Makalah Pneumonia

16
TUGAS MAKALAH PNEUMONIA Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan co-assisten SMF Radiologi RSUP Dr. Sardjito Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Disusun oleh : Infithar 09/289500/KU/13488 PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN SMF RADIOLOGI RSUP DR SARDJITO 2014

description

Radiologi Pneumonia

Transcript of Makalah Pneumonia

Page 1: Makalah Pneumonia

TUGAS MAKALAH

PNEUMONIA

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan co-assisten

SMF Radiologi RSUP Dr. Sardjito

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Disusun oleh :

Infithar

09/289500/KU/13488

PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN

SMF RADIOLOGI

RSUP DR SARDJITO

2014

Page 2: Makalah Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi dari jaringan paru. Jaringan paru terbentuk oleh

kantung-kantung berdinding tipis yang mengandung udara. Ketika seseorang terkena

pneumonia kantung udara mereka terisi dengan mikroorganisme, air, dan sel-sel

inflamasi sehingga paru-paru tidak dapat bekerja dengan baik. Diagnosis pneumonia

berdasarkan dari tanda dan gejala klinis dari infeksi saluran pernafasan bawah dan

dikonfirmasikan oleh pemeriksaan X-ray dada yang menunjukkan suatu bayangan yang

bukan disebabkan oleh penyakit lain.

Pneumonia dibedakan menjadi Community Acquired Pneumonia (CAP) atau

nosocomial pneumonia (NP) tergantung dari faktor resiko pasien dan mikroba

penyebabnya, karena masing-masing memiliki penatalaksanaan yang berbeda..

Nosocomial pneumonia berdasarkan penyebab dan faktor resikonya dibedakan lagi

menjadi Hospital Acquired Pneumonia (HAP), Ventilator Associated Pneumonia

(VAP), dan Healthcare Associated Pneumonia (HCAP) Antara 0,5% sampai 1% dewasa

mengidap CAP di UK. Sebanyak 5-12% orang dewasa yang terdiagnosis pneumonia

dengan gejala infeksi saluran pernafasan bawah, sekitar 22%-42% dirawat di rumah

sakit, dengan persentasi mortalitas antara 5-14 %. Anatar 1,2% dan 10% dewasa yang

dirawat di rumah sakit denngan CAP dirawat di ICU, dan mortalitasnya sebanyak 30%.

Lebih dari setengah kasus pneumonia yang ditemukan pada lansia usia 84 tahun ke atas

menyebabkan kematian.

Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas

merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health

Statistic 2011 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6

di Indonesia. Pada usia anak-anak, Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kematian Pneumonia pada

balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka

kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya.

Fakta yang sangat mencengangkan. Karenanya, kita patut mewaspadai setiap keluhan

panas, batuk, sesak pada anak dengan memeriksakannya secara dini.

I.II Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa definisi pneumonia?

2. Apa yang menyebabkan pneumonia?

Page 3: Makalah Pneumonia

3. Bagaimana proses terjadinya pneumonia ?

4. Bagaimana gejala pneumonia ?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis

pneunonia?

6. Bagaimana gambaran radiologis dari pneumonia pada foto thoraks?

7. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan pneumonia?

I.III Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Memberikan penjelasan tentang pneumonia, definisi, klasifikasi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, gambaran radiologi, dan

penatalaksanaan.

2. Menjelaskan penemuan klinis pneumonia pada foto polos thorax

I.IV Manfaat

Makalah ini memiliki manfaat berupa

1. Meningkatkan pengetahuan kita tentang pneumonia, mulai dari gejala klinis,

tampakan radiologi, sampai penatalaksanaan

2. Apabila dapat dipahami dengan baik makalah ini memiliki manfaat untuk

mendiagnosis pneumonia secara awal dan menanganinya sesuai dengan guideline.

Page 4: Makalah Pneumonia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Anatomi

Paru-paru adalah organ berbentuk kerucut yang memiliki apeks di bagian ujung

atasnya. Pada bagian medial paru, terdapat bronkus, pembuluh darah, pembuluh limfe,

dan saraf yang membentuk bangunan seolah-olah tampak sebagai akar dari paru dan

masuk ke dalam paru melalui hilum.

Paru-paru kanan memiliki tiga lobus, yaitu superior, medial, dan inferior

sedangkan paru-paru kiri memiliki dua lobus, lobus superior dan inferior. Pada bagian

medioinferior paru-paru kiri terdapat penekanan oleh jantung.

Pada paru-paru terdapat bronchial tree, dimulai dari bronkus primer hingga

bronkus terminalis. Trakea bercabang menjadi bronkus primer. Bronkus primer kanan

memiliki posisi lebih vertikal dan lebih lebar dibandingkan bronkus primer kiri.

Bronkus primer akan bercabang menjadi bronkus sekunder sesuai dengan lobus masing-

masing paru. Bronkus sekunder akan bercabang menjadi bronkus tertier atau

segmentalis sesuai dengan segmen masing-masing lobus, sehingga terdapat sepuluh

bronkus segmentalis pada paru-paru kanan dan delapan bronkus segmentalis pada paru-

paru kiri. Bronkus segmentalis akan bercabang menjadi bronkiolus. Kartilago pada

bronkiolus sangat minimal dan didominasi oleh otot polos dan spasmodik pada struktur

ini dapat menyebabkan kematian. Bronkiolus dari bronkus segmentalis disebut

bronkiolus terminalis dan bercabang menjadi bronkiolus respiratorius. Bronkiolus

respiratorius kemudian bercabang menjadi ductus alveolaris dan berakhir pada saccus

alveolus.

Alveolus merupakan kantung kecil dengan diameter 0,2-0,5 mm. Dindingnya

terdiri dari sel alveolaris tipe II (squamous) yang berfungsi sebagai pertukaran gas di

ruang alveolus ke pembuluh darah dan sel alveolaris tipe II (kuboid) yang berfungsi

untuk memproduksi surfaktan.

II.II Definisi

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman yang ditandai oleh gejala klinis

batuk, demam tinggi dan disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam. Pada anak balita umur 2-5 tahun taaikan nafasnya 40 kali atau

lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan nafasnya 50 kali

atau lebih per menit.

Page 5: Makalah Pneumonia

II.III Epidemiologi

Insiden HAP dilaporkan 5-10 kasus dari 1000 pasien rawat inap sekitar 10%

pasien ICU menderita HAP dan sebanyak 20-30% pasien yang menggunakan ventilasi

mekanik menderita HAP. HAP merupakanm infeksi nosokomial kedua tersering dengan

angka kematian tertinggi dibanding infeksi nosokomial lainnya. Pada pasien CAP

sekitar 20-30% perlu dirawat di rumah sakit, 5-10% diantaranya dirawat di ICU dan 5-

10% meninggal dunia. Pneumonia komunitas (CAP) dan pneumonia nosokomial (NP)

keduanya memiliki etiologi yang sama yaitu kuman streptococcus pneumonia,

Hemophillus influenza, Moraxella catarrhalis, dan beberapa bakteri atipikal.

Penyebab utama PN adalah bakteri gram negatif seperti Hemofillus Influenza.

Meskipun begitu PN yang disebabkan oleh Pseudomonas Aeruginosa juga ditemukan

dan dapat menyebabkan kematian. Pneumonia karena jamur sangat jarang ditemukan

tapi biasanya terdapat pada pasien dengan gangguan imunologik seperti AIDS dan

pemakaian obat-obatan imunosupresif pada pasien post-transplantasi, kemoterapi,

kanker, dan yang lainnya.

II.III Etiologi

Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, mycoplasma,

dan yang lainnya.

a. Bakteri

Bakteri yang paling menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus Pneumonia.

Normalnya, bakteri ini terdapat di kerongkongan manusia, apabila pertahanan tubuh

menurun yang bisa disebebkan oleh usia tua, malnutrisi, dan lainnya bakteri akan segera

memperbanyak diri dan menyebabkan klinis penyakit pneumonia yang disebabkan oleh

bakteri dapat menyerang segala kelompok usia dari bayi sampai usia lanjut. Penyebab

oleh bakteri antara lain adalah pada grup bakteri gram positif Streptococcus

pneumoniae, Strreptococcus, Staphylococcus, Actinomyces, dan Nocardia, sedangkan

akteri gram negatif antara lain Klebsiella, Haemophillus influenza, Eschericia coli,

Proteus sp., Pseudomonas, Serratia, Mycoplasma pneumoniae, Legionella, Ricketsia,

dan Bacillus anthracis.

b. Virus

Virus yang paling banyak menyebabkan pneumonia adalah respiratory syncial virus

(RSV). Kebanyakan infeksi yang disebabkan oleh virus banyak menyerang anak kecil

khususnya balita. Pada awalnya virus ini menyerang saluran pernafasan atas tetapi pada

balita juga dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia yang disebabkan oleh virus

lebih ringan daripada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Penyebab oleh virus

Page 6: Makalah Pneumonia

antara lain disebabkan oleh virus influenza, adenovirus, coronavirus, hantavirus, atau

infeksi sistemik oleh virus Epstein-Barr.

c. Jamur

Penyebab oleh jamur antara lain candidiasis, aspergillosis, Pneumocystis carinii,

Mucor mycosis, cryptococcosis, blastomycosis, histoplasmosis. Pneumonia yang

disebabkan oleh virus kebanyakan terdapat pada pasien yang mengalami

imunodefisiensi seperti pada pasien dengan HIV atau yang sedang menerima

farmakoterapi imunosupresif post- transplantasi organ.

d. parasit

Penyebab oleh parasit biasanya disebabkan oleh Toxoplasmosis gondii.

Pada communty-acquired,pneumonia sering ditemukan patogen seperti S.pneumoniae,

M.pneumoniae, H.influenza, S.aureus, C.pneumoniae, Morasella catarrhalis, Legionella

spp. Sedangkan pada hospital-acquired sering ditemukan Staphylococcus aureus dan

Methicillin Resistant S.aureus pada pasien koma, cedera kepala dan influenza.

Psudomonas aeruginosa pada pasien yang dirawat di ICU menggunakan ventilator

lebih dari dua hari, penggunaan steroid dan antibiotik, kelainan struktur paru dan

malnutrisi. Bakteri anaerob ditemukan pada pasien post-operasi abdomen. selain itu

Acinobacter spp

II.IV Patofisiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan instrinsik. Faktor

ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar tubuh seperti paparan pada agen

penyebab, iritan paru, atau kerusakan paru secara langsung. Sedangkan faktor intrinsik

adalah faktor yang disebabkan oleh host seperti hilangnya refleks protektif saluran

pernafasan atas yang menyebabkan aspirasi saluran pernafasan atas ke paru-paru.

Penyebabnya adalah status mental yang menurunkarena intoksikasi dan penyakit syaraf

lainnya seperti stroke dan pada proses intubasi endotrakeal.

Pada pneumonia bakterial, jarang sekali bakteri memasuki paru-paru melalui

cara hematogen. Ketika bakteri sudah mencapai paru-paru, untuk menimbulkan suatu

manifestasi penyakit pada inflamasi akut dibutuhkan virulensi organisme yang cukup

tinggi ditambah dengan status pertahanan diri dan kondisi kesehatan pasien tersebut.

Seseorang lebih mudah terkena penyakit pneumonia jika kekebalan tubuh menurun

(seperti pada orang yang terkan HIV, infeksi kronis, usia lanjut) dan/atau disfungsi

mekanisme pertahanan (seperti pada oranh perokok, penyakit COPD, toxin, dan

aspirasi) .

Page 7: Makalah Pneumonia

Pada inflamasi akut, proses inflamasi disebebkan oleh migrasinya neutrophil keluar dari

kapilari ke dalam rongga udara di paru, membentuk kumpulan neutrofil-netrofil yang

siap bekerja apabila dibutuhkan oleh tubuuh. Netrofil ini memfagositosis mikrob,

membuat reactive oxygen species, protein antimikrobial, dan enzim degradatif. Netrofil

juga Membuat chromatin meshwork yang mengandung antimicrobial protein yang

bekerja menangkap dan membunuh bakteri. Beberapa reseptor membran dan ligand

berperan dalam interaksi kompleks antara mikroba, sel parenkim paru, dan sel imun

Beberapa hal yang meningkatkan virulensi bakteri adalah :

- Meningkatnya flexibilitas bakteri yang disebabkan oleh resistensi terhadap bebebrapa

antibiotik

- Flagella dan struktur lainnya pada bakteri yang memudahkan penyebaran infeksi

- Kapsul yang melindungi bakteri dari serangan imunitas tubuh.

Beberapa hal yang terjadi pada host yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya

infeksi berupa:

- Jumlah netrofil yang menurun (neutropenia)

- Kualitas neutrofil yang menurun (pada penyakit granulomatous)

- Jmlah komplemen yang berkurang

- Kekurangan imunoglobulin

Setelah masuk ke paru- paru organisme teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran nafas

bagian atas atau nasofaring. Awalnya terjadi edema reaktif yang mendukung

multiplikasi organisme-organisme ini serta penyebarannya ke bagian paru lain yang

berdekatan. Pada pneumonia lobaris biasanya satu lobus atau lebih, atau bagian-bagian

dari lobus, tidak melibatkan sisa sistem bronkopulmonal. Namun, gambaran pneumonia

lobar ini sering tidak ada pada bayi, yang mungkin menderita penyakit yang tidak lebih

sempurna dan difus yang menyertai distribusi bronkus dan yang ditandai dengan banyak

daerah konsolidasi teratas di sekeliling jalan nafas yang lebih kecil. Jarang didapatkan

jejas yang permanen. Umumnya bakteri mencapai alveoli melalui percikan mukus atau

saliva (droplet) dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru karena adanya efek

gravitasi.

II.V Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Secara umum dapat dibagi menjadi :

1.) Manifestasi nonspesifik infeksi : Panas yang bersifat remitten, takikardi, gelisah,

nafsu makan berkurang

Page 8: Makalah Pneumonia

2.) Gejala umum saluran pernafasan bagian bawah berupa batuk, sesak napas, nafas

cuping hidung, merintih dan sianosis, frekuensi nafas meningkat, jika memberat dapat

terjadi hipoksia. Tampak adanya retraksi suprasternal, intercosta, ataupun pernafasan

abdomen untuk mengkopensasi.

Infeksi pneumonia biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas

bagian atas selama beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat,

rewel serta nafsu makan yang menurun. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39°C

atau lebih. Anak sangat gelisah, dispneu. Kesukaran bernafas yang disertai adanya

sianosis di sekitar mulut dan hidung. Suara nafas dapat berbuni ronkhi atau pleural

friction rub di atas jaringan yang terserang, terdapat pernafasan cuping hidung, retraksi-

retraksi pada daerah supraklavikuler, interkostal dan subkostal. Pada awalnya batuk

jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut serta

sputum yang berwarna kemerahan.

Pada penyakit yang lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi pleura dan empiema,

dimana keadaan ini dapat menyebabkan ketinggalan gerak pada sisi yang terkena pada

saat respirasi yang dapat dilihat dengan gerakan berlebihan pada sisi yang berlawanan.

Biasanya perkusi redup pada daerah efusi dengan pengurangan fremitus dan suara

pernafasan. Suara bronkial sering ditemukan tepat di atas batas cairan dan pada sisi

yang tidak terkena. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena.

Tanda- tanda klasik konsolidasi ditemukan pada hari kedua dan ketiga penyakit. Pada

perkusi bisa ditemukan adanya suara redup, fremitus yang bertambah. Pada auskultasi

mungkin ditemukan adanya suara bronkial, ronki basah halus.

II. VI Diagnosis

Diagnosis berdasarkan dari gejala klinis dari infeksi saluran pernafasan bawah,

pemeriksaan klinis foto X-Ray thoraks, dan pemeriksaan laborat. CAP adalah

pneumonia yang didapat di luar dari rumah sakit, apabila didapat di panti asuhan,

asrama, atau panti jompo masih dimasukkan ke dalam kriteria CAP. Sedangkan HAP

didapati 48 jam atau lebih setelah seseorang dirawat di rumah sakit. Pneumonia yang

didapati setelah proses intubasi tidak dimasukkan dalam kriteria ini, tetapi termasuk ke

dalam Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Pada pemeriksaan laborat biasanya

dilakukan pemeriksaan darah rutin.

II. VII Patologi

a. Pneumnia lobar

Pneumonia lobar melibatkan seluruh lobus paru secara homogen.

Page 9: Makalah Pneumonia

Terdapat empat fase, yaitu :

1) Kongesti (4 s/d 12 jam pertama) Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui

pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. Serta didapatkan eksudat yang jernih,

bakeri dalam jumlah yang banyak, neutrofil, dan makrofag dalam alveolus.

2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) Paru-paru tampak merah dan bergranula

karena sel-sel darah merah, fibrin dan lekosit polimorfonuklear mengisi alveoli. Lobus

dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi

merah dan pada perabaan seperti hepar. Stadium ini berlangsung sangat singkat.

3) Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari) Lobus paru masih tetap padat dan warna merah

menjadi tampak kelabu karena lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam

alveoli dan permukaan pleura yang terserang melakukan fagositosis terhadap

pneumococcus. Kapiler tidak lagi mengalami kongesti.

4) Resolusi (7 s/d 11 hari) Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag

sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.(2,5) Bercak-bercak infiltrat yang

terbentuk pada pneumonia lobaris adalah bercak-bercak yang tidak teratur, berbeda

dengan bronkopneumonia dimana penyebaran bercaknya mengikuti pembagian dan

penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas

yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil.

Page 10: Makalah Pneumonia

b. Bronkopneumonia

Infeksi melibatkan bronkus dan sebagian lobus paru, biasanya pada porsi inferior dan

posterior. disebabkan olen infeksi stafilokokus. Infeksi ini bermula dari jalan nafas dan

neyebar ke alveoli peribronkial. Penyebaran intraalveolar pada periferjalan nafas

minimal, konsolidSi cenderung tetap dalam distri usi segmen paru tertentu saja.

Inflamasi menyebabkan obstruksi bronkial dan bronkiolar menyebabman atelektasis.

c. Pneumonia interstitial

Proses inflamasi terjadi pada dinding alveolar dan jaringan ikat di sekitar

bronchovascular tree. Pneumonia jenis ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan

mikoplasma. Pada tipe ini proses inflamasi melibatkan septum alveolar dan struktur

pendukung interstitial, membentuk pola retikular atau linear.

d. Pneumonia milier

Adanya lesi yang kecil-kecil, banyak dan menyebar akibat penyebaran patogen melalui

pembuluh darah.

II. VIII Radiologi

a. Lobar Pneumonia (Ro Thorax)

Terdapat gambaran opak homogen sesuai dengan pola dari lobus paru. Tampakan opak

lebih jelas pada bagian fisura paru. Bagian pronkus yang tidak opak dalama lobus yang

terkonsolidasi (tampakan opak) akan menunjukkan gambaran sir bronchogram.

Air-space pneumonia yang sering menempati sebuah lobur disebut lobar pneumonia,

yang bermulai dari ruang udara distal dan menyebar melalui pori-pori Kohn dan kanal

Lambert untuk memproduksi opasifikasi lobar nonsegmental. Semakin lama, infeksi

dapat menyebar ke seluruh lobus, menghasilkan pola lobar klasik yang berasosiasi kuat

dengan pneumonia pneumokokal. Keterlibatan ruang udara terminal dengan bronchial

sparing akan memberi tampakan air bronchogram, yang merupakan udara terjebak di

dalam pus yang berada di dalam bronchiolus. Air bronchogram tampak seperti tubuler

dan lusensi bercabang di dalam konsolidasi. Demikian juga, sedikit keterlibatan jalan

napas menjadikan atelektasis post-obstruksi tidak biasa dan volume paru pun masih

terjaga.

b. Bronchopneumonia

Tampak gambaran nodul kecil multipel yang berkumpul. Gambaran ini menunjukkan

area baru yang terdapat inflamasi dan dipisahkan oleh parenkim paru yang normal.

Distribusinya kadang bilateral dan asimetrik, lebih dominan terdapat pada basal paru.

Tampak infiltrat peribronkial semi opak dan inhomogen di daerah hilus yang

Page 11: Makalah Pneumonia

menyebabkanbatas jantung menghilang (sillhouette sign). Tampak juga air bronkogram,

dapat terjadi nekrosis dan kavitasi pada paenkim paru. Pada keadaan yang lebih lanjut

dimana semakin banyak alveolus yang terlibat maka gambara opak menjadi terlihat

homogen.

c. Pneumonia interstitial

Ditandai dengan pola linear atau retikuler pada parenkim paru. Pada tahap akhir,

dijumpai jaringan interstitial sebagai densitas noduler yang kecil. Terdapat tampakan

seperti atelektasis disebabkan karena adanya pembesaran interstitial yang

mengobstruksi saluran napas kecil. Alveolus masih berisi udara sehingga tampakan air

bronkogram tidak tampak. Patogen penyebab tersering adalah mikoplasma dan virus.

Gambar 1.

Foto thorax pneumonia

II. IX Tatalaksana

Recommended empirical antibiotics for community acquired pneumonia : (berdasarkan

Amertican Thoracic Society, 2014)

Page 12: Makalah Pneumonia

Outpatient reatment

1.) Previously healthy and no use of antimicrobials within the previous 3 months

- Macrolide (strong recommendation;level I evidence)

- Doxycyline (weakrecommendation;level III evidence)

2.) Presence of comorbidities such as chronic heart,lung,liver,renaldisease;

diabetesmellitus; alcoholism; malignancies; asplenia; immunosuppressing conditions or

use of immunosuppressing drugs; or use of antimicrobials within the previous 3 months

(in which case analternative from a different class should be selected)

- A respiratory fluoroquinolone (moxifloxacin,gemifloxacin,or

levofloxacin[750mg])(strong recommendation;level I evidence)

- Ab-lactam plusamacrolide (strong recommendation; level I evidence) 3.In regions

with a highrate (125%) of infection with high-level (MIC16mg/mL) macrolide-resistant

Streptococcus pneumoniae, consider use of alternative agents listed above in (2) for

patients without comorbidities (moderate recommendation; level III evidence)

Inpatients,non-ICUtreatment

- A respiratory fuoroquinolone (strong recommendation; level I evidence)

- Ab-lactam plusa macrolide (strong recommendation; level Ievidence)

Inpatients,ICUtreatment

- Ab-lactam(cefotaxime,ceftriaxone,orampicillin-sulbactam) plus either azithromycin

(level II evidence) or a respiratory fluoroquinolone (level I evidence)

(strongrecommendation) (forpenicillin allergic patients, a respiratory fluoroquinolone

and aztreonam are recommended)

Special concerns If pseudomonas is a consideration

An antipneumococcal, antipseudomonal b-lactam (piperacillintazobactam, cefepime,

imipenem, ormeropenem) plus either ciprofloxacin or levofloxacin (750mg) or

Theaboveb-lactam plus an aminoglycoside and azithromycin or Theabove b- lactam

plus an aminoglycoside and an anti pneumococcal fluoroquinolone (for penicillin-

allergic patients, substitute aztreonam for above b-lactam) (moderate recommendation;

level III evidence) If CA-MRSA is aconsideration, add vancomycinor linezolid

(moderate recommendation; level III evidence)

Tabel 9 Menunjukan terapi antibiotic definitive sesuai dengan agen penyebabnya.

Page 13: Makalah Pneumonia
Page 14: Makalah Pneumonia

II.X Prognosis

Prognosis tergantung dari penyebabnya juga. Kebanyakan apabila pneumonia

dideteksi cepat dengan penanganan yang tepat akan berhasil baik. Adanya penyakit

penyerta seperti bakteremia, empiema dan kerusakan parenkim sisa bisa memperburuk

keadaan dan meningkatkan angka kematian. Jika penyebabnya agen bakteri gram positif

angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar dengan penatalaksanaan

sekarang, angka mortalitas berkisar dari 10 – 30% dan bervariasi dengan lamanya sakit

yang dialami sebelum penderita dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai

serta adanya penyakit yang menyertai. Semua penderita dengan hasil biakan

staphylococcus yang positif sebaiknya harus diuji terhadap kemungkinan fibrosis kistik

dan terhadap penyakit defisiensi imunologis.

Page 15: Makalah Pneumonia

BAB III. Kesimpulan

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman yang ditandai oleh gejala klinis

batuk, demam tinggi dan disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam. Pneumonia seringkali dikaitkan dengan penyakit yang berat

dan mnyebabkan kematian. Padahal apabla dapat dicegah dan ditangani dengan baik,

cepat dan tepat dapat menghasilkan prognosis yang cukup baik. Penyebab pneumonia

dapat berupa bakteri baik yang gram positif dan negative, virus, jamur, mycoplasma,

maupun parasite.

Penatalaksanaan awal yang perlu dilakukan, pemeriksaan penunjang radiologis

berupa foto polos, apabila gejala sesuai pneumonia tetapi foto polos tidak mendukung,

perlu dilakukan konfirmasi dengan foto ulang dalam waktu 24-48 jam atau segera

dengan CT-scan. Pada foto polos dapat ditentukan oleh tampakan semiopak inhomogen

pada paru disertai dengan tampakan air bronchogram. pada kasus yang berat dapat

ditemukan efusi pleura dan empyema.

Farmakoterapi untuk pneumonia apabila telah diketahui jelas penyebabnya

bakteri makan dapat diberikan antibiotic secepatnya bahkan saat pertama kali masuk

IGD. Antibiotik dapat diberikan secara empiric, atau antibiotic pilihan sesuai dengan

agen penyebab pneumonia.

Page 16: Makalah Pneumonia

REFERENSI

1.Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta

2.Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta..

3. Behrman RE, Vaughan VC, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12,

Penerbit EGC, Jakarta, 1991

4.Kumala P, dkk (ed), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit EGC,

Jakarta, 1998,

5.Isselbacher, et al, Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol. 2,

Penerbit EGC, Jakarta, 1995

6.Malueka RG, Radiologi Diagnostik, Edisi 6. Penerbit Marvell: Yogyakarta, 2006

7.Woodhead M, et al., 2014. NICE guideline: Pneumonia: diagnosis and

management of community-and hospital-acquired pneumonia in adults. Volum: hal

3-20

8.Rubenstein, D., Wayne, D., Bradley, J. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.

Edisi VI. EMS : Jakarta

9.Lionel A. Mandell, et al., 2011. Infectious Diseases Society of America/American

Thoracic Society Consensus Guidelines on the Management of Community-

Acquired Pneumonia in Adults