Makalah Pbl Albino

13
MAKALAH PBL BLOK 4 SEMESTER 1 Pewarisan Sifat Autosomal pada Kelainan Albinisme Kelompok C2 Francisca noveliani 102013016 Brian yeremia 102013024 Yosephine ika adikawati 102013091 Calysta nadya wijaya 102013169 Hosea supirman 102013178 Lissa marisca nanulaitta 102013256 Davin 102013305 Hanna Maria gracella 102013340 Putri setiawati 102013417 Shella gustiawati h. 102013430 Nur farhana amani binti che wan Ahmad 102013536 Lisa Lina Pakel 102011161

description

Albinisme Makalah Sem 1

Transcript of Makalah Pbl Albino

Page 1: Makalah Pbl Albino

MAKALAH PBL BLOK 4 SEMESTER 1

Pewarisan Sifat Autosomal pada Kelainan Albinisme

Kelompok C2Francisca noveliani 102013016

Brian yeremia 102013024

Yosephine ika adikawati 102013091

Calysta nadya wijaya 102013169

Hosea supirman 102013178

Lissa marisca nanulaitta 102013256

Davin 102013305

Hanna Maria gracella 102013340

Putri setiawati 102013417

Shella gustiawati h. 102013430

Nur farhana amani binti che wan Ahmad 102013536

Lisa Lina Pakel 102011161

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

Page 2: Makalah Pbl Albino

Abstrak

Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orangtua melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen adalah unit instruksi untuk menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu. Albino merupakan sebuah penyakit menurun dimana tubuh tidak bisa membentuk melanin. Melanin merupakan zat pewarna tubuh atau pigmen, sang penderita memiliki kelainan pigmen yaitu kehilangan pewarnaan warna rambut, warna kulit, dan warna mata. Kelainan ini merupakan turunan gen dari induk ke gen anaknya. Turunan tersebut bukan selalu berarti si induk terjangkit kelainan, tetapi bisa saja bahwa salah satu induk merupakan carrier gen albino dari induk sebelumnya yang terkena kelainan albinisme tersebut. Lalu pada anak yang terkena kelainan tersebut akan kehilangan zat warna pada tubuhnya, atau menjadi seperti orang bule. Karena sifatnya yang autosomal resesif, maka kelainan ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat terjadi pada semua lapisan generasi dengan prosetase berkisar 25% atau seperempat dari keturunannya.

Kata kunci: gen, albino, sifat autosomal resesif.

Abstract

Inheritance that occur in humans because parents equip their children with the information encoded in genes. Genes are the units of instruction to generate or influence a particular hereditary trait. Albino is a disease in which the body's decline can not form melanin. Melanin is a dye or pigment of the body, the patient has a disorder that is losing pigment coloring hair color, skin color, and eye color. This disorder is a gene from parent to offspring her genes. Derivatives are not always mean that the mother contracted the disorder, but it may be that one parent is a carrier of the albino gene affected parent before the albinism disorder. Then the children affected by the disorder would lose the dye on his body, or be like the Caucasians. Inheritance that occur in humans because parents equip their children with the information encoded in genes. Genes are the units of instruction to generate or influence a particular hereditary trait.

Keyword: genes, albino, an autosomal recessive trait.

Pendahuluan

Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah terjadinya penurunan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya dan begitu seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang menurunkan karakter rambut keriting kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan mata birunya kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orangtua” melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Akan tetapi perlu disadari bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasi-variasi tertentu yang menciptakan

Page 3: Makalah Pbl Albino

keanekaragaman. Tokoh yang berjasa dalam mengembangkan teori pewarisan sifat adalah Gregor Mendel, lewat dua hukum yang telah disusunnya (Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II).

Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk hidung, dsb, tidaklah berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat menjadi masalah serius ketika gen-gen yang diwariskan menyebabkan kelainan tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian. Albino merupakan salah satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Albino membuat seseorang memiliki kelainan pewarnaan pada tubuh. Karena sifatnya yang autosomal resesif, maka dapat terjadi pada semua lapisan generasi dengan prosetase berkisar antara 25%.Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida dapat memahami segala hal yang berhubungan dengan gen serta pewarisan sifat, dengan tetap terkait dengan hukum Mendel. Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami kelainan-kelainan dalam pewarisan sifat yang salah satunya dapat menyebabkan kehilangan zat pewarnaan tubuh atau melanin (albinisme/albino)

Gen

Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri merupakan molekul panjang yang menyimpan informasi genetik. Total informasi genetik yang disimpan dalam DNA suatu sel disebut dengan genom. Genom DNA tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen tiulah terdapat informasi mengenai suatu karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu.2 Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orangtua” melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik ada pada kromosom, yang disebut dengan lokus.3 Lokus pada kromosom dianalogikan seperti manik-manik yang berjejer lurus pada seuntai benang.

Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil. Sementara itu, simbol gen yang menunjukkan karakter dominan ditulis dengan huruf besar. Sebagai contohnya, karakter dwarf (cebol) yang resesif disimbolkan dengan huruf “d”, sedangkan yang normal dominan disimbolkan dengan huruf “D”. 2 Konsep mengenai gen sendiri selalu berikatan dengan alel. Alel disebut juga sebagai versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal. Karena suatu hal, gen A mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi menjadi a).2

Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama dari suatu kromosom dan kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut dikatakan bersesuaian. Gen sealel tersebut harus diberi simbol dengan huruf yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu huruf kecil). Bila pengaruh kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya, maka ditulis dengan huruf yang sama besar (misal: AA) dan disebut dengan alel identik yang

Page 4: Makalah Pbl Albino

berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif, maka ditulis dengan huruf yang sama kecil (misal: aa). Kemungkinan lain adalah munculnya heterozigot (misal: Aa).2

Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan suatu gen dapat dilakukan dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan genetik antargenerasi. Dengan diagram silsilah, kita dapat mengindentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks (genosom: X atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram ini juga dapat dilihat apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat menjadi pembawa gen (karier) resesif yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.2

Hukum Mendel

Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk menganalisis sifat genetik suatu jasad hidup.5

Gregor Mendel sendiri lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian menjadi seorang biarawan. Mendel diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan percobaan kacang ercis (Pisum sativum).6 Melalui eksperimen tersebut, Mendel kemudian mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum segregasi) yang juga dikenal dengan hukum Mendel I (the law of segregation) dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan bebas Mendel).

a. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)

Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan bersegregasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet akan berisi gen ibu asli – lainnya berisi gen ayah asli.3,6 Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I.3 Hubungan antara hukum tersebut dan perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah Mendel mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya.6

Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan persilangan monohibrid (persilangan dengan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan beberapa kesimpulan, kesimpulan yang pertama: galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua mengatakan bahwa individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif a.7

Kesimpulan yang terakhir dari percobaan ini bahwa: dengan rekombinasi antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif dengan perbandingan (nisbah) fenotip 3 dominan (AA atau Aa): 1 resesif (aa). Sementara perbenadingan genotip yaitu 1 dominan lengkap (AA): 2 hibrida (Aa): 1 resesif lengkap (aa).7

Page 5: Makalah Pbl Albino

b. Hukum Mendel II (Hukum Pengelompokan Bebas)

Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan bersegresi dengan bebas satu sama lain. Yaitu: jika dua pasang gen atau lebih saling berhadapan, maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet dengan bebas, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Syaratnya, gen tersebut tidak berada dalam kromosom yang sama.3 Secara lebih sederhana, hukum Mendel II mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas.

Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dihibrid (dengan dua atau lebih sifat) yang dapat di kenal, yang kemudian menghasilkan kesimpulan dintaranya: pertama, alel yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Kedua, apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, perbandingan fenotip pada F2 adalah 9:3:3:1.7

Kesimpulan yang ketiga mengatakan bahwa uji silang dihibrid menghasilnya perbandingan 1:1:1:1. Keempat, makin banyak jumlah gen (pasangan alel) makin banyak jumlah kelas fenotip dan genotip pada F2. Terakhir, metode garis cabang dalam analisis genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotip dan genotip.7

Kelainan Pewarisan Sifat (Kelainan Genetik)

Kelainan pewarisan sifat atau kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Kelainan genetik ini disebabkan oleh mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang umumnya tidak sempurna atau cacat.2

Secara umum gangguan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, gangguan gen tunggal (disebabkan perubahan DNA untuk satu alel), ganguan multifaktorial (perubahan gen dan faktor lingkungan), serta abnormalitas kromosom.4 Pada pembahasan kali ini, akan lebih dititik beratkan pada gangguan gen tunggal yang disebabkan perubahan DNA untuk satu alel.

Gangguan gen tunggal (single gene disorders) disebut juga dengan istilah Mendelian, sebagai penghargaan terhadap Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari pewarisan gen tunggal. Ironisnya kemaknaan pekerjaan Mendel baru diketahui lama setelah kematiannya, sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa pengamatannya akhirnya terbukti memiliki peran yang sangat besar.8

Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan dengan pola pewarisan menurut Mendel (misal, autosomal dominan, autosomal resesif, terkait seks, atau terbatas seks). Dalam pembahasan kali ini akan lebih menitik beratkan pada pewarisan kelainan autosomal dominan dan resesif. Pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang

Page 6: Makalah Pbl Albino

terkena dari satu pasang alel tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul.9 Lebih lanjut materi terkait penurunan autosom dominan dan resesif akan dibahas dibawah ini.

Pewarisan Autosom Dominan

Seperti yang telah disebutkan diatas, pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda.9 Dengan kata lain, hadirnya gen dominan dalam genotip menyebabkan penampakan sifat. Salah satu gangguan autosomal dominan yang ringan adalah polidaktili.8 Contoh keadaan autosomal dominan lainnya adalah akondroplasia, buta warna (kuning-biru), sindrom Ehlers-Danlos, Chorea Huntington, sindrom Marfan, dsb.

Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria. Untuk memudahkan melihat serta mengerti kriteria yang dimaksud, maka mari kita melihat contoh perislangan yang melibatkan gen autosomal dominan dibawah ini:

P

P: DD X dd P: Dd X dd

(Homozigo – penderita) (Normal) (Hterozigot – penderita) (Normal)

F1: Dd=penderita (100%) F1: Dd = penderita (50%); dd = normal (50%)

(Heterozigot) (Heterozigot) (Heterozigot)

Dengan melihat contoh persilangan diatas, maka kita bisa menyimpulkan kriteria dari pewarisan autosomal dominan antara lain: paling sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali mutasi baru), perkawinan homozigot-normal menghasilkan semua keturunan yang memiliki ciri tersebut, perkawinan heterozigot-normal mengahasilkan 50% keturunan dengan ciri tersebut, dan sebagain besar individu yang menunjukkan ciri ini akan merupakan heterozigot.

Melalui contoh diatas, maka kita akan mengetahui bahwa dalam pewarisan autosomal dominan, ditemuka kriteria lainnya yaitu: frekuensi munculnya penderita akan sama banyak pada kedua jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) dan diketahui bahwa penurunan autosom dominan akan muncul pada setiap generasi.8

Pewarisan Autosom Resesif

Pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul.9 Telah diketahui lebih dari 1500 kelainan autosomal resesif.8 Contoh keadaan autosomal resesif adalah albino, kondrodistrofi, miotonia, buta warna (total), fenilketonuria, dsb.9

Page 7: Makalah Pbl Albino

Berikut ini beberapa kriteria pewarisan autosom resesif: frekuensi munculnya ciri ini sama besar pada kedua jenis kelamin dan supaya ciri muncul maka kedua orangtua harus merupakan pembawa (carrier). Apabila dilakuakn proses persilangan, maka akan didapatkan hasil sebagai berikut: jika kedua orangtuanya homozigot resesif, semua ketrunannya akan mempunyai ciri tersebut. Sementara itu, jika kedua orangtua heterozigot kemungkinan keturunan memiliki ciri tersebut mengikuti pola: 25% tidak terpengaruh, 50% sebagai karier (heterozigot), 25% mempunyai ciri tersebut (homozigot).9

Gangguan autosomal resesif khusunya yang jarang, menunjukkan peningkatan insiden pada keturunan dari orangtua yang mempunyai pertalian keluarga (ayah dan ibu ada pertalian keluarga). Diperkirakan hampir semua manusia membawa sekurang-kurangnya satu gen autosomal resesif yang rusak, karena itu jika antara keluarga menikah maka ada resiko keduanya membawa satu gen abnormal dari leluhurnya yang sama dan meneruskannya dalam dosis ganda kepada seorang anak.8

Albino

Albinisme (dari Bahasa Latin albus, "putih"; atau dalam Bahasa Indonesia: Bulai), merupakan salah satu bentuk kelainan bawaan hipopigmentasi yang dikarakterisasikan oleh kurangnya ataupun tidak adanya pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut. Albinisme diakibatkan oleh pewarisan alelgen resesif. Kelainan ini dapat ditemukan pada semua hewan vertebrata, termasuk pula manusia. Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat membuat pigmen melanin. Sebagian besar bentuk albino adalah hasil dari kelainan biologi dari gen-gen resesif yang diturunkan dari orang tua, walaupun dalam kasus-kasus yang jarang dapat diturunkan dari ayah/ibu saja. Ada mutasi genetik lain yang dikaitkan dengan albino, tetapi semuanya menuju pada perubahan dari produksi melanin dalam tubuh. Albino dikategorikan dengan tirosinase positif atau negatif. Dalam kasus dari albino tirosinase positif, enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk memproduksi melanin karena alasan tertentu yang secara tidak langsung melibatkan enzim tirosinase. Dalam kasus tirosinase negatif, enzim tirosinase tidak diproduksi atau versi nonfungsional diproduksi.

Seseorang dapat menjadi karier dari gen albino tanpa menunjukkan fenotif tertentu, sehingga seorang anak albino dapat muncul dari orang tua yang tidak albino. Albino tidak terpengaruh gender, kecuali ocular albino (terkait dengan kromosom X), sehingga pria lebih sering terkena ocular albino. Karena penderita albino tidak mempunyai pigmen melanin (berfungsi melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang datang dari matahari), mereka menderita karena sengatan sinar matahari, yang bukan merupakan masalah bagi orang biasa. Pada beberapa kasus, manusia yg mengalami albinisme juga memiliki keterbatasan fisik sebagai berikut:

1. Sensitif terhadap sumber cahaya yang kuat, seperti lampu sorot, sinar matahari.2. Memiliki keterbatasan pada jarak penglihatan.3. Kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari, dan dapat menimbulkan luka mirip

dengan luka bakar atau tersiram air panas.

Page 8: Makalah Pbl Albino

Pada pbl kali ini kasus yang akan dibahas yaitu: seorang murid yang mencatat ciri-ciri keluarga teman sebaya, dan mendapatkan bahwa temannya memiliki cirri-ciri yang lain, dimana kulit dan rambutnya abnormal, yaitu berwarna putij susu atau putih pucat (pigmen tubuh atau melanin yang hilang pada kulit, mata, dan rambut). Kelainan yang menyebabkan tidak adanya pigmen melanin untuk pewarnaan tubuh seperti pada kasus diatas disebut dengan albino. Bedasarkan pada materi yang telah dibahas diatas, albino merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang disebabkan oleh gen resesif pada autosom (autosomal resesif).

Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria. Mari kita melihat satu persatu kriteria yang ada untuk membuktikan bahwa albino yang diderita si murid merupakan kelainan yang diturunkan dari generasi sebelumnya (dalam hal ini ayah homozigot resesif). Kriteria yang pertama mengatakan bahwa seperempat dari keluarga menderita albino. Kriteria berikutnya dapat dibuktikan melalui persilangan berikut ini: Jika gen resesif albino dilambangkan p maka individu dengan gen homozigot resesif (pp) akan menderita albino. Sementara itu, individu dengan gen atau heterozigot (Pp) maupun homozigot dominan (PP) atau akan bersifat normal.

Pemisalan kedua (ayah memiliki gen homozigot – ibu heterozigot)P          :                      pp                    X                     Pp       

      (Albino)                            (Normal)     F1        :                       pp                    :                      Pp       

(50% albino)                     (50% normal)Bayi yang dilahirkan memiliki peluang 50% untuk menderita albino, dan bayi yang dilahirkan oleh si ibu ternyata menderita albino.

Terakhir, kriteria penurunan autosom resesif adalah: bahwa ciri tersebut tidak selalu muncul pada setiap generasi. Karena itulah, tidak menutup kemungkinan bahwa bayi yang dilahirkan ibu akan menderita albino. Jadi, kehilangan pigmen melanin (albino) yang diderita bayi merupakan kelainan yang diturunkan oleh ayahnya.

Kesimpulan

Kelainan yang menyebabkan hilangnya pigmen melanin disebut dengan albino. Albino merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang disebabkan oleh gen resesif pada autosom (autosomal resesif). Pewarisan autosomal resesif memiliki kriteria bahwa paling sedikit dari keluarga memiliki penyakit tersebut.

Kriteria lainnya adalah: perkawinan homozigot-normal menghasilkan 50% keturunan yang memiliki ciri tersebut, perkawinan albino – dominan normal mengahasilkan 100% keturunan dengan cirri normal, (laki-laki maupun perempuan), dan diketahui bahwa penurunan autosom resesif tidak selalu akan muncul pada setiap generasi.

Bedasarkan kasus diatas dan kariteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kehilangan pigmen melanin (albino) yang diderita bayi merupakan kelainan yang diturunkan olehn homozigot resesif. Dengan demikian maka hipotesis yang ada dapat dibenarkan.

Page 9: Makalah Pbl Albino

Daftar Pustaka

1.      Saefudin. Genetika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2007.

2.      Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi. Jakarta: Esis; 2009.

3.      Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.58-61.

4.      James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.95-7.

5.      Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010.h.41-2.

6.      Fried GH, Hademenos GJ. Schaum’s outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.105-8.

7.      Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam. Jakarta: Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3.

8.      Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.19-21.

9.      Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5.

10.  Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi. Bandung: PT Setia Purna Inves; 2007. h.108.