan. Yaitu :

Kebutuhan fisik untuk bertahan hidup seperti makanan, air, dan seterusnya.

Kebutuhan akan keamanan seperti tempat tinggal serta kepastian keuangan, kesehatan yang terjaga, dan seterusnya.

Kebutuhan untuk bersosialisasi dan saling menyayangi seperti berkeluarga, memiliki sahabat serta merasa menjadi bagian dari sesuatu, dan seterusnya.

Kebutuhan untuk meninggikan harga diri seperti meraih prestasi atau pencapaian, meningkatkan rasa kebanggaan pribadi serta dihargai/dihormati oleh orang lain, dan seterusnya.

Kebutuhan untuk mengaktualisasikan potensi diri untuk berkembang menjadi yang terbaik sesuai kata hati, mengoptimalkan kreativitas serta bakat untuk menjadi pakar atau inovator yang berguna bagi sesama, dan seterusnya.

Individu yang mengaktualisasi diri Menampilkan karakteristik sebagai berikut :a. Berorientasi secar realisticb. Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia alamiah sebagaimana adanyac. Bersifat spontan dalam berpikir, beremosi, dan berperilakud. Terpusat pada masalah (problem centered) dan bukan berpusat pada diri sendiri (

self-centered)e. Memilki kebutuhan privasi dan berupaya memperolehnya, jika memiliki

kesempatan. Serta memerlukan waktu berkosentrasi untuk memperoleh sesuatu yang menarik bagi dirinya

f. Bersifat otonomi, independen, dan mampu mempertahankan kebenaran ketika menghadapi perlawanan

g. Kadang-kadang memilki pengalaman mistik yang tidak berkaitan dengan pengalaman keagamaan

h. Merasa sama dengan manusia secara keseluuruhan berkenaan bukan saja dengan keluarga, melainkan juga kesejahteraan dunia secara keseluruhan

i. Memiliki hubungan dekat dan secra emosional dengan orang – orang yang dicintaij. Memiliki struktur karakter demokratis berkenaan dengan penilaian individu dan

mampu bersahabat bukan didasarkan pada ras , agama, status, agama

Page 7: makalah psikopen

k. Memiliki etika yang berkembangl. Memiliki selera humor yang tinggim. Memiliki selera kreativitas yang tinggin. Menolak keseragaman kebudayaan

Dalam pandangan maslow tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri atau membantu individu menjadi yang terbaik sehingga mereka mampu menjadi ynag terbaik. Maslow disebut juga bapak spiritual psikologi humanistic di amerika.

2. Pandangan Carl Rogers

Teori rogers terdapat tiga unsur pokok pada diri individu, yaitu :- Organisme ( mencakup orang secra penuh)

- Medan fenomena ( totalitas pengalaman)

- Diri sendiri (bagian dari medan yang terdeferiansi)

Rogers menggambarkan kualitas belajar eksperiental dalam mengembangkan individu yang berfungsi secra penuh yaitu:

a. Keterlibatan personal, yakni aspek – aspek kognitif dan afektif individu harus terlibat di dalam peristiwa belajar.

b. Prakarsa diri, yakni menemukan kebutuhan yang berasal dari dalam diri.c. Pervasif , yakni belajar memiliki dampak terhadap perilaku, sikap, atau

kepribadian diri.d. Evaluasi diri, yakni individu dapat mengevaluasi diri jika pengalamannya

memenuhi kebutuhannya.e. Esensi adalah makna, yakni apabila terjadi belajar eksperiental maknanya menjadi

terpadu dengan pengalamannya secara total.Tekanan marital akan muncul, dan komplikasi berkembang berkenaan dengan

hubungan antar anggota kelompok. Proses kelompok merupakan kekuatan untuk memanusiakan kembali hubungan manusia dan membantu menghidupkan kehidupan secar penuh disini dan sekarang .

C. Prinsip-Prinsip Belajar

Terdapat beberapa prinsip yang mendasari pendekatan humanistik dalam pendidikan, antara lain:

1. Peserta didik mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui.2. Belajar tentang cara-cara belajar adalah penting dibandingkan dengan memperoleh pengetahuan aktual.3. Evaluasi yang dilakukan oleh peserta didik sendiri adalah sangat bermanfaat dari pekerjaanya.4. Perasaan adalah sama pentingnya dengan fakta, dan belajar merasakan adalah sama pentingnya dengan belajar cara-cara berpikir.

Page 8: makalah psikopen

5. Belajar akan terjadi apabila peserta didik tidak merasakan adanya ancaman.

1. Swa Arah (Self-Direction)Prinsip Swa Arah menyatakan bahwa sekolah hendaknya memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari. Prinsip ini lebih menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan dari dalam untuk bereksplorasi, dan hasrat ingin tahu yang timbul dari dalam diri sendiri. Dalam prinsip ini anak akan menjadi peserta didik yang mampu mengarahkan belajarnya sendiri, memotivasi diri, dan tidak menjadi penerima informasi yang bersifat pasif.

Tugas fasilitator didalam mengarahkan peserta didik menjadi pembelajar swa-arah adalah sebagai berikut:a. Mendorong peserta didik untuk memenuhi kompetensi baru,b. Membantu memperjelas aspirasinya guna meningkatkan kompetensinya,c. Membantu mendiagnosis kesenjangan antara aspirasi dengan kinerjanya

sekarang,d. Membantu mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan yang mereka alami

dan,e. Melibatkan peserta didik dalam prose merumuskan tujuan belajar dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik yang telah didiagnosis.

2. Belajar tentang Cara-Cara Belajar (learning how to learn)Prinsip kedua dalam pendekatan humanistic adalah bahwa sekolah

hendaknya menghasilkan anak-anak yang secara terus-menerus menumbuhkan keinginannya untuk belajar dan mengetahui cara-cara belajar. Para pendidik humanistic memiliki keyakinan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah mengubah batas-batas yang menjadi pendorong individu untuk mendidik diri sendiri. Keinginan belajar merupakan kondisi motivasional yang diharapkan oleh peserta didi, kemudian tugas pendidik dan sekolah adalah membantu peserta didik belajat ctentang cara-cara belajar.

Tugas fasilitator dalam membantu peserta didik mengetahui cara-cara belajar adalah sebagai berikut:a. Memotivasi peserta didik mempelajari tugas-tugas belajar yang telah dirancang

bersama,b. Membantu merancang pengalaman belajar, memilih bahan belajar, dan

metode belajar dan melibatkan peserta didik dalam pembuatan keputusan bersama.

3. Evaluasi Diri (Self-Evaluation)Evaluasi diri merupakan prasyarat bagi perkembangan kemandirian peserta

didik. Peserta didik tidak dievaluasi dengan cara membandingkan dengan peserta didik lain atau dengan standar yang ditetapkan oleh pendidik, melainkan sebaliknya dievaluasi dengan menggunakan standar peserta didik itu sendiri, dan tanpa ada

Page 9: makalah psikopen

grading. Perbandingan dan grading dipandang oleh pendekatan humanistic sebagai sesuatu yang menakutkan bagi pesert didik. Perta didik yang sering dikoreksi atau memperoleh grading dari pendidik tidak akan mampu merespon masalah dengan baik karena mereka mengetahui konsekuensi negative yang akan dihadapi.

Pemberian grading seperti nilai A, B, dan sejenisnya dipandang oleh pendekatan humanistic dapat memprakarsai proses belajar anak untuk belajar memperoleh nilai tersebut, namun tidak akan mampu memberikan kepuasan personal peserta didik. Oleh karena itu, grading dipandang akan membuat peserta didik merasa rendah diri.

Untuk merealisasikan prinsip evaluasi diri itu pendidik dan peserta didik hendaknya bertemu secara regular untuk melaksanakan perencanaan belajar dan kontrak kegiatan belajar.

Tugas fasilitator didalam kegiatan evaluasi pada peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Melibatkan peserta didik dalam mengembangkan kriteria kinerja dan metode dalam mengukur kemajuan tujuan belajarnya,

b. Membantu mengembangkan dan menerapkan prosedur evaluasi kemajuan belajar.

4. Pentingnya Perasaan (Important of Feelings)Pendekatan Humanistik tidak membedakan domain kognitif dan afektif dalam

belajar; dalam arti kedua domain itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari sudut pandang pendekatan humanistic, belajar merupakan kegiatan memperoleh informasi atau pengalaman baru, dan secara personal peserta didik menemukan makna akan informasi atau pengalaman baru tersebut. Secara spesifik, para pakar humanistic merekomendasikan bahwa pendidik dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya menekankan nilai-nilai kerjasama, saling menghormati dan kejujuran, baik pada waktu membuat contoh dan pada waktu mendiskusikan serta memperkuat nilai-nilai yang dipelajari oleh peserta didik.

Tuaga fasilitator didalam mengembangkan perasaan positif peserta didik terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:a. Membantu peserta didik menggunakan pengalamannya sendiri senagai sumber

belajar menggunakan teknik seperti diskusi, permainan peran, studi kasus dan sejenisnya,

b. Menyampaikan isi pembeljaran berdasarkan sumber-sumber belajar yang sesuai dengan tingkat pengalaman peserta didik,

c. Membantu menerapkan hasil belajar kedalam dunia nyata (transfer of learning)

5. Bebas dari Ancaman (Freedom of Threat)Belajar akan lebih mudah, lebih bermakna, dan lebih diperkuat apabila belajar

itu terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman. Peserta didik yang belum mampu membaca bacaan dengan baik, kemudian disuruh membaca dengan keras;

Page 10: makalah psikopen

peserta didik yang belum mampu mengerjakan matematika kemudian disuruh mengerjakan soal di papan tulis; peserta didik yang mengalami gangguan fisik kemudian disuruh melakukan gerakan-gerakan olahraga secara sempurna; bentk-bentuk tindakan itu dipandang sebagai ancaman bagi peserta didik. Kegiatan belajar yang dipandang membebaskan peserta didik dari ancaman adalah pembelajaran yang diwarnai oleh suasana demokrtis secara bertanggung jawab. Sebliknya, kegiatan belajar yang diwarnai dengan berbagai ancaman, peserta didik akan merasa gagal sebelum melaksanakan kegiatan belajar, dan peserta didik yang merasa gagal itu akhirny tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tugas fasilitator dalam menciptakan iklim beljar yang bebas dari ancaman adalah sebagai berikut:a. Menciptakan kondisi fisik yang menyenagkan, seperti tempat duduk, ventilasi,

lampu, dan kondusif untuk terciptanya interaksi antar peserta didik,b. Memandang behwa setiap peserta didik merupaka pribadi bermanfaat dan

menghormati perasaan dan gagasan-gagasannya,Membangun hubungan saling membantu antar peserta didik dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif dan mencegah adanya persaingan dan saling memberi penilaian

D. Model-Model Pembelajaran Teori Humanistik

Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik ini yakni: humanizing of the classroom, active learning, quantum learning, quantum teaching, dan the accelerated learning.

a.        Humanizing of the classroomModel ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi,

sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model “pendidikan afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.

b.        Active learning Dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model

pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat

Page 11: makalah psikopen

sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.

c.        Adapun quantum learning Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi

yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.

Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (diorkestrasi).

d.        The accelerated learning Merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini

adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional.

Page 12: makalah psikopen

Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :a.      Merumuskan tujuan belajar yang jelasb.     Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,

jujur dan positif.c.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas

inisiatif sendirid.     Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara

mandirie.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,

melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.

f.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

g.     Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya h.     Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

F. Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Humanistik

Ada beberapa faktor yang membedakan Pendekatan Humanistik dari pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi, termasuk penekanan pada makna subjektif, penolakan terhadap determinisme, dan kepedulian terhadap pertumbuhan positif daripada patologi. Sementara orang mungkin berpendapat bahwa beberapa teori psikodinamik memberikan visi pertumbuhan yang sehat (termasuk konsep Jung individuasi), yang lain membedakan karakteristik Pendekatan Humanistik dari setiap pendekatan lain dalam psikologi (dan kadang-kadang menyebabkan teori dari pendekatan-pendekatan lain untuk mengatakan Humanistik Pendekatan ini tidak ilmu sama sekali). Kebanyakan psikolog percaya bahwa perilaku hanya dapat dipahami secara obyektif (oleh pengamat yang netral), tetapi humanis berpendapat bahwa hasil ini dalam menyimpulkan bahwa seorang individu tidak

Page 13: makalah psikopen

mampu memahami perilaku mereka sendiri – suatu pandangan yang mereka lihat sebagai paradoks baik dan berbahaya untuk baik kesehatan. Sebaliknya, humanis seperti Rogers berpendapat bahwa makna pada dasarnya perilaku pribadi dan subjektif; mereka lebih jauh berpendapat bahwa menerima ide ini tidak ilmiah, karena pada akhirnya semua individu adalah subjektif: apa yang membuat ilmu pengetahuan tidak dapat dipercaya bahwa para ilmuwan yang murni objektif, tetapi bahwa sifat dari kejadian yang diamati dapat disepakati oleh berbagai pengamat (suatu proses verifikasi intersubjektif panggilan Rogers).

Satu hal patut dicatat, jika kita ingin benar-benar memahami sifat Pendekatan Humanistik, kita tidak dapat mempertimbangkan dalam istilah abstrak. Sebaliknya, kita harus mempertimbangkan apakah dan bagaimana ide-ide berhubungan dengan pengalaman kita sendiri – untuk itu adalah bagaimana makna perilaku ini berasal.

Kelebihannya teori Humanistik yaitu Pembelajarannya siswa harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri sebaik baiknya. Sedangkan kekurangan teori humanistik yaitu Peserta didik kurang mengenal diri dan potensi potensi yang ada pada diri mereka.

Page 14: makalah psikopen

BAB IIISIMPULAN DAN SARAN

3.1 SimpulanTeori belajar dan pendidikan humanistic diawali oleh gerakan mahapeserta didik pada tahun 1960-an. Gerakan ini dipelopori oleh Neill John Holt, Jonathan Kozol dan Paul Goodman, kemudian muncul nama- nama gerkan pendidikan baru seperti romantisme, system pendidikan alternative, dan pendidikan humanistic. Praktik pendidikan yang dilawan oleh para tokoh tersebut adalah pendidikan sekolah yang slalu di arahkan oleh pendidik (direct instruction), sehingga hanya berpusat pada peningkatan pngetahuan dan ketrampilan saja.

Dalam pandangan maslow tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri atau membantu individu menjadi yang terbaik sehingga mereka mampu menjadi ynag terbaik. Maslow disebut juga bapak spiritual psikologi humanistic di amerika.

Tekanan marital akan muncul, dan komplikasi berkembang berkenaan dengan hubungan antar anggota kelompok. Proses kelompok merupakan kekuatan untuk memanusiakan kembali hubungan manusia dan membantu menghidupkan kehidupan secar penuh disini dan sekarang .

Beberapa prinsip dari teori humanistik: self arah (Self-Direction), Belajar tentang Cara-Cara Belajar (learning how to learn), Evaluasi Diri (Self-Evaluation), Pentingnya Perasaan (Important of Feelings) dan Bebas dari Ancaman (Freedom of Threat).

Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Kelebihannya teori Humanistik yaitu Pembelajarannya siswa harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri sebaik baiknya. Sedangkan kekurangan teori humanistik yaitu Peserta didik kurang mengenal diri dan potensi potensi yang ada pada diri mereka.

3.2 Saran

Page 15: makalah psikopen

a. Seorang fasilitator harus memahami peserta didik dengan baik agar tercipta pembelajaran yang efektif dalam penerapan teori belajar humanistik.b. Seorang fasilitator sebaiknya harus bisa mengetahui potensi peserta didik agar pontensi yang dimiliki peserta didik dapat digali dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i,Ahmad.2011.Psikologi Pendidikan.Semarang:Universitas Negeri Semarang

http://mariswadika.blogspot.com/2012/01/pendekatan-pembelajaran-humanistik.html

http://rhulliipendiem.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

.