Makalah protein
-
Upload
sentra-komputer-dan-foto-copy -
Category
Education
-
view
546 -
download
2
Transcript of Makalah protein
i
MAKALAH
PROTEIN PLASMA
( Dosen Pengampu:Dr.Saryono, M.Sc)
Disusun oleh:
Kelompok 2 (DIII kebidanan 1B)
1. Fitriana laelatunni’mah (141540134300033)
2. Buntar handayani (141540134030006)
3. Deni farih utami (141540134050008)
4. Eti yuliana lestari (141540134210024)
5. Fitri lestari (141540134290032)
6. Rinigianti (141540134570060)
7. Suci yayu febriana ambarwati (141540134670070)
8. Umi ma’rifah khasanah (141540134720075)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2014/ 2015
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha
pengasih lagi maha penyayang.Berkat rahmat taufik dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Allah SWT,
dan semua pihak dari kelompok kami.Kami menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimilliki kami sehingga dapat selesai. Kami dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Purwokerto, 25 November 2014
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel
hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita,
maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat
berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi
sebagai biokatalis.
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Klasifikasi protein
berdasarkan daya kelarutannya :
1. Albumin : protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan
dari larutan pada konsentrasi garam yang tinggi.
2. Globulin : protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam,
dan dapat melarut dalam larutan garam encer.
3. Glutelin : protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut
dalam asam atau alkali encer.
4. Prolamine : protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut
dalam air atau etanol absolute.
2
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Kima dasar.
2. Untuk mengetahui pengetahuan tentang protein Naabati.
3. Agar dapat mengetahui pengklasifikasian protein nabati berdasarkan
kelarutannya.
C. Rumusan Masalah
1. Pengertian protein Nabati
2. Pengklasifikasian protein Nabati berdasarkan kelarutannya
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Protein Nabati
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel
hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita,
maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat
berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang berfungasi
sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari
hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein
hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan
membentuk proten dari CO2, H2O, dan senyawa Nitrogen. Hewan yang
memakan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani.
Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat
digunakan sebagai sumber energy apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat
dan lemak. Komposisi rata-rata unsure kimia yang terdapat pada protein ialah
sebagai berikut: karbon 50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, Nitrogen 16%,
Belerang 0-3%, dan Fosfor 0-3%. Dengan pedoman pada kadar nitrogen
sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu
bahan makanan.
Nama Bahan Makanan Kadar Protein (%)
Daging Ayam 18,2
Daging Sapi 18,8
Telur Ayam 12,8
Susu Sapi Segar 3,2
Keju 22,8
Bandeng 20,0
Udang Segar 21,0
Kerang 8,0
4
Beras Tumbuk Merah 7,9
Beras Giling 6,8
Kacang Ijo 22,2
Kedelai Basah 30,2
Tepung Terigu 8,9
Jagung Kuning (Butir) 7,9
Pisang Ambon 1,2
Durian 2,5
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi
antara 5.000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh
enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada protein yang
mudah larut dalam air tetapi juga ada yang sukar larut dalam air. Rambut dan
kuku adalah suatu protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah
bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dalam air dan mudah bereaksi.
B. Karakteristik Protein
1. Protein ikan bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah
(denaturasi) dengan berubahnya kondisi lingkungan.
2. Apabila larutan protein tersebut diasamkan hingga mencapai pH 4,5 – 5
maka akan terjadi pengendapan atau salting out.
3. Sebaliknya apabila dipanaskan seperti dalam pemasakan atau
penggorengan , protein ikan menggumpal atau terkoagulasi.
4. Protein juga dapat mengalami denaturasi apabila dilakukan pengurangan
kandungan air, baik selama pengeringan maupun pembekuan.
5. Protein otot sebagaian besar dalam bentuk koloid, baik berupa sol maupun
gel.
Kemampuan untuk mengektraksi protein miosoin lewbih besar pda pH
yang agak tinggi, tetapi kekuatan gel daging ikan pada produk akhir lebih
rendah meskipun jumlah myosin yang diekstrak lebih banyak.
5
C. Klasifikasi Protein
Hingga saat ini belum ada klasifikasi protein yang secara umum
memuaskan. Klasifikasi protein yang menonjol didasarkan pada antara lain:
Kelarutan
1. Bentuk keseluruhan
2. Peranan biologis
Pembagian protein juga dapat dilakukan berdasarkan fungsi dan strukturnya.
1. Berdasarkan fungsinya, protein diklasifikasikan menjadi :
a. protein enzim, berperan dalam mempercepat reaksi-reaksi biokimia
b. protein sruktural, membentuk struktur-struktur biologis
c. protein transpor, berperan sebagai pengangkut subtansi-subtansi
penting
d. protein pertahanan, melindungi tubuh dari invasi benda-benda asing.
2. Berdasarkan strukturnya, protein diklasifikasikan menjadi :
a. protein globular
b. memiliki pelipatan-pelipatan yang kompleks
c. struktur tersier dengan bentuk yang tidak teratur
d. Protein serabut, memanjang, lipatan sederhana, umum dijumpai pada
protein struktural.
Dalam uraian berikut ini hanya dibahas klasifikasi berdasarkan
bentuk dan peranan biologisnya.
Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi :
1) Protein globular
Rantai polipeptida mengandung banyak lipatan dan
berbelit. Rasio aksial kurang dari 10, misalnya insulin, albumin,
globulin plasma, dan kebanyakan enzim.
2) Protein fibrosa
Rantai polipeptida atau kelompok rantai yang membelit
dalam bentuk spiral atau heliks, dan dihubungkan oleh ikatan
6
disulfide dan hidrogen. Rasio
aksial lebih besar dari 10, misalnya keratin dan miosin.
3. Ikatan-ikatan pada Struktur Protein
Struktur protein umumnya dipertahankan oleh dua ikatan sangat
kuat yaitu ikatan peptida dan ikatan disulfida; dan tiga ikatan yang lemah,
yaitu ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan interaksi elektrostatif.
a. Ikatan peptide
Ikatan peptida adalah ikatan yang menghubungkan atom a-
karboksil dari suatu asam amino dan atom a nitrogen dari asam amino
yang lain.
Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut
dipeptida; bila dibentuk oleh 3 molekul asam amino disebut tripeptida;
dan bila dibentuk oleh banyak molekul asam amino disebut
polipeptida.
b. Ikatan disulfide
Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2
bagian rantai polipeptida melalui residu sistein.
c. Ikatan hydrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau -OH dan gugus C=O dalam
ikatan peptida atau -COO- dalam gugus R, misalnya dua peptida
mungkin membentuk ikatan
hidrogen.
d. Interaksi hidrofobik
Rantai samping non polar asam amino netral pada protein
cenderung bersekutu.
e. Interaksi elektrostatik
Merupakan ikatan garam antara gugus yang bermuatan
berlawanan pada rantai samping asam amino.
7
Klasifikasi protein berdasarkan daya kelarutannya
1. Albumin : protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan
dari larutan pada konsentrasi garam yang tinggi.
2. Globulin : protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam,
dan dapat melarut dalam larutan garam encer.
3. Glutelin : protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut
dalam asam atau alkali encer.
4. Prolamine : protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut
dalam air atau etanol absolute.
Klasifikasi protein berdasarkan fungsinya.
1. Enzim, berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam jasad hidup.
2. Protein pembangunan, berfungsi sebagai unsur pembentuk struktur
biologi kekuatan.
3. Protein kontraktil, berfungsi sebagai protein yang memberikan
kemampuan kepada sel dan organism untuk berkontraksi, mengubah
bentuk atau gerak.
4. Protein pengangkut, memiliki kemampuan mengikat molekul tertentu dan
melakukan pengangkutan berbagai macam zat melalui aliran darah.
5. Protein pengatur, yaitu beberapa protein membantu mengatur aktivitas
seluler atau fisiologis, diantaranya yaitu hormon.
6. Protein bersifat racun, yaitu yang dapat menyebabkan keracunan
makanan.
7. Protein pelindung, yaitu protein khusus yang dibuat oleh limposit yang
dapat mengenali dan mengendapkan atau menetralkan serangan bakteri,
virus atau protein asing dari spesies lain.
8. Protein cadangan, protein ini disimpan untuk berbagai proses metabolism
dalam tubuh.
8
D. Penggolongan protein
Berdasarkan strukturnya protein dapat dibagi dalam 2 golongan besar,
yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud
dengan protein sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas molekul-
molekul asam amino. Sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri
atas protein dan gugus bukan protein, gugus ini disebut gugus prostetik dan
terdiri ats karbohidrat, lipid, asam nukleat. Proin sederhana dapat dibagi
dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya yaitu protein biber dan protein
globular. Protein fiber mmpunyai molekul panjang seperti serat atau serabut.
Sedangkan protein globular berbentuk bulat.
Protein Fiber
Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang
memanjang dan dihubungkan satu dengan yang lain oleh beberapa ikatan
silang hingga merupakan bentuk serat atau serabut yang stabil. Struktur
protein fiber telah banyak diteliti dengan menggunakan analisis difraksi sinar
X. ciri khas protein fiber tedapat pada beberapa jenis protein. Yang termasuk
golongan ini adalah antara lain
1. Konfigurasi alfa helix pada kratin
2. Lembaran berlipat parallel dan anti parallel pada protein sutra alam; dan
3. Helix tripel pada kolagen
Sifat umum protein fiber ialah tidak larut dalam air dan sukar diuraikan
oleh enzim. Kolagen adalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan
ikat. Kratin adalah protein yang terdapat dalam bulu domba, sutra alam,
rambut, kulit, kuku dan sebagainya. Struktur kelatin hamper seluruhnya terdiri
atas rantai polipeptida yang berbentuk alfa helix.
Protein Globular
Umunya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida
yang berlipat. Protein globular pada umunya mempunyai sifat dapat larut
dalam air, dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis
protein globular yaitu albumin, globulin, histon, dan protamin.
9
Protein Gabungan
Yang dimaksud dengan protein gabungan ialah, protein yang berikatan
dengan senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus
prostetik. Ada beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, dan nucleoprotein.
Mukoprotein adalah gabungan antara protein dan karbohidrat dengan
kadar lebih dari 4% dihitung sebagai heksosamina. Karbohidrat yang terikat
ini berupa polisakarida kompleks yang mengandug N-asetilheksosamina
bergabung dengan asam uronat atau monosakarida lain. Mukoprotein yang
mudah larut terdapat pada bagian putih telur, dalam serum daram dan urin
wanita yang sedang hamil.protein ini tidak mudah terdenaturasi oleh panas
atau diendapkan oleh zat-zat yang biasanya dapat mengendapkan protein,
misalnya triklor asam asetat atau asam pikrat. Glikoprotein adalah juga terdiri
atas protein dan karbohidrat, tetapi dengan kadar hexosamina kurang dari 4%.
Lipoprotein adalah gabugan antara protein yang larut dalam air dengan
lipid. Lipoprotein terdapat dalam serum darah, dalam otak dan jaringan syaraf.
Gugus lipid yang biasanya terikat pada protein dalam lipoprotein antaralain
lesitin dan kolesterol. Nucleoprotein terdiri atas protein yang bergabung
dengan asam nukleat. Asam nukleat ini terdapat antara lain dalam inti sel.
E. Sifat-sifat Protein
1. Ionisasi
Protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang
mempunyai muatan positif dan negative. Dalam suasana asam molekul
protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan
membentuk ion negative. Protein mempunyai isolistrik yang berbeda-
beda.
2. Denaturasi
Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan
lingkungannya.Suatu protein mempunyai arti bagi tubuh apabila protein
tersebut di dalam tubuh dapat melakukan aktivitas biokimiawinya yang
10
menunjang kebutuhan hidup.Aktivitas ini banyak tergantung pada struktur
dan konformasi molekul protein berubah,misalnya oleh perubahan suhu,Ph
atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain,ion-ion
logam,maka aktivitas biokimiawinya akan berkurang. Perubahan
konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu
merupakan suatu proses yang disebut denaturasi.Proses denaturasi ini
kadang-kadang dapat berlangsung secara reversible,kadang-kadang
tidak.Penggumpalan protein biasanya didahului oleh proses denaturasi
yang berlangsung dengan baik pada titik isolistrik protein tersebut.
Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu
50 atau lebih.
3. V iskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antara
molekul-molekul di dalam zat cair yang mengalir.Suatu larutan protein
dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative lebih besar
daripada viskositas air sebagai pelarutnya.Pada umumnya viskositas suatu
larutan tidak ditentukan atau diukur secara absolute, tetapi ditentukan
viskositas relatif, yaitu dibandingkan terhadap viskositas zat cair
tertentu.Alat yang digunakan untuk menentukan viskositas ini ialah
viscometer Oswald.Pengukuran viskositas dengan alat ini didasarkan pada
kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui pipa tertentu.Serum
darah misalnya, mempunyai kecepatan aliran yang lebih lambat
dibandingkan dengan kecepatan aliran air.Apabila viskositas air diberi
harga satu, maka viskositas serum darah mempunyai harga kira-kira
antara 1,5 sampai 2,0. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis
protein, bentuk molekul, konsentrasi serta larutan.Viskositas berbanding
lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan suhu.Larutan
suatu protein yang bentuk molekulnya panjang mempunyai viskositas
lebih besar daripada larutan suatu protein yang berbentuk bulat.Pada titik
isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.
11
4. Kristalisasi
Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal.
Meskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak
selalu sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi
ada pula yang sukar.Beberapa enzim antara pepsin, tripsin, katalase, dan
urease telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal. Albumin pada serum
atau telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering dilakukan
dengan jalan penambahan garam ammoniumsulfat atau NaCl pada larutan
dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya. Kadang-kadang dilakukan
pula penambahan asetonatau alcohol dalam jumlah tertentu. Pada
dasarnya semua usaha yang dilakukan itu dimaksudkan untuk
menurunkan kelarutan protein dan ternyata pada titik isolistrik kelarutan
protein paling kecil, sehingga mudah dapat dikristalkan dengan baik.
5. System koloid
Pada tahun 1861 Thomas Graham membagi zat-zat kimia dalam
dua kategori, yaitu zat yang dapat menembus membran atau kertas
perkamen dan zat yang tidak dapat menembus membran. Oleh karena
yang mudah menembus membrane adalah zat yang dapat mengkristal,
maka golongan ini disebut kristaloid, sedangkan golongan lain yang tidak
dapat menembus membrane disbut koloid. Pengertian koloid pada waktu
ii lebih banyak dihubungkan dengan besarnya molekul atau pada bobot
molekul yang besar. Molekul yang besar atau molekul makro apabila
dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid, yaitu tidak dapat menembus
membrane atau kertas perkamen, tetapi tidak cukup besar sehigga tidak
dapat mengendap secara alami. System koloid adalah system yang
heterogen, terdiri atas dua fase, yaitu partikel keci yang terdispersi dan
medium atau pelarutnya. Pada umumnya partiel koloid mempunyai
ukuran antara 1 milimikaro-100 milimikro, namun batas ini tidak selalu
tetap, mungkin lebih besar. Bobot molekul beberapa protein telah
ditentukan berdasarkan kecepatan pengendapan dengan menggunakan
12
ultrasentrifuga yang mempunyai kecepatan putar kira-kira 60.000 putaran
per menit.
Bobot Molekul Beberapa Protein
Protein Bobot Molekul
Sitikrom c 11.600
Ribonuklease 13.500
Tripsin 24.000
Laktoglobulin 35.000
Hemoglobin 64.500
Heksokinase 96.000
Laktat dehidrogenase 150.000
Urease 483.000
Myosin 620.000
Imonoglobulin 960.000
Lipoprotein 3-20 juta
Reaksi-reaksi khas protein
1. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam
larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapat putih yang dapat berubah
menjadi kuning apabila dipanaskan.Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada
inti benzene yang terdapat pada molekul protein . jadi reaksi ini positif
untuk protein yang mengandung tirosin. Fenilanin dan tripotan. Kulit kia
bila kena asam nitrat berarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi
xantoprotein ini.
2. Reaksi Hopkins-cole
Tripoptan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehid
denganbantuan asam kuat dan membentuk senyawa yang berawarna .
13
Larutan protein yang mengadung tripoptan dapat di reaksikan dengan
pereaksi Hopkins-cole yang mengadung asam glioksilat.
3. Reaksi Millon
Reaksi millon adalah larutan dan merkuro dan merkuro nitrat
dalam asam nitrat. Apabila preaksi ini ditambahkan pada larutan protein,
akan menghasilkan endapa putih yang dapat berubah menjadi merah oleh
pemanasan.
4. Reaksi Nitroprusida
Natriumnitroprosida dalam larutan amoniak akan menghasilkan
warna merah dengan protein yang mempunyai gugus-SH bebas. Jadi protei
yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus –s-s-
pada sistin apabila direduksi dahulu dapat juga memberikan hasil positif.
5. Reaksi Sakaguchi
Preaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada
dasarnya reaksi ini memberi hasil positif apabila ada gugus guanidine. Jadi
arginin atau protein yang mengandung arginin dapat mnghasilkan warna
merah.
6. Pemurnian protein
Langkah awal dalam pemurnian protein ini ialah menentukan
bahan alam yang akan diproses. Penentuan ini didasarkan pada kadar
protein yang terkandung didalamnya. Langkah berikutnya ialah
mengeluarkan protein dari bahan alam tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel
hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita,
maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat
berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi
sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari
hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein
hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Karakteristik Protein
1. Protein ikan bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah
(denaturasi) dengan berubahnya kondisi lingkungan.
2. Apabila larutan protein tersebut diasamkan hingga mencapai pH 4,5 – 5
maka akan terjadi pengendapan atau salting out.
3. Sebaliknya apabila dipanaskan seperti dalam pemasakan atau
penggorengan , protein ikan menggumpal atau terkoagulasi.
4. Protein juga dapat mengalami denaturasi apabila dilakukan pengurangan
kandungan air, baik selama pengeringan maupun pembekuan.
5. Protein otot sebagaian besar dalam bentuk koloid, baik berupa sol maupun
gel.
Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Klasifikasi protein
berdasarkan daya kelarutannya
1. Albumin : protein yang dapat melarut dalam air, dan dapat dipresipitatkan
dari larutan pada konsentrasi garam yang tinggi.
2. Globulin : protein ini umumnya tidak melarut dalam air yang basa, garam,
dan dapat melarut dalam larutan garam encer.
15
3. Glutelin : protein yang tidak melarut dalam larutan netral, retapi melarut
dalam asam atau alkali encer.
4. Prolamine : protein yang melarut dalam 70-80% etanol dan tidak melarut
dalam air atau etanol absolute
B. SARAN
1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk dapat memenuhi asupan
protein, agar dapat tumbuh dengan sehat.
2. Agar seluruh ibu – ibu memperhatikan gizi anak, terutama asupan
proteinnya, agar tidak ada lagi penderita gizi buruk.
3. Kepada tenaga kesehatan untuk dapat mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat tentang gizi, terutama tentang protein.
4. Diharapkan masyarakat ataupun pembaca mau ikut serta menggalakkan
program tentang pemberantasan gizi buruk, untuk mencapai Indonesia
Sehat 2015.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://teguhs-atu.blogspot.com/2010/01/senyawa-organik.html
http://ruangilmu.com/index.php?action=artikel&cat=83&id=122&artlang=id
http://lisadyprotein.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Protein
http://www.postmodern.com/~jka/rnaworld/nfrna/nf-rnadefed.html. Poedjiadi Anna dan F.M. Titin Supriyanti, 2005, Dasar-Dasar Biokimia (Revisi),
Jakarta: Universitas Indonesia.