MAKALAH PPKN

24
MAKALAH Meningkatkan Pemahaman Moral Siswa SD Melalui Model Value Clarification Tehnique (VCT) dalam Pembelajaran PPKnDisusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran PKn SD Dosen : Fathurrohman, M.Pd Disusun oleh : Faisal Amri 12108241028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA DAN SEKOLAH DASAR

description

makalah pkn

Transcript of MAKALAH PPKN

Page 1: MAKALAH PPKN

MAKALAH

“Meningkatkan Pemahaman Moral Siswa SD Melalui Model

Value Clarification Tehnique (VCT) dalam Pembelajaran PPKn”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran PKn SD

Dosen : Fathurrohman, M.Pd

Disusun oleh :

Faisal Amri 12108241028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN PRA DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Page 2: MAKALAH PPKN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan moral atau tingkah laku tidak lepas dari perjalanan

hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

dihadapinya dalam kesehariannya. Sesuai dengan adanya perubahan

tersebut tantangan hidup semakin berat dan ringan. Akan tetapi jauh lebih

berat bila generasi muda tidak memiliki moral yang baik, Yang

dibutuhkan dalam hal ini ialah kewaspadaan dan setrategi dalam

mengarahkan mereka.

Di sekolah, menurut Rita, dkk (2008:149) seorang pendidik

memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan moral, karena

seorang pendidik dapat mengembangkan nilai-nilai moral kepada peserta

didiknya, dengan cara sebagai berikut:

a. Memperkenalkan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat.

b. Mengembangkan rasa empati peserta didik, supaya mereka

lebih memperhatikan orang lain.

c. Membangkitkan perasaan bersalah.

d. Memperkuat kata hati.

e. Menciptakan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu

wahana yang tepat. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

pelajaran yang identik dengan pembentukan sikap dan nilai moral. Oleh

karena itu, pembelajaran PKn sangat sesuai untuk mengembangkan nilai-

nilai moral kepada peserta didik.

Selain itu dalam PKn juga dikenal model pembelajaran VCT

(Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai). Model

pembelajaran VCT merupakan salah satu model pembelajaran

yang digunakan sebagai sarana pengungkapan suatu nilai

yang baik dan selanjutnya akan diterapkan dalam kehidupan

Page 3: MAKALAH PPKN

sehari-hari. Salah satu teknik penyampaiannya yaitu dengan

melakukan suatu percontohan. percontohan dilakukan

dengan menggunakan media pembelajaran berpa cerita,

gambar atau foto. Penggunaan cerita, gambar atau foto

bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi

yang abstrak.

Model pembelajaran VCT ini sangat cocok untuk

mengembangkan nilai-nilai moral pada siswa Sekolah dasar mengingat

karakteristik siswa SD yang masih berada pada tahap operasional

konkret sehingga nilai moral yang masih abstrak tersebut perlu untuk

divisualisasikan.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai

cara untuk Meningkatkan Pemahaman Moral Siswa SD Melalui Model

Value Clarification Tehnique (VCT) dalam Pembelajaran PKn.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan moral ?

2. Bagaimana perkembangan moral siswa sekolah dasar ?

3. Bagaimana karakteristik siswa sekolah dasar ?

4. Bagaimana pendidikan kewarganegaraan di SD ?

5. Apa itu model Pembelajaran VCT ?

6. Bagaimana cara meningkatkan moral siswa SD melalui Model Value

Clarification Tehnique (VCT) Percontohan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui makna dari Moral.

2. Untuk mengetahui perkembangan moral siswa sekolah dasar.

3. Untuk mengetahui karakteristik siswa sekolah dasar.

4. Untuk mengetahui pendidikan kewarganegaraan di sd.

5. Untuk mengetahui model pembelajaran VCT.

Page 4: MAKALAH PPKN

6. Untuk mengetahui cara meningkatkan moral siswa SD melalui Model

Value Clarification Tehnique (VCT) Permainan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti tata krama

atau kebiasaan. Wahab dan Sholehuddin (dalam Rita, dkk, 2008: 143)

menjelaskan bahwa pengertian moral mengacu pada baik buruk dan benar

salah yang berlaku di masyarakat secara luas. Kaelan (2010: 93) menjelaskan

bahwa moral merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan,

patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang

bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang

baik. Hera, dkk (2009:4.3) menjelaskan bahwa moral adalah aturan-aturan

bertingkah laku, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola

perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Purwodarminto (dalam Rita, dkk,

2008: 143) mengatakan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk,

perbuatan dan kelakuan akhlak, kewajiban dan sebagainya.

Berdasarkan dari beberapa pengertian moral di atas, dapat

disimpulkan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk, benar salah,

akhlak, aturan yang harus dipatuhi dan sebagainya. Oleh karena itu, moral

merupakan kendali, kontrol dalam bersikap dan bertinhgkahlaku sesuai

dengan nilai-nilai kehidupan, yaitu norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat atau prinsip-prinsip hidup yang menjadi pegangan hidup

seseorang atau moral merupakan bagian penting yang sangat berhubungan

dengan perkembagan social dalam membuat keputusan dalam berperilaku.

B. Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar

Page 5: MAKALAH PPKN

Perkembangan moralitas merupakan suatu hal yang penting bagi

perkembangan social dan kepribadian seseorang. Moralitas merupakan

sesuatu yang yang danggap baik yang seharusnya dilakukan dan tidak baik

atau tida pantas dilakukan.

Menurut Rita, dkk (2008: 144) terdapat beberapa teori yang

dikemukakan oleh para ahli yang berusaha menguraikan perkembangan

moral, yaitu:

1. Teori Perkembangan Moral Menurut Pendekatan Kognitif dari Piaget

Pendekatan kognitif menitik beratkan pada pengertian dan

pemahaman, maka Piaget mengemukakan jenis-jenis moral sebagai

berikut:

a. Pemahaman Moral Heteronom (2-7 tahun)

Anak pada periode ini, menilai tingkah laku baik buruk, benar

salah dilihat dari akibat bukan dari niatnya. Jadi walaupun niatnya

baik tetpi akibatnya jelek, maka perbuatan tersebut dianggap salah.

Mereka juga mengira jika suatu peraturan adalah mutlak, tidak dapat

diubah, ditentukan oleh penguasa, misalnya orang tua, guru, kepala

sekolah, walikota, dan penguasa lainnya. Pada periode ini anak

bertingkah laku baik dan benar untuk menjauhi hukuman, berarti tidak

berdasarkan kesadaran.

b. Pemahaman Moral Otonom (10 Tahun)

Pada periode ini anak-anak sudah mengetahui bahwa moral

ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara orang banyak dan

setiap individu dengan sadar tunduk kepada ketentuan yang telah

disepakati bersama tersebut. Anak juga mengerti kalau peraturan

dapat diubah sesuai dengan kepentingan dan kesepakatan bersama.

Anak berpendapat bahwa tujuan dari suatu peraturan adalah untuk

memelihara kepentingan bersama dan saling menghormati. Mengenai

hukuman anak berpendapat bahwa hanya individu yang melanggar

moral yang dapat dihukum, dan itupun harus ada saksinya. Mengenai

kejahatan anak , memandang dari niatnya atau maksudnya bukan

Page 6: MAKALAH PPKN

akibatnya. Hal ini berbeda dari pandangan anak yang masih dalam

pemahaman moral heteronom.

c. Periode Transisi (7 tahun-10 tahun)

Periode transisi merupakan peralihan dari pemahaman moral

heteronom dengan pemahaman moral otonom. Dalam periode ini

pandangan moral anak masih berubah-ubah. Mereka kadang masih

seperti anak pada periode pemahaman moral heteronom, kadang-

kadang sudah pada seperti anak pada periode pemahaman moral

otonom.

2. Teori Perkembangan Moral Ditinjau dari Teori Belajar

Teori ini menolak adanya sifat bawaan dalam perkembangan

moral, dan mengemukakan bahwa semua tingkah laku adalah tingkah

laku yang dipelajari. Menurut teori ini kata hati adalah suatu sistem

norma yang telah diinternalisasi, sehingga tingkah laku tidak karena

hadiah, hukuman atau penguat lain, melainkan sesuai dengan apa yang

seharusnya dilakukan.

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan moral antara lain adalah orang dewasa yang

simpatik, orang yang terkenal, tokoh masyarakat yang menjadi idolanya,

orang tua, pendidik, teman dan penalaran yang mendasarinya.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Rita dkk (2008: 53-176) mengemukakan pembagian periode

perkembangan ke dalam lima periode perkembangan yang utama, yaitu: (1)

periode prenatal (janin dalam kandungan); (2) periode bayi; (3) periode anak

(awal dan akhir); (4) periode remaja (awal dan akhir); serta (5) periode

dewasa (awal/dini, madya, lanjut usia).

Selain pembagian periode perkembangan di atas, Piaget (dalam

Rita, dkk 2008: 35) menyebutkan bahwa perkembangan intelektual melalui

tahap-tahap berikut: (1) sensori motor (0-1,5 tahun); (2) pra-operasional (1,5-

Page 7: MAKALAH PPKN

6 tahun); (3) operasional konkret (6-12 tahun); dan operasional formal (12

tahun ke atas).

Berdasarkan teori tersebut, usia siswa SD termasuk ke dalam

periode anak akhir dan tahap operasional konkret. Permulaan masa anak akhir

ditandai dengan masuknya anak tersebut ke sekolah formal di SD kelas 1.

Pada tahap ini, siswa sudah dapat mengembangkan pikiran logis. Siswa dapat

mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah

secara “trial and error”. Selain itu, siswa masih membutuhkan visualisasi

dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Oleh karena itu, penggunaan

model pembelajaran VCT percontohan sangat cocok dengan karakteristik

siswa SD.

D. Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Menurut Sunarso ,dkk (2008: 1) PKn didefinisikan sebagai salah satu

bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”.

Selain definisi di atas, mata pelajaran PKn juga mempunyai tujuan

dalam pelaksanaannya. Tujuan mata pelajaran PKn menurut Pusat Kurikulum

(dalam Sunarso,dkk, 2008: 11) adalah agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut:

(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

(2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara

cerdas dalam kegiataan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

serta antikorupsi.

(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

Page 8: MAKALAH PPKN

Ruang lingkup materi pada mata pelajaran PKn menurut Wuri dan

Fathurrohman (2012: 9) meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) persatuan dan

kesatuan bangsa, (2) norma, hukum, dan peraturan, (3) hak asasi manusia, (4)

kebutuhan warga negara, (5) konstitusi negara, (6) kekuasaan dan politik, (7)

Pancasila, dan (8) globalisasi.

E. Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat membantu siswa mendapatkan informasi,

ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu, model

pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sa’dun (2013: 49) mengungkapkan bahwa model merupakan pola dalam

merancang pembelajaran, dapat juga didefinisikan sebagai langkah

pembelajaran, dan perangkatnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kata

kunci model pembelajaran di antaranya pola atau langkah proses

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu pola berisi langkah-langkah yang

dijadikan sebagai acuan sebelum melaksanakan proses pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran akan membantu guru dan siswa dalam

kelancaran proses pembelajaran, serta memperoleh hasil belajar yang optimal.

F. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

Dalam mata pelajaran PKn, pembelajaran erat kaitannya dengan ranah

afektif. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran afektif yang

erat kaitannya dengan nilai yang sulit diukur tersebut. Selain itu, penggunaan

model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan

pembelajaran, karakter butiran materi pelajaran, situasi dan lingkungan

belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa, waktu

yang tersedia dan kebutuhan siswa itu sendiri. Hal ini mengandung arti bahwa

ketika anda mengajar kelas rendah (kelas 1-3) alangkah baiknya jika

Page 9: MAKALAH PPKN

menggunakan metode yang berbeda dengan ketika anda mengajar di kelas

tinggi. Oleh karena tingkat perkembangan dan kemampuan siswa kelas

rendah berbeda dengan kelas tinggi.

Dalam pembelajaran PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu

model Value Clarification Technique (VCT). Suharno, dkk (2006: 69)

mengemukakan bahwa VCT merupakan metode menanamkan nilai (values)

dengan cara sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh

kejelasan/kemantapan nilai.

Wuri dan Fathurrohman (2012: 46) menjelaskan bahwa model VCT

yng dapat digunakan dalam pembelajaran analisa dilema nilai cukup

bervariasi, diantaranya model VCT metode percontohan (example of the

examploritory behavior), VCT tingkat urutan (rank order), model VCT

klarifikasi nilai dengan kartu keyakinan (evidence card), VCT melalui teknik

wawancara (public interview), teknik yurisprudensi (jurisprudential

technique), VCT teknik inquiri nilai dengan pertanyan acak/random (value

inqury random questioning technique)

Metode atau model pembelajaran tersebut di atas dianggap sangat

cocok diterapkan dalam pembelajaran PKn karena mata pelajaran PKn

mengemban misi untuk membina nilai, moral, sikap dan perilaku siswa,

disamping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.

Menurut Kosasih ( dalam Udin, dkk, 2009: 5.45) VCT dianggap unggul

untuk pembelajaran afektif karena :

a. Mampu membina dan mempribadikan (Personilisasi) nilai moral.

b. Mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai moral

yang disampaikan.

c. Mampu mengklarifikasikan dan menilai kualitas nilai moral diri

siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata.

d. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan

potensi diri siswa terutama potensi afektual.

e. Mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan.

Page 10: MAKALAH PPKN

f. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi

berbagai nilai moral naïf yang ada dalam sistem nilai dan moral

yang ada dalam diri seseorang.

g. Menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi.

Lahirnya metode ini merupakan upaya untuk membina nilai-nilai yang

diyakini, sehubungan dengan timbulnya kekaburan nilai atau konflik nilai di

tengah-tengah kehidupan masyarakat.

G. Cara Meningkatkan Pemahaman Moral Siswa SD Melalui Model Value

Clarification Tehnique (VCT)

Dalam kaitannya untuk meningkatkan pemahaman moral siswa dalam

pembelajaran PKn, salah satu model pembelajaran yang dapat

dipertimbangkan adalah VCT percontohan untuk kelas rendah dan VCT

analisis nilai untuk kelas tinggi. Alasan model percontohan digunakan untuk

kelas rendah karena kita tahu bahwa karakteristik siswa kelas 1-3 SD masih

kesulitan untuk memahami hal-hal yang bersifat abstrak, seperti halnya

moral. Oleh karena itu, kajian materi yang abstrak tersebut perlu

divisualisasikan melalui contoh-contoh dalam bentuk foto, gambar atau

cerita.

Sebagai contoh, untuk menjelaskan tentang bagaimana cara menghargai

orang lain maka kita perlu unuk menampilkan contoh-contoh orang yang

menghormati/menghargai orang lain dan sekaligus member contoh

bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain. Selain itu, kita

dapat pula menampilkan contoh langsung orang yang selalu

menghargai/menghormati orang lain dan juga orang yang tidak menghargai

orang lain atau melalui cerita-cerita yang kontras nilai yang merupakan

realitas kehidupan di masyarakat.

Dalam pelaksanaanya, model percontohan (example provisory) tidak

berdiri sendiri , tetapi divariasi dngan metode lain, seperti ceramah dan Tanya

jawab nilai

Page 11: MAKALAH PPKN

Kosasih (dalam Udin, dkk, 2009: 5.47) menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran dengan model VCT percontohan sebagai berikut:

a. Membuat/Mencari Media Stimulus

Berupa contoh keadaan/perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai

dengan topic atau tema target pelajaran.

Media yang digunakan hendaknya mampu merangsang , mengundang

dan melibatkan potensi afektual siswa, ada dalam lingkungan kehidupan

siswa, serta memuat sejumlah nilai moral yang kontras.

Stimulus tersebut dapat berupa cerita, gambar, foto, film, dan sebagainya.

Untuk stimulus yang berupa cerita dapat kita kemukakan cerita atau dongeng

rakyat atau kejadian/perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai moral yang

berlaku di masyarakat, seperti main hakim sendiri, tabrak lari, anak durhaka,

lintah darat yang sering terjadi di lingkungan masyarakat. Yang perlu

diperhatikan adalah dalam cerita tersebut perlu mengandung dilemma atau

kontras nilai supaya sikap atau nilai moral yang dipilih siswa dilakukan

melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu dan terjadi proses dialog dalam

diri siswa. Cerita tersebut dapat kita buat sendiri atau menutip dari media

masa. Contoh cerita fiktif untuk stimulus:

TABRAK LARI

Suatu pagi Pak Joyo seorang tukang sayur yang biasa berkeliling di desa dukuh menyebrang jalan raya tanpa memperhatikan rambu-rambu lalu lintas, tiba-tiba muncul minibus dengan kecepatan tinggi dan menabrak tukang sayur tersebut. Kaki Pak Joyo tergilas kendaraan itu dan mengalami patah kaki. Supir mini bus yang bernama Joni sedang dalam keadaan mabuk melarikan diri tanpa memperhatikan Pak Joyo. Masyarakat yang kebetulan mengetahui kejadian tersebut mengejar Joni dan tertangkap sekitar 3 kilometer dari tempat kejadian. Kemudian, beberapa pemuda ramai-ramai memukuli Joni hingga pingsan dan baru berhenti setelah polisi datang untukmelindungi Joni dan kelompok pemuda itu kabur.Sedangkan Arif dan Iwan yang merupakan siswa salah satu sekolh di daerah itu member pertolongan kepada Pak Joyo dan membawanya ke pskesmas terdekat. Istri Pak Joyo yang sedang hamil tua datan ke puskesmas bebrapa menit setelah kejadian tersebut. Pak Joyo pun pasrah dan memaafkan kelalaian Joni.

Page 12: MAKALAH PPKN

Selain menggunakan cerita, stimulis juga dapat menggunakan gambar-

gambar atau foto yang sesuai atau tidak sesuai dengan nilai moral yang

berlaku di masyarakat seperti gambar/foto masyarakat yang sedang

membantu korban bencana alam, kerja bakti dan lainnya.

b. Kegiatan Pembelajaran

Pertama, guru melontarkan stimulusdengan cara membaca cerita atau

menampilkan foto/gambar.

Kedua, member kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk berdialog

sendiri ata sesame teman sehubungan dengan stimulus tadi.

Ketiga, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik

secara individual, kelompok maupun klasikal.

Berdasarkan cerita diatas, anda dapat mengajukan pertanyaan berikut.

a) Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian tersebut?

b) Perbuatan apa yang dianggap tidak sesuai dengan moral yang ada

di masyarakat?

c) Perbuatan apa yang dianggap sesuai dengan moral yang ada di

masyarakat? dan sebagainya.

Pada saat siswa memberikan jawaban, hendaknya diberikan

penguatan secara hangat.

Keempat, fase menentukan argument dan klarifikasi pendirian.

Kelima, fase pembahasan/pembuktian argument.

Keenam, fase penyimpulan.

Melalui VCT model percontohan tersebut siswa dibimbing untuk

menemukan contoh-contoh dan memahami sikap dan perbuatan yang sesuai

dan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan diajak untuk melaksanakan

perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral seperti menolong

sesame teman, menengok yang sakit, saling memaafkan dan sebagainya.

Kemudian untuk kelas tinggi dapat kita gunakan VCT analisis nilai.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan model

analisis nilai sebagai berikut.

Page 13: MAKALAH PPKN

a. Persiapan

Pertama, menyusun satuan pembelajaran. Dalam hal ini dapat kita

ambil contoh kedisiplinan atau ketertiban.

Kedua, menetapkan bagian mana dari kedisiplinan yang akan disajikan

melalui Analisis Nilai.

Ketiga, menyusun scenario kegiatan.

Keempat, menyiapkan media stimulus.

Kelima, menyiapkan lembar kerja siswa yang berisi panduan terperinci

bagi siswa dalam ber VCT.

b. Pelaksanaan

Langakah VCT analisis nilai hampir sama dengan VCT percontohan.

Langkah –langkah tersebut sebagai berikut.

Pertama, setelah membuka pelajaran, guru menjelaskan kepada siswa bahwa

mereka akan ber-VCT.

Kedua, pelontaran/pembagian stimulus oleh guru.

Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap stimulus

tersebut.

Keempat, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik

secara individual, kelompok maupun klasikal.

Contoh pertanyaan yang diajukan sebagai berikut.

a) Bagaimana perasaan kalian menyimak cerita tersebut?

b) Coba kalian buat judul cerita tersebut kalau perlu silakan berunding

dengan temanmu!

c) Menurut kalian bagaimana Joni itu?

d) Perbuatan apa saja yang dianggap tidak sesuai dengan moral yang

dilakukan oleh Joni, Tukang sayur, dan kelompok pemuda?

e) Perbuatan apa yang dianggap baik dari tukan g sayur,Arif dan Iwan

serta polisi?

f) Mengapa hal itu dianggap baik?

Kelima, fase menentukan argument dan klarifikasi pendirian (melalui

pertanyaan dan dialog guru)

Page 14: MAKALAH PPKN

Misalnya, guru bertanya berikut.

a) Apa yang akan anda lakukan terhadap kelompok pemuda jika kalian

adik Joni?

b) Apa yang akan kalian lakukan jika kalian sebagai anak tukan sayur

tersebut?

c) Apa yang akan kalian lakukan jika Joni kakakmu?

Keenam, fase pembahasan/pembuktianargumen.

Ketujuh, fase penyimpulan.

Melalui model pembelajaran VCT Analisis Nilai tersebut, anda akan

mudah mengungkapkan sikap, nilai, dan moral siswa terhadap suatu kasus yang

anda sajikan.

Untuk masalah evaluasi, dalam model pembelajaran VCT ini dapat

dilakukan dengan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Dalam evaluasi

proses belajar dapat menggunakan pengamatan terhadap aktivitas, sikap dan

pendapat siswa ketika berdialog. Untuk menilai hasil belajar bisa menggunakan

alat tes dan non-tes seperti skala sikap dan pengamatan.

Dengan menggunakan model pembelajaran VCT baik itu

Percontohan maupun Analisis nilai akan mampu untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap nilai moral mengingat VCT mampu untuk

memvisualisasikan hal yang abstrak seperti moral melalui contoh-contoh

dalam bentuk cerita, gambar atau foto sehingga siswa sd yang kita tahu masih

pada tahap operasional konkrit dan masih akan kesulitan untuk memahami

hal-hal yang bersifat abstrak akan lebih mudah untuk memahami nilai-nilai

moral tersebut sehingga peserta didik memperoleh kejelasan/kemantapan

nilai.

Page 15: MAKALAH PPKN

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemahaman mengenai nilai-nilai moral sangat dibutuhkan oleh siswa

untuk bekal hidup di tenggah-tengah masyarakat. Untuk itu, maka diperlukan

adanya suatu wahana yang tepat untuk memberikan pemahaman kepada siswa

mengenai moral tersebut. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan

mata pelajaran yang identik dengan pembentukan sikap dan nilai moral

sehingga sangat sesuai untuk mengembangkan nilai-nilai moral kepada peserta

didik. Selain itu, dalam PKn juga dikenal model pembelajaran VCT (Value

Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai) yang sangat cocok untuk

mengembangkan nilai-nilai moral pada siswa Sekolah dasar mengingat

karakteristik siswa SD yang masih berada pada tahap operasional

konkret sehingga nilai moral yang masih abstrak tersebut perlu untuk

divisualisasikan. Terdapat dua jenis model VCT yaitu model Vct percontohan

dan VCT Analisis Nilai

Melalui VCT model percontohan tersebut siswa dibimbing untuk

menemukan contoh-contoh dan memahami sikap dan perbuatan yang sesuai

dan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan diajak untuk melaksanakan,

sedangkan untuk VCT Analisis Nilai siswa mengungkapkan sikap, nilai, dan

moral siswa terhadap suatu kasus yang anda sajikan.

B. SARAN

Dalam memahamkan moral kepada siswa diperlukan penerapan dan

pengawasan baik dari pihak sekolah, keluarga, ataupun masyarakat. kerjasama

Page 16: MAKALAH PPKN

yang baik diantara ketiganya akan membantu siswa untuk menerapkan nilai-

nilai moral yang sesuai dengan yang ada di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Hera, dkk. (2009). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Rita, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Sa’dun. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suharno, dkk. (2006). PKn di Sd. Yogyakarta: Univrsitas Negeri Yogyakarta

Sunarso ,dkk. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press

Udin, dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Wuri dan Fathurrohman. (2012). Pembelajaramn Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Ombak