Makalah Istishna

37
DISUSUN OLEH:KELOMPOK 4 1. SUWANTI :301 14 11 110 2. TARI NOFIANTI :301 14 11 111 3. TESSA LONIKA LIMBONG:301 14 11 113 4. TRY HELEN :301 14 11 115 KELAS:4 AKUNTASI 4 FAKULTAS EKONOMI

description

Ak Syariah

Transcript of Makalah Istishna

Page 1: Makalah Istishna

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 4

1. SUWANTI :301 14 11 110

2. TARI NOFIANTI :301 14 11 111

3. TESSA LONIKA LIMBONG:301 14 11 113

4. TRY HELEN :301 14 11 115

KELAS:4 AKUNTASI 4

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Page 2: Makalah Istishna

Puji beserta syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul”Akuntansi Istishna”.Makalah ini penulis susun,dalam rangka memenuhi tugas

dalam mata kuliah Akuntansi Syariah yang penulis laksanakan.

Atas dukungan baik moral dan materi dalam proses penyusunan makalah ini,maka

penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1) Bpk.Rizki,S.Pd.,M.Akt,selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah.

2) Orang tua,keluarga dan teman-teman penulis,yang telah membantu penulis

dalam penyelesaian penulisan makalah ini.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca

dalam mengetahui tentang Akuntansi Istishna.

Menyadari bahwa suatu karya dibidang apapun tidak terlepas dari kekurangan, oleh

karenanya, saran dan kritik yang bermanfaat dari setiap pembaca sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Sungailiat,Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

2

Page 3: Makalah Istishna

Halaman

Halaman Judul ……………………………………………………………….. 1

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. 2

Daftar Isi ………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………… 4

1.2. Rumusan Masalah………………………………………. 4

1.3. Tujuan dan Manfaat…………………………................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Fatwa DSN-MUI tentang Akuntansi Istishna ………… 5

2.2 PSAK Akuntansi Istishna ……………………… ……... 6

2.3 Pencatatan Transaksi Istishna………………………… 14

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan…………………………………………………. … 24

3.2.Saran……………………………………………………... …… 24

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Makalah Istishna

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kegiatan jual beli melalui pesanan bukanlah hal yang asing bagi kegiatan perdagangan

zaman kini,penjual tidak saja hanya menawarkan barang jadi saja namun juga menawarkan

suatu bentuk penjualan dengan sistem pesanan,dimana pembeli dapat menentukan sendiri

deskripsi dan material bahan yang dibutuhkannya.

Berdasarkan perkembangan akuntansi syariah yang pesat,maka diberlakukanlah suatu

standar untuk pembelian secara pesanan.Standar yang diterbitkan oleh DSAK-Syariah adalah

salah satunya Akuntansi Istishna yaitu suatu standar yang digunakan untuk mengatur

pencatatan pesanan dengan spesifikasi tertentu.

Akuntani Istishna hampir sama dengan Akuntansi Salam yang menjadikan perbedaan

keduanya adalah Salam dalam pesanannya tidak ada spesifikasi tertentu.Untuk menghindari

transaksi yang mengandung unsur riba,maka DSN-MUI pun mengeluarkan fatwa-fatwa

terkait Akuntansi Istishna ini.Oleh karena itu,penting bagi kita untuk mengetahui

bagamaimana akuntansi istishna itu dan bagaimana perlakukan pencatatannya.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

a) Fatwa DSN-MUI tentang Akuntansi Istishna

b) PSAK Akuntansi Istishna

c) Pencatatan Transaksi Istishna

3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih memahami:

a) Fatwa DSN-MUI tentang Akuntansi Istishna

b) PSAK Akuntansi Istishna

c) Pencatatan Transaksi Istishna

Sedangkan manfaat yang diharapkan setelah pembaca membaca makalah ini

adalah pembaca dapat menerapkan konsep akuntansi istishna dalam kehidupan sehari-

hari dengan benar sesuai standar yang ada.

4

Page 5: Makalah Istishna

BAB II

PEMBAHASAN

I. FATWA DSN-MUI TENTANG AKUNTANSI ISTISHNA

1) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 06/DSN-MUI/VI/2000Tentang Jual Beli Istishna'

Pertam

a

: Ketentuan tentang Pembayaran:

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,

atau manfaat.

2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Kedua : Ketentuan tentang Barang:

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

3. Penyerahannya dilakukan kemudian.

4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

kesepakatan.

5. Pembeli (mustashni') tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan

memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

Ketiga : Ketentuan lain:

1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya

mengikat.

2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku

pula pada jual beli istishna'.

3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.

5

Page 6: Makalah Istishna

2) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 22/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Istishna' Paralel

Pertama :Ketentuan Umum

1. Jika LKS melakukan transaksi Istishna’, untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah ia

dapat melakukan istishna’ lagi dengan pihak lain pada obyek yang sama, dengan syarat

istishna’ pertama tidak bergantung (mu’allaq) pada istishna’ kedua.

2. LKS selaku mustashni’ tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during

construction) dari nasabah (shani’) karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah.

3. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Istishna’ (Fatwa DSN nomor 06/DSN-

MUI/IV/2000) berlaku pula dalam Istishna’ Paralel.

Kedua : Ketentuan Lain

1.Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara

kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi

Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata

terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

II. PSAK AKUNTANSI ISTISHNA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 104

AKUNTANSI ISTISHNA’

Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf Standar. Paragraf

Standar harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang dicetak dengan

huruf tegak (biasa). Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak

material (immaterial items).

PENDAHULUAN

Tujuan

1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan

pengungkapan transaksi istishna’.

Ruang Lingkup

2. Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang

melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun pembeli.

3. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain,

adalah:

6

Page 7: Makalah Istishna

(a) perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

(b) lembaga keuangan syariah nonbank seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dan dana

pensiun; dan

(c) lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku

untuk menjalankan transaksi istishna’.

Selanjutnya dalam konteks pengaturan dalam Pernyataan ini istilah entitas akan digunakan

dalam pengertian meliputi lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah.

4. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah

(sukuk) yang menggunakan akad istishna’.

Definisi

5. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu

dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan

(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).

Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli,

mustashni’) dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya

kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.

Nilai tunai adalah jumlah yang harus dibayar apabila transaksi dilakukan secara kas.

Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-

pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi

dengan wajar.

Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang

diserahkan kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau

sekaligus pada waktu tertentu.

Karakteristik

6. Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang

pesanan (mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,

dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.

7. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.

Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.

8. Barang pesanan harus memenuhi kriteria:

(a) memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;

(b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; dan

7

Page 8: Makalah Istishna

(c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,

kualitas, dan kuantitasnya.

9. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan

penjual. Jika barang pesanan yang diserahkan salah atau cacat maka penjual harus

bertanggung jawab atas kelalaiannya.

10. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika

entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau

kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istishna’ maka hal ini disebut

istishna’ paralel.

11. Istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli

akhir, tidak bergantung (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain.

12. Pada dasarnya istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali

memenuhi kondisi:

(a) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau

(b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi

pelaksanaan atau penyelesaian akad.

13. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:

(a) jumlah yang telah dibayarkan; dan

(b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

AKUNTANSI UNTUK PENJUAL

Penyatuan dan Segmentasi Akad

14. Bila suatu akad istishna’ mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset

diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:

(a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;

(b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah, dimana penjual dan pembeli dapat

menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan dengan masing-masing aset

tersebut; dan

(c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan.

15. Suatu kelompok akad istishna’, dengan satu atau beberapa pembeli, harus

diperlakukan sebagai satu akad istishna’ jika:

(a) kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;

(b) akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut merupakan bagian

dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan; dan

8

Page 9: Makalah Istishna

(c) akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.

16. Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna’ terpisah, maka tambahan

aset tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:

(a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna’ awal dalam

desain, teknologi atau fungsi; atau (b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait

harga akad istishna’ awal.

Pendapatan Istishna’ dan Istishna’ Paralel

17. Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian

atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pesanan

selesai dan diserahkan kepada pembeli.

18.Jika metode persentase penyelesaian digunakan,

maka:

(a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam

periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang

bersangkutan;

(b) bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan

ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian; dan

(c) pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah

dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

19. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak

dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan

metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:

(a) tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;

(b) tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;

(c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dalam penyelesaian sampai

dengan pekerjaan tersebut selesai; dan

(d) pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’, dan keuntungan dilakukan

hanya pada saat penyelesaian pekerjaan.

Istishna’ dengan Pembayaran Tangguh

20. Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan

dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan

pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

(a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’

dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian; dan

9

Page 10: Makalah Istishna

(b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode

pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.

Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf

21. Meskipun istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan

nilai tunai istishna’ pada saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui

margin keuntungan terkait dengan proses pembuatan barang pesanan. Margin ini

menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan barang pesanan.

Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna’ adalah harga yang disepakati

antara penjual dan pembeli akhir. Hubungan antara biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai

akad diuraikan dalam contoh sebagai berikut:

Biaya Perolehan (biaya produksi) Rp1.000,00

Margin keuntungan pembuatan barang pesanan Rp200,00

Nilai tunai pada saat penyerahan barang pesanan Rp1.200,00

Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama tiga tahun Rp1.600,00

Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama tiga tahun Rp400,00

22.Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam periode

lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan

dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

(a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’

dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang pesanan; dan

(b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode

pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.

Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf

23.Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna’ dan termin

istishna’ (istishna’ billing) pada pos lawannya.

24. Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna’ dilakukan sesuai

dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian

pembuatan barang pesanan.

Biaya Perolehan Istishna’

25.Biaya perolehan istishna’ terdiri dari:

(a) biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang

pesanan; dan

(b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad.

10

Page 11: Makalah Istishna

26. Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya

istishna’ jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut

dibebankan pada periode berjalan.

27.Biaya perolehan istishna’ yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui

sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian pada saat terjadinya. 28. Beban umum dan

administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam

biaya istishna’.

Biaya Perolehan Istishna’ Paralel

29. Biaya istishna’ paralel terdiri dari:

(a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada

entitas;

(b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad; dan

(c) semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,

jika ada.

30. Biaya perolehan istishna’ paralel diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian

pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.

Penyelesaian Awal

31. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual

memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan

istishna’.

32. Pengurangan pendapatan istishna’ akibat penyelesaian awal piutang istishna’ dapat

diperlakukan sebagai:

(a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna’ pada saat pembayaran;

atau

(b) penggantian (reimbursement) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang

dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna’ secara keseluruhan.

Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan

33.Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna’ akibat

perubahan pesanan dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut:

(a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli

ditambahkan kepada pendapatan istishna’ dan biaya istishna’;

(b) jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka

jumlah biaya setiap tagihan tambahan akan menambah biaya istishna’;

11

Page 12: Makalah Istishna

sehingga pendapatan istishna’ akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat

klaim tambahan;

(c) perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna’ paralel, akan tetapi biaya

perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor dan

disetujui penjual berdasarkan akad istishna’ paralel.

Pengakuan Taksiran Rugi

34.Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi

pendapatan istishna’, taksiran kerugian harus segera diakui.

35. Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:

(a) apakah pekerjaan istishna’ telah dilakukan atau belum;

(b) tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau

(c) jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan sebagai suatu akad

tunggal sesuai paragraph 14.

AKUNTANSI UNTUK PEMBELI

36.Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang

ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna’ kepada

penjual.

37. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh

lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang

disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban

istishna’ tangguhan.

38. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi

pelunasan hutang istishna’.

39. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual

dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi

penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi

garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo

kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.

40. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan

spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan

kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh

tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.

12

Page 13: Makalah Istishna

41. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka

barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan

biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

42. Dalam istishna’ paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak

sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang

lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna’. Selisih yang terjadi diakui

sebagai kerugian pada periode berjalan.

PENYAJIAN

43. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:

(a) Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum

dilunasi oleh pembeli akhir.

(b) Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan termin

penjual kepada pembeli akhir.

44. Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:

(a) Hutang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.

(b) Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:

(i) persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika

istishna’ paralel; atau

(ii) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’.

PENGUNGKAPAN

45.Penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak

terbatas, pada:

(a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna’;

(b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang

sedang berjalan;

(c) rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang;

(d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.

101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

46.Pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak

terbatas, pada:

(a) rincian hutang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;

(b) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101:

Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

KETENTUAN TRANSISI

13

Page 14: Makalah Istishna

47.Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi istishna’ yang terjadi setelah

tanggal efektif. Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan maka entitas

dianjurkan menerapkan Pernyataan ini secara retrospektif.

TANGGAL EFEKTIF

48.Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas

yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.

PENARIKAN

49. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, yang

berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi

istishna’.III. PENCATATAN TRANSAKSI ISTISHNA

Mekanisme pembayaran transaksi istishna’ yang harus disepakati dengan 3(tiga) cara

yaitu :

1.     Pembayaran dimuka secara keseluruhan

2.     Pembayaran secara angsuran selama proses pembuatan

3.     Pembayaran setelah penyerahan barang

Jurnal transaksi istishna

Jurnal penyerahan dana dari pemilik modal ke bank syariah

Kas                                          xxx

           Hutang istishna’                      xxx

Jurnal penyerahan dana dari bank syariah ke kontraktor

Aktiva istishna’ dalam penyelesaian xxx

           Kas                                          xxx

Jurnal penyerahan aktiva dari kontraktor  ke bank syariah

Persediaan istishna                           xxx

           Aktiva istishna dlm peny.                 xxx

Jurnal penyerahan aktiva dari bank syariah ke pemilik modal

Hutang istishna              xxx

           Persediaan                      xxx

         Keuntungan istishna’              xxx

14

Page 15: Makalah Istishna

Akuntansi Istishna

Contoh kasus: Untuk Membangun Sebuah Bangunan

Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank

Harga bangunan: Rp. 150.000.000

Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000

Transaksi istishna kedua: antara bank dengan pemasok (kontraktor)

Harga bangunan: Rp. 130.000.000

Termin pembayaran: 3 termin sebesar: 20%= 26.000.000 dan 30%= 39.000.000 dan 50%=

65.000.000

1.      Untuk keperluan survei bank telah mengeluarkan sejumlah dana, hal yang demikian di

kemudian hari akan diakui sebagai biaya overhead sebagai penambah jumlah harga perolehan

barang istishna

Beban pra akad yang ditangguhkan      Rp. 2.000.000

                  Kas                                                              Rp.2.000.000

2.      Saat penandatangan akad sebagai bentuk jadinya akad diteruskan

Biaya istishna                                     Rp. 2.000.000

                  Beban praakad yang ditangguhka            Rp. 2.000.000

3.     Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 20%

pembangunan, dan diakui dengan hutang

Asset istisna dalam penyelesaian    Rp. 26.000.000

                  Utang                                      Rp. 26.000.000

Pembayaran barang kepada pemasok

Utang istishna                               Rp. 26.000.000

                  Kas                                          Rp. 26 .000.000

Pengakuan pendapatan istishna

Asset istishna dalam penyelesaian           Rp. 4.000.000

Harga pokok istishna                              Rp. 26.000.000

                  Pendapatan margin istishna            Rp. 30.000.000

15

Page 16: Makalah Istishna

4.      Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 30%

pembangunan, dan diakui dengan hutang

Asset istisna dalam penyelesaian              Rp. 39.000.000

                  Utang istishna                                       Rp. 39.000.000

Pembayaran barang kepada pemasok

Utang istishna                                     Rp. 39.000.000

                        Kas                                                       Rp. 39.000.000

Pengakuan pendapatan istishna

Asset istishna dalam penyelesaian              Rp. 6.000.000

Harga pokok istishna                                 Rp. 39 .000.000

                  Pendapatan margin istishna             Rp. 45.000.000

           

5.      Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 50%

pembangunan, dan diakui dengan hutang

Asset istisna dalam penyelesaian         Rp. 65.000.000

                  Utang istishna                                        Rp. 65.000.000

Pembayaran barang kepada pemasok

Utang istishna                                Rp. 65.000.000

                        Kas                                                         Rp. 65.000.000

Pengakuan pendapatan istishna

Asset istishna dalam penyelesaian          Rp. 10.000.000

Harga pokok istishna                             Rp. 65.000.000

                  Pendapatan margin istishna                 Rp. 75.000.000

6.      Penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang istishna dari pembeli

(nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya jurnal ini dibuat sebanyak 5 kali sesuai

tanggal terminnya, namun disini dilakukan penyingkatan menjadi Satu kali

Piutang istishna                          Rp. 30.000.000

                  Termin istishna                                    Rp. 30.000.000

16

Page 17: Makalah Istishna

Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal sesuai termin)

Kas                                                 Rp. 30.000.000

                  Piutang istishna                                  Rp. 30.000.000

Termin istishna                                Rp. 30 .000.000

                  Asset istishna dalam penyelesaian      Rp. 30 .000.000

Istishna Dengan Pembayaran Tangguh

Apabila pembeli (nasabah) meminta agar pembayarannya dilakukan secara tangguh

(nyicil) selama 3 tahun, maka bank mengenakan kesepakatan dengan pembayaran selama 3

tahun tersebut sebesar 190.000.000, dan bukan lagi 150.000.000 sebagaimana kasus

sebelumnya. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:

1.     Saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna

Asset istishna dalam penyelesaian     Rp. 130.000.000

Kas                                                 Rp.130 .000.000

2.     Jurnal saat pengakuan pendapatan

Asset istisna dalam penyelesaian     Rp. 20.000.000

Harga pokok istishna                     Rp. 130.000.000

Pendapatan istishna                   Rp. 150.000.000

3.     Jurnal saat penagihan dan penyerahan asset istishna kepada pembeli

Piutang istishna                                Rp. 150.000.000

Termin Istishna                              Rp. 150.000.000

Piutang istishna                              Rp. 40.000.000

Pendapatan istishna yang ditangguhkan       Rp. 40.000.000

Termin istishna                                Rp. 150.000.000

 Asset istishna dalam penyelesaian            Rp. 150.000.000

4.     Pembayaran bulanan

190.00.0          3 tahun = 5.277.778 /bulan

190.01.0          Pendapatan /bulan = 40.000.000 : 3 tahun = 1.111.111

5.     Jurnal saat pembayaran oleh pembeli

Kas                                                             Rp. 5.277.778

Piutang istishna                                          Rp. 5.277.778

Pendapatan istishna yang ditangguhkan   Rp. 1.111.111

Pendapatan istisna                          Rp. 1.111.111

17

Page 18: Makalah Istishna

6.     Pemberian potongan saat pembeli melunasi lebih awal, saat sisa piutang berjumlah Rp.

63.333.333, yaitu dengan potongan sebesar 10.000.000

     Cara I :

Kas                                       Rp. 53.333.333

Potongan Istishna                  Rp. 10.000.000

Piutang Istishna                       Rp. 63.333.333

Cara II:

Kas                                           Rp. 63.333.333

Piutang Istishna                       Rp. 63.333.333

Pendapatan Istishna Tangguh      Rp. 13.000.000

Kas                                          Rp. 10.000.000

Pendapatan Istishna               Rp. 3.333.333

AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA

Jurnal Standar Istishna Biasa-Akuntansi Penjual

a) Saat pengeluaran biaya sebelum akad

(Dr) Beban Istishna yang ditangguhkan XX  

(Cr) Kas   XX

b) Jika akad tidak ditandatangani

(Dr) Beban pra-akad XX  

(Cr) Beban Istishna yang ditangguhkan   XX

c) Saat pengeluaran biaya istishna setelah akad ditandatangani

(Dr) Aktiva Istishna  dalam  penyelesaian XX  

(Dr) Beban  Istishna  yang ditangguhkan XX  

(Cr) Kas   XX

d) Pada saat penagihan kepada pembeli

(Dr) Piutang Istishna XX  

(Cr) Termin Istishna   XX

e) Pada saat penerimaan pembayaran dari pembeli

(Dr) Kas XX  

(Cr) Piutang Istishna   XX

f) Pengakuan keuntungan pada akhir periode dengan menggunakan metode persentase

(Dr) Beban  pendapatan Istishna XX  

18

Page 19: Makalah Istishna

(Dr) Aktiva  Istishna  dalam penyelesaian XX  

(Cr) Pendapatan  Istishna

(sesuai porsi  penyelesaian)

  XX

g) Pengakuan kerugian pada akhir periode dengan menggunakan metode persentase

(Dr) Beban  pendapatan Istishna XX  

     (Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX

     (Cr) Pendapatan Istishna

(sesuai porsi penyelesaian)

  XX

h) Pengakuan keuntungan/kerugian pada akhir periode dengan menggunakan metode

akad selesai.

Maka,tidak ada jurnal, karena metode ini mengakui pendapatan istishna hanya pada

akhir masa kontrak.

i) Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode

persentase.

(Dr) Beban pendapatan Istishna XX  

(Dr) Aktiva  Istishna  dalam penyelesaian XX  

(Cr) Pendapatan  Istishna

(sesuai porsi penyelesaian)

  XX

j) Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode

persentase.

(Dr) Kerugian Istishna

(sebesar selisih antara pendapatan dan

beban Istishna)

XX  

(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX

k) Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode akad

selesai

(Dr) Beban pendapatan Istishna XX  

(Dr) Aktiva Istishna  dalam penyelesaian XX  

(Cr) Pendapatan Istishna   XX

l) Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode akad

selesai.

19

Page 20: Makalah Istishna

(Dr) Kerugian Istishna

(sebesar selisih antara pendapatan dan

beban Istishna)

XX  

(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX

m) Pada saat barang pesanan selesai diproduksi.

(Dr) Persediaan Istishna XX  

(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX

n) Pada saat penjual menyerahkan barang pesanan kepada pembeli

(Dr) Termin Istishna XX  

(Cr) Persediaan Istishna   XX

o) Pemberian potongan kepada pembeli

Potongan secara langsung

(Dr) Pendapatan Istishna XX  

(Cr) Piutang  Istishna   XX

Potongan tidak langsung (reimbursed)

(Dr) Beban potongan (muqasah) XX  

(Cr) Kas

(dibayar setelah pembeli melunasi

piutangnya)

  XX

Jurnal Standar Akuntansi Pembeli

a) Saat pembeli menerima garansi penyelesaian proyek

Kas xx

Titipan uang garansi xx

b) Pembeli menerima tagihan dari penjual

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx

Hutang istishna xx

c) Pembeli membayar tagihan dari kontraktor

Hutang istishna xx

Kas

xx

d) Pembeli menerima aktiva istishna

Persediaan xx

20

Page 21: Makalah Istishna

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx

e) Pembeli menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah spesifikasi

Piutang kontraktor xx

(sebesar uang yang belum kembali)

Kas xx

(sebesar uang yang telah kembali)

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx

f) Pembeli menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi

Persediaan xx

(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)

Kerugian aktiva istishna xx

(sebesar penurunan nilai karena salah spesifikasi)

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx

g) Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga pembeli merugi

1) Uang garansi < kerugian

Titipan uang garansi xx

Piutang kepada kontraktor xx

Pendapatan ganti rugi istishna xx

2) Uang garansi > kerugian

Titipan uang garansi xx

Hutang kepada kontraktor xx

Pendapatan ganti rugi istishna xx

Ilustrasi Akuntansi Transaksi Istishna:

PT Amanah membutuhkan rumah tipe 120/216 dengan spesifikasi khusus untuk

kantor. Harga rumah Rp.200 juta, dana yang dibayarkan PT Amanah untuk uang muka Rp.50

juta. Perusahaan mengajukan pembiayaan kepada bank syariah. Setelah akad ditandatangani

antara PT Amanah dan Bank Syariah dengan nilai akad Rp. 200 juta, bank syariah memesan

kepada pengembang, dan pengembang akan menyelesaikan pemesanannya selama 9 bulan.

Bank membayar biaya pra akad sebesar Rp.1 juta, dan akad ditandatangani antara bank dan

PT Amanah pada 1 juli 2011. PT Amanah menyerahkan uang muka sbs Rp.50 juta. Di

samping itu bank juga menandatangani akad pembelian/pesanan kepada pengembang pada 1

juli 2011, dengan harga beli Rp.170 juta. Berikut ini data dan tagihan yang dilakukan oleh

pengembang sampai dengan selesai per 1 Maret 2012:

21

Page 22: Makalah Istishna

2 Juli 2011:Bank menerima uang muka dari pembeli

1 Agt 2011:pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp.30.000.000

1 Nov 2011:Pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp.50.000.000

1 Feb 2011:Pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp.90.000.000

1 Mar 2011:Pengembang menyerahkan aktiva istishna yg telah selesai kepada Bank

Syariah

1 Mar 2011:Pengembang menyerahkan aktiva istishna yg telah selesai kepada

PT Amanah. PT Amanah mengangsur pembayaran rumah selama 2 tahun. Bank Syariah

mengenakan keuntungan istishna 10% dari pembiayaan.

Perhitungan:

Pemesan akan melunasi rumah pesanannya pada saat rumah selesai dibangun dan

diserahkan bank syariah kepada PT Amanah, dengan harrga kontrak 200 juta. Harga pokok

rumah=Rp.170 juta. Jadi laba bank syariah=Rp200 juta – Rp.171 juta=Rp.29 juta. Harga jual

bila diangsur 2 tahun= Rp.200 juta + 10% (Rp.200 juta)=Rp.220 juta. Angsuran/bulan=

Rp.220 juta/24=Rp.9.166.667;- sedang margin/bulan = Rp. 20 juta/24=Rp.833.333;-

Jurnal yang dibuat oleh bank syariah:

a. Pada saat bank syariah menerima uang muka dari PT Amanah:1 Juli 2011

Dr. Kas Rp.50.000.000

Cr. Uang Muka Istishna Rp.50.000.000

b. Pada saat bank syariah mencatat biaya pra akad Rp.1.000.000

Dr. Beban pra-akad yg tangguhan Rp.1.000.000

Cr. Kas Rp.1.000.000

c. Pada saat ada kepastian akad istishna dengan nasabah PT Amanah

Dr. Aset istishna dalam penyelesaian Rp.1.000.000

Cr. Beban pra akad tangguhan Rp.1.000.000

d. Pada saat bank menerima tagihan dari pengembang dan membayarnya tanggal 1 Agt

2011 Rp.30 juta

Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.30.000.000

Cr. Hutang Istishna Rp.30.000.000

e. Pada saat bank syariah membayar hutang istishna

Dr. Hutang Istishna Rp.30.000.000

Cr. Kas Rp.30.000.000

f. Tanggal 1 Nov 2011 sbs Rp.50 juta

22

Page 23: Makalah Istishna

Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.50.000.000

Cr. Hutang Istishna Rp.50.000.000

g. Pada saat bank syariah membayar hutang istishna

Dr. Hutang Istishna Rp.50.000.000

Cr.Kas Rp.50.000.000

h. Tanggal 1 Feb 2012 sbs Rp.90 juta

Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.90.000.000

Cr. Hutang Istishna Rp.90.000.000

i. Pada saat bank syariah membayar hutang istishna

Dr. Hutang Istishna Rp.90.000.000

Cr.Kas Rp.90.000.000

j. Pada saat bank menerima barang pesanan dari pengembang yang sudah selesai 100%,

bank akan membuat jurnal sbb:

Dr. Aset Istishna Rp.171.000.000

Cr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp171.000.000

k. Pada saat bank menyerahkan rumah kpd nasabah PT Amanah

Dr. Piutang Istishna Rp.220.000.000

Cr. Persediaan barang istishna Rp171.000.000

Cr. Pendapatan margin istishna Rp 29.000.000

Cr. Margin istishna tangguhan Rp 20.000.000

Dr. Uang muka istishna Rp.50.000.000

Cr. Piutang Istishna Rp 50.000.000

l. Pada saat bank syariah menerima angsuran per bulan PT Amanah

Dr. Ka/Rek PT Amanah Rp.9.166.667

Cr. Piutang Istishna Rp 9.166.667

Mengakui pendapatan margin istishna

Dr. Margin istishna tangguhan Rp. 833.333

Cr. Pendapatan Margin Istishna Rp 833.333

23

Page 24: Makalah Istishna

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Istishna’

adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual

(pembuat, shani’).Terdapat pula suatu istilah ,Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad

istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’) dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian

untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai

shani’.Adapun ketentuan tentang barang dalam akuntansi istishna:

Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

Penyerahannya dilakukan kemudian.

Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

Pembeli (mustashni') tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan

memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

Sedangkan ketentuan pembayarannya,sebagai berikut:

Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau

manfaat.

Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Untuk PSAK yang mengatur tentang akuntansi istishna adalah PSAK No 104,dan untuk

pencatatan transaksi istishna hampir sama pada dasarnya dengan akuntansi konvensional

hanya saja dibedakan dalam penamaan akun dan perlakuannya.

2. Saran

Saran penulis adalah karena pada dasarnya akuntansi syariah tersebut bermanfaat bagi

perekonomian masyarakat maka alangkah baiknya jika akuntansi istishna ini diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

24

Page 25: Makalah Istishna

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.dsnmui.or.id/index.php?

mact=news,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=7&cntnt01returnid=61

2. http://www.dsnmui.or.id/index.php?

mact=news,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=23&cntnt01origid=59&cntnt01detailtempla

te=fatwa&cntnt01returnid=61

3. http://any-setianingrum-pasca12.web.unair.ac.id/artikel_detail-74159 islamic

%20economics,%20management%20&%20accounting akuntansi%20akad

%20istishna.html

4. http://rudiirawantofeuh.blogspot.co.id/2014/01/psak-104-akuntansi-istishna.html

5. www.iaiindonesia.or.id

25