Makalah PBL
description
Transcript of Makalah PBL
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah populasi penduduk terbesar di
dunia. Tidak heran pasti sering kita akan menjumpai masyarakat atau orang-orang di sekitar
kita. Dari antara sekian banyak masyrakat,banyak terdapat dari mereka yang memiliki
kelainan-kelainan, entah itu yang terdapat pada anak-anak ataupun orang dewasa. Saat ini
sering kita jumpai anak – anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan, baik itu bawaan
dari janin saat masih di dalam kandungan ataupun karena adanya suatu gangguan pada
kromosom mereka yang mengakibatkan mereka mengalami kelainan.
Kelainan-kelainan ini ada yang bersifat turun menurun dari anggota keluarga mereka yang
terdahulu, dan ada juga kelainan yang mereka dapat akibat adanya suatu mutasi pada
kromosom dan gen mereka saat mereka berkembang di dalam janin. Hal itu dapat
mempengaruhi daya berpikir atau intelegensi mereka ke depannya, namun ada beberapa
kelainan yang tidak berpengaruh terhadap daya intelegensi. Namun dapat menyebabkan cacat
secara fisik dan mental. Ada beberapa contoh tentang kelianan, antara lain : Down Syndrome
(DS), Albino, dll.
Sebenarnya, apa yang yang menyebabkan kelainan itu dapat terjadi? Faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu kelainan? Apakah kelainan ini merupakan suatu
penyakit menular atau tidak menular? Di bawah ini ada beberapa ulasan dan penjelasan
tentang salah satu contoh dari bentuk kelainan yang ada an mungkin sering kita jumpai di
masyarakat.
Pembahasan
Pengertian Down Syndrome (DS)
Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom ( kromosom 21 / trisomi
21 ). Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Sebagian besar sel tubuh manusia mengandung 23 pasang kromosom (total 46 kromosom).
Hanya sel reproduksi, yaitu sperma dan ovum yang masing-masing memiliki 23 kromosom
tanpa pasangan. Dalam kasus Down Syndrome, kromosom nomor 21 jumlahnya tidak
sepasang seperti pada umumnya, melainkan tiga, atau dalam bahasa medisnya trisomi-21.
Jumlah kromosom yang tidak normal tersebut bisa ditemukan di seluruh sel atau di sebagian
sel tubuh. Akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan tersebut, terjadi guncangan system
metabolisme di sel yang berakibat munculnya DS.
Kelainan ini berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Keadaan ini
ditandai dengan perbedaan besar dan kecilnya struktur badan penderita. Sering kali Down
Syndrome dikaitkan dengan kelemahan daya berpikir atau tingkat intelegensi (retardasi
mental ) seseorang. Down Syndrome biasanya dikenal semasa kelahiran.Mereka yang
menderita Down Syndrome berkemungkinan mempunyai daya intelegensi lebih rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita Down Syndrome. Namun tidak semua
mereka yang menderita keterbelakangan mental bisa kita katakan menderita Down
Syndrome.
Penyebab
Sindrom Down ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Lingkungan
Makhluk hidup dalam kesehariannya pasti berada di lingkungan habitat tempat
tinggalnya sesuai dengan kondusi fisik maupun kondisi karakteristiknya. Organisme
makhluk hidup dituntut untuk dapat menyesuaikan atau adaptasi dengan kondisi
lingkungan sekitarnya. Mahluk hidup yang melakukan perubahan fisik dan karakter
secara terus-menerus untuk dapat selalu beradaptasi dengan lingkungannya
menyebabkan munculnya varian spesies baru yang bermacam-macam dan beraneka
ragam.
2. Faktor Genetik
GENETIKA adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta
segala seluk beluknya secara ilmiah.
Genetik terdiri dari kromosom – kromosom. Kromosom sendiri adalah struktur
benang dalam inti sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas).
Kromosom adalah ciri KHAS bagi makhluk hidup. Di dalam kromosom terdapat
substansi hereditas yang disebut Gen.
Gen ini bersifat, antara lain :
o Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom.
o Mengandung informasi genetika.
o Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel.
Kromosom dapat kita bedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Kromosom Badan ( Autosom )
Penyakit genetik yang disebabkan autosom pada manusia biasanya "bersifat
resesif" artinya dalam keadaan homozigot resesif baru menampakkan penyakit
misalnya :
- Albinisma,
- Polidaktili,
- Gangguan mental,
- Diabetes mellitus,
- dsb.
2. Kromosom Kelamin / Kromosom Sekx ( Genosom )
Genosom disebut juga kromosom kelamin. Genosom adalah kromosom yang
berperan dalam menentukkan jenis kelamin. Jumlah kromosom dalam setiap
individu adalah satu sampai dua buah. Pada manusia terdapat dua jenis genosom,
yaitu X dan Y. X menetukan jenis kelamin perempuan, dan Y menentukan jenis
kelamin laki – laki.
3. Faktor Mutasi
Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada struktur kromosom. Mutasi
kromosom ini bisa terjadi secara spontan ataupun tidak spontan. Salah satu penyebab
mutasi kromosom misalnya adalah radiasi pada kromosom.
Ada beberapa macam mutasi, yaitu :
Delesi
Delesi adalah mutasi kromosom di mana sebagian dari kromosom menghilang.
Delesi bisa terjadi akibat kegagalan ketika bertranslokasi ataupun tidak
kembali menyambungnya bagian kromosom setelah kromosom putus. Salah
satu kelainan genetik akibat delesi adalah sindrom Wolf-Hirscchorn di mana
terjadi delesi pada lengan-p kromosom 4.
Macam-macam delesi antara lain:
1. Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.
2. Delesi intertitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom
3. Delesi cincin; ialah delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga
berbentuk lingkaran seperti cincin.
4. Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada
kromosom lainnya. Hal ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga
memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.
Duplikasi
Duplikasi adalah mutasi kromosom di mana sebagian dari kromosom
mengalami penggandaan (duplikasi). Duplikasi menyebabkan adanya materi
genetik tambahan.Duplikasi dapat terjadi melalui beberapa cara seperti:
pematahan kromosom yang kemudian diikuti dengan transposisi segmen yang
patah, penyimpangan dari mekanisme crossing-over pada meiosis (fase
pembelahan sel), rekombinasi kromosom saat terjadi translokasi, sebagai
konsekuensi dari inversi heterosigot, dan sebagai konsekuensi dari perlakuan
bahan mutagen.
Translokasi
Translokasi adalah tersusun kembalinya kromosom dari susunan sebelumnya.
Ada dua macam translokasi yaitu translokasi resiprok dan translokasi
Robertsonian. Pada translokasi resiprok, ada dua kromosom yang bertukar
materi genetik. Sementara pada translokasi Robertsonian, kedua lengan
pendek kromosom hilang dan lengan panjangnya membentuk kromosom baru.
Translokasi Robertsonian biasanya terjadi pada kromosom dengan bentuk
akrosentrik (kromosom yang letak sentromernya berada mendekati ujung,
salah satu lengan pendeknya sangat pendek sehingga seperti tidak terlihat).
Translokasi Robertsonian pada manusia terjadi pada kromosom 13, 14, 15, 21,
dan 22.
Macam-macam translokasi antara lain:
1. Translokasi homozigot (resiprok)
Translokasi homo zigot ialah translokasi yang mengalami pertukaran
segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua kromosom non
homolog.
2. Translokasi heterozigot (non resiprok)
Translokasi heterozigot ialah translokasi yang hanya mengalami
pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom
nonhomolog.
3. Translokasi Robertson
Translokasi Robertson ialah translokasi yang terjadi karena penggabungan
dua kromosom akrosentrik menjadi satu kromosom metasentrik, maka
disebut juga fusion (penggabungan)
Inversi
Inversi adalah penyusunan kembali materi genetik kromosom tetapi terbalik
dari susunan sebelumnya.
Macam-macam inversi antara lain:
1. Inversi parasentrik; teriadi pada kromosom yang tidak bersentromer.
2. lnversi perisentrik; terjadi pada kromosom yang bersentromer.
Ciri – Ciri
Ciri – ciri atau tanda-tanda yang muncul akibat Sindrom Down dapat bervariasi mulai dari
yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.
Ciri-ciri fisik Sindrom Down adalah sebagai berikut :
o bentuk kepala yang relatif kecil dengan bagian belakang yang tampak mendatar
(peyang)
o hidung kecil dan datar (pesek); hal ini mengakibatkan mereka sulit bernapas
o mulut yang kecil dengan lidah yang tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal
yang mengakibatkan lidah sering menjulur keluar
o bentuk mata yang miring dan tidak punya lipatan di kelopak matanya
o letak telinga lebih rendah dengan ukuran telinga yang kecil; hal ini mengakibatkan
mudah terserang infeksi telinga
o rambut lurus, halus dan jarang
o kulit yang kering
o tangan dan jari-jari yang pendek dan pada ruas kedua jari kelingking miring atau
bahkan tidak ada sama sekali, sdgkan pada orang normal memiliki tiga ruas tulang
o pada telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease. Garis
tersebut juga terdapat di kaki mereka yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang
jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu
jari yang berjauhan itu
disebut juga sandal foot * simian crease / garis melintang pada telapak
tangan
o otot yang lemah (hypotomus); mengakibatkan pertumbuhan terganggu (terlambat
dalam proses berguling, merangkak, berjalan, berlari dan berbicara)
o pertumbuhan gigi geligi yang lambat dan tumbuh tak beraturan sehingga menyulitkan
pertumbuhan gigi permanent
Bagi orang tua yang memiliki anak Sindrom Down ,sikap pertama yang harus dilakukan
adalah ikhlas menerima keadaan mereka, cintai dan sayangilah mereka dengan tulus dan
jangan dijauhkan dari lingkungan sosialnya. Mereka bukan aib keluarga, mereka adalah
karunia dari sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Hal-hal yang perlu diketahui, dipahami dan dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak
Sindrom Down adalah:
o orang tua harus bersikap, berpikir dan bertindak rasional agar menerima kenyataan
dengan ikhlas, yakinlah bahwa setiap suatu kejadian ada hikmahnya
o berikanlah stimulasi sesuai dengan kebutuhannya, jangan menganggap anak Sindrom
Down tidak bisa berbuat apa-apa. Anak Sindrom Down bisa melakukan apa yang
anak normal bisa lakukan tapi sesuai dengan kondisi mereka sebagai anak Sindrom
Down
o orang tua perlu mengenal keadaan anak secara baik, tahu persis batas-batas yang
dimiliki anak dan hal-hal apa yang perlu dan masih dapat dikembangkan dari anak.
Informasi ini bisa diperoleh melalui assessment yang dilakukan oleh pakar yang
punya kompetensi dan wewenang untuk melakukan hal tersebut.
o mencari pengetahuan tentang Sindrom Down sebanyak mungkin agar orang tua dapat
melakukan upaya yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak agar perkembangannya
optimal
o tentukan target dan rencana yang realistis sesuai dengan keadaan anak
o upayakan agar semua anggota keluarga bersatu dan saling mendukung dalam
menghadapi keadaan ini serta melakukan upaya yang konsisten, jangan saling
menyalahkan satu sama lain.
Sebaliknya ada beberapa hal yang bisa menjadi kendala atau bahkan memperburuk keadaan
sang anak, antara lain :
o orang tua tidak mau menerima kenyataan atas keadaan sang anak
o orang tua menuntut anak di luar batas kemampuannya
o orang tua tidak melakukan upaya yang tepat bagi anaknya
o orang tua tidak berusaha memperluas wawasan tentang DOWN SYNDROME
Pemeriksaan Dini
Pada bayi yang belum lahir dapat dideteksi dengan melakukan USG, sebaiknya USG 4
Dimensi dikarenakan hasilnya akan lebih jelas terlihat oleh dokter kandungan. Pada USG
tersebut bisa dilihat ada tidaknya tulang hidung pada janin, sebaiknya masa USG adalah pada
masa kehamilan 11 s/d 14 minggu.
Selain USG 4D ada cara pendeteksian yang lebih akurat yang disebut Amniosintesis yaitu
pengambilan cairan ketuban dari perut ibu pada kehamilan 14-16 minggu untuk diperiksa
dilaboratorium dengan menggunakan jarum suntik khusus. Resiko keguguran dalam tindakan
ini sangat kecil asalkan ditangani oleh dokter kandungan yang handal.
Ada pula pendeteksian dengan Chorionic Villus Sampling (CVS) yaitu mengambil sedikit
bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu dan PUBS (percutaneous
umbilical cord blooDown Syndromeampling).
Deteksi ini hanya diberikan pada wanita yang masuk dalam kategori berisiko terhadap
kemungkinan adanya sindroma Down pada anak mereka, misalnya pada saat usia ibu lebih
dari 35 tahun, seorang ibu yang pernah mempunyai anak Down Syndrome dan saat
pemeriksaan USG terlihat ada kemungkinan janin yang dikandung terkena Down Syndome.
Akibat