Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

30

Click here to load reader

description

makalah Profesi Kependidikan

Transcript of Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Page 1: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

BAB I

Pendahuluan

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya

melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah dengan

diluncurkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan

peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No 24 tahun 2006.

Dari ketiga peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa

satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kemudian dipopulerkan dengan

istilah KTSP. Di dalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup tiga

komponen yaitu:

1. Mata Pelajaran;

2. Muatan Lokal

3. Pengembangan Diri.

Komponen Pengembangan Diri merupakan komponen yang relatif baru dan berlaku

untuk dikembangkan pada semua jenjang pendidikan. Sebagai sesuatu yang dianggap baru,

kehadirannya menarik untuk didiskusikan dan diperdebatkan, Sejumlah pertanyaan banyak

diajukan diantaranya saja : Apa hakekat Pengembangan Diri itu ? dan Bagaimana pula

pelaksanaan kegiatan Pengembangan Diri di sekolah ?

1

Page 2: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Oleh karena itu, melalui tulisan ini akan dipaparkan secara teoritik tentang hakekat

pengembangan diri dan beberapa alternatif pemikiran tentang pelaksanaan kegiatan

pengembangan diri di sekolah, untuk dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam

kegiatan Pengembangan Diri di sekolah-sekolah, sehingga kegiatan Pengembangan Diri di

sekolah lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2

Page 3: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

BAB II.

Pembahasan

1. Hakekat Pengembangan Diri

Pengembangan Diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru. Kehadirannya

menarik untuk didiskusikan baik secara konseptual maupun dalam prakteknya. Jika

menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah

pengembangan diri disini tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan

kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal.

Meski sebetulnya istilah diri (self) tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian

(personality). Istilah diri dalam bahasa psikologi disebut pula sebagai aku, ego atau self

yang merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari kepribadian, yang di dalamnya

meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang disadari atau pun

yang tidak disadari. Aku yang disadari oleh individu biasa disebut self picture (gambaran

diri), sedangkan aku yang tidak disadari disebut unconscious aspect of the self (aku tak

sadar) (Nana Syaodich Sukmadinata, 2005).

Menurut Freud (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993) ego atau diri merupakan

eksekutif kepribadian untuk mengontrol tindakan (perilaku) dengan mengikuti prinsip

kenyataan atau rasional, untuk membedakan antara hal-hal terdapat dalam batin seseorang

dengan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada

yang realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan,

sikap, perasaan dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya,

terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan seseorang

3

Page 4: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

akan dirinya secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang

sehat. Namun, sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan

pribadi yang bermasalah.

Kepercayaan akan dirinya yang berlebihan (over confidence) menyebabkan

seseorang dapat bertindak kurang memperhatikan lingkungannya dan cenderung melabrak

norma dan etika standar yang berlaku, serta memandang sepele orang lain. Selain itu, orang

yang memiliki over confidence sering memiliki sikap dan pemikiran yang over estimate

terhadap sesuatu. Sebaliknya kepercayaan diri yang kurang, dapat menyebabkan seseorang

cenderung bertindak ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian.

Kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya

bagi dirinya namun juga bagi lingkungan sosialnya.

Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap dirinya.

Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan dirinya, sedangkan

perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak senang akan keadaan dirinya.

Sikap terhadap dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga diri (penilaian diri), yang

menurut Maslow merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Sikap

dan mencintai diri yang berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan mental, biasa disebut

narcisisme. Sebaliknya, orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat

menimbulkan masochisme.

Disamping itu, setiap orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita yang tidak

realistis dan berlebihan, serta sangat sulit untuk dicapai mungkin hanya akan berakhir

dengan kegagalan yang pada akhirnya dapat menimbulkan frustrasi, yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku salah-suai (maladjusted). Sebaliknya, orang yang kurang memiliki

cita-cita tidak akan mendorong ke arah kemajuan.

4

Page 5: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Berkenaan dengan diri atau ego ini, John F. Pietrofesa (1971) mengemukakan tiga

komponen tentang diri, yaitu :

1. aku ideal (ego ideal)

2. aku yang dilihat dirinya (self as seen by self)

3. aku yang dilihat orang lain (self as seen by others).

Dalam keadaan ideal ketiga aku ini persis sama dan menunjukkan kepribadian yang

sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan yang signifikan diantara ketiga aku

tersebut merupakan gambaran dari ketidakutuhan dan ketidaksehatan kepribadian.

Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut di atas, kita bisa melihat arah dan

hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri di sekolah yaitu terbentuknya

keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga peserta

didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

5

Page 6: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

2. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Diri

Secara konseptual, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 kita mendapati rumusan tentang pengembangan diri, sebagai berikut :

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat

setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau

tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan

dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta

didik.

Berdasarkan rumusan di atas dapat diketahui bahwa Pengembangan Diri bukan

merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Dengan sendirinya, pelaksanaan

kegiatan pengembangan diri jelas berbeda dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

mata pelajaran. Seperti pada umumnya, kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata

pelajaran dilaksanakan dengan lebih mengutamakan pada kegiatan tatap muka di kelas,

sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum (pembelajaran

reguler), di bawah tanggung jawab guru yang berkelayakan dan memiliki kompetensi di

bidangnya. Walaupun untuk hal ini dimungkinkan dan bahkan sangat disarankan untuk

mengembangkan kegiatan pembelajaran di luar kelas guna memperdalam materi dan

kompetensi yang sedang dikaji dari setiap mata pelajaran.

6

Page 7: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Sedangkan kegiatan pengembangan diri seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar

jam reguler (jam efektif), melalui berbagai jenis kegiatan pengembangan diri. Salah satunya

dapat disalurkan melalui berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan sekolah, di

bawah bimbingan pembina ekstra kurikuler terkait, baik pembina dari unsur sekolah

maupun luar sekolah. Namun perlu diingat bahwa kegiatan ekstra kurikuler yang lazim

diselenggarakan di sekolah, seperti: pramuka, olah raga, kesenian, PMR, kerohanian atau

jenis-jenis ekstra kurikuler lainnya yang sudah terorganisir dan melembaga bukanlah satu-

satunya kegiatan untuk pengembangan diri.

Di bawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi di

bidangnya, kegiatan pengembangan diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di

luar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan

kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok.

Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan pengembangan diri

dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk

mengkaji buku, mengunjungi nara sumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk

kepentingan pembelajaran dan pengembangan diri siswa itu sendiri.

Selain kegiatan di luar kelas, dalam hal-hal tertentu kegiatan pengembangan diri

bisa saja dilakukan secara klasikal dalam jam efektif, namun seyogyanya hal ini tidak

dijadikan andalan, karena bagaimana pun dalam pendekatan klasikal kesempatan siswa

untuk dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,

dan minatnya relatif terbatasi. Hal ini tentu saja akan menjadi kurang relevan dengan tujuan

dari pengembangan diri itu sendiri sebagaimana tersurat dalam rumusan tentang

pengembangan diri di atas.

7

Page 8: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terjadi pengurangan jumlah jam efektif setiap minggunya, namun dengan

adanya pengembangan diri maka sebetulnya aktivitas pembelajaran diri siswa tidaklah

berkurang, siswa justru akan lebih disibukkan lagi dengan berbagai kegiatan

pengembangan diri yang memang lebih bersifat ekspresif, tanpa “terkerangkeng” di dalam

ruangan kelas.

Kegiatan pengembangan diri harus memperhatikan prinsip keragaman individu.

Secara psikologis, setiap siswa memiliki kebutuhan, bakat dan minat serta karakateristik

lainnya yang beragam. Oleh karena itu, bentuk kegiatan pengembangan diri pun

seyogyanya dapat menyediakan beragam pilihan. Hal yang fundamental dalam dalam

kegiatan Pengembangan Diri bahwa pelaksanaan pengembangan diri harus terlebih dahulu

diawali dengan upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan, bakat dan minat, yang dapat

dilakukan melalui teknik tes (tes kecerdasan, tes bakat, tes minat dan sebagainya) maupun

non tes (skala sikap, inventori, observasi, studi dokumenter, wawancara dan sebagainya).

Dalam hal ini, peranan bimbingan dan konseling menjadi amat penting, melalui

kegiatan aplikasi instrumentasi data dan himpunan data, bimbingan dan konseling

seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan, bakat, minat serta

karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar untuk

penyelenggaraan Pengembangan Diri di sekolah, baik melalui kegiatan yang bersifat

temporer, kegiatan ekstra kurikuler, maupun melalui layanan bimbingan dan konseling itu

sendiri.

Namun harus diperhatikan pula bahwa kegiatan Pengembangan Diri tidak identik

dengan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling tetap harus ditempatkan

sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah dengan keunikan karakteristik

pelayanannya.

8

Page 9: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Terkait dengan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah kemungkinan

besar akan menggunakan konsep baru menggantikan Pola 17 yang selama ini diterapkan.

Ke depannya kemungkinan akan digunakan konsep baru yang lebih dikenal sebutan

imbingan dan Konseling Komprehensif dan Pengembangan (Developmental and

Comprehensive Guidance and Counseling), dimana layanan Bimbingan dan Konseling

lebih bersifat menyeluruh (guidance for all) dan tidak lagi terfokus pada pendekatan klinis

(clinical atau therapeutical approach) akan tetapi lebih mengutamakan pendekatan

pengembangan (developmental approach).

Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan perbedaan dari kedua

pendekatan tersebut adalah :

Pendekatan Pengembangan :

• Bersifat pedagogis

• Melihat potensi klien (siswa)

• Berorientasi pengembangan potensi positif klien (siswa)

• Menggembirakan klien (siswa)

• Dialog konselor menyentuh klien (siswa), klien (siswa) terbuka

• Bersifat humanistik- religius

• Klien (siswa) sebagai subyek memegang peranan, memutuskan tentang dirinya

• Konselor hanya membantu dan memberi alternatif-alternatif

9

Page 10: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Pendekatan Klinis (Model Lama):

• Bersifat klinis

• Melihat kelemahan klien

• Berorientasi pemecahan masalah klien (siswa)

• Konselor serius

• Klien (siswa) sering tertutup

• Dialog menekan perasaan klien

• Klien sebagai obyek

Dengan demikian, layanan Bimbingan dan Konseling yang memiliki fungsi pengembangan,

seperti layanan Pembelajaran, Penempatan dan Bimbingan Kelompok kiranya perlu lebih

dikedepankan dan ditingkatkan lagi dari segi frekuensi maupun intensitas pelayanannya.

Dari uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pengembangan diri akan mencakup banyak

kegiatan sekaligus juga banyak melibatkan orang, oleh karena itu diperlukan pengelolaan

dan pengorganisasian tersendiri. Namun secara prinsip, bahwa pengelolaan dan

pengorganisasian pengembangan diri betul-betul diarahkan untuk melayani seluruh siswa

agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal, sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya

masing-masing dan pengembangan diri menjadi wilayah garapan bersama antara komponen

pembelajaran dan komponen Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan keunikan tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing.

10

Page 11: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

3. Peran Guru dalam Proses pengembangan diri

Efektivitas dan efisiensi pengembangan diri di sekolah sangat bergantung kepada

peran guru. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan

secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :

1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;

2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;

3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;

4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam

pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;

5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat

dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan

menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang

menciptakannya).

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip

pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran

peserta didik, yang mencakup :

1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan

dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;

2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,

memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber

11

Page 12: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik

& humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).

3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,

menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas

tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik

mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin

menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru

dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan

dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas

kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).

4. Peran bimbingan konseling dalam pengembangan diri

1. Bimbingan dan Konseling disamakan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling adalah identik

dengan pendidikan sehingga sekolah tidak perlu lagi bersusah payah menyelenggarakan

pelayanan bimbingan dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikan itu

sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari pendidikan.

Mereka sama sekali tidak melihat arti penting bimbingan dan konseling di sekolah.

Sementara ada juga yang berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-

benar terpisah dari pendidikan dan pelayanan bimbingan dan konseling harus secara nyata

dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.

Walaupun guru dalam melaksanakan pembelajaran siswa dituntut untuk dapat melakukan

kegiatan-kegiatan interpersonal dengan para siswanya, namun kenyataan menunjukkan

bahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang tidak bisa dan tidak

12

Page 13: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

mungkin dapat dilayani sepenuhnya oleh guru di sekolah melalui pelayanan pengajaran

semata, seperti dalam hal pelayanan dasar (kurikulum bimbingan dan konseling),

perencanaan individual, pelayanan responsif, dan beberapa kegiatan khas Bimbingan dan

Konseling lainnya.

Begitu pula, Bimbingan dan Konseling bukanlah pelayanan eksklusif yang harus terpisah

dari pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki derajat dan

tujuan yang sama dengan pelayanan pendidikan lainnya (baca: pelayanan pengajaran

dan/atau manajemen), yaitu mengantarkan para siswa untuk memperoleh perkembangan

diri yang optimal. Perbedaan terletak dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimana

masing-masing memiliki karakteristik tugas dan fungsi yang khas dan berbeda (1).

2. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter dan

psikiater.

Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan

konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan

konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang

telah teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap

masalah konseli/pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.

Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dan konseling tidaklah persis sama dengan

pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter dan psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan

konselor bekerja dengan orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami

masalah.Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan

pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling

memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi

13

Page 14: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi perilaku, pengubahan lingkungan, upaya-

upaya perbaikan dengan teknik-teknik khas bimbingan dan konseling.

3. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang

bersifat insidental.

Memang tidak dipungkiri pekerjaan bimbingan dan konseling salah satunya bertitik

tolak dari masalah yang dirasakan siswa, khususnya dalam rangka pelayanan responsif,

tetapi hal ini bukan berarti bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan hanya

bersifat reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat itu.

Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis dan

terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan

konseling yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan,

pengembangan maupun penyembuhan (pengentasan)

4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.

Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau

siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat

melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan

mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan

dan konseling yang tersedia.

5. Bimbingan dan Konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang/tidak normal”.

Sasaran Bimbingan dan Konseling adalah hanya orang-orang normal yang mengalami

masalah. Melalui bantuan psikologis yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut

dapat terbebaskan dari masalah yang menghinggapinya. Jika seseorang mengalami

14

Page 15: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk

penyembuhannya. Masalahnya, tidak sedikit petugas bimbingan dan konseling yang

tergesa-gesa dan kurang hati-hati dalam mengambil kesimpulan untuk menyatakan

6. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berpusat pada keluhan pertama (gejala) saja.

Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dari gejala yang ditemukan

atau keluhan awal disampaikan konseli. Namun seringkali justru konselor mengejar dan

mendalami gejala yang ada bukan inti masalah dari gejala yang muncul. Misalkan,

menemukan siswa dengan gejala sering tidak masuk kelas, pelayanan dan pembicaraan

bimbingan dan konseling malah berkutat pada persoalan tidak masuk kelas, bukan

menggali sesuatu yang lebih dalam dibalik tidak masuk kelasnya.

7. Bimbingan dan Konseling menangani masalah yang ringan.

Ukuran berat-ringannya suatu masalah memang menjadi relatif, seringkali masalah

seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami lebih dalam ternyata masalah itu sangat

kompleks dan berat. Begitu pula sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun setelah

dipelajari lebih jauh ternyata hanya masalah ringan saja. Terlepas berat-ringannya yang

paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas.

Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan

perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah (referal) kepada pihak

yang lebih kompeten

8. Petugas Bimbingan dan Konseling di sekolah diperankan sebagai “polisi sekolah”.

Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah “polisi sekolah” yang

harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan di sekolah.Tidak

15

Page 16: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

jarang konselor diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian, bahkan diberi

wewenang bagi siswa yang bersalah.

Dengan kekuatan inti bimbingan dan konseling pada pendekatan interpersonal, konselor

justru harus bertindak dan berperan sebagai sahabat kepercayaan siswa, tempat

mencurahkan kepentingan apa-apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa. Konselor adalah

kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan pembina

perilaku-perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapa pun yang berhubungan dengan

bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.

9. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian

nasihat.

Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat.

Pemberian nasihat hanyalah merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan

konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien

dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal.

10. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerja sama dengan ahli

atau petugas lain

Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses

yang sarat dengan unsur-unsur budaya,sosial,dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan

bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan

orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang

dihadapi oleh klien. Di sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak

berdiri sendiri.Masalah itu sering kali saling terkait dengan orang tua,siswa,guru,dan piha-

pihak lain; terkait pula dengan berbagai unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat

sekitarnya. Oleh sebab itu penanggulangannya tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru

16

Page 17: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

pembimbing saja .Dalam hal ini peranan guru mata pelajaran, orang tua, dan pihak-pihak

lain sering kali sangat menentukan. Guru pembimbing harus pandai menjalin hubungan

kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya siswa yang

mengalami masalah itu. Di samping itu guru pembimbing harus pula memanfaatkan

berbagai sumber daya yang ada dan dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah

siswa. Guru mata pelajaran merupakan mitra bagi guru pembimbing, khususnya dalam

menangani masalah-masalah belajar.

Namun demikian, konselor atau guru pembimbing tidak boleh terlalu mengharapkan

bantuan ahli atau petugas lain. Sebagai tenaga profesional konselor atau guru pembimbing

harus mampu bekerja sendiri, tanpa tergantung pada ahli atau petugas lain. Dalam

menangani masalah siswa guru pembimbing harus harus berani melaksanakan pelayanan,

seperti “praktik pribadi”, artinya pelayanan itu dilaksanakan sendiri tanpa menunggu

bantuan orang lain atau tanpa campur tangan ahli lain. Pekerjaan yang profesional justru

salah satu cirinya pekerjaan mandiri yang tidak melibatkan campur tangan orang lain atau

ahli.

17

Page 18: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

BAB III

Kesimpulan

Pengembangan Diri di sekolah merupakan salah satu komponen penting dari

struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diarahkan guna terbentuknya

keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga pada

gilirannya dapat mengantarkan peserta didik untuk memiliki kepribadian yang sehat dan

utuh.

Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan secara klasikal pada jam efektif,

namun seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler (jam efektif), baik melalui

kegiatan yang dilembagakan maupun secara temporer, bersifat individual maupun

kelompok.

Pengembangan diri harus memperhatikan kebutuhan, bakat, dan minat setiap

peserta didik dan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan penting untuk

mengidentikasi kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik melalui kegiatan aplikasi

instrumentasi dan himpunan data, untuk ditindaklanjuti dalam berbagai kegiatan

pengembangan diri.

Kegiatan pengembangan diri akan melibatkan banyak kegiatan sekaligus juga

banyak melibatkan orang, oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan pengorganisasian

disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi nyata di sekolah.

Sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan ungkapan dari R.F. Mackenzie

yang banyak mengilhami ribuan guru di Inggris tentang bagaimana seharusnya proses

18

Page 19: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

pendidikan berlangsung, dikaitkan dengan kegiatan pengembangandiri di sekolah

…Kami ingin memberikan kepada siswa-siswa kesempatan untuk menceburkan ke dalam

cara hidup yang berbeda, dan kenangan yang bertahan lebih lama. Di sana tidak akan ada

paksaan atau keharusan, ketekanan, ketergesaan, atau ujian. Apabila mereka ingin

memanjat atau berski, kita akan membantu mereka untuk mendapatkan keterampilan itu.

Apabila mereka ingin mengidentifikasi tumbuhan gunung tinggi atau burung, kita

akan mengusahakan diperolehnya pengetahuan itu. Dan apabila mereka ingin tidak

memiliki kedambaan akan adanya kegiatan atau kehausan akan pengetahuan, tetapi maunya

hanya duduk diam seperti kaum penghuni dataran tinggi yang dulunya di sini, atau ingin

memandangi awan berarak melaju di atas Creag Dhubh, atau mendengarkan suara rintik

hujan yang menitik jatuh di antara cecabang pohon setelah hujan berhenti mengucur, itu

semua juga merupakan bagian penting dari perkembangan. Pada saat inilah, ketakutan, ide,

harapan, dan pertanyaan yang setengah tenggelam mulai muncul kembali ke permukaan…”

(Combie White, 1997).

19

Page 20: Pengembangan Diri Dalam KTSP Makalah x.doc Makalah Ke 4

Daftar Pustaka

Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis); Psikologi

Kepribadian 1. (terj. A. Supratiknya). Yogyakarta : Kanisius.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,. Jakarta : Depdiknas.

____. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan, Jakarta : Depdiknas.

____, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta : Depdiknas.

E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep,Karakteristik dan

Implementasi.Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

———. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung :

20