Makalah Pneumonia FG 6

38
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA ANAK Kelas C FOKUS GRUP VI KEPERAWATAN ANAK I Andini Wulandari 1106053174 Ismi Arummaning Tyas 1106053395 Kartika Rosalia Indah 1106022553

Transcript of Makalah Pneumonia FG 6

Page 1: Makalah Pneumonia FG 6

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA ANAK

Kelas C

FOKUS GRUP VI

KEPERAWATAN ANAK I

Andini Wulandari 1106053174

Ismi Arummaning Tyas 1106053395

Kartika Rosalia Indah 1106022553

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2013

i

Page 2: Makalah Pneumonia FG 6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas

makalah Mata Kuliah Keperawatan Anak I.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada fasilitator, Ibu

Ns. Alfani Kusumasari, SKep., atas segala pengarahan dan bimbingannya yang

telah diberikan selama proses pembuatan makalah. Penyusun juga berterima kasih

kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kemajuan makalah ini maupun yang akan datang.

Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Depok, Maret 2013

Tim Penyusun

ii

Page 3: Makalah Pneumonia FG 6

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................... iii

BAB I: Pendahuluan ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

1.4 Metode Penulisan ................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................... 2

BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................... 3

2.1 Definisi Pneumonia ................................................................................ 3

2.2 Klasifikasi Pneumonia............................................................................. 3

2.3 Patogenesis Pneumonia............................................................................7

2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................... 6

2.5 Komplikasi Pneumonia ....................................................................... 8

2.6 Prognosis Pneumonia ....................................................................... 10

BAB III Asuhan Keperawatan...................................................................... 12

3.1 Pengkajian ............................................................................................ 12

3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 14

3.3 Identifikasi Hasil ................................................................................... 15

3.4 Perencanaan dan Implementasi ........................................................... 15

3.5 Evaluasi ............................................................................................... 17

3.6 Pengobatan.............................................................................................. 18

BAB IV Penutup.......................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan............................................................................................. 19

4.2 Saran........................................................................................................ 19

Daftar Pustaka............................................................................................... 21

iii

Page 4: Makalah Pneumonia FG 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Pneumonia

merupakan infeksi pada saluran pernafasan akut bagian bawah.

Penyebabnya infeksi dari satu atau dua paru-paru akibat bakteri, virus,

jamur atau parasit. Menurut data Departemen Kesehatan, penyakit ini

menjadi penyebab lebih dari 24% kematian bayi. Maka itu, jangan

remehkan polusi udara berupa, asap rokok, asap knalpot, rumah lembab,

serta lingkungan rumah yang tidak sehat. Gangguan lingkungan semacam

itu bisa memicu pneumonia pada anak. Saat daya tahan tubuh lemah, anak-

anak paling mudah terserang penyakit ini.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor

tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah

mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling

banyak meyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000

hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan

UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai kematian tertinggi

anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria serta

AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pneumonia?

1.2.2 Bagaimana patofisiologi pneumonia?

1.2.3 Apa jenis-jenis etiologi pneumonia?

1.2.4 Apa tanda dan gejala pneumonia?

1.2.5 Apa komplikasi pneumonia?

1.2.6 Bagaimana pengobatan pada klien dengan pneumonia?

1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia?

1

Page 5: Makalah Pneumonia FG 6

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi pneumonia.

1.3.2 Memahami dan mengaplikasikan konsep keperawatan anak yang

mengalami pneumonia.

1.3.3 Menjelaskan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk

mengidentifikasi klien dengan pneumonia.

1.3.4 Mengidentifikasi prosedur dan pemeriksaan diagnostik untuk

mengevaluasi fungsi pernapasan pada klien dengan pneumonia.

1.3.5 Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan pneumonia.

1.3.6 Merencanakan tindakan keperawatan mandiri dan atau kolaborasi

yang dibutuhkan pada klien dengan pneumonia.

1.3.7 Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada klien

dengan pneumonia.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah

penelusuran pustaka dan diskusi Collaborative Learning (CL). Penyusun

menggunakan literatur baik dari buku, jurnal, maupun internet. Kemudian

penyusun mengaitkan materi yang didapat untuk digunakan memecahkan

masalah pneumonia yang berkaitan dengan gangguan fungsi pernapasan.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I Pendahuluan berisikan latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka berisikan materi dari

makalah ini. Bab III terdiri dari kesimpulan dan saran.

2

Page 6: Makalah Pneumonia FG 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia

“Pneumonia merupakan keradangan dari parenkim paru di mana asinus

yang terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium” (Alsagaff, Hood

dll, Ilmu Penyakit Paru, 1989).

“Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi

yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat” (Irman Somantri,

2007).

“Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan

dengan pengisian alveoli dengan cairan” (Doenges, 2000).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat dikatakan pneumonia adalah

infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.

2.2 Klasifikasi Pneumonia

Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan anatomi dan penyebabnya.

Pneumonia dapat terjadi karena mikroorganisme, namun ada pula yang terjadi

karena penyebab noninfeksi.

2.2.1 Anatomi pneumonia

Berdasarkan anatomi yang terkena, pneumonia digolongkan menjadi:

a. Pneumonia lobaris, yaitu radang paru-paru yang mengenai sebagian besar

atau seluruh lobus paru-paru.

b. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia), yaitu radang pada paru-paru

yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrat.

c. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis), yaitu radang pada dinding alveoli

(interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular

3

Page 7: Makalah Pneumonia FG 6

2.2.2 Pneumonia Non Infeksi

Misalnya aspirasi makanan dan/ atau asam lambung, benda asing,

hidrokarbon, dan bahan lipoid, atau akibat obat radiasi. Sehingga dikenal

beberapa istilah sebagai berikut:

a. Lipid pneumonia: oleh karena aspirasi minyak mineral

b. Chemical pneumonitis: inhalasi bahan-bahan organik atau uap

kimia seperti belirrium.

c. Extrinsic allergic alveolitis: inhalasi bahan-bahan debu yang

mengandung alergen, seperti debu dari pabrik-pabrik gula yang

mengandung spora dari actinomycetes thermofilik.

d. Drug reaction pneumonitis: nitrofurantoin, busulfan, methotrexate

e. Pneumonia karena radiasi sinar roentgen.

f. Pneumonia yang sebabnya tidak jelas: desquamative interstisial

pneumonia, eosinofilik pneumonia.

2.2.3 Pneumonia Infeksi

Pneumonia infeksi dibedakan lagi berdasarkan mikroorganisme

yang menyebabkannya, seperti pneumonia virus, dan bakteri.

a. Pneumonia Virus

Pneumonia virus merupakan pneumonia yang terjadi akibat virus,

biasanya oleh virus sinsitial pernapasan (RSV) pada bayi,

parainfluenza, influenza, dan adenovirus. Biasanya infeksi virus

terjadi pada musim dingin. Angka serangan puncak untuk pneumonia

virus sekitar usia 2 sampai 3 tahun. Pneumonia virus biasanya

didahului dengan gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk

rhinitis dan batuk. Kadang muncul tachipnea yang disertai dengan

retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal, pelebaran cuping

hidung, dan penggunaan otot napas tambahan. Infeksi berat dapat

disertai dengan sianosis dan kelelahan pernapasan. Jika di auskultasi,

dapat terdengar mengi dan ronki yang luas namun sukar dilokalisasi

sumbernya.

4

Page 8: Makalah Pneumonia FG 6

b. Pneumonia bakteri

Pneumonia bakteri pada masa anak merupakan infeksi

yang tidak lazim, bila tidak ada penyakit kronis yang

mendasari, misalnya kistik fibrosis atau defisiensi imunologis.

Mekanisme paru biasanya terganggu oleh infeksi virus yang

mengubah sifat sekresi normal, menghambat fagositosis,

mengubah flora bakteri, dan juga mengganggu lapisan epitel

saluran pernapasan normal. Penyakit virus pernapasan sering

mendahului perkembangan pneumonia bakteri. Cacat yang

mungkin terjadi antara lain kelainan produksi antibodi, kistik

fibrosis, palatoskisis, bronkiektasi kongenital, diskinesia siliar,

fistula trakeoesofagus, kelainan leukosit polimorfonuklear,

neutropenia, bertambahnya aliran darah pulmonal, atau refleks

muntah berkurang. Trauma, anesthesia dan aspirasi merupakan

contoh faktor introgenic yang menambah infeksi paru.

Pneumonia bakteri dibedakan menjadi pneumonia

pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan HIb.

(1) Pneumonia Pneumokokus

Biasanya disebabkan oleh Streptococcus

pneumonia. Pneumonia ini dapat berupa pneumonia

lobaris atau bronkopneumonia. Organisme pneumokokus

mungkin diaspirasi ke dalam perifer paru dari jalan napas

atas atau nasofaring. Pada mulanya, edema reaktif terjadi

yang mendukung proliferasi organisme dan membantu

dalam penyebarannya ke dalam bagian paru yang

berdekatan. Penderita dengan hipogamaglobulinemia atau

mioloma multipel, dan peminum alkohol lebih peka

terhadap infeksi ini. Biasanya satu lobus atau lebih, atau

bagian-bagian dari lobus, tidak melibatkan sisa sistem

bronkopulmonal. Basil yang masuk bersama sekret

5

Page 9: Makalah Pneumonia FG 6

bronkus kedalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema dari seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi

sel-sel polimorfonuklear dan diapedesis dari eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum timbulnya

antibodi. PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli

dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui pseudopods

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut untuk kemudian

difagosit. Pada saat terjadi reaksi antara host dan bakteri

maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik tersebut

yaitu:

(a) Zona luar: alveoli yang terisi dengan kuman

pneumokokkus dan cairan edema

(b) Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan

beberapa eksudasi sel darah merah

(c) Zona konsolidasi yang luas: daerah dimana terjadi

fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang

banyak

(d) Zona resolusi: daerah dimana terjadi resolusi dengan

banyak bakteri yang mati, leukosit, dan alveolar

makrofag

(2) Pneumonia Streptokokus

Disebabkan oleh Streptococcus grup A, tetapi

organisme ini dapat menyebar kedaerah tubuh yang lain,

termasuk saluran pernapasan bawah. Pneumonia ini

biasanya terjadi pada anak usia 3-5 tahun dan pada bayi

amat jarang. Infeksi streptokokus saluran pernapasan

bawah menghasilkan trakeitis, bronchitis, atau pneumonia

interstisial. Lesi terdiri dari nekrosis mukosa

trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang compang-

camping dan sejumlah besar eksudat, edema, dan

perdarahan terlokalisasi. Proses ini dapat meluas ke sekat

6

Page 10: Makalah Pneumonia FG 6

interalveoler dan melibatkan vasa limfatika. Biasanya

ditandai dengan demam tinggi, menggigil, tanda-tanda

distress respirasi, dan kadang-kadang kelemahan yang

berat.

(3) Pneumonia Stafilokokus

Disebabkan oleh S. aureus. Mikroorganisme ini

menyebabkan infeksi dengan cepat yang disertai

morbiditas yang lama dan mortalitas yang tinggi.

Stafilokokus menyebabkan penggabungan

bronkopneumonia yang sering unilateral atau lebih

mencolok pada satu sisi daripada yang lain dan ditandai

dengan adanya daerah nekrosis perdarahan yang luas dan

daerah ke vena tidak teratur. Permukaan pleura biasanya

ditutup dengan lapisan tebal eksudat fibripurulen. Abses

multipel terjadi, berisi kelompok stafilokokus, leukosit,

eritrosit dan debris nekrotik. Robekan abses subpleura

kecil dapat berakibat piopneumothoraks, yang selanjutnya

dapat erosi ke dalam bronkus, menghasilkan fistula

bronkopleura. Biasanya menyerang penderita yang pernah

menjalani operasi dan sering terjadi infeksi pada kulit oleh

stafilokokus, penderita penyakit paru kronis, dan penderita

virus influenza. Pada anak biasanya terjadi pada bayi dan

usia dibawah 2 tahun dengan presentase 30% penderita

adalah sebelum umur 3 bulan dan 70% adalah sebelum 1

tahun.

(4) Pneumonia Haemophillus Influenzae

Pneumonia Hib, merupakan infeksi bakteri

Haemophillus influenzae tipe b yang serius pada bayi dan

anak yang belum mendapat vaksin Haemophillus. Infeksi

nasofaring mendahului hampir semua variasi penyakit H.

7

Page 11: Makalah Pneumonia FG 6

influenzae terlokalisasi, misalnya epiglotitis, pneumonia,

dan meningitis. Pneumonia ini menyebar secara lobaris.

Terjadi infiltrate segmental, keterlibatan lobus tunggal

atau multipel, efusi pleura dan pneumotakel. 

2.3 Patogenesis Pneumonia

Gambaran patologis dalam batas tertentu tergantung pada agen etiologis.

Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai

konsolidasi. Stadium dari pneumonia bakteri yang disebabkan bakteri

Pneumonia pneumococcus yang tidak diobati:

a. Penyumbatan (4-12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam

alveolus dari pembuluh darah yang bocor.

b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru-paru tampak merah dan

bergranula karena eritrosit, fibrin, dan leukosit polimorphonucleus

(PMN) mengisis alveolus. Hepatisasi merah diakibatkan perembesan

eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Perembesan

tersebut membuat aliran darah menurun, alveoli dipenuhi dengan

leukosit dan eritrosit (jumlah eritrosit relatif) sedikit lalu melakukan

fagositosis Pneumococcus dan sewaktu resolusi berlangsung

makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit beserta

Pneumococcus.

c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): paru-paru tampak berwarna abu-abu

karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli

yang terserang.

d. Pemulihan (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi

oleh makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.

2.4 Manifestasi Klinis

2.4.1 Gejala umum

a. Sianosis sentral (terutama pada bibir atau kuku)

8

Page 12: Makalah Pneumonia FG 6

b. Retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan ulu hati cekung ke

dalam)

c. Mual dan muntah

d. Nyeri pada dada dan perut

e. Aktifitas menurun

f. Hilang nafsu makan

g. Gejala infeksi secara umum

h. Demam

i. Mialgia

2.4.2 Gejala respiratorik

a. Batuk dan atau pilek

b. Dispnea

c. Ronki

d. Pernapasan cuping hidung

e. Takipnea dan napas tidak teratur

2.4.3 Gejala khusus

a. Dahak berwarna kehijauan (seperti karet)

b. Gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian

paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan

cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan

kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita

mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk

oksigen.

2.5 Komplikasi Pneumonia

Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya

pada pneumonia pneumokokkus dengan bakteriemi pada 10% kasus

berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, efusi

pleura, abses, dan empiema. Komplikasi lainnya yaitu pneumotoraks,

pneumomediastinum, dan atelektasis. Terkadang dijumpai komplikasi

9

Page 13: Makalah Pneumonia FG 6

ekstrapulmoner non infeksius yang memperlambat resolusi gambaran

radiologi paru, antara lain gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau

infark paru, ARDS, gagal organ jamak, dan komplikasi lanjut berupa

pneumonia nosokomial. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

2.5.1 Gagal nafas dan sirkulasi

Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus

ARDS. Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam

paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan

ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan

udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang

dibutuhkan. Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi

potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena mikroorganisme

masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi

sitokin. Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan

jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.

2.5.2Efusi pleura, empiema, dan abses

Infeksi mikroorganisme pada paru-paru dapat

menyebabkan bertambahnya cairan dalam rongga pleura.

Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura,

kumpulan cairan ini disebut empiema. Jarang bakteri akan

menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang

disebut abses. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia

aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri.

2.6 Prognosis Pneumonia

Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Tahun 1936

pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika.

Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa

tahun kemudian. Namun pada ahun 2000, kombinasi pneumonia dan

influenza kembali merajalela.

10

Page 14: Makalah Pneumonia FG 6

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor

tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah

mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling

banyak meyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000

hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan

UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai kematian tertinggi

anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria serta

AIDS.

Secara umum angka kematian pneumonia oleh pneumococcus

sebesar 5%, namum dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi yang

buruk. Mortalitas klien yang dirawat di ICU adalah 20%. Mortalitas yang

tinggi ini berkaitan dengan faktor perubah yang ada pada klien.

11

Page 15: Makalah Pneumonia FG 6

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PNEUMONIA

3.1 Pengkajian

Untuk mengidentifikasi pneumonia secara dini, maka perlu dilakukan

pengkajian. Pengkajian pada klien dengan pneumonia meliputi:

3.1.1 Anamnesis

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan

pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh

3.1.2 Riwayat penyakit saat ini

Gunakan pertanyaan sederhana dan tertutup. Jika anak tidak atau

belum bisa menjawab, maka tanyakan pada orang tua atau orang

dewasa yang dekat dengan klien. Pertanyaan tersebut seperti:

a. Apakah klien mengalami batuk?

b. Sudah berapa lama keluhan muncul (onset)?

c. Apakah berdahak dan apa warnanya?

d. Adakah keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan

frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala?

3.1.3 Riwayat penyakit dahulu

a. Adakah riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya, misalnya

batuk, pilek, tachipnea, dll?

b. Apakah klien mengalami anoreksia, dan sukar menelan?

c. Apakah klien mengalami batuk produktif, pernapasan dengan cuping

hidung, napas cepat dan dangkal, gelisah, dan sianosis?

d. Tanyakan imunisasi yang diperoleh oleh klien

3.1.4 Riwayat kesehatan keluarga dan lingkungan

a. Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami penyakit

saluran pernapasan?

12

Page 16: Makalah Pneumonia FG 6

b. Apakah ada tetangga yang mengalami penyakit saluran

pernapasan?

c. Kaji lingkungan tempat klien tinggal

3.1.5 Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi:

(1) Keadaan umum: rewel

(2) Warna kulit: pucat atau sianosis

(3) Kesadaran

(4) Pola napas: pernapasan cuping hidung, tachipnea, retraksi otot

epigastrik, intercostal, suprasternal

(5) Toraks: pergerakan dada asimetris

(6) Suhu tubuh

(7) Ukuran pulmo

b. Palpasi:

(1) Kesimetrisan toraks

(2) Pekak diatas area yang mengalami konsolidasi, gesekan friksi

pleural

(3) Crackles dan suara napas bronkial

c. Auskultasi:

Taktil fremitus dan vocal fremitus meningkat dengan konsolidasi

3.1.6 Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah, yaitu leukosit, LED, dan AGD, dan kultur darah. Pada

pneumonia oleh bakteri akan terjadi peningkatan jumlah leukosit,

AGD untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa,

kultur darah untuk mendeteksi bakteremia dengan sistem Bactec

dan Bact-Alert serta Pemeriksaan Sero-Imunologi dan Biologi

Molekuler untuk berbagai penyakit infeksi.

13

Page 17: Makalah Pneumonia FG 6

b. Sputum, untuk kultur tes sensitifitas dengan mendeteksi agen

infeksius.

c. Bronkoskopi, yaitu metode pemeriksaan medis dan mendiagnosis

penyakit paru dengan metode pemeriksaan yang akurat, dilakukan

untuk mengevaluasi hampir semua penyakit paru termasuk

pneumonia.

d. Pemeriksaan radiologi, dengan chest X-ray dan/ atau scanning paru

3.1.7 Faktor psikososial

a. Kaji usia dan tingkat perkembangan

b. Kaji toleransi atau kemampuan memahami tindakan

c. Koping

d. Pengalaman berpisah dengan keluarga atau orang tua

e. Pengalaman infeksi saluran pernapasan sebelumnya

f. Pengetahuan keluarga

g. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai penyakit pneumonia

h. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran

pernapasan

i. Kesiapan keluarga untuk merawat klien

j. Koping keluarga

k. Tingkat kecemasan

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Diagnosis Utama

Menurut Potts dan Mandleco (2007), diagnosa keperawatan utama

untuk anak dengan pneumonia yaitu:

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas

ventilasi atau perfusi yang disebabkan oleh infeksi pulmonar.

14

Page 18: Makalah Pneumonia FG 6

b. Inefektivitas kebersihan jalan napas berhubungan dengan edema

dan eksudat.

c. Inefektivitas pola napas berhubungan dengan inflamasi infeksi dari

jalan napas bawah.

3.2.2 Diagnosis Tambahan

Terdapat juga diagnosa tambahan menurut Betz dan Sowden (2002)

meliputi:

a. Risiko tinggi kekurangan cairan.

b. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh: hipertermia.

c. Risiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.

3.3 Identifikasi Hasil

Menurut Potts dan Mandleco (2007), identifikasi hasil untuk anak

dengan pneumonia berdasarkan diagnosa yaitu:

a. Klien akan memiliki membran mukosa berwarna pink dan kecepatan

napas yang normal.

b. Klien akan memiliki suara paru-paru yang bersih dan bebas dari

tanda dispnea.

c. Klien akan mendemonstrasikan dan memelihara perubahan pola

napas yang dibuktikan dengan berkurangnya atau tidak adanya

takipnea, retraksi, batuk, wheezing, dengkuran, dan nasal flaring.

3.4 Perencanaan dan Implementasi

Asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia bergantung

pada tingkat keparahan gejala dan agen penyebab (Potts & Mandleco,

2007). Supportive care diindikasikan jika anak memiliki pneumonia

viral. Jika pneumonia disebabkan oleh agen bakteri, antibiotik

diberikan sebagai resep obat. Asuhan keperawatan juga meliputi

intervensi seperti pemberian terapi intravena dan penganjuran cairan

untuk membantu memperbaiki dan memelihara hidrasi. Anak yang

15

Page 19: Makalah Pneumonia FG 6

mampu mentoleransi cairan oral diberikan yang mereka sukai pada

interval reguler. Cairan yang adekuat membantu mencairkan dan

memfasilitasi pembersihan sekret dari jalan napas. Fisioterapi dada

adalah intervensi lain yang mungkin dapat diindikasikan.

Pengkajian nyeri adalah intervensi yang penting, khususnya untuk

anak dengan pneumonia, karena nyeri pleura ditingkatkan dengan batuk

atau napas dalam (Potts & Mandleco, 2007). Dengan tujuan untuk

meminimalkan nyeri, anak dengan pneumonia dapat napas dangkal dan

menahan batuk. Untuk anak tersebut, pengobatan nyeri tidak hanya

meningkatkan kenyamanan, mereka juga dapat memfasilitasi napas

dalam.

3.4.1 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Betz dan Sowden (2002) meliputi:

a. Pantau jalan napas dan pertahankan kepatenannya.

(1) Letakkan anak dalam posisi semi fowler.

(2) Berikan terapi uap seperti yang diinstruksikan oleh dokter.

(3) Lakukan drainase postural, perkusi, dan vibrasi sesuai

kebutuhan dan toleransi anak.

(4) Lakukan penghisapan yang dalam sesuai kebutuhan.

(5) Berikan istirahat yang cukup.

b. Pantau adanya tanda-tanda gawat pernapasan dan respons terhadap

terapi oksigen

(1) Pantau status penapasan

(2) Lakukan perawatan tenda kabut

(3) Ganti pakaian dan seprei anak untuk mencegah kedinginan

(4) Observasi adanya tanda-tanda komplikasi

c. Pantau dan pertahankan status hidrasi yang optimal.

(1) Pantau pemberian cairan IV

(2) Catat asupan dan keluaran

(3) Pantau adanya dehidrasi

16

Page 20: Makalah Pneumonia FG 6

d. Pantau respons terapeutik anak dan efek samping dari pengobatan

(untuk pneumonia bakterial: nafsilin, gentamisin, metisilin,

oksasilin, penisilin G, dan eritromisin).

e. Kontrol demam dengan antipiretik dan mandi sponge dengan air

hangat.

f. Ajarkan pada orang tua tentang bagaimana merawat bayi dengan IV

dan terapi oksigen.

3.4.2 Discharge Planning

Perencanaan pulang dan perawatan di rumah menurut Betz dan Sowden

(2002) meliputi:

a. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat.

(1) Dosis, rute, dan waktu yang cocok, dan menyelesaikan dosis

seluruhnya.

(2) Efek samping.

(3) Respons anak.

b. Berikan informasi pada orang tua tentang cara-cara pengendalian

infeksi serta pencegahannya.

c. Hindari pemajanan kontak infeksius.

d. Ikuti jadwal imunisasi.

3.5 Evaluasi

Ketika pneumonia mulai sembuh, pengkajian pernapasan anak

akan menjadi normal (Potts & Mandleco, 2007). Walaupun X-ray

mungkin tidak normal untuk beberapa minggu, manifestasi berhubungan

dengan infeksi akan segera berubah.

17

Page 21: Makalah Pneumonia FG 6

3.6 Pengobatan

Pengobatan pneumonia bergantung pada agen penyebab (Potts &

Mandleco, 2007). Anak dengan pneumonia bakterial diobati dengan

antibiotik. Antibiotik pilihan pertama adalah benzilpenisilin yang mula-

mula diberikan dengan suntikan (Speirs, 1992). Kemudian fenoksimetil

penisilin. Kebanyakan anak dengan pneumonia diobati di rumah. Tujuan

dari pengobatan adalah untuk memaksimalkan ventilasi dan mencegah

dehidrasi. Anak yang perlu dihospitalisasi juga membutuhkan oksigen dan

fisioterapi dada. Jika terjadi efusi pleura, mungkin diperlukan torasentesis

atau drainase selang toraks (Betz & Sowden, 2002). Cairan intravena juga

diperlukan untuk menjaga hidrasi. Antipiretik juga dapat diberikan untuk

mengontrol demam.

Pada bayi, bayi harus dirawat dengan oksigen yang dipantau

kadarnya secara teratur (Speirs, 1992). Jika penyebabnya tidak diketahui,

maka kombinasi antibiotik yang dapat digunakan adalah flukloksasilin dan

ampisilin. Selain itu, mungkin diperlukan sedasi dan pemberian minum

dengan pipa lambung jika minum dengan botol menyebabkan sesak.

18

Page 22: Makalah Pneumonia FG 6

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada paru-paru yang dapat

terjadi karena agen infeksius maupun non-infeksius. Pneumonia karena agen

infeksius disebabkan oleh virus dan bakteri. Pneumonia karena

mikroorganisme bakteri dibedakan menjadi pneumonia pneumokokus,

pneumonia streptokokus, pneumonia stafilokokus, dan pneumonia HIb.

Berdasarkan anatominya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia lobaris,

pneumonia lobuularis, dan pneumonia interstisial. Sedangkan pneumonia

yang disebabkan oleh agen non-infeksius dapat terjadi karena inhilasi obat,

radiasi roentgen, aspirasi makanan atau benda lain, dll. Penularan pneumonia

terjadi melalui inhalasi droplet agen melalui saluran pernapasan. Selanjutnya

akan terjadi inflamasi didalam paru. Hal tersebut akan menimbulkan sejumlah

manifestasi klinis, seperti demam, nyeri dada, takipnea, napas cuping hidung,

retraksi dada, dll.

4.2 Saran

Pneumonia terjadi karena agen infeksius maupun non-infeksius yang

terinhalasi ke dalam tubuh klien. Sebagian besar pneumonia terjadi karena

agen infeksius, yaitu bakteri dan virus. Mikroorganisme tersebut akan hidup

ditempat dengan kondisi dan iklim yang sesuai. Meskipun saat ini telah

ditemukan obat pneumonia, namun akan lebih baik jika kita mampu

mencegahnya. Terlebih sebagai perawat yang rentang terinfeksi penyakit

menular dari klien. Oleh karena itu, melakukan pola hidup yang sehat adalah

kunci dari kesehatan. Menjaga kebersihan adalah salah satu poin penting

untuk memutus mata rantai penularan pneumonia. Selain itu, memberikan

vaksin anti-pneumonia kepada anak sangatlah penting untuk mencegah

19

Page 23: Makalah Pneumonia FG 6

terinfeksi dari mikroorganisme penyebab. Terlebih antibody pada anak belum

kuat. Sedangkan untuk pneumonia non-infeksius, yang biasanya terjadi

karena aspirasi makanan atau benda asing lainnya, tanpa sengaja menghirup

obat, dll, orang tua diharuskan untuk lebih cermat dalam mengawasi anak.

20

Page 24: Makalah Pneumonia FG 6

DAFTAR PUSTAKA

Behrman. (2000). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.

Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2002). Keperawatan pediatri (Tambayong, J.,

Trans). Jakarta: EGC.

Corwin, J. Elisabeth. (2009). Buku saku patofisiologi. Edisi 3 revisi. Jakarta:

EGC.

Muttaqin, Arif. (2005). Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem

pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Pusat Data dan Informasi PERSI. Pneumonia pada anak: UNICEF dan WHO

menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi anak

balita. Diperoleh dari: http://www.pdpersi.co.id/content/article.php?

mid=5&catid=9&nid=86

Sabiston. (1995). Essential of surgery. (Terj. Petrus Andrianto dan Timan IS).

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Somantri, Irman. (2007). Keperawatan medikal bedah: asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Sudoyo, dkk. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2007). Pediatric nursing: Caring for children

and their families (2nd ed). Canada: Thomson Delmar Learning.

Speirs, A. L. (1992). Ilmu kesehatan anak untuk perawat (Zain, S., Trans.).

Semarang: IKIP Semarang Press.

21